You are on page 1of 28

BAB I

STATUS EPIDEMIOLOGI

Nomor Registrasi :-
Nama : Nn S.M
Usia : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Entrop
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : Mahasiswa farmasi semester I
Status Pekerjaan : Belum bekerja
Status Perkawinan : Belum Kawin
Tanggal Pemeriksaan : 13 Februari 2018
Pemberi Informasi : Keluarga Pasien
2

BAB II
LAPORAN PSIKIATRI

2.1 RIWAYAT PSIKIATRI


Berdasarkan:
- Autoanamnesa : oleh pasien sendiri
- Heteroanamesis : (Ibu dan ayah kandung pasien):
Dilakukan pada tanggal 13 Februari 2018

a. Keluhan Utama
 Autoanamnesa : pasien hanya menyebutkan kata “ beng...bengg..bengg “
 Heteroanamnesis: berontak dan berteriak-teriak yang tidak terkendali dan
sulit dihentikan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar ke poli RSJD Abepura oleh keluarga dengan
keluhan pasien berontak dan teriak-teriak sejak pagi hari setelah sehabis
mandi pagi (5 jam SMRS).Pasien juga gelisah dan susah tidur sejak 1 bulan
yang lalu, susah makan dan minum serta tidak merawat diri (seperti mandi).
Keluhan ini baru pertama kali dialami pasien.
Awalnya pada awal bulan november 2017 (± 4 bulan SMRS) pasien
masih baik-baik saja, belum menunjukaan perubahan perilaku sama sekali,
pasien melakukan rutinitas sehari-hari seperti biasanya seperti pergi
kekampus, kumpul dengan teman, keluarga, makan tanpa disuruh, membantu
orang tua, mandi dll. (GAF 90-100)
Akhir bulan November pasien tiba-tiba pergi dari rumah dengan alasan
ada kegiatan kampus (padahal kampus sedang libur) pasien tidak pulang
dengan alasan bermalam dirumah teman (sampai sekarang tidak diketahui
identitas teman tersebut). Sejak bulan november pasien berdiam diri saja dan
mulai malas pergi kekampus dengan alasan tidak ada dosen, pasien mulai
tidak mengurus diri, tidak mau mandi dan jarang makan, menurut keluarga

2
3

sebelumnya tidak ada masalah atau pertengkaran apapun dirumah. (GAF 80-
71)
Bulan Desember 2017(± 3 bulan SMRS) pasien sudah mulai
mengalami perubahan perilaku yang semakin parah seperti mengambil
makanan sembarang dan langsung dimakan,tertawa sendiri, komunikasi tidak
nyambung, jalan mondar mandir tanpa tujuan dan suka bepergian tanpa pamit
ke orang tua. Pasein juga pernah mencuri sebuah handphone di pusat
perbelanjaan sekitar 1 bulan yang lalu saat handphone pasien disita oleh orang
tuanya. Pasien selalu ingin pergi dari rumah tanpa meminta ijin kepada orang
tua dan degan siapa pasien pergi, kemudian pasien pulang pada sore atau
malam hari tanpa bertegur sapa degan keluarga dirumah dan langsung masuk
kekamarnya.Pasien selalu tampak tidak bersemangat ,tampak tidak teruru dan
sulit tidur (GAF 40-31)
Pada pertengahan bulan Januari 2018 (± 3 minggu SMRS) pasien
dibawa berobat ke alternatif, karena orang tua pasien berpikiran bahwa pasien
terkena santet.2 minggu setelah berobat tersebut,kondisi pasien membaik,
pasien sudah mulai berbicara dengan keluarga namun terbatas , sudah mau
pergi ketempat perkuliahan dan sudah mau mendengar perintah kedua orang
tua, pasien sudah mau makan, mandi dan mengurus diri. Pasien juga sudah
tidak suka pergi dirumah namun hanya dikamar mengurung diri. (GAF 70-61)
Namun tiba-tiba pada hari ini 13 februari 2018 ( 5 jam SMRS) pasien
tiba-tiba histeris dan berteriak-teriak yang histeris dan sulit dikendalikan
setelah habis mandi pagi. Pasien berontak dan mengatakan kata-kata yang
kasar tidak seperti biasanya, akhirnya pasien dilarikan ke UGD RSJD
Abepura. (GAF 30-21)
Pasien merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara dan pasien memiliki
konflik dengan kakak pasien (anak ke dua). Pasien tidak pernah menceritakan
masalah apapun kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Sebelumnya
pasien adalah seorang gadis yang ceria dan punya banyak teman,tidak
emosian dan menurut pada orang tua. Pasien juga tidak pernah menceritakan

