Professional Documents
Culture Documents
2000, NO. 1, 60 - 72
ABSTRACT
standar orang dewasa; pelampiasan terjadi pada orang lain tidak akan terjadi
frustrasi atau kemarahan; sampai unjuk pada dirinya (Joewana, 1989). Dengan kata
protes terhadap dilema sosial, moral dan lain remaja penyalahguna obat, terutama
politik masyarakat dan penguasanya pengguna coba-coba, merasa yakin bahwa
(Soekadji, 1997). Soekadji (1997) juga mereka tidak akan mengalami hal-hal
menambahkan bahwa tidak jarang ada juga negatif yang dialami oleh orang atau
remaja-remaja yang ikut-ikutan karena remaja lain.
mendengar cerita (nyata maupun rekaan) Ronodikoro (1992) melakukan studi
mengenai kenikmatan dan kehebatan obat- kasus pada daerah rawan penyalahgunaan
obatan tersebut, maupun menjadi korban narkotika di Daerah Istimewa Yogyakarta
pengedar obat-obatan yang mencari dan menyimpulkan bahwa remaja
langganan. penyalahguna narkotika umumnya berasal
Penyalahgunaan narkoba tidak hanya dari keluarga tidak utuh, hubungan
mempunyai dampak pada individu yang orangtua tidak baik, umumnya ayah terlalu
bersangkutan, tetapi juga keluarga, dominan, dan kurang memberikan
masyarakat, bahkan bangsa dan negara. perhatian serta kasih sayang. Akibatnya
Individu yang sudah sampai pada taraf remaja tidak betah tinggal di rumah,
ketergantungan (adiksi) akan menghalalkan melarikan diri, atau menghabiskan waktu
segala cara agar bisa mendapatkan obat bila luangnya dengan melakukan kegiatan
efek obat yang dipakai sebelumnya sudah negatif, antara lain: keluyuran, membolos
habis. Tindakan menghalalkan segala cara sekolah, merokok, menghisap ganja dan
inilah yang nantinya dapat sampai pada morfin, minum-minuman beralkohol, serta
tindakan melakukan tindak kriminal. memakai obat-obatan terlarang lainnya
Haryanto dan Haditono (1997) menyebut- bersama teman-teman sebaya yang
kan bahwa korban penyalahgunaan memiliki permasalahan yang sama
narkotika yang sampai ke taraf (Ronodikoro, 1992).
ketergantungan (addict) akan membutuh- Alasan penggunaan narkoba itupun ber-
kan uang yang cukup banyak untuk mem- macam-macam. Capuzzi (dalam Fuhrmann,
biayai kebiasaannya, sehingga akibatnya 1990) membagi penyebab penyalahgunaan
mereka sering bekerja pada lokasi-lokasi obat ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
rawan, seperti penyelundupan, perampok- determinan sosial (termasuk didalamnya
an, pencurian, mucikari, pelacuran, dan pengaruh keluarga, afiliasi religius,
perjudian. Husin (dalam Haryanto dan pengaruh teman sebaya, dan pengaruh
Haditono, 1997) menemukan bahwa sekolah) dan determinan personal