You are on page 1of 13

JURNAL PSIKOLOGI

2000, NO. 1, 60 - 72

PENYINGKAPAN-DIRI, PERILAKU SEKSUAL, DAN


PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Agnes Dewanti Purnomowardani & Koentjoro
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Research was based on drug abused phenomenon of youth, which lead to


the question: what the real caused and the effect of drug abuse was.
The aim of the research was to find out whether there were correlation
between self-disclosure and drug abuse, the drug abuse and sexual behavior,
and the self-disclosure and sexual behavior. Here also to answer empirical
research about why the interrelation between 3 variables above was existed and
how those effect to one another.
Subjects were 18-24 years old drug users in Yogyakarta and already
graduated from or still in High School. Fifty-one subjects successfully
participate this research. Researcher was using Quantitative Method for
analyzing data, Product Moment Analysis and Regression Analysis, and
Qualitative Method for answering empirical question about the psychological
dynamics of drug abusers.
The research was proceed by giving Self-Disclosure Questionnaire and
Sexual Behavior Questionnaire to all subjects. Followed by In Depth Interview,
Participant Observation, and finally Focus Group Discussion was conducted to
3 of them in order to have a comprehensive understanding about drug abusers.
The result of quantitative data analysis shows there are no correlation
between either sels-disclosure and drug abuse nor drug abuse and sexual
behavior. Nevertheless, there is a significance correlation between self-
disclosure and sexual behavior. The result of qualitative data shows some
substance dealing with drug abusers. The substances are the the first drug used
started from trial and error, the effect of drugs abused to sexual behavior depend
on each individual differences, and the users show unsatisfied relationships to
their parents but has a high level of self-disclosure especially to the peer from
the same sex.
Keywords: self-disclosure, sexual behavior, and drug abuse

ISSN : 0215 - 8884


PENYINGKAPAN-DIRI, PERILAKU SEKSUAL, DAN . . . . 61

Dewasa ini kasus penyalahgunaan golongan pelajar, baik SLTP, SLTA,


narkoba semakin meningkat jumlahnya. maupun mahasiswa, yang jumlahnya
Pada dekade 1980-an penyalahguna mencapai 70%, sedangkan yang lulusan SD
narkoba di Indonesia diperkirakan ber- hanya 30%, dan sebagian besar dari mereka
jumlah 80.000 orang (Yatim, 1991), namun berasal dari golongan menengah ke atas
menurut data terakhir Badan Kesehatan (Nuramaliah, 1995). Hal ini berarti bahwa
Dunia (WHO) diperkirakan ada sekitar remaja yang merupakan sumber daya
150.000 remaja di Indonesia yang terlibat manusia yang potensial menjadi tidak dapat
penyalahgunaan obat (Dwiprahasto, 1993). berfungsi secara maksimal akibat semakin
Sampai pertengahan tahun 1998, jumlah- meluasnya penyalahgunaan narkoba.
nya mencapai 43 perkara dengan 62 Narkoba (narkotika dan obat-obat
tersangka, meliputi barang bukti heroin, berbahaya) mempunyai istilah-istilah lain
ganja, hasis, serta ekstasi yang tetap paling yang juga sering digunakan seperti zat
dominan (Intisari, September 1998). adiktif, zat psikoaktif dan zat psikotropika
Temuan ini belum termasuk banyaknya (Yatim, 1991). Menurut Yatim (1991) yang
temuan-temuan yang lain. Sangat me- dimaksud dengan obat psikoaktif adalah
mungkinkan jumlah yang sebenarnya jauh jenis zat yang dapat mengubah pikiran dan
lebih besar karena umumnya penggunaan perasaan karena pengaruhnya secara
obat-obat tersebut dilakukan secara langsung terhadap susunan saraf pusat
sembunyi-sembunyi. Pendapat ini (otak dan sumsum tulang belakang).
mendasarkan pada fenomena gunung es,
dimana hanya sedikit fenomena yang Penyalahgunaan obat (zat) merupakan
tampak dan dapat diamati di permukaan, suatu pola penggunaan zat yang bersifat
namun yang sesungguhnya terjadi jauh merusak, paling sedikit 1 bulan, sehingga
lebih banyak dari yang tampak. Hal ini menimbulkan gangguan dalam pekerjaan,
berarti bahwa kondisi penyalahgunaan belajar, dan pergaulan (Wicaksana, 1998).
narkoba sudah berada pada taraf yang Pendapat lain yang senada berbunyi
mengkhawatirkan. penyalahgunaan obat adalah pemakaian
obat secara tetap yang bukan untuk tujuan
Penelitian Adisukarto (dalam pengobatan, atau yang digunakan tanpa
Nuramaliah, 1995) menunjukkan bahwa mengikuti aturan takaran yang seharusnya
sebagian besar korban penyalahgunaan (Joewana, 1989; Rice, 1990; Yatim, 1991).
narkotika adalah remaja, yang terbagi Penyalahgunaan obat dapat berlanjut
dalam golongan umur 14-16 tahun menjadi ketergantungan obat yang ditandai
(47,7%); golongan umur 17-20 tahun dengan adanya toleransi dan sindrom lepas
(51,3%); golongan umur 21-24 tahun obat.
(31%); dan golongan umur 25 tahun ke atas
(3%). Tinjauan dari tingkat pendidikan dan Berbagai latar belakang penyalah-
latar belakang status ekonomi keluarga, gunaan narkoba mulai dari alasan ingin
berdasarkan hasil survei Dinas Penelitian mencoba, ingin tahu dan ingin menjajagi
dan Pengembangan (Dislitbang) Polri (yang dianggap tantangan dan peristiwa
memperlihatkan bahwa pemakai narkotika seru); memberontak untuk memproklamir-
di Indonesia secara nasional terbanyak dari kan kebebasan dan penolakan terhadap