3
4

kedekatannya dengan lawan jenis.pasien merupakan mahasiswa farmasi di


salah satu perguruan tinggi swasta di Jayapura dan saat ini pasien baru
memasuki semester satu.
Menurut keluarga, Pasien tidak pernah melihat bayangan-bayangan
tertentu serta mendengar suara- suara tertentu, tidak pernah mencoba
menyakiti diri sendiri ,tidak menghancurkan barang-barang. Pasien hanya
terlihat murung dan berdiam diri. Namun pasien mempunyai hubungan yang
tidak harmonis dengan saudari perempuannya dan sering berselisih paham.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Psikiatri
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.
2. Medis Umum
Riwayat kejang demam disangkal
Riwayat epilepsi disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat pingsan / kehilangan kesadaran sebelumnya disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat asma disangkal
3. Penggunaan Obat-obatan dan Alkohol
Riwayat pemakaian alkohol (-),Rokok (-) dan obat psikoaktif disangkal
d. Riwayat Premorbid
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
- Pasien dilahirkan secara spontan (normal) dengan BB 2,8 kg dan tidak
ada kelainan fisik atau trauma pada saat lahir. Penyakit selama hamil (-
)
2. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)
- Pasien dibesarkan oleh orang tua kandung dan riwayat tumbuh
kembangnya normal seperti anak-anak seusianya.

4
5

- Semasa bayi, pasien mendapat ASI yang cukup (2 tahun) dan tidak
memiliki masalah makan dan tidur.
- Pasien sudah dapat berbicara dan berjalan dengan baik pada usia 1,5
tahun
3. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
- Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak seusianya.
- Menurut pasien dan ibunya, pasien mempunyai banyak teman bermain
dan bergaul baik dengan teman di sekolahnya.
4. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
- Hubungan dengan keluarga : Pasien memiliki hubungan baik dengan
orang tua dan saudara pasien.
- Riwayat sekolah : Pasien tidak memiliki permasalahan di sekolah baik
kepada guru maupun teman kelasnya.
- Hubungan sosial : pasien memiliki banyak teman dan bergaul baik
dengan teman sebayanya.
- Perkembangan motorik dan kognitif : pasien tidak memiliki kesulitan
saat belajar
- Masalah fisik atau emosional : Pasien memiliki fisik yang baik.

5. Riwayat masa dewasa :


Riwayat pendidikan Pasien Tamatan SMA dan sekarang sedang
menempuh pendidikan perkuliahan di salah satu universitas swasta
diJayapura jurusan farmasi dan masih semester 1
6. Riwayat pekerjaan :
Pasien belum bekerja.
7. Riwayat pernikahan :
Pasien belum menikah.
8. Riwayat kehidupan sosial :
Pasien dikenal sebagai orang yang sering ceria serta interaksi dengan
lingkungan sekitar rumah dan tempat kerjanya sangat baik.

5
6

9. Riwayat kehidupan spiritual :


Pasien biasa beribadah dirumah
10. Riwayat forensik :
Pasien tidak pernah terlibat dengan kasus hukum ataupun kriminal.
11. Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien tinggal di rumah orang tuanya sendiri bersama 2 kakaknya dan 1
adiknya
12. Riwayat kehidupan sekarang :
Pasien tinggal dirumah orang tuanya
13. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :
Pasien sulit dievaluasi

14. Riwayat keluarga


Pasien merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara, situasi dalam
keluarga cukup baik, dukungan dari keluarga selama pasien sakit cukup
baik. Tidak ada riwayat sakit seperti ini dalam keluarga.

