You are on page 1of 12

EKONOMI KOPERASI DAN UMKM

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD AGUS
ADINDA SILVI YANTY

DOSEN : AZIDIN RITONGA, SH.I, M.Pd

EKONOMI MANAJEMEN
SEMESTER 2

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


LABUHAN BATU
TAHUN AJARAN 2017/2018

0
EKONOMI KOPERASI DAN UMKM

A. Pesaing Potensial dari Koperasi


1. Koperasi Komoditi Pengganti Impor
Untuk koperasi-koperasi yang menangani komoditi sebagai
pengganti impor atau ditutup dari persaingan impor jelas hal ini akan
merupakan pukulan berat dan akan menurunkan perannya di dalam
percaturan pasar kecuali ada rasionalisasi produksi. Sementara untuk
koperasi yang menghasilkan barang pertanian untuk ekspor seperti minyak
sawit, kopi, dan rempah serta produksi pertanian dan perikanan maupun
peternakan lainnya, jelas perdagangan bebas merupakan peluang emas.
Karena berbagai kebebasan tersebut berarti membuka peluang pasar yang
baru.
Dengan demikian akan memperluas pasar yang pada gilirannya
akan merupakan peluang untuk peningkatan produksi dan usaha bagi
koperasi yang bersangkutan. Dalam konteks ini koperasi yang menangani
produksi pertanian, yang selama ini mendapat kemudahan dan
perlindungan pemerintah melalui proteksi harga dan pasar akan
menghadapi masa-masa sulit. Karena itu koperasi produksi harus merubah
strategi kegiatannya. Bahkan mungkin harus mereorganisasi kembali
supaya kompatibel dengan tantangan yang dihadapi. Untuk koperasi
produksi di luar pertanian memang cukup sulit untuk dilihat arah pengaruh
dari liberalisasi perdagangan terhadapnya. Karena segala sesuatunya akan
sangat tergantung di posisi segmen mana kegiatan koperasi dibedakan dari
para anggotanya. Industri kecil misalnya sebenarnya pada saat ini relatif
berhadapan dengan pasar yang lebih terbuka. Artinya mereka terbiasa
dengan persaingan dengan dunia luar untuk memenuhi pemintaan ekspor
maupun berhadapan dengan barang pengganti yang diimpor. Namun cara-
cara koperasi juga dapat dikerjakan oleh perusahaan bukan koperasi.1

1
Soeratno, Ekonomi Mikro Pengantar, Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta, 2003, Edisi 2, hlm. 232

1
2. Koperasi pada Perdagangan Bebas2
Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari
adanya perdagangan bebas, karena pada dasarnya perdagangan bebas itu
akan selalu membawa pada persaingan yang lebih baik dan membawa
pada tingkat keseimbangan harga yang wajar serta efisien. Peniadaan
hambatan perdagangan akan memperlancar arus perdagangan dan
terbukanya pilihan barang dari seluruh pelosok penjuru dunia secara
bebas. Dengan demikian konsumen akan menikmati kebebasan untuk
memenuhi hasrat konsumsinya secara optimal . Meluasnya konsumsi
masyarakat dunia akan mendorong meluas dan meningkatnya usaha
koperasi yang bergerak di bidang konsumsi. Selain itu dengan peniadaan
hambatan perdagangan oleh pemerintah melalui peniadaan non torif barier
dan penurunan tarif akan menyerahkan mekanisme seleksi sepenuhnya
kepada masyarakat. Koperasi sebenarnya menjadi wahana masyarakat
untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang timbul akibat
perdagangan bebas .
Kegiatan koperasi kredit, baik secara teoritis maupun empiris,
terbukti mempunyai kemampuan untuk membangun segmentasi pasar
yang kuat sebagai akibat struktur pasar keuangan yang sangat tidak
sempurna, terutama jika menyangkut masalah informasi. Bagi koperasi
kredit keterbukaan perdagangan dan aliran modal yang keluar masuk akan
merupakan kehadiran pesaing baru terhadap pasar keuangan, namun tetap
tidak dapat menjangkau para anggota koperasi. Apabila koperasi kredit
mempunyai jaringan yang luas dan menutup usahanya hanya untuk
pelayanan anggota saja, maka segmentasi ini akan sulit untuk ditembus
pesaing baru. Bagi koperasi-koperasi kredit di negara berkembang, adanya
globalisasi ekonomi dunia akan merupakan peluang untuk mengadakan
kerjasama dengan koperasi kredit di negara maju dalam membangun
sistem perkreditan melalui koperasi. Koperasi kredit atau simpan pinjam di

2
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, Edisi 3,
hlm. 319

2
masa mendatang akan menjadi pilar kekuatan sekitar koperasi yang perlu
diikuti oleh dukungan lainnya seperti sistem pengawasan dan jaminan.