ISSN : 0215 - 8884


62 AGNES DEWANTI P. & KOENTJORO

standar orang dewasa; pelampiasan terjadi pada orang lain tidak akan terjadi
frustrasi atau kemarahan; sampai unjuk pada dirinya (Joewana, 1989). Dengan kata
protes terhadap dilema sosial, moral dan lain remaja penyalahguna obat, terutama
politik masyarakat dan penguasanya pengguna coba-coba, merasa yakin bahwa
(Soekadji, 1997). Soekadji (1997) juga mereka tidak akan mengalami hal-hal
menambahkan bahwa tidak jarang ada juga negatif yang dialami oleh orang atau
remaja-remaja yang ikut-ikutan karena remaja lain.
mendengar cerita (nyata maupun rekaan) Ronodikoro (1992) melakukan studi
mengenai kenikmatan dan kehebatan obat- kasus pada daerah rawan penyalahgunaan
obatan tersebut, maupun menjadi korban narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta
pengedar obat-obatan yang mencari dan menyimpulkan bahwa remaja
langganan. penyalahguna narkotika umumnya berasal
Penyalahgunaan narkoba tidak hanya dari keluarga tidak utuh, hubungan
mempunyai dampak pada individu yang orangtua tidak baik, umumnya ayah terlalu
bersangkutan, tetapi juga keluarga, dominan, dan kurang memberikan
masyarakat, bahkan bangsa dan negara. perhatian serta kasih sayang. Akibatnya
Individu yang sudah sampai pada taraf remaja tidak betah tinggal di rumah,
ketergantungan (adiksi) akan menghalalkan melarikan diri, atau menghabiskan waktu
segala cara agar bisa mendapatkan obat bila luangnya dengan melakukan kegiatan
efek obat yang dipakai sebelumnya sudah negatif, antara lain: keluyuran, membolos
habis. Tindakan menghalalkan segala cara sekolah, merokok, menghisap ganja dan
inilah yang nantinya dapat sampai pada morfin, minum-minuman beralkohol, serta
tindakan melakukan tindak kriminal. memakai obat-obatan terlarang lainnya
Haryanto dan Haditono (1997) menyebut- bersama teman-teman sebaya yang
kan bahwa korban penyalahgunaan memiliki permasalahan yang sama
narkotika yang sampai ke taraf (Ronodikoro, 1992).
ketergantungan (addict) akan membutuh- Alasan penggunaan narkoba itupun ber-
kan uang yang cukup banyak untuk mem- macam-macam. Capuzzi (dalam Fuhrmann,
biayai kebiasaannya, sehingga akibatnya 1990) membagi penyebab penyalahgunaan
mereka sering bekerja pada lokasi-lokasi obat ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
rawan, seperti penyelundupan, perampok- determinan sosial (termasuk didalamnya
an, pencurian, mucikari, pelacuran, dan pengaruh keluarga, afiliasi religius,
perjudian. Husin (dalam Haryanto dan pengaruh teman sebaya, dan pengaruh
Haditono, 1997) menemukan bahwa sekolah) dan determinan personal
korban penyalahgunaan narkotika juga erat (termasuk didalamnya rendah diri, rasa
kaitannya dengan tindak kriminal, ingin memberontak, dorongan untuk
membuat onar di jalan-jalan atau sering berpetualang, dorongan impulsif, rasa ingin
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan bebas, dan kepercayaan diri yang rendah).
lalu lintas. Penyebab yang bahkan lebih sederhana
Ada suatu kepercayaan yang khas dan dikemukakan oleh Ray (1983) bahwa
unik (personal fable) pada remaja yang remaja memakai narkoba karena menurut
berusia 15-16 tahun bahwa apa yang dapat mereka setiap orang menggunakannya.