Genogram

Keterangan : Pasien merupakan anak ketiga dari empat


bersaudara. Dan tinggal serumah bersama
Laki-laki : ayah dan ibu kandung pasien, serta seorang
Perempuan : kakak perempuan yang bekerja sebagai
perawat dan seorang adik laki-laki yang
Pasien : masih duduk dibangku SMP.

6
7

Kurva Perjalanan Penyakit


GAF
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

>4 bln < 4 bln 3 bulan 3 mgg 5 jam SMRS (onset)

7
8

15. Mimpi, fantasi dan nilai nilai


Pasien merasa dirinya tidak berguna. Pasien tidak tahu masa depannya
akan menjadi seperti apa.
2 .2 Status Generalisata

1. Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 86 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 36,80C
2. Status Internus
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), OC (-)
Leher : Pembesaran KGB (-/-), Peningkatan JVP (-/-)
Thorax : Paru : I : simetris, ikut gerak napas, retraksi (-/-)
P : v/f (Dextra = Sinistra)
P : sonor seluruh lapang paru
A: Suara napas vesikuler, Rhonki (-/-), Wh
Jantung : I : Ictus cordis (-)
P : Thrill (-)
P : Pekak
A: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-),
Abdomen : I : Supel, cembung
P : Hepar (ttb), Lien (ttb), Nyeri Tekan (-)
P : Timpani
A: Bising usus (+) normal  6-8 x/menit
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2”; Edema (-/-), anemis (-/-),
ikterik (-/-), sianosis (-/-)
Genitalia : Tidak dilakukan evaluasi
3. Status Neurologis

8
9

Nervus I – XII : Dalam batas normal


Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala peningkatan TIK : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada
Kesan : tidak ada kelainan

2.3 . STATUS MENTAL


A. Diskripsi Umum (13/02/2018)
1. Penampilan
Seorang wanita berkulit putih langsat, badan kurus dengan tinggi badan
kira-kira155 cm, badan kurus, memakai baju lengan panjang berwarna biru
dan dilapisis sweater,memakai sandal jepit. Tampak muda sesuai umurnya,
kebersihan cukup dan kerapihan kurang.
2. Perilaku & aktifitas psikomotor
Selama pemeriksaan berlangsung, pasien tampak hiperaktif. Pasien kadang
berontak dan berteriak-teriak yang sulit dihentikan
3. Sikap terhadap pemeriksa : Apatis
4. Mood dan Afek
Mood : Labil
Afek : Tumpul
B. Pembicaraan
Tidak Jelas, berusaha menjawab semua pertanyaan pemeriksa inkoherensia,
intonasi suara berlebihan, volume suara meningkat tanpa penyebab yang jelas,
artikulasi tidak jelas . Kuantitas lebih, kualitas kurang.
C. Gangguan Persepsi :
Ilusi (-)
Riwayat halusinasi auditorik(-) ,visual (-), gustatorius (-),sentuhan (-) somatik
(-)

9
10

D. Pikiran
1. Bentuk pikir : non realistik
2. Arus pikir :
Kecepatan proses pikir : tidak ada Sirkumstansialitas : tidak ada
Retardasi : tidak ada Blocking : tidak ada
Flight of ideas : tidak ada Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada Asosiasi longgar : tidak ada
Inkoherensi : ada Jawaban irelevan : ada
3. Isi pikir :
Pola sentral : tidak ada Fobia : tidak ada
Obsesi : tidak ada Konfabulasi : tidak ada
Pikiran bermusuhan : tidak ada Rasa takut : tidak ada
Pikiran bersalah : tidak ada Hipokondri : tidak ada
Rasa rendah diri : tidak ada Preokupasi : tidak ada
Kemiskinan isi pikir : tidak ada
Waham
Thought of echo : tidak ada
Thought of insertion : tidak ada
Thought of withdrawl : tidak ada
Thought of broadcasting : tidak ada
Delusion of control : tidak ada
Delusion of influence : tidak ada
Delusion of passivity : tidak ada
Delusion of perception : tidak ada
Waham kebesaran : tidak ada
Waham curiga : tidak ada
Waham dikejar : tidak ada
Waham erotomania : tidak ada
Waham cemburu : tidak ada
Waham hipochondri : tidak ada