3. Koperasi dalam Era Otonomi Daerah


Implementasi undang-undang otonomi daerah, akan memberikan
dampak positif bagi koperasi dalam hal alokasi sumber daya alam dan
pelayanan pembinaan lainnya. Namun koperasi akan semakin menghadapi
masalah yang lebih intensif dengan pemerintah daerah dalam bentuk
penempatan lokasi investasi dan skala kegiatan koperasi . Karena azas
efisiensi akan mendesak koperasi untuk membangun jaringan yang luas
dan mungkin melampaui batas daerah otonom. Peranan advokasi oleh
gerakan koperasi untuk memberikan orientasi kepada pemerintah di daerah
semakin penting. Dengan demikian peranan pemerintah di tingkat propinsi
yang diserahi tugas untuk pengembangan koperasi harus mampu
menjalankan fungsi intermediasi semacam ini. Mungkin juga dalam hal
lain yang berkaitan dengan pemanfaatan infrastruktur daerah yang semula
menjadi kewenangan pusat.
Peranan pengembangan sistem lembaga keuangan koperasi di
tingkat Kabupaten / Kota sebagai daerah otonomi menjadi sangat penting.
Lembaga keuangan koperasi yang kokoh di daerah otonom akan dapat
menjangkau lapisan bawah dari ekonomi rakyat. Disamping itu juga akan
mampu berperan menahan arus keluar sumber keuangan daerah. Berbagai
studi menunjukan bahwa lembaga keuangan yang berbasis daerah akan
lebih mampu menahan arus kapital keluar.
Dukungan yang diperlukan bagi koperasi untuk menghadapi
berbagai rasionalisasi adalah keberadaan lembaga jaminan kredit bagi
koperasi dan usaha kecil di daerah. Dengan demikian kehadiran lembaga
jaminan akan menjadi elemen terpenting untuk percepatan perkembangan
koperasi di daerah. Lembaga jaminan kredit yang dapat dikembangkan
Pemerintah Daerah akan dapat mendesentralisasi pengembangan ekonomi
rakyat dan dalam jangka panjang akan menumbuhkan kemandirian daerah

3
untuk mengarahkan aliran uang di masing-masing daerah. Dalam jangka
menengah koperasi juga perlu memikirkan asuransi bagi para penabung.
Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai
gerakan koperasi yang otonom, namun fokus bisnis koperasi harus
diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan yang tinggi seperti jasa
keuangan, pelayanan infrastruktur serta pembelian bersama. Dengan
otonomi selain peluang untuk memanfaatkan potensi setempat juga
terdapat potensi benturan yang harus diselesaikan di tingkat daerah. Dalam
hal ini konsolidasi potensi keuangan, pengembangan jaringan informasi
serta pengembangan pusat inovasi dan teknologi merupakan kebutuhan
pendukung untuk kuatnya kehadiran koperasi. Pemerintah di daerah dapat
mendorong pengembangan lembaga penjamin kredit di daerah.3

4. Koperasi pada Era Krisis Ekonomi


Krisis ekonomi yang berkepanjangan, secara langsung atau tidak
langsung telah mempengaruhi struktur dan roda perputaran ekonomi
nasional. Dapat dipastikan hampir semua sektor yang berkaitan dengan
kegiatan ekonomi terkena dampaknya, sehingga wajar kalau banyak
pengusaha yang menutup usaha mereka. Namun sebaliknya, usaha kecil
dan menengah (UKM) dan koperasi terbukti mampu untuk bertahan di
tengah krisis ekonomi. Prospek masa depan koperasi sebagai badan usaha
yang diharapkan menjadi soko guru perekonomian seperti amanat
konstitusi negara (Pasal 33 UUD 1945) sangat ditentukan oleh mampu
tidaknya kemandirian (otonomi) dilaksanakan untuk menjawab tantangan
dan ancaman.
Persaingan yang semakin tajam dalam dunia usaha membuat
koperasi yang tidak mandiri dihadapkan pada situasi sulit untuk
berkembang. Sementara itu, untuk menyiapkan koperasi menjadi mandiri,
tidak saja diperlukan aspek ekonomi-sosial, namun lebih jauh dan dalam

3
Christo Mario : https://christomario.wordpress.com/2009/11/09/strategi-persaingan-koperasi/,
diakses pada tanggal 21 Februari 2018

