Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD AGUS
ADINDA SILVI YANTY
EKONOMI MANAJEMEN
SEMESTER 2
0
EKONOMI KOPERASI DAN UMKM
1
Soeratno, Ekonomi Mikro Pengantar, Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta, 2003, Edisi 2, hlm. 232
1
2. Koperasi pada Perdagangan Bebas2
Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari
adanya perdagangan bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu
akan selalu membawa pada persaingan yang lebih baik dan membawa
pada tingkat keseimbangan harga yang wajar serta efisien. Peniadaan
hambatan perdagangan akan memperlancar arus perdagangan dan
terbukanya pilihan barang dari seluruh pelosok penjuru dunia secara
bebas. Dengan demikian konsumen akan menikmati kebebasan untuk
memenuhi hasrat konsumsinya secara optimal . Meluasnya konsumsi
masyarakat dunia akan mendorong meluas dan meningkatnya usaha
koperasi yang bergerak di bidang konsumsi. Selain itu dengan peniadaan
hambatan perdagangan oleh pemerintah melalui peniadaan non torif barier
dan penurunan tarif akan menyerahkan mekanisme seleksi sepenuhnya
kepada masyarakat. Koperasi sebenarnya menjadi wahana masyarakat
untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang timbul akibat
perdagangan bebas .
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris,
terbukti mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar
yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak
sempurna, terutama jika menyangkut masalah informasi. Bagi koperasi
kredit keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar masuk akan
merupakan kehadiran pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap
tidak dapat menjangkau para anggota koperasi. Apabila koperasi kredit
mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk
pelayanan anggota saja, maka segmentasi ini akan sulit untuk ditembus
pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara berkembang, adanya
globalisasi ekonomi dunia akan merupakan peluang untuk mengadakan
kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam membangun
sistem perkreditan melalui koperasi. Koperasi kredit atau simpan pinjam di
2
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, Edisi 3,
hlm. 319
2
masa mendatang akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu
diikuti oleh dukungan lainnya seperti sistem pengawasan dan jaminan.
3
untuk mengarahkan aliran uang di masing-masing daerah. Dalam jangka
menengah koperasi juga perlu memikirkan asuransi bagi para penabung.
Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai
gerakan koperasi yang otonom, namun fokus bisnis koperasi harus
diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan yang tinggi seperti jasa
keuangan, pelayanan infrastruktur serta pembelian bersama. Dengan
otonomi selain peluang untuk memanfaatkan potensi setempat juga
terdapat potensi benturan yang harus diselesaikan di tingkat daerah. Dalam
hal ini konsolidasi potensi keuangan, pengembangan jaringan informasi
serta pengembangan pusat inovasi dan teknologi merupakan kebutuhan
pendukung untuk kuatnya kehadiran koperasi. Pemerintah di daerah dapat
mendorong pengembangan lembaga penjamin kredit di daerah.3
3
Christo Mario : https://christomario.wordpress.com/2009/11/09/strategi-persaingan-koperasi/,
diakses pada tanggal 21 Februari 2018
4
harus mengarah pada sisi operasional koperasi itu sendiri. Dengan begitu,
jelas bahwa perubahan mendasar dari sisi manajemen, khususnya
antisipasi terhadap perubahan ekonomi global menuntut juga perubahan
pada manajemen koperasi.
Joyoboyo, yang menyebutkan bahwa ada ramalan yang
menyebutkan akan terjadi sesuatu yang mengerikan di negeri ini. Karena
itu kedepan, Soebiakto berharap pemerintah lebih serius melakukan
pembinaan dan perlindungan pada usaha koperasi, mikro, kecil dan
menengah — arah pembinaannya harus jelas. Harus ada pendekatan sistem
atau kelembagaan. Karena kata kunci untuk menghadapi globalisasi adalah
persaingan, peningkatan daya saing. Usaha kecil dan mikro harus
diarahkan menjadi efisien secara ekonomi.
Di Indonesia keberadaan koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah saat ini umumnya tidak efisien tak punya daya saing. Skala
ekonominya kecil-kecil, tak punya jaringan usaha.
Seharusnya menurut Soebiakto, pemerintah mendorong usaha
koperasi mikro, kecil dan menengah membuat jaringan sendiri atau
bermitra dengan pengusaha-pengusaha besar. Idealnya membuat jaringan
sendiri dalam bentuk koperasi yang bergerak di bidang input maupun
output, menyediakan bahan baku, permodalan dan memasarkan produk-
produk UKM dan mikro. (www.cakrasoft.com/artikel_ekonomi/?php)
5
untuk menghindari cirri-ciri negatif sistem perekonomian berdasarkan asas
demokrasi ekonomi itu. Di berbagai Negara kapitalis, cara koperasi itu juga
dipakai untuk menghilangkan monopoli yang merugikan.
Dalam koperasi nampak sepintas lalu adanya unsur “monopoli”, yaitu
dalam bentuk perusahaan pasar. Menurut GBHN yang disebut monopoli
adalah pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok. Selain itu,
monopoli juga mengandung sifat yang merugikan masyarakat. Dalam
koperasi, unsur penguasaan pasar memang ada. Tetapi yang menguasai bukan
suatu kelompok orang tertentu, melainkan para anggota masyarakat luas.
Keuntungannya dinikmati oleh orang banyak, sehingga koperasi mengandung
fungsi pembagian pendapatan masyarakat.