10
11

Waham magic mistik : tidak ada


Waham somatik : tidak ada

E. Sensorium dan kognitif


1. Kesadaran : jernih
2. Orientasi
Personal : baik
Tempat : kacau
Waktu : kacau
Situasional : kacau
3. Daya ingat
Segera : kurang
Jangka Pendek : cukup
Panjang / jauh : cukup
4. Konsentrasi dan perhatian : konsentrasi kurang
Perhatian : Distraktibilitas
5. Kapasitas untuk membaca dan menulis : Baik
6. Kemampuan visuospasial : cukup
7. Pikiran abstrak : kurang
F. Pengendalian impuls : baik
G. Tilikan : derajat 1
Derajat tilikan yang dimiliki pasien :
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan
pertolongan, dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus
menyangkalnya
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau
penyebab eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya
4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang
tidak diketahui dari diri pasien.

11
12

5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai


bagian dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada
dalam diri pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk
melakukan sesuatu selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya
seperti tilikan derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan
tujuan yang ada pada diri pasien sendiri dan orang yang penting dalam
kehidupan pasien. Hal ini membuat perubahan perilaku pada pasien.

H. Pertimbangan : cukup
I . Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

2.4 IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


± 4 bulan (awal November 2017) pasien masih baik-baik saja, belum
menunjukaan perubahan perilaku sama sekali, pasien melakukan rutinitas
sehari-hari seperti biasanya seperti pergi kekampus, kumpul dengan teman,
keluarga, makan tanpa disuruh, membantu orang tua, mandi dll. (GAF 90-
100)
± 3 bulan (november 2017) sebelum masuk rumah sakit,pasien pergi dari
rumah dan kerumah temannya dan baru plang kerumah keesokan paginya.
Sejak saat itu pasien lebih sering menyendiri dikamar dan hanya bermain
handphone. Pasien sering melamun, tidak mau berbicara dengan siapapun.
Pasien tidak mau pergi untuk kuliah . Makan dan minum masih mau, mandi
masih mau bila disuruh. (GAF = 80-71).

2 bulan SMRS (Desember 2017) pasien sering mengambil makanan


sembarang dan langsung dimakan,tertawa sendiri, komunikasi tidak
nyambung, jalan mondar mandir tanpa tujuan dan suka bepergian tanpa pamit
ke orang tua.tidak mau mandi, tidak mau makan dan tidak mau pergi kuliah
lagi. (GAF 40-31)

12
13

± 3 minggu (januari 2018) sebelum masuk rumah sakit pasien semakin


berdiam diri dan sudah tidak mau makan dan mandi sama sekali ,pasien lebih
sering keluar rumah dengan tujuan yang tidak jelas,dan tidak meminta ijin
kemudian pulang kerumah pada sore hari dan langsung masuk kekamar dan
bermain handphone saja. Pasien juga pernah mencuri sebuah handphone di
Mall karena handphone pasien disita oleh orang tuanya. (GAF 40-31)
± 5 jam sebelum masuk rumah sakit, sehabis mandi pagi, pasien tiba-tiba
berteriak dan berontak.berteriak tidak jelas dan tidak dimengerti makna
teriakannya, sulit dikendalikan dan dihentikan Pasien tidak melakukan
kekerasan kepada dirinya ataupun orang lain, dan tidak menghancurkan barang-
barang. Pasien hanya tidak bisa diajak komunikasi, tapi masih mengenal orang-
orang disekitarnya.Akhirnya keluarga membawa pasien ke RSJ Abepura.
(GAF=30-21).

Keadaan Umum : tampak sehat, kebersihan dan kerapihan kurang


Status Internus : tak ada kelainan
Status Neurologis : dalam batas normal
Pemeriksaan Status Mental:
Kesadaran : jernih
Kontak : (+), tidak wajar, tidak dapat dipertahankan
Perilaku : hiperaktif
Verbalisasi : kualitas kurang dan kuantitas lebih
Mood : Labil
Afek : Datar
Ggn persepsi : ilusi (-), riwayat halusinasi (-)
Arus pikir : asosiasi longgar, jawaban irrelevan,inkoherensi (+)
Hendaya : dalam semua fungsi (peran, hubungan sosial, perawatan diri,
penggunaan waktu luang)

