Professional Documents
Culture Documents
STATUS EPIDEMIOLOGI
Nomor Registrasi :-
Nama : Nn S.M
Usia : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Entrop
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : Mahasiswa farmasi semester I
Status Pekerjaan : Belum bekerja
Status Perkawinan : Belum Kawin
Tanggal Pemeriksaan : 13 Februari 2018
Pemberi Informasi : Keluarga Pasien
2
BAB II
LAPORAN PSIKIATRI
a. Keluhan Utama
Autoanamnesa : pasien hanya menyebutkan kata “ beng...bengg..bengg “
Heteroanamnesis: berontak dan berteriak-teriak yang tidak terkendali dan
sulit dihentikan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar ke poli RSJD Abepura oleh keluarga dengan
keluhan pasien berontak dan teriak-teriak sejak pagi hari setelah sehabis
mandi pagi (5 jam SMRS).Pasien juga gelisah dan susah tidur sejak 1 bulan
yang lalu, susah makan dan minum serta tidak merawat diri (seperti mandi).
Keluhan ini baru pertama kali dialami pasien.
Awalnya pada awal bulan november 2017 (± 4 bulan SMRS) pasien
masih baik-baik saja, belum menunjukaan perubahan perilaku sama sekali,
pasien melakukan rutinitas sehari-hari seperti biasanya seperti pergi
kekampus, kumpul dengan teman, keluarga, makan tanpa disuruh, membantu
orang tua, mandi dll. (GAF 90-100)
Akhir bulan November pasien tiba-tiba pergi dari rumah dengan alasan
ada kegiatan kampus (padahal kampus sedang libur) pasien tidak pulang
dengan alasan bermalam dirumah teman (sampai sekarang tidak diketahui
identitas teman tersebut). Sejak bulan november pasien berdiam diri saja dan
mulai malas pergi kekampus dengan alasan tidak ada dosen, pasien mulai
tidak mengurus diri, tidak mau mandi dan jarang makan, menurut keluarga
2
3
sebelumnya tidak ada masalah atau pertengkaran apapun dirumah. (GAF 80-
71)
Bulan Desember 2017(± 3 bulan SMRS) pasien sudah mulai
mengalami perubahan perilaku yang semakin parah seperti mengambil
makanan sembarang dan langsung dimakan,tertawa sendiri, komunikasi tidak
nyambung, jalan mondar mandir tanpa tujuan dan suka bepergian tanpa pamit
ke orang tua. Pasein juga pernah mencuri sebuah handphone di pusat
perbelanjaan sekitar 1 bulan yang lalu saat handphone pasien disita oleh orang
tuanya. Pasien selalu ingin pergi dari rumah tanpa meminta ijin kepada orang
tua dan degan siapa pasien pergi, kemudian pasien pulang pada sore atau
malam hari tanpa bertegur sapa degan keluarga dirumah dan langsung masuk
kekamarnya.Pasien selalu tampak tidak bersemangat ,tampak tidak teruru dan
sulit tidur (GAF 40-31)
Pada pertengahan bulan Januari 2018 (± 3 minggu SMRS) pasien
dibawa berobat ke alternatif, karena orang tua pasien berpikiran bahwa pasien
terkena santet.2 minggu setelah berobat tersebut,kondisi pasien membaik,
pasien sudah mulai berbicara dengan keluarga namun terbatas , sudah mau
pergi ketempat perkuliahan dan sudah mau mendengar perintah kedua orang
tua, pasien sudah mau makan, mandi dan mengurus diri. Pasien juga sudah
tidak suka pergi dirumah namun hanya dikamar mengurung diri. (GAF 70-61)
Namun tiba-tiba pada hari ini 13 februari 2018 ( 5 jam SMRS) pasien
tiba-tiba histeris dan berteriak-teriak yang histeris dan sulit dikendalikan
setelah habis mandi pagi. Pasien berontak dan mengatakan kata-kata yang
kasar tidak seperti biasanya, akhirnya pasien dilarikan ke UGD RSJD
Abepura. (GAF 30-21)
Pasien merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara dan pasien memiliki
konflik dengan kakak pasien (anak ke dua). Pasien tidak pernah menceritakan
masalah apapun kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Sebelumnya
pasien adalah seorang gadis yang ceria dan punya banyak teman,tidak
emosian dan menurut pada orang tua. Pasien juga tidak pernah menceritakan
3
4
4
5
- Semasa bayi, pasien mendapat ASI yang cukup (2 tahun) dan tidak
memiliki masalah makan dan tidur.