4
harus mengarah pada sisi operasional koperasi itu sendiri. Dengan begitu,
jelas bahwa perubahan mendasar dari sisi manajemen, khususnya
antisipasi terhadap perubahan ekonomi global menuntut juga perubahan
pada manajemen koperasi.
Joyoboyo, yang menyebutkan bahwa ada ramalan yang
menyebutkan akan terjadi sesuatu yang mengerikan di negeri ini. Karena
itu kedepan, Soebiakto berharap pemerintah lebih serius melakukan
pembinaan dan perlindungan pada usaha koperasi, mikro, kecil dan
menengah — arah pembinaannya harus jelas. Harus ada pendekatan sistem
atau kelembagaan. Karena kata kunci untuk menghadapi globalisasi adalah
persaingan, peningkatan daya saing. Usaha kecil dan mikro harus
diarahkan menjadi efisien secara ekonomi.
Di Indonesia keberadaan koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah saat ini umumnya tidak efisien tak punya daya saing. Skala
ekonominya kecil-kecil, tak punya jaringan usaha.
Seharusnya menurut Soebiakto, pemerintah mendorong usaha
koperasi mikro, kecil dan menengah membuat jaringan sendiri atau
bermitra dengan pengusaha-pengusaha besar. Idealnya membuat jaringan
sendiri dalam bentuk koperasi yang bergerak di bidang input maupun
output, menyediakan bahan baku, permodalan dan memasarkan produk-
produk UKM dan mikro. (www.cakrasoft.com/artikel_ekonomi/?php)

B. Koperasi Dalam Pasar Monopoli Alamiah


Dewasa ini monopoli dan oligopoli merupakan wajah yang sangat
menonjol pada sector-sektor produksi atau jenis-jenis produksi, baik besar
maupun kecil, local maupun nasional. Salah satu cirri dari sistem demokrasi
ekonomi menurut GBHN adalah “menghindari dari cirri-ciri negatif” dalam
sistem perekonomian seperti “pemusatan kekuatan ekonomi pada satu
kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat”. Yang
dimaksud dengan masyarakat disini adalah masyarakat konsumen tetapi juga
produsen. Pengembangan bangun usaha koperasi, merupakan salah satu cara

5
untuk menghindari cirri-ciri negatif sistem perekonomian berdasarkan asas
demokrasi ekonomi itu. Di berbagai Negara kapitalis, cara koperasi itu juga
dipakai untuk menghilangkan monopoli yang merugikan.
Dalam koperasi nampak sepintas lalu adanya unsur “monopoli”, yaitu
dalam bentuk perusahaan pasar. Menurut GBHN yang disebut monopoli
adalah pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok. Selain itu,
monopoli juga mengandung sifat yang merugikan masyarakat. Dalam
koperasi, unsur penguasaan pasar memang ada. Tetapi yang menguasai bukan
suatu kelompok orang tertentu, melainkan para anggota masyarakat luas.
Keuntungannya dinikmati oleh orang banyak, sehingga koperasi mengandung
fungsi pembagian pendapatan masyarakat.
Monopoli adalah suatu bentuk pertumbuhan dari atas, yaitu dari
pemilik modal yang mendapatkan kesempatan dan dorongan dari pemerintah.
Sebaliknya koperasi adalah asosiasi bebas dari orang per orang yang
melakukan pertumbuhan secara evolusioner dari bawah. Dengan monopoli
memang bisa dilakukan “revolusi” produksi, tapi revolusi semacam itu
merupakan “revolusi istana” atau “revolusi elite”. Sedangkan koperasi, secara
evolusioner, damai dan demokratis akan melakukan perbahan fundamental
dalam sistem perekonomian.
Koperasi bukan suatu bentuk monopoli, sebab koperasi bukan suatu
bentuk konsentrasi dan sentralisasi kekuatan ekonomi yang didominasi oleh
seseorang atau keluarga-keluarga kaya, seperti yang telah terjadi di Philipina,
Muangthai dan Malaysia yang diikuti oleh Indonesia.4
Koperasi sebenarnya adalah suatu organisasi modern pasca kapitalis.
Salah satu pra syarat perkembangan koperasi adalah kesadaran masyarakat
yang tinggi, baik dari segi-segi negatif dari sistem kapitalis maupun sosialis.
Di Indonesia, kapitalisme juga telah mulai berkembang dengan dukungan
sistem, kelembagaannya yang menjadi kuat berkat dukungan keuangan
pemerintah dan perlindungan birokrasi Negara. Wajah monopoli mulai
nampak makin jelas di seluruh sector perekonomian, baik di sector modern