ISSN : 0215 - 8884


PENYINGKAPAN-DIRI, PERILAKU SEKSUAL, DAN . . . . 63

Penelitian Jurich, Polton, Jurich, dan narkoba dapat dipandang sebagai simbol
Bates (dalam Rice, 1990) menyebutkan kedewasaan, dimana para remaja ingin
bahwa salah satu faktor keluarga penyebab dianggap sudah dewasa, terutama bila
penggunaan narkoba oleh remaja adalah orang tuanya masih selalu menganggap
kurang dekatnya hubungan remaja- dirinya sebagai anak kecil (Joewana, 1989).
orangtua dan kurangnya kemampuan untuk Di diskotek “FN”, salah satu diskotek di
berkomunikasi antara remaja-orangtua. Jakarta yang pengunjungnya kebanyakan
Seperti yang diungkap oleh Joewana wanita terjadi transaksi seks dengan
(1989) bahwa penyimpangan perilaku narkoba, seperti inex dan putauw (Popular,
biasanya terdapat pada orang yang April 1998). Covington (1991) menemukan
mempunya masalah yang lebih bersifat bahwa beberapa wanita rela menjual jasa
pribadi seperti keluarga yang tidak seks demi uang untuk membeli alkohol dan
harmonis dan adanya komunikasi yang narkoba. Pelacur yang mengalami
kurang baik antara orangtua dan anak. ketergantungan narkoba dan tidak
Masa remaja adalah masa kritis dalam mempunyai uang untuk membeli narkoba
perkembangan individu. Pada masa ini rela melakukan hubungan seksual tanpa
remaja banyak mengalami konflik. Remaja menggunakan kondom bila “pembelinya”
yang belum dapat dikategorikan individu memaksa (Norwood, 1987). Pernyataan
yang mandiri, membutuhkan orangtua atau Covington (1991) dan Norwood (1987)
orang dewasa lain untuk membantu mengarahkan pada suatu pengertian bahwa
mereka. Keluarga - terutama orangtua atau penyalahgunaan narkoba dapat mendorong
orang dewasa lain - diharapkan bisa seseorang melakukan hubungan seksual,
menjadi figur atau pribadi yang dapat dimana dorongan tersebut bukan secara
memberikan arah (sekaligus menanamkan langsung disebabkan oleh efek penyalah-
nilai, norma serta sikap yang terdapat dan gunaan itu sendiri, melainkan karena
dianut oleh masyarakat), memantau, perilaku melakukan hubungan seksual
mengawasi, dan membimbing remaja dilakukan sebagai akibat dari penyalah-
dalam menghadapi permasalahan bahkan gunaan narkoba atau mungkin juga
tantangan yang mungkin diluar perilaku seksual dilakukan untuk dapat
kemampuan mereka. Karena keluarga membeli narkoba.
merupakan lingkungan terdekat, maka Penyalahgunaan narkoba sendiri secara
dapat dimengerti bila remaja membutuhkan biologis dapat mempengaruhi fungsi
kesempatan untuk dapat berkomunikasi seksual (Wincze dkk., 1991). Ada beberapa
secara terbuka dengan orang yang mereka jenis narkoba yang dapat merangsang nafsu
anggap dewasa, yang pada umumnya seksual. Kokain (Masters dkk., 1985),
adalah orangtua mereka. Di lain pihak, mariyuana (Masters dkk., 1985; Brauer,
remaja mempunyai kebutuhan yang tinggi 1991) adalah perangsang seksual,
untuk dapat diterima oleh teman sebayanya amfetamin dapat meningkatkan reaksi
(Joewana, 1989). Remaja mulai mem- seksual (Masters dkk., 1985) bila diguna-
perlihatkan kelekatan-kelekatan dengan kan dalam dosis rendah. Temuan tersebut
teman sebaya dan melepaskan ikatan dapat diartikan bahwa para penyalahguna
dengan orangtuanya. Penyalahgunaan ketiga jenis narkoba tersebut akan

ISSN : 0215 - 8884


64 AGNES DEWANTI P. & KOENTJORO

cenderung untuk melampiaskan nafsu 1. Apakah ada hubungan antara


seksualnya setelah memakai narkoba. penyingkapan-diri dengan
Salah satu hal yang ingin diungkap penyalahgunaan narkoba?
dalam penelitian ini untuk mengetahui 2. Apakah ada hubungan antara
apakah ketika seorang penyalahguna penyalahgunaan narkoba dengan
narkoba melakukan hubungan seksual perilaku seksual?
semata-mata karena efek penyalahgunaan 3. Apakah ada hubungan antara
narkoba, untuk mendapatkan uang guna penyingkapan-diri dengan perilaku
membeli narkoba, ataukah karena seksual?
keduanya.
4. Mengapa dan bagaimana hubungan
Penyingkapan-diri (self-disclosure) antara penyingkapan-diri, penyalah-
dapat berarti memberikan informasi gunaan narkoba dan perilaku seksual?
mengenai diri seseorang kepada orang lain
(Devito, 1995). Informasi yang
METODE PENELITIAN
dikomunikasikan sehubungan dengan
penyingkapan-diri meliputi reaksi tentang Subyek
suatu hal dan sesuatu yang biasanya
Subyek penelitian ini adalah 51
dirahasiakan (Devito, 1995). Devito (1995)
penyalahguna narkoba (42 laki-laki, 9
juga menambahkan bahwa penyingkapan-
wanita) yang berusia 18-24 tahun,
diri dapat memperbaiki efektivitas
bermukim di Yogyakarta dan mempunyai
komunikasi. Dengan demikian dapat
tingkat pendidikan minimal SMU atau
dikatakan bahwa komunikasi yang kurang
sederajat.
terbuka antara orangtua dan anak
diasumsikan sebagai salah satu penyebab
penyalahgunaan narkoba. Definisi Operasional
Dengan latar belakang tersebut di atas, Penyingkapan-diri adalah suatu tindak-
maka peneliti merasa tertarik untuk an mengungkapkan atau menceritakan
mengungkap hubungan antara informasi-informasi pribadi kepada orang
penyingkapan-diri dengan penyalahgunaan lain. Penyingkapan-diri ini dilakukan
narkoba, penyalahgunaan narkoba dengan dengan menyampaikan kepercayaan,
perilaku seksual, dan penyingkapan-diri keyakinan, ide-ide, hal-hal yang disukai,
dengan perilaku seksual. Apakah hal-hal yang tidak disukai, perasaan-
penyingkapan-diri menyebabkan penyalah- perasaan, pikiran, dan pendapat serta
gunaan narkoba dan penyalahgunaan reaksi-reaksi orang tersebut terhadap
narkoba menyebabkan perilaku seksual sesuatu kepada orang lain. Secara teoritis
atau penyingkapan-diri menyebabkan penyingkapan-diri ini diandaikan berada di
perilaku seksual dan perilaku seksual antara satu bentangan kontinum yang
menyebabkan penyalahgunaan narkoba memiliki kutub tidak menyingkapkan-diri
ataukah ada kemungkinan yang lain. dan sangat menyingkapkan-diri.
Penelitian ini bertujuan untuk Perilaku seksual adalah manifestasi dari
mengetahui: adanya dorongan seksual yang dapat