Monopoli adalah suatu bentuk pertumbuhan dari atas, yaitu dari
pemilik modal yang mendapatkan kesempatan dan dorongan dari pemerintah.
Sebaliknya koperasi adalah asosiasi bebas dari orang per orang yang
melakukan pertumbuhan secara evolusioner dari bawah. Dengan monopoli
memang bisa dilakukan “revolusi” produksi, tapi revolusi semacam itu
merupakan “revolusi istana” atau “revolusi elite”. Sedangkan koperasi, secara
evolusioner, damai dan demokratis akan melakukan perbahan fundamental
dalam sistem perekonomian.
Koperasi bukan suatu bentuk monopoli, sebab koperasi bukan suatu
bentuk konsentrasi dan sentralisasi kekuatan ekonomi yang didominasi oleh
seseorang atau keluarga-keluarga kaya, seperti yang telah terjadi di Philipina,
Muangthai dan Malaysia yang diikuti oleh Indonesia.4
Koperasi sebenarnya adalah suatu organisasi modern pasca kapitalis.
Salah satu pra syarat perkembangan koperasi adalah kesadaran masyarakat
yang tinggi, baik dari segi-segi negatif dari sistem kapitalis maupun sosialis.
Di Indonesia, kapitalisme juga telah mulai berkembang dengan dukungan
sistem, kelembagaannya yang menjadi kuat berkat dukungan keuangan
pemerintah dan perlindungan birokrasi Negara. Wajah monopoli mulai
nampak makin jelas di seluruh sector perekonomian, baik di sector modern
4
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Op. Cit, halm. 238
6
dan tradisional, di desa maupun di kota. Tapi monopoli bukan satu-satunya
wajah perekonomian Indonesia dewasa ini. Wajah sebenarnya adalah wajah
dualistis, yaitu monopoli dan oligopoli, sedangkan yang lain adalah wajah
tomistis yang terdiri dari pengusaha-pengusaha kecil, petani-petani gurem dan
pekerja-pekerja swakarya.
Dalam rangka pengembangan perlu dibedakan antara potensi koperasi
di sector modern dan tradisional. Di sector tradisional, bisa dilakukan
pembinaan dengan pembentukan kelompok-kelompok kerja produktif yang
sekaligus melayani kebutuhan atau memecahkan persoalan sehari-hari. Di
sector modern, dapat diambil umpamanya, bidang distribusi berbagai jenis
minyak bumi. Para konsumen bensin di kota-kota dapat membentuk koperasi
konsumsi yang sangat menguntungkan. Apabila usaha ini berhasil, maka
kegiatan ini dapat dijadikan titik tolak atau modal bagi pengembangan
koperasi selanjutnya. Dalam perspektifnya dapat dilihat kemungkinanya untuk
melakukan kerjasama dianatra koperasi-koperasi primer pompa bensin untuk
memberntuk badan usaha baru.
Dalam situasi seperti yang ada sekarang di Indonesia, peranan
pemerintah sangat menentukan. Koperasi semacam koperasi pompa bensin itu
dapat didorong untuk dibentuk setahap demi setahap. Dalam bidang ini kita
bisa memperoleh anggota di antara mereka yang berpendidikan dan cukup
memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang koperasi, yaitu para pemilik
kendaraan, termasuk para pejabat pemerintahan dan kalangan bisnis di kota.
Dengan potensi ekonomi semacam ini, proses pembentukan modal dari
kelompok konsumen yang jumlahnya besar dan nilai kebutuhannya juga besar,
guna menggantikan pola pembentukan modal monopoli dan oligopoli.
Seandainya koperasi mampu memasuki pasar, maka menurut Baumoletal,
posisi monopoli akan bisa “diperebutkan” (constetable). Konsekwensinya,
monopolis akan mengurangi harga (paling tidak untuk jangka waktu tertentu)
sehingga pesaing menjadi tidak tertarik untuk memasuki pasar. Di lain pihak
jika hambatan masuk dapat mencegah perusahaan non koperasi bersaing
7
dengan monopolis yang ada, maka hambatan yang sama akan berlaku pada
koperasi.
Jika koperasi tidak mampu memasuki pasar, maka monopolis akan
bisa menjaga kekuasaannya. Kebijakan yang tepat adalah menghapus segala
bentuk hambatan yang masuk buatan (artifical) sebagai respons atas situasi
terakhir.
5
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Mikro, PT Grasindo, Jakarta,
2006, halm. 198
8
perusahaan baru tersebut. Contoh pasar oligopoli adalah industri rokok,
industri sabun, industri odol, industri baja, dll.
9
kemampuan yang sama (biaya produksi sama). Untuk memudahkan analisis
dianggap bahwa :
i. Hanya ada dua perusahaan dalam industri yang menghasilkan produk
homogen, satu di antaranya koperasi.
ii. Masing-masing perusahaan setuju tentang pembagian pasar dengan
masing-masing memperoleh setengahnya.
iii. Dua perusahaan mempunyai biaya yang sama.
6
Farizadidana : http://farizadidana.blogspot.co.id/2012/04/bentuk-bentuk-hambatan-
kemasukan.html, diakses pada tanggal 21 Februari 2018
10
3. Keistimewaan Hasil Produksi dan Differensiasi Produk
Bentuk keistimewaan hasil produksi perusahaan lama, diantaranya:
a. Produk yang dihasilkan sudah sangat terkenal (product
recognition).
b. Produk yang dihasilkan sangat rumit (product complexity).
c. Memproduksi barang-barang yang sejenis (product differentiation)
11