4
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Op. Cit, halm. 238

6
dan tradisional, di desa maupun di kota. Tapi monopoli bukan satu-satunya
wajah perekonomian Indonesia dewasa ini. Wajah sebenarnya adalah wajah
dualistis, yaitu monopoli dan oligopoli, sedangkan yang lain adalah wajah
tomistis yang terdiri dari pengusaha-pengusaha kecil, petani-petani gurem dan
pekerja-pekerja swakarya.
Dalam rangka pengembangan perlu dibedakan antara potensi koperasi
di sector modern dan tradisional. Di sector tradisional, bisa dilakukan
pembinaan dengan pembentukan kelompok-kelompok kerja produktif yang
sekaligus melayani kebutuhan atau memecahkan persoalan sehari-hari. Di
sector modern, dapat diambil umpamanya, bidang distribusi berbagai jenis
minyak bumi. Para konsumen bensin di kota-kota dapat membentuk koperasi
konsumsi yang sangat menguntungkan. Apabila usaha ini berhasil, maka
kegiatan ini dapat dijadikan titik tolak atau modal bagi pengembangan
koperasi selanjutnya. Dalam perspektifnya dapat dilihat kemungkinanya untuk
melakukan kerjasama dianatra koperasi-koperasi primer pompa bensin untuk
memberntuk badan usaha baru.
Dalam situasi seperti yang ada sekarang di Indonesia, peranan
pemerintah sangat menentukan. Koperasi semacam koperasi pompa bensin itu
dapat didorong untuk dibentuk setahap demi setahap. Dalam bidang ini kita
bisa memperoleh anggota di antara mereka yang berpendidikan dan cukup
memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang koperasi, yaitu para pemilik
kendaraan, termasuk para pejabat pemerintahan dan kalangan bisnis di kota.
Dengan potensi ekonomi semacam ini, proses pembentukan modal dari
kelompok konsumen yang jumlahnya besar dan nilai kebutuhannya juga besar,
guna menggantikan pola pembentukan modal monopoli dan oligopoli.
Seandainya koperasi mampu memasuki pasar, maka menurut Baumoletal,
posisi monopoli akan bisa “diperebutkan” (constetable). Konsekwensinya,
monopolis akan mengurangi harga (paling tidak untuk jangka waktu tertentu)
sehingga pesaing menjadi tidak tertarik untuk memasuki pasar. Di lain pihak
jika hambatan masuk dapat mencegah perusahaan non koperasi bersaing

7
dengan monopolis yang ada, maka hambatan yang sama akan berlaku pada
koperasi.
Jika koperasi tidak mampu memasuki pasar, maka monopolis akan
bisa menjaga kekuasaannya. Kebijakan yang tepat adalah menghapus segala
bentuk hambatan yang masuk buatan (artifical) sebagai respons atas situasi
terakhir.

C. Pengertian Pasar Oligopoli


Pasar Oligopoli adalah salah satu jenis pasar dimana hanya terdapat
beberapa produsen (penjual) dengan banyak pembeli di pasar. Pasar oligopoli
termasuk salah satu jenis pasar dengan persaingan tak sempurna dimana
barang yang dijual bersifat homogen (sulit dibedakan) walaupun produsennya
berbeda-beda. Secara bahasa, kata oligopoli berasal dari dua kata, yaitu
“oligos” yang artinya “banyak” dan “polein” yang artinya menjual. Pada pasar
monopoli hanya terdapat beberapa perusahaan (produsen) yang menguasai
pasar, umumnya jumlah perusahaan tersebut lebih dari dua tetapi kurang dari
sepuluh.5
Setiap tindakan dari produsen yang berkuasa akan mempengaruhi
penjualan mereka, jadi keuntungan yang mereka dapatkan sangat tergantung
kepada persaingannya. Usaha promosi, pengenalan produk, perubahan harga
dan sebagainya dilakukan dengan tujuan menjauhkan konsumen dari
perusahaan lain. Persaingan yang ketat ini akan membuat harga yang tercipta
untuk produk yang dijual seragam, karena apabila terjadi penurunan harga
oleh satu perusahaan, maka perusahaan lainnya juga akan menurunkan harga
agar konsumen tidak berpaling kepada perusahaan yang menjual dengan harga
lebih murah. Pada pasar monopoli, perusahaan baru akan sulit untuk masuk
dan berkembang karena konsumen cenderung tetap memakai produk dari
perusahaan lain karena sudah percaya dan produknya dianggap sama saja,
selain itu perusahaan lain akan membuat kebijakan yang merugikan

5
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Mikro, PT Grasindo, Jakarta,
2006, halm. 198

8
perusahaan baru tersebut. Contoh pasar oligopoli adalah industri rokok,
industri sabun, industri odol, industri baja, dll.