ISSN : 0215 - 8884


PENYINGKAPAN-DIRI, PERILAKU SEKSUAL, DAN . . . . 65

diamati secara langsung melalui perbuatan narkoba. Peneliti menjamin kerahasiaan


yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku subyek. Prosedur diatas disebut dengan
seksual dari tahap yang paling ringan metode triangulasi dimana metode
hingga tahap yang paling berat. kuantitatif digunakan untuk menjawab
Penyalahguna narkoba dibagi menjadi pertanyaan “apa” dan metode kualitatif
lima golongan, yaitu: digunakan untuk menjawab pertanyaan
empiris tentang mengapa dan bagaimana
1. Golongan 1 menyalahgunakan pil koplo dinamika psikologis dari penyalahguna
dan ganja. narkoba.
2. Golongan 2 menyalahgunakan pil
koplo, ganja, dan ecstacy. Alat Ukur
3. Golongan 3 menyalahgunakan ganja,
a. Metode Kuantitatif
ecstacy, dan shabu-shabu.
4. Golongan 4 menyalahgunakan pil Angket yang pertama, yaitu angket
koplo, ganja, shabu-shabu, dan putauw. penyingkapan-diri diadaptasi dari Jourard
Self-Disclosure Questionnaire. Angket ini
5. Golongan 5 menyalahgunakan pil terdiri dari 60 aitem yang terdiri dari 6
koplo, ganja, ecstacy, shabu-shabu dan aspek, yaitu sikap dan opini, minat dan
putauw. kesukaan, sekolah, uang, kepribadian, dan
Semakin tinggi golongannya, maka tubuh, serta ditujukan pada ayah, ibu,
semakin berat penyalahgunaannya. teman sejenis, dan teman lawan jenis.
Preliminary test dilakukan pada angket ini
sebelum pengambilan data yang
Prosedur
sesungguhnya dilakukan. Preliminary test
Subyek diminta untuk mengisi dua buah dilakukan terhadap 4 subyek. Adapun
angket secara individual. Sebagian besar tujuan dari diadakannya preliminary test ini
data dikumpulkan oleh peneliti dengan adalah untuk mengetahui apakah aitem-
dibantu oleh 6 orang kunci yang meng- aitem angket hasil adaptasi dapat
hubungkan peneliti dengan komunitas dimengerti oleh subyek sesuai dengan yang
penyalahguna narkoba. Angket terdiri dari diharapkan, serta untuk mengetahui waktu
aitem-aitem yang berisi pertanyaan- rata-rata yang diperlukan untuk mengisi
pertanyaan tertutup dan membutuhkan 35 angket. Setelah dilakukan preliminary test,
menit untuk menyelesaikannya. Subyek maka dilakukan try out (uji validitas dan
tidak diharuskan menuliskan nama mereka reliabilitas) kepada 73 subyek yang berusia
pada halaman muka angket, tetapi cukup 18-24 tahun, berpendidikan SMA atau
inisial mereka beserta jenis kelamin, usia, sederajat, dan bermukin di Yogyakarta.
dan tingkat pendidikan. Data kualitatif Hasil try out setelah preliminary test
didapatkan dengan cara in depth interview, tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
observasi partisipan, dan diskusi kelompok
terarah (DKT) pada 6 orang subyek dengan
tujuan agar didapatkan pengertian yang
komprehensif mengenai penyalahguna