13
14

2.5. FORMULASI DIAGNOSTIK


Dari hasil heteroanamnesa didapatkan perubahan perilaku seperti : gangguan
hubungan sosial (menarik diri, pasif,apatis) , kehilangan minat dan
kegembiraan yang ditandai dengan pasien sebelumnya adalah seorang gadis
yang ceria dan mudah bergaul dengan siapa saja., pasien sulit tidur dan tidak
mau makan.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, vital sign :
Tekanan darah 100/60 mmHg, Status psikiatri, kesan umum pasien tampak
berpakaian tidak rapi, roman muka tampak sesuai umur,hiperaktif dan berontak
rontak diatas tempat tidur,sikap :Apatis, tampak emosi dengan mood yang
labil, kadang-kadang disforik, kadang euforia, afek sedih/appropiate tampak
gelisah , konsentrasi dan perhatian menurun. Bentuk pikir non realistik, arus
pikir inkoherensi, jawaban irrelevan, , ide bunuh diri tidak ada. Persepsi
halusinasi dan ilusi tidak ada. Tidak ditemukan adanya waham tentang kejadian
buruk yang mengancam, dan merasa bertanggung jawab atas kejadian yang terjadi
dalam hidupnya. Dorongan instingtual insomnia ada. Pemahaman pasien akan
penyakitnya memiliki tilikan 1.
berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
edisi ke III.
2.6 . EVALUASI MULTIAKSIAL
A. Menurut PPDGJ-III
Aksis I : Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)
Aksis II : tidak terdiagnosis
Aksis III : tidak terdiagnosis
Aksis IV : Masalah dengan keluarga : masalah dengan primary
support group (kakak kandung pasien )
Aksis V : GAF 50-41

14
15

Saat Masuk UGD (13/02/2018)


POSITIVE AND NEGATIVE SYNDROME SCALE ( PANSS)

Tidak Agak Sangat


Min Ringan Sedang Berat
ada berat Berat
SIMTOM POSITIF
P1 Waham 1 2 3 4 5 6 7
P2 Kekacauan proses pikir 1 2 3 4 5 6 7
P3 Perilaku halusinasi 1 2 3 4 5 6 7
P4 Gaduh gelisah 1 2 3 4 5 6 7
P5 Waham kebesaran 1 2 3 4 5 6 7
P6 Kecurigaan/kejar 1 2 3 4 5 6 7
P7 Permusuhan 1 2 3 4 5 6 7
SIMTOM NEGATIF
N1 Afek tumpul 1 2 3 4 5 6 7
N2 Penarikan emosional 1 2 3 4 5 6 7
N3 Kemiskinan raport 1 2 3 4 5 6 7
Penarikan diri dari
N4 hubungan sosial secara 1 2 3 4 5 6 7
pasif/apatis
N5 Kesulitan berfikir abstrak 1 2 3 4 5 6 7
Kurangnya spontanitas dan
N6 1 2 3 4 5 6 7
arus percakapan
N7 Pemikiran stereotipik 1 2 3 4 5 6 7

15
16

SKALA PSIKOPATOLOGI
UMUM
G1 Kekhawatiran somatik 1 2 3 4 5 6 7
G2 Anxietas 1 2 3 4 5 6 7
G3 Rasa bersalah 1 2 3 4 5 6 7
G4 Ketegangan 1 2 3 4 5 6 7
G5 Mannerisme & Posturing 1 2 3 4 5 6 7
G6 Depresi 1 2 3 4 5 6 7
G7 Retardasi motorik 1 2 3 4 5 6 7
G8 Ketidakkooperatifan 1 2 3 4 5 6 7
G9 Isi pikiran yang tidak biasa 1 2 3 4 5 6 7
G10 Disorientasi 1 2 3 4 5 6 7
G11 Perhatian yang buruk 1 2 3 4 5 6 7
Kurangnya daya nilai dan
G12 1 2 3 4 5 6 7
tilikan
Gangguan dorongan
G13 1 2 3 4 5 6 7
kehendak
Pengendalian impuls yang
G14 1 2 3 4 5 6 7
buruk
G15 Preokupasi 1 2 3 4 5 6 7
Penghindaran sosial secara
G16 1 2 3 4 5 6 7
aktif
Petunjuk :
1 = Tidak ada gejala
2 = minimal, menunjukkan keadaan patologi yang lemah, dicurigai atau bisa
merupakan ujung ekstrim dari batasan normal
3 = ringan, sedikit mengganggu fungsi sehari-hari
4 = sedang, mempunyai gejala yang karakteristik, adanya masalah yang serius
namun kadang-kadang hanya mengganggu kehidupan sehari-hari pada
tingkat sederhana