D. Strategi Dalam Pasar Oligopoli


Dua strategi dasar terbuka untuk koperasi, yaitu strategi harga dan
strategi nonharga. Kemudian untuk memperluas pasar masing-masing
perusahaan dapat melakukan 2 bentuk kegiatan:
a. Advertensi.
Tujuannya adalah memindahkan kurva permintaan ke kanan dan
membuatnya kurang elastis.
b. Membedakan Mutu Dan Bentuk Produk
Advertensi tujuanya agar konsumen lebih suka pada produk yang dijual
perusahaan tersebut daripada produk perusahaan lain, sehingga kurva
permintaan akan berputar kekanan dan membuat kurva permintaannya
kurang elastis. Suatu kopersi dapat menciptakan persaingan harga aktip
dalam pasar oligopoli (harga lebih rendah daripada harga persaingan).
Karena adanya kesalingtergantungan yang tinggi antar perusahaan
(penjual), kopersi dapat menghancurkan para pesaingnya dan
mengakibatkan terjadinya penurunan keuntungan mereka.

Apakah para pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk


menyingkirkan koperasi. Hal ini akan sangat tergantung pada faktor-faktor
berikut:
a. Perbedaan keunggulan biaya (cast advantages) dari koperasi.
b. Posis likuiditas dari para pelaku kegiatan ekonomi.
c. Keinginan para anggota untuk membiayai kerugian yang mungkin timbul
(tingkat loyalitas anggota).
Tetapi yang paling penting dari ketiga hal tersebut adalah keunggulan
atau kelemahan dalam hal biaya. Bandingkan situasi tersebut (koperasi
dengan kemampuan rendah) dengan kasus di mana koperasi dan perusahaan
pesaing oligopolistik yang menghasilkan produk homogen, tetapi mempunyai

9
kemampuan yang sama (biaya produksi sama). Untuk memudahkan analisis
dianggap bahwa :
i. Hanya ada dua perusahaan dalam industri yang menghasilkan produk
homogen, satu di antaranya koperasi.
ii. Masing-masing perusahaan setuju tentang pembagian pasar dengan
masing-masing memperoleh setengahnya.
iii. Dua perusahaan mempunyai biaya yang sama.

E. Rintangan Memasuki Industri pada Pasar Oligopoli6


Ada beberapa faktor yang dianggap paling penting sebagai rintangan
suatu perusahaan baru yang akan memasuki suatu industri, yakni:
1. Skala Ekonomis (economic of scale)
Skala ekonomis menggambarkan suatu kondisi bahwa semakin
banyak produk yang dihasilkan maka biaya produksi per unitnya semakin
kecil. Oleh sebab itu, bila terjadi permintaan yang sangat banyak maka
perusahaan-perusahaan lama lebih mudah dalam mengisi kesempatan
tersebut karena perusahaan tersebut telah berproduksi secara efisien.
Keadaan seperti ini jelas menyulitkan pendatang baru untuk memasuki
pasar.
2. Biaya Absolut yang Dibutuhkan (absolute cost requirement)
Antara perusahaan yang satu dengan yang lain, kadang-kadang
harus mengeluarkan biaya produksi yang berbeda-beda meskipun untuk
menghasilkan output yang sama. Hal ini disebabkan karena:
a. Tingkat pengalaman yang sudah dimiliki oleh perusahaan lama
lebih tinggi daripada tingkat pengalaman perusahaan baru.
b. Tenaga kerja perusahaan lama yang mempunyai pengalaman atau
kemampuan.
c. Karena perusahaan lama sudah dikenal oleh berbagai pihak
dibandingkan dengan perusahaan baru.

6
Farizadidana : http://farizadidana.blogspot.co.id/2012/04/bentuk-bentuk-hambatan-
kemasukan.html, diakses pada tanggal 21 Februari 2018

10
3. Keistimewaan Hasil Produksi dan Differensiasi Produk
Bentuk keistimewaan hasil produksi perusahaan lama, diantaranya:
a. Produk yang dihasilkan sudah sangat terkenal (product
recognition).
b. Produk yang dihasilkan sangat rumit (product complexity).
c. Memproduksi barang-barang yang sejenis (product differentiation)

11

You might also like