ISSN : 0215 - 8884


66 AGNES DEWANTI P. & KOENTJORO

Tabel 1. Konsistensi Internal dan Taraf Reliabilitas


Konsistensi Internal (rxy)
Taraf Reliabilitas (rxx)
berkisar antara
Penyingkapan-diri pada Ayah 0,499-0,873 0,9710
Penyingkapan-diri pada Ibu 0,501-0,851 0,9692
Penyingkapan-diri pada teman 0,544-0,864 0,9595
sejenis
Penyingkapan-diri pada teman 0,543-0,859 0,9565
lawan jenis

Angket yang kedua, yaitu angket b. Metode Kualitatif


perilaku seksual dimaksudkan untuk In depth interview, observasi partisipan,
mengetahui sampai sejauh mana perilaku dan DKT digunakan untuk mengumpulkan
seksual subyek. Angket ini terdiri dari 14 data secara kualitatif. Observasi partisipan
aitem yang mengacu pada tahapan perilaku dilakukan selama berlangsung proses in
seksual dari penelitian Sarwono (1991), depth interview dan keseharian subyek.
dari The Diagram Group (1981) dan DKT dilaksanakan terhadap orang terdekat
pengembangan yang dilakukan sendiri oleh subyek. Dari ketiga cara tersebut peneliti
peneliti berdasarkan pemilihan terhadap mengharapkan adanya pengertian yang
berbagai perilaku yang merupakan menyeluruh tentang seorang penyalahguna
manifestasi dari dorongan seksual remaja. narkoba, yaitu subyek dari sisi subyek
Asumsi yang dipakai adalah bahwa subyek sendiri (in depth interview), subyek dari
yang menjawab ya pada aitem yang sisi peneliti (observasi partisipan), dan
urutannya sudah lebih tinggi (misalnya subyek dari sisi orang terdekatnya (DKT).
melakukan hubungan seks dengan berganti-
ganti pasangan), maka sebenarnya dia telah
melakukan perilaku di atasnya (misalnya HASIL DAN DISKUSI
saling bergandengan tangan dengan lawan Analisis product moment digunakan
jenis, saling menggesekkan alat kelamin untuk melihat hubungan antara
dengan masih ataupun tidak berpakaian, penyingkapan-diri dengan penyalahgunaan
melakukan oral seks). Angket ini meng- narkoba dan penyalahgunaan narkoba
gunakan bentuk skalogram Guttman dengan perilaku seksual, sedangkan
(Edwards, 1957) dan menghasilkan analisis regresi digunakan untuk melihat
koefisien reprodusibilitas sebesar 0,972. hubungan antara penyingkapan-diri dengan
Hal ini berarti bahwa angket ini perilaku seksual.
mempunyai keakuratan 97% dimana
respon-respon terhadap pernyataan dapat
dihasilkan kembali dari total skor
(Edwards, 1957).

ISSN : 0215 - 8884


PENYINGKAPAN-DIRI, PERILAKU SEKSUAL, DAN . . . . 67

Tabel 2. Hasil Analisis Kuantitatif


Hasil Analisis Kuantitatif
1. Tidak ada hubungan antara penyingkapan-diri dengan penyalahgunaan narkoba
(r = -0,176; p>0,05)
2. Tidak ada hubungan antara penyalahgunaan narkoba dengan perilaku seksual
( r = 0,183; p>0,05)
3. Ada hubungan yang signifikan antara penyingkapan-diri dengan perilaku seksual
(F = 2,641; p<0,05)
a. Ada hubungan negatif yang signifikan antara penyingkapan-diri pada ayah dengan
perilaku seksual ( r = 0,318; p<0,05)
b. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara penyingkapan-diri pada ibu
dengan perilaku seksual ( r = 0,404; p<0,05)
c. Tidak ada hubungan antara penyingkapan-diri pada teman sejenis dengan perilaku
seksual ( r = - 0,250; p>0,05)
d. Tidak ada hubungan antara penyingkapan-diri pada teman lawan jenis dengan
perilaku seksual ( r = - 0,095; p>0,05)

Dari metode kualitatif ditemukan masalah-masalah dan tekanan-tekanan,


bahwa: serta mendapatkan kesenangan.
a. Penyalahguna narkoba mempunyai i. Ada keterbukaan pada teman sejenis.
hubungan yang kurang baik dengan j. pilihan jenis narkoba yang kemudian
orang tua. sering disalahgunakan melalui proses
b. Penyalahguna narkoba merasa ditolak trial and error.
oleh orang tua dan keluarga.
c. Pengaruh narkoba terhadap perilaku Hasil kuantitatif dari penelitian ini
seksual tergantung pada masing-masing mendukung hipotesis ketiga yang menyata-
individu. kan bahwa ada hubungan antara
d. Penyalahguna narkoba mempunyai penyingkapan-diri dengan perilaku seksual.
banyak teman, tetapi tetap merasa Penyingkapan-diri pada kedua orang tua
kesepian. secara signifikan mempunyai hubungan
yang negatif dengan perilaku seksual
e. Alasan awal penyalahgunaan narkoba subyek, sedangkan penyingkapan-diri pada
adalah coba-coba. teman sejenis dan lawan jenis terbukti tidak
f. Ada penyalahgunaan yang disebabkan berhubungan dengan perilaku seksual
oleh perilaku modelling, ada yang tidak. subyek.
g. Jenis narkoba yang pertama kali dicoba Faturochman (1992) menyatakan bahwa
biasanya ganja. di Indonesia umumnya orang berpikir
h. Penyalahgunaan narkoba dianggap bisa bahwa membicarakan tentang seks adalah
membantu melepaskan diri dari hal yang tabu dan bertanya tentang isu
seksual adalah memalukan, walaupun