16
17

5 = agak berat, menandakan gejala yang jelas-jelas telah mengganggu sebagian


fungsi seseorang
6 = berat, gejala timbul sangat sering dan telah menyebabkan kehancuran
terhadap kehidupan seseorang dan memerlukan bantuan orang lain
7 = sangat berat, merujuk pada psikopatologi yang serius, dimana gejala telah
mengganggu hampir seluruh fungsi kehidupan (makan, tidur, pengurusan
diri, dan sebagainya) dan biasanya memerlukan pengawasan dan bantuan
beberapa keadaan.

Kesimpulan :
Skala :
Simtom positif : 17
Simtom negatif : 33
Indeks gabungan : 12
Psikopatologi umum : 81
Skor kelompok : 143

2.7 . Rencana Terapi


 Resusitasi cairan kristaloid 500 cc habis dalam 1 jam  guyur observasi
KU dan vital sign
 Psikofarmaka : Inj Diazepam 5 mg/ 12 jam

Fluoxetin 10 mg 2x1 .

 Pengobatan untuk asupan gizi


- Asupan protein, karbohidrat, air , mineral, vitamin perlu ditingkatkan
secara bertahap.
- Contoh makanan perhari : nasi, tahu, tempe, air putih, susu, sayuran,
buah-buahan.

17
18

 Psikoterapi :
- Terapi supportif : memberikan pasien dukungan atau memotivasi pada
saat pasien dalam keadaan krisis atau trauma psikologis.
- Konseling, membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik
agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri.
- Memberikan penjelasan kepada pasien tentang keadaannya agar ada
kesadaran untuk kepatuhan dalam minum obat
 Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
terdekat pasien tentang keadaan pasien dan menciptakan lingkungan yang
kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan pasien.
 Laboratorium : Darah rutin dan kimia darah

2.8 DIAGNOSA BANDING


 F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
 F20.1 Skizofrenia hebefrenik
2.9 DAFTAR MASALAH

1. ORGANOBIOLOGIK

Status interna : tidak ada gangguan

Status neurologik : tidak ada gangguan

2. PSIKOLOGIK

Afek labile, ekspresi afektif yang sedih dan murung, empati dapat

dirabarasakan,stupor depresi, dan tilikan derajat 1.

3. SOSIAL/KELUARGA

Stressor dalam sosial dan keluarga ada

18
19

2.10 PROGNOSIS :
Pendukung ke arah baik Pendukung ke arah buruk
Genetik tidak ada Genetik ada
Onset akut Onset kronik
Usia tua Usia muda
Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas
Riwayat premorbid baik Riwayat premorbid buruk
Belum pernah sakit seperti ini Pernah sakit seperti ini
Menikah Tidak menikah
Suportif lingkungan ada Suportif lingkungan tidak ada
Tilikan baik Tilikan buruk
Status ekonomi baik Status ekonomi kurang
Prognosis: dubia ad Bonam

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS
Depresi adalah suatu periode terganggunya fungsi manusia yang dikaitkan dengan
perasaan yang sedih serta gejala penyertanya, dimana mencakup hal-hal seperti
perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, rasa lelah,
anhedonia, rasa tak berdaya dan putus asa dan bunuh diri (Kaplan, 2013). Angka
kejadian gangguan depresi meningkat sekitar 2-3 kali dari populasi umum pada
individu yang memiliki riwayat gangguan depresi di keluarganya. Adapun faktor
psikososial yang berperan seperti penurunan rasa percaya diri, perpisahan,
kemiskinan, kesepian, penyakit fisik dan penurunan interaksi sosial Tiap orang
memiliki gejala gangguan depresif yang berbeda-beda tergantung dari beratnya
gejala yang dialami. Pola pikir, perasaan, perilaku seseorang dan kesehatan fisik
biasanya terpengaruh oleh gangguan depresi yang dialaminya Gejala yang muncul
dapat dibagi menjadi hal yang terkait dalam perubahan cara berpikir, perasaan
dan tingkah laku.