- Pasien sudah dapat berbicara dan berjalan dengan baik pada usia 1,5
tahun
3. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
- Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak seusianya.
- Menurut pasien dan ibunya, pasien mempunyai banyak teman bermain
dan bergaul baik dengan teman di sekolahnya.
4. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
- Hubungan dengan keluarga : Pasien memiliki hubungan baik dengan
orang tua dan saudara pasien.
- Riwayat sekolah : Pasien tidak memiliki permasalahan di sekolah baik
kepada guru maupun teman kelasnya.
- Hubungan sosial : pasien memiliki banyak teman dan bergaul baik
dengan teman sebayanya.
- Perkembangan motorik dan kognitif : pasien tidak memiliki kesulitan
saat belajar
- Masalah fisik atau emosional : Pasien memiliki fisik yang baik.
5
6
Genogram
6
7
7
8
1. Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 86 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,80C
2. Status Internus
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), OC (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-), Peningkatan JVP (-/-)
Thorax : Paru : I : simetris, ikut gerak napas, retraksi (-/-)
P : v/f (Dextra = Sinistra)
P : sonor seluruh lapang paru
A: Suara napas vesikuler, Rhonki (-/-), Wh
Jantung : I : Ictus cordis (-)
P : Thrill (-)
P : Pekak
A: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-),
Abdomen : I : Supel, cembung
P : Hepar (ttb), Lien (ttb), Nyeri Tekan (-)
P : Timpani
A: Bising usus (+) normal 6-8 x/menit
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2”; Edema (-/-), anemis (-/-),
ikterik (-/-), sianosis (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan evaluasi
3. Status Neurologis
8
9
9
10
D. Pikiran
1. Bentuk pikir : non realistik
2. Arus pikir :
Kecepatan proses pikir : tidak ada Sirkumstansialitas : tidak ada
Retardasi : tidak ada Blocking : tidak ada
Flight of ideas : tidak ada Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada Asosiasi longgar : tidak ada
Inkoherensi : ada Jawaban irelevan : ada
3. Isi pikir :
Pola sentral : tidak ada Fobia : tidak ada
Obsesi : tidak ada Konfabulasi : tidak ada
Pikiran bermusuhan : tidak ada Rasa takut : tidak ada
Pikiran bersalah : tidak ada Hipokondri : tidak ada
Rasa rendah diri : tidak ada Preokupasi : tidak ada
Kemiskinan isi pikir : tidak ada
Waham
Thought of echo : tidak ada
Thought of insertion : tidak ada
Thought of withdrawl : tidak ada
Thought of broadcasting : tidak ada
Delusion of control : tidak ada
Delusion of influence : tidak ada
Delusion of passivity : tidak ada
Delusion of perception : tidak ada
Waham kebesaran : tidak ada
Waham curiga : tidak ada
Waham dikejar : tidak ada
Waham erotomania : tidak ada
Waham cemburu : tidak ada
Waham hipochondri : tidak ada
10
11
11
12
H. Pertimbangan : cukup
I . Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
12
13
13
14
14
15
15
16
SKALA PSIKOPATOLOGI
UMUM
G1 Kekhawatiran somatik 1 2 3 4 5 6 7
G2 Anxietas 1 2 3 4 5 6 7
G3 Rasa bersalah 1 2 3 4 5 6 7
G4 Ketegangan 1 2 3 4 5 6 7
G5 Mannerisme & Posturing 1 2 3 4 5 6 7
G6 Depresi 1 2 3 4 5 6 7
G7 Retardasi motorik 1 2 3 4 5 6 7
G8 Ketidakkooperatifan 1 2 3 4 5 6 7
G9 Isi pikiran yang tidak biasa 1 2 3 4 5 6 7
G10 Disorientasi 1 2 3 4 5 6 7
G11 Perhatian yang buruk 1 2 3 4 5 6 7
Kurangnya daya nilai dan
G12 1 2 3 4 5 6 7
tilikan
Gangguan dorongan
G13 1 2 3 4 5 6 7
kehendak
Pengendalian impuls yang
G14 1 2 3 4 5 6 7
buruk
G15 Preokupasi 1 2 3 4 5 6 7
Penghindaran sosial secara
G16 1 2 3 4 5 6 7
aktif
Petunjuk :
1 = Tidak ada gejala
2 = minimal, menunjukkan keadaan patologi yang lemah, dicurigai atau bisa
merupakan ujung ekstrim dari batasan normal
3 = ringan, sedikit mengganggu fungsi sehari-hari
4 = sedang, mempunyai gejala yang karakteristik, adanya masalah yang serius
namun kadang-kadang hanya mengganggu kehidupan sehari-hari pada
tingkat sederhana
16
17
Kesimpulan :
Skala :
Simtom positif : 17
Simtom negatif : 33
Indeks gabungan : 12
Psikopatologi umum : 81
Skor kelompok : 143
Fluoxetin 10 mg 2x1 .