ISSN : 0215 - 8884


68 AGNES DEWANTI P. & KOENTJORO

kebutuhan remaja akan pengetahuan Mönks dkk. (1992) menyatakan bahwa


tentang hal tersebut tampaknya meningkat di Indonesia masih banyak orang sesudah
dengan semakin banyaknya informasi dari usia remaja (diatas 20 tahun) yang masih
majalah dan film yang sering tidak benar hidup bersama orangtuanya, masih belum
atau dipersepsikan keliru. Dengan adanya mempunyai nafkah sendiri, dan masih ada
situasi seperti itu, maka remaja tidak berani dibawah otoritas orangtuanya. Hal tersebut
berbicara tentang seks secara terbuka menjelaskan mengapa penyingkapan-diri
kecuali dengan teman dekat atau teman pada ayah dan ibu berkorelasi negatif
sebaya (Sarlito dalam Faturochman, 1992). dengan perilaku seksual, dalam arti
Namun rupanya keterbukaan tentang seks semakin tinggi penyingkapan-diri pada
pada teman dekat maupun teman sebaya ini ayah dan ibu, maka semakin rendah
tidak berhubungan dengan perilaku perilaku seksual. Keadaan remaja yang
seksual, dalam arti bahwa keterbukaan belum mandiri tersebut tampaknya
tentang seks pada teman dekat dan teman berpengaruh terhadap penyingkapan-diri
sebaya serta informasi yang menyertai pada ayah dan ibu serta hubungannya
keterbukaan tersebut mungkin saja keliru dengan perilaku seksual remaja
atau justru menimbulkan rasa ingin tahu penyalahguna narkoba.
dan ingin mencoba.

Tabel 3. Perbandingan Rerata Hipotetik dan Rerata Empirik


Penyingkapan-Diri dan Perilaku Seksual (N=51)

Variabel Rerata Hipotetik Rerata Empirik


Penyingkapan-diri pada ayah 120 77,08
Penyingkapan-diri pada ibu 120 91,51
Penyingkapan-diri pada teman sejenis 120 112,90
Penyingkapan-diri pada teman lawan jenis 120 126,12
Perilaku Seksual 7 8,10

Rerata empirik penyingkapan-diri pada bersama orang tua melainkan kost atau
ayah, ibu, dan teman lawan jenis lebih mengontrak rumah. Keadaan ini
rendah daripada rerata hipotetiknya. Hal ini menyebabkan mereka jarang ber-
berarti penyingkapan-diri pada ayah dan komunikasi dengan orang tua dan ada
ibu subyek penelitian ini tergolong rendah kemungkinan hal ini pulalah yang menjadi
berdasarkan kategorisasi 0 – 48 (sangat penyebab rendahnya penyingkapan-diri
rendah), 49 – 96 (rendah), 97 – 144 pada ayah dan ibu pada subyek penelitian
(sedang), 145 – 192 (tinggi), 193 – 240 ini. Rendahnya penyingkapan-diri pada
(sangat tinggi). teman lawan jenis dan tingginya
Kebanyakan warga kota Yogyakarta penyingkapan-diri pada teman sejenis
yang dikenal sebagai kota pelajar adalah mencerminkan bahwa teman sejenis
pelajar dan mahasiswa yang datang dari dianggap sebagai pihak yang lebih baik,
berbagai daerah. Mereka tidak tinggal dalam arti lebih menyenangkan dan lebih