1. Bagaimana mendiagnosis pasien ini?


Diagnosis gangguan depresi dapat ditegakkan berdsarkan PPDGJ III
(Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang berpedoman pada
DSM-IV. Gangguan depresi dapat dibedakan menjadi episode depresif ringan,
sedang dan berat menurut banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap
fungsi kehidupan seorang (Maslim, 2001). Kriteria penggolongan diatas
berdasarkan atas gejala utama dan gejala lain.
Adapun gejala utama ada tiga yaitu :
1. afek depresif,
2. kehilangan minat dan kegembiraan dan

20
3. berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit) dan menurunnya
aktifitas.
Sedangkan gejala lainnya ada tujuh yaitu :
a. konsentrasi dan perhatian berkurang,
b. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
c. harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,
f. nafsu makan berkurang dan
g. tidur terganggu
depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis
gangguan depresi berulang (F.33).
1. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut
di atas
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g).
2. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang
 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut
di atas
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaik-baiknya 4) dari gejala lainnya
 Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
ataupun rumah tangga.
3. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik
 Semua 3 gejala utama depresi harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat

21
 Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
4. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2)
tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh,
atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Pada kasus ini, pasien masuk dalam kategori Episode depresi berat karena
didapatkannya semua gejala utama yaitu adanya afek depresif, hilangnya
minat dan kegembiraan yang ditandai dengan seringnya pasien menyendiri
,melamun dan menutup diri dari lingkungannya. Jarang bergaul dan
berkumpul dengan teman-teman seusianya dan mudah lelah walaupun tidak
melakukan aktifitas berat, pasien tampak selalu lemas dan seperti todak ada
gairah hidup. Gejala lainnya seperti konsentrasi dan perhatian
berkurang,kepercayaan diri berkurang,nafsu makan dan tidur terganggu dan
sudah dialami lebih dari 2 minggu dan pasien tidak mampu meneruskan
kegiatan sosial,pekerjaan/perkuliahan. Hal ini sesuai dengan gejala episode
depresif berat.Pasien ini mengalami keluhan ini sudah sejak 3 bulan yang lalu,
sesuai dengan kriteria depresi berat yaitu lamanya seluruh episode
berlangsung minimum 2 minggu. Pasien tidak bisa beraktivitas jika keluhan

22
yang dirasakannya muncul, sesuai dengan kriteria depresi berat , yaitu
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,seperti
berkuliah.
Etiologi depresi yang pasti belum diketahui. Beberapa faktor yang diketahui
berkaitan dengan terjadinya depresi:
1. Berbagai penyakit fisik
2. Faktor psikis
3. Faktor sosial dan lingkungan
4. Faktor obat
5. Faktor usia
6. Faktor genetik
Pada pasien ini faktor depresi yang berpengaruh adalah faktor sosial dan
lingkungan yaitu pasien mengalami hubungan yang tidak harmonis dengan saudari
kandungnya dan sering terjadi pertengkaran dan selilisih paham antara keduanya.
Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksa pada saat wawancara diperoleh
perilaku dan aktifitas psikomotor hiperaktif, kontak : apatis ,afek labil dan tumpul,
ekspresi afektif murung dan sedih, empati dapat dirabarasakan, halusinasi tidak ada,
waham tidak ada, daya ingat bagus, penialian realitas baik, adanya stupor depresif
atau multisme yaitu keadaan diam mematung dengan ciri-ciri sama sekali tidak
responsive dan tidak aktif, tidak bisa turun dari tempat tidur dan sama sekali acuh tak
acuh terhadap sesuatu yang berlangsung disekitarnya. jadi pasien ini mengarah ke
diagnosis psikosis.
B. FARMAKOTERAPI
Pada hasil pemeriksaan fisik pasien ditemukan tekanan darah 100/60 mmHg pada 2
kali pemeriksaan dengan selang waktu 30 menit, kemudian dilakukan resusitasi
cairan kristaloid 500 cc habis dalam waktu 1 jam kemudian observasi keaadaan
umum dan vital sign. Tekanan darah pasien membaik setelah resusitasi cairan
sebanyak 1000cc dan kemudian keluarga pasien diedukasi untuk memperhatikan
asupan makanan pasien agar tidak terjadi penurunan tekanan darah yang berulang.