17
18
Psikoterapi :
- Terapi supportif : memberikan pasien dukungan atau memotivasi pada
saat pasien dalam keadaan krisis atau trauma psikologis.
- Konseling, membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik
agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri.
- Memberikan penjelasan kepada pasien tentang keadaannya agar ada
kesadaran untuk kepatuhan dalam minum obat
Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
terdekat pasien tentang keadaan pasien dan menciptakan lingkungan yang
kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan pasien.
Laboratorium : Darah rutin dan kimia darah
1. ORGANOBIOLOGIK
2. PSIKOLOGIK
Afek labile, ekspresi afektif yang sedih dan murung, empati dapat
3. SOSIAL/KELUARGA
18
19
2.10 PROGNOSIS :
Pendukung ke arah baik Pendukung ke arah buruk
Genetik tidak ada Genetik ada
Onset akut Onset kronik
Usia tua Usia muda
Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas
Riwayat premorbid baik Riwayat premorbid buruk
Belum pernah sakit seperti ini Pernah sakit seperti ini
Menikah Tidak menikah
Suportif lingkungan ada Suportif lingkungan tidak ada
Tilikan baik Tilikan buruk
Status ekonomi baik Status ekonomi kurang
Prognosis: dubia ad Bonam
19
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
Depresi adalah suatu periode terganggunya fungsi manusia yang dikaitkan dengan
perasaan yang sedih serta gejala penyertanya, dimana mencakup hal-hal seperti
perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, rasa lelah,
anhedonia, rasa tak berdaya dan putus asa dan bunuh diri (Kaplan, 2013). Angka
kejadian gangguan depresi meningkat sekitar 2-3 kali dari populasi umum pada
individu yang memiliki riwayat gangguan depresi di keluarganya. Adapun faktor
psikososial yang berperan seperti penurunan rasa percaya diri, perpisahan,
kemiskinan, kesepian, penyakit fisik dan penurunan interaksi sosial Tiap orang
memiliki gejala gangguan depresif yang berbeda-beda tergantung dari beratnya
gejala yang dialami. Pola pikir, perasaan, perilaku seseorang dan kesehatan fisik
biasanya terpengaruh oleh gangguan depresi yang dialaminya Gejala yang muncul
dapat dibagi menjadi hal yang terkait dalam perubahan cara berpikir, perasaan
dan tingkah laku.
20
3. berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit) dan menurunnya
aktifitas.
Sedangkan gejala lainnya ada tujuh yaitu :
a. konsentrasi dan perhatian berkurang,
b. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
c. harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,
f. nafsu makan berkurang dan
g. tidur terganggu
depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis
gangguan depresi berulang (F.33).
1. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut
di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g).
2. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut
di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaik-baiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
ataupun rumah tangga.
3. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
21
Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
4. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2)
tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh,
atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Pada kasus ini, pasien masuk dalam kategori Episode depresi berat karena
didapatkannya semua gejala utama yaitu adanya afek depresif, hilangnya
minat dan kegembiraan yang ditandai dengan seringnya pasien menyendiri
,melamun dan menutup diri dari lingkungannya. Jarang bergaul dan
berkumpul dengan teman-teman seusianya dan mudah lelah walaupun tidak
melakukan aktifitas berat, pasien tampak selalu lemas dan seperti todak ada
gairah hidup. Gejala lainnya seperti konsentrasi dan perhatian
berkurang,kepercayaan diri berkurang,nafsu makan dan tidur terganggu dan
sudah dialami lebih dari 2 minggu dan pasien tidak mampu meneruskan
kegiatan sosial,pekerjaan/perkuliahan. Hal ini sesuai dengan gejala episode
depresif berat.Pasien ini mengalami keluhan ini sudah sejak 3 bulan yang lalu,
sesuai dengan kriteria depresi berat yaitu lamanya seluruh episode
berlangsung minimum 2 minggu. Pasien tidak bisa beraktivitas jika keluhan
22
yang dirasakannya muncul, sesuai dengan kriteria depresi berat , yaitu
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,seperti
berkuliah.
Etiologi depresi yang pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang diketahui
berkaitan dengan terjadinya depresi:
1. Berbagai penyakit fisik
2. Faktor psikis
3. Faktor sosial dan lingkungan
4. Faktor obat
5. Faktor usia
6. Faktor genetik
Pada pasien ini faktor depresi yang berpengaruh adalah faktor sosial dan
lingkungan yaitu pasien mengalami hubungan yang tidak harmonis dengan saudari
kandungnya dan sering terjadi pertengkaran dan selilisih paham antara keduanya.
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksa pada saat wawancara diperoleh
perilaku dan aktifitas psikomotor hiperaktif, kontak : apatis ,afek labil dan tumpul,
ekspresi afektif murung dan sedih, empati dapat dirabarasakan, halusinasi tidak ada,
waham tidak ada, daya ingat bagus, penialian realitas baik, adanya stupor depresif
atau multisme yaitu keadaan diam mematung dengan ciri-ciri sama sekali tidak
responsive dan tidak aktif, tidak bisa turun dari tempat tidur dan sama sekali acuh tak
acuh terhadap sesuatu yang berlangsung disekitarnya. jadi pasien ini mengarah ke
diagnosis psikosis.
B. FARMAKOTERAPI
Pada hasil pemeriksaan fisik pasien ditemukan tekanan darah 100/60 mmHg pada 2
kali pemeriksaan dengan selang waktu 30 menit, kemudian dilakukan resusitasi
cairan kristaloid 500 cc habis dalam waktu 1 jam kemudian observasi keaadaan
umum dan vital sign. Tekanan darah pasien membaik setelah resusitasi cairan
sebanyak 1000cc dan kemudian keluarga pasien diedukasi untuk memperhatikan
asupan makanan pasien agar tidak terjadi penurunan tekanan darah yang berulang.
23
Obat depresi terbagi dalam golongan sebagai berikut:
1. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin (SSRI) : Citalopram,
Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine. Golongan obat depresi ini lebih
sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari obat ini adalah
mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit kepala.
2. Golongan Trisiklik : Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine.
Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan,
takikardi, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat badan.
Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan,
menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila tekanan darah
rendah, dan koma.
3. Golongan Atypical: Trazodone, Mirtazapine,Venlafaxine
4. Golongan penghambat Monoamin oksidase: Moclobemide
Golongan ini sudah jarang diresepkan sekarang ini. Golongan ini memiliki efek
samping hipotensi ortostatik yang lebih sering.Jika anda setuju untuk minum
obat golongan obat ini dokter anda akan memberikan daftar makanan yang harus
dihindari.
5. GolonganTetrasiklik
Amoxapine, Maprotiline.
Mengingat profil efek sampingnya pada penggunaan Sindrom Depresi Ringan
dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum,
pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan
Step 1 : Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline)
Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptiline)
Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maprotiline)
Golongan “Atypical” (Trazodone)
Golongan MAOI Reversibel ( Moclobemide)
24
Pasien ini mendapat pengobatan Fluoxetin 10 mg 2x1 dan Inj Diazepam 5
Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu. SSRI
dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan. Contoh obat
25
1. Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik
Relaksasi otot
Penghentian obat mendadak akan menimbulkan gejala putus obat. Pasien menjadi
irritable, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin dan konvulsi. Hal ini
benzodiazepin dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya
Psikoterapi juga perlu diberikan pada pasien ini.Semua terapi diatas sangat
26
dimaksudkan untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal karena efek samping dari
27
DAFTAR PUSTAKA
28