ISSN : 0215 - 8884


PENYINGKAPAN-DIRI, PERILAKU SEKSUAL, DAN . . . . 69

tidak mengancam, bila dibandingkan penyingkapan-diri antara orang tua dengan


dengan teman lawan jenis. Subyek remaja. Penyalahguna narkoba memulai
penelitian ini lebih memilih untuk penggunaannya dengan proses trial and
menyingkapkan-dirinya pada teman sejenis error. Ada sebuah keyakinan yang unik
daripada teman lawan jenis. Hal ini terjadi (personal fable) bahwa apa yang terjadi
mungkin karena teman sejenis dianggap pada orang lain (ketergantungan narkoba)
lebih bisa menggantikan posisi orang tua tidak akan terjadi pada dirinya (Joewana,
dibandingkan dengan teman lawan jenis. 1989). Proses trial and error ini tidak
Hasil yang lain menunjukkan bahwa hanya terjadi pada satu macam narkoba
tidak ada hubungan antara penyalahgunaan saja, namun mereka juga mencoba jenis-
narkoba dengan penyingkapan-diri (r = jenis yang lain. Biasanya sebelum mencoba
-0,176; p>0,05). Hal ini berarti bahwa narkoba jenis baru, mereka akan melihat
kemungkinan ada hal-hal lain yang lebih penyalahguna lain bagaimana cara
pengaruh mempengaruhi terhadap tingkat menggunakan dan apa reaksi dari jenis
penyalahgunaan narkoba dan peneliti juga narkoba yang akan mereka coba. Mereka
mengukur berat ringannya penyalahgunaan kemudian akan mencoba dengan
narkoba dari jenis narkoba yang disalah- mencontoh pada apa yang dilakukan oleh
gunakan dan bukan dari frekuensi penyalahguna yang sebelumnya tersebut,
penyalahgunaannya. Tidak adanya sebelum akhirnya menemukan jenis yang
hubungan juga ditemukan antara menurut dirinya paling cocok. Petualangan
penyalahgunaan narkoba dengan perilaku mereka biasanya berawal dari ganja. Ada
seksual. Hal ini mungkin disebabkan kecenderungan bahwa sindroma keter-
karena para penyalahguna tersebut gantungan terhadap narkoba biasanya
menggunakan narkoba untuk meningkatkan didahului oleh penggunaan jenis obat-
pengalaman, sensasi, reaksi, dan fungsi obatan atau kebiasaan tertentu, misalnya
seksual, namun penyalahgunaan tersebut didahului dengan rokok, kemudian alkohol,
tidak berpengaruh terhadap tinggi dan ganja, atau sering disebut sebagai gate
rendahnya perilaku seksual. Perlu diingat way drugs (Intisari, Februari, 1998).
juga bahwa 35,29% dari subyek telah Penyalahgunaan narkoba diyakini bisa
melakukan hubungan seksual dengan membantu melepaskan diri dari masalah-
pasangan tetap dan berganti-ganti masalah dan tekanan-tekanan, serta
pasangan. mendapatkan kesenangan. Remaja yang
kemudian menjadi penyalahguna tetap
Peneliti juga mempunyai data kualitatif melakukan kebiasaan tersebut dengan
yang terdiri dari latar belakang dan tujuan agar terbebas dari perasaan yang
dinamika psikologis penyalahguna, selain kurang menyenangkan sebagai akibat dari
data kuantitatif di atas. Adanya hubungan tekanan hidup sehari-hari.
yang kurang baik dengan orang tua dapat
disebabkan oleh penolakan orang tua atas Penyalahgunaan narkoba ternyata sama
penyingkapan-diri remaja, atau remaja sekali tidak berhubungan, baik dengan
yang takut bila penyingkapan-dirinya penyingkapan-diri maupun perilaku
ditolak oleh orang tua. Kemungkinan lain seksual. Hal ini dimungkinkan karena
adalah tidak adanya keseimbangan peneliti meninjau semakin berat atau

ISSN : 0215 - 8884


70 AGNES DEWANTI P. & KOENTJORO

ringannya penyalahgunaan narkoba dari memilih melakukan penyingkapan-diri


segi jenis narkoba yang disalahgunakan pada lawan jenis.
dan bukan dari frekuensi penyalah-
gunaannya. Namun demikian hubungan
PENUTUP
antara remaja dengan orang tua kurang
berjalan baik. Hasil dari rerata empirik Uraian singkat di atas kiranya dapat
penyingkapan-diri pada ayah dan ibu memberikan sedikit gambaran mengenai
menyatakan hal yang sama, walaupun hal fenomena penyalahgunaan narkoba dan
ini bertentangan dengan anggapan subyek keterkaitannya dengan penyingkapan-diri
mengenai kualitas hubungan mereka dan perilaku seksual. Memang gambaran
dengan orang tua, dimana mereka meng- ini belum mampu menjelaskan masing-
anggap hubungan mereka dengan orang tua masing fenomena penyalahgunaan narkoba,
baik (68,63%). Ada kemungkinan subyek penyingkapan-diri, dan perilaku seksual
melakukan faking good ketika menjawab secara detil dan kompleks, namun mampu
aitem anggapan mereka tentang kualitas memberikan sumbangan bagi bidang ilmu
hubungan dengan orang tua. psikologi, khususnya Psikologi
Hasil yang menunjukkan tidak adanya Perkembangan dan Psikologi Sosial, serta
hubungan antara penyingkapan-diri dengan memberikan tambahan pengetahuan bagi
penyalahgunaan narkoba dan penyalah- guru, orang tua, dan remaja.
gunaan narkoba dengan perilaku seksual
dapat diartikan bahwa mungkin saja DAFTAR PUSTAKA
seseorang yang penyalahgunaannya berat,
maka perilaku seksualnya juga tinggi atau Adler, R.B., Rosenfeld, L.B. and Towne,
bahkan rendah. Demikian juga halnya N. 1986. Interplay: The Process of
penyingkapan-diri dengan penyalahgunaan Interpersonal Communication. Third
narkoba. Temuan penelitian ini yang Edition. New York: CBS International
menyatakan tidak adanya hubungan antara Edition.
penyalahgunaan narkoba dengan perilaku Brauer, A.P., Brauer, D. 1983. ESO
seksual mungkin disebabkan oleh adanya (Extended Sexual Orgasm). Melbourne:
perbedaan karakteristik masing-masing Horwitz Grahame Books Pty Ltd.
individu. Namun rupanya penyingkapan- Covington, S. 1991. Awakening Your
diri berhubungan cukup erat dengan Sexuality: A Guide for Recovering
perilaku seksual, walaupun hubungan Women. New York: Harper Collins
tersebut bersifat negatif. Semakin tinggi Publishers.
penyingkapan-diri, maka semakin rendah
perilaku seksual dan demikian sebaliknya. Devito, J.A. 1995. The Interpersonal
Subyek penelitian ini juga lebih Communication Book. Seventh Edition.
menyingkapkan-diri pada teman sejenis New York: Harper Collins Publishers.
dibandingkan pada teman lawan jenis. Diagram Group. 1981. Sex: A User’s
Temuan ini bertentangan dengan pendapat Manual. New York: A Perigee Book.
Rosenfeld (dalam Adler dkk., 1986) bahwa Dwiprahasto, I. 1993. Aspek Farmakologik
secara umum laki-laki dan perempuan lebih Alkohol dan Narkotika. Makalah