23
Obat depresi terbagi dalam golongan sebagai berikut:
1. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin (SSRI) : Citalopram,
Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine. Golongan obat depresi ini lebih
sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari obat ini adalah
mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit kepala.
2. Golongan Trisiklik : Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine.
Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan,
takikardi, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat badan.
Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan,
menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila tekanan darah
rendah, dan koma.
3. Golongan Atypical: Trazodone, Mirtazapine,Venlafaxine
4. Golongan penghambat Monoamin oksidase: Moclobemide
Golongan ini sudah jarang diresepkan sekarang ini. Golongan ini memiliki efek
samping hipotensi ortostatik yang lebih sering.Jika anda setuju untuk minum
obat golongan obat ini dokter anda akan memberikan daftar makanan yang harus
dihindari.
5. GolonganTetrasiklik
Amoxapine, Maprotiline.
Mengingat profil efek sampingnya pada penggunaan Sindrom Depresi Ringan
dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum,
pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan
Step 1 : Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline)
Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptiline)
Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maprotiline)
Golongan “Atypical” (Trazodone)
Golongan MAOI Reversibel ( Moclobemide)

24
Pasien ini mendapat pengobatan Fluoxetin 10 mg 2x1 dan Inj Diazepam 5

mg 2x1(IM) . Fluoxetin merupakan obat antidepresan golongan SRRI (selective

serotonin reuptake inhibitor) dan Diazepam adalah antianxietas golongan

benzodiazepin. Mekanisme kerja Obat Anti-depresi, adalah menghambat “re-uptake

aminergic neurotransmitter”, menghambat penghancuran oleh enzirn “Monoamine

Oxidase” Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada

sinaps neuron di SSP. Efek samping Obal Anti-depresi dapat berupa :

 Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif rnenurun)

 Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur.,

konstipasi, sinus takikardia, dsb)

 Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)

 Efek Nuurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia)

Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu. SSRI

dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan. Contoh obat

golongan ini adalah fluoxetine, sertraline, paroxetine, citalopram, fluvoxamine.

Pada keadaan overodosis/intoksikasi trisilik dapat timbul “Atropine Toxic

Syndrome” dengan gejala : eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic

confusional state (confusion, delirium dan disorientasi).

Tindakan untuk keadaan tersebut :

25
1. Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik

bersifat protein binding, forced diuresis juga tidak bermanfaatoleh karena

renal excretion of free drug rendah)

2. Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi

3. Prostigmine0,55-1,0 (im) untuk mengatasi efek anti kolinergik (dapat

diulangi setiap 30’-45’ sampai gejala mereda)

4. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung

Efek samping obat anti-anxietas dapat berupa :

 Sedasi (Rasa mengantuk,kewaspadaan kurang,kinerja psikomotor yang

menurun, kemampuan kognitif melemah)

 Relaksasi otot

Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari Narkotika.

Penghentian obat mendadak akan menimbulkan gejala putus obat. Pasien menjadi

irritable, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin dan konvulsi. Hal ini

berkaitan dengan penurunan kadar benzodiazepin dalam plasma. Untukdi obat

benzodiazepin dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya

dibanding obat benzodiazepin dengan aktu parah panjang misalnya Clobazam

yangsangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat.

Psikoterapi juga perlu diberikan pada pasien ini.Semua terapi diatas sangat

menunjang kesembuhan pasien. Sedangkan pemeriksaan laboratorium darah

26
dimaksudkan untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal karena efek samping dari

terapi psikofarmaka adalah hepatotoksik dan nefrotoksik.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari


PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Emergency Psychiatric Medicine. In: Kaplan &
Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia. 2013.
3. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press, 2005.

4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga.


Jakarta: PT Nuh Jaya, 2014.

28

You might also like