ISSN : 0215 - 8884


PENYINGKAPAN-DIRI, PERILAKU SEKSUAL, DAN . . . . 71

Seminar (tidak diterbitkan). IDI Cabang Norwood, C. 1987. Advice for Life: A
Sleman, Yogyakarta. National Women’s Health Network
Edwards, A.L. 1957. Techniques of Guide. New York: Pantheon Books.
Attitude Scale Construction. New York: Nuramaliah, L. 1995. Persepsi terhadap
Appleton-Century-Crofts, Inc. Suasana Rumah, Kelompok Teman
Faturochman, 1992. Sexual and Sebaya dan Kecenderungan Perilaku
Contraceptive Knowledge, Attitudes, Agresif pada Remaja Penyalahguna
and Behaviour Among Never Married Narkotika dan Remaja Bukan
Young Adults in Yogyakarta. Partial Penyalahguna Narkotika. Skripsi (tidak
Fulfilment of Requirement for the diterbitkan). Fakultas Psikologi
Master of Arts Degree in the Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Population Studies and Psychology Ray, O. 1983. Drugs, Society, and Human
Programme in the School of Social Behavior. St. Louis: The C.V. Mosby
Sciences (tidak diterbitkan). Universitas Company.
Flinders. Rice, F.P. 1990. The Adolescent: Develop-
Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence, ment, Relationships, and Culture.
Adolescents. Second Edition. Illinois: Boston: Allyn and Bacon.
Scott, Foresman and Company. Ronodikoro, S. 1992. Studi Kasus Daerah
Haryanto dan Haditono, S.R. 1997. Rawan Penyalahgunaan Narkotika.
Hubungan antara Jangka Waktu Laporan Penelitian (tidak diterbitkan).
Pembinaan dengan Penurunan Gejala- Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Gejala Ketergantungan Narkotika. dan Kanwil Depsos RI Propinsi Daerah
Psikologika. No. 2, Th. II, hal. 51-65. Istimewa Yogyakarta.
Joewana, S. 1989. Gangguan Penggunaan Rye. 1998. Obat Terlarang: Dampak dan
Zat: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Ciri Penggunanya. Intisari Edisi
Lain. Jakarta: PT Gramedia. Februari. No. 415, hal. 152-159.
Laksono, M.S. 1998. Setelah Ekstasi, Jakarta: PT Intisari Mediatama.
Putau, Shabu Apalagi? Intisari Edisi Sarwono, S.W. 1991. Psikologi Remaja.
September. No. 422, hal. 58-65, 156- Jakarta: Rajawali Press.
157. Jakarta: PT Intisari Mediatama. Sasa. April 1998. Kencan Helena di Klub
Masters, W.H., Johnson, V.E., and Wanita. Popular. Jakarta: PT Nitra
Kolodny, R.C. 1985. Masters and Indrya Harsa.
Johnson on Sex and Human Loving. Soekadji, S. 1988. Ceramah Psikologi
Second Edition. Boston: Little, Brown Remaja: Bagi Guru dan Kepala
and Company. Sekolah. Jakarta: Depdikbud RI.
Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Wicaksana, I. 1998. Stres, Depresi, dan
Haditono, S.R. 1992. Psikologi Penyalahgunaan Narkoba (Narkotika
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah dan Obat Berbahaya), Alkohol, serta
Mada University Press. Zat Adiktif Lainnya di Kalangan Kaum

ISSN : 0215 - 8884


72 AGNES DEWANTI P. & KOENTJORO

Muda. Sarasehan Generasi Muda: Yatim, D.I. 1991. Apakah Penyalahgunaan


Dialog Antar Pramuka. Yogyakarta. Obat Itu? Dalam D.I. Yatim dan
Wincze, J.P. and Carey, M.P. 1991. Sexual Irwanto (penyunting). Kepribadian,
Dysfunction: A Guide for Assessment Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan
and Treatment. New York: The Sosial Psikologis. Jakarta: Arcan.
Guilford Press.

ISSN : 0215 - 8884

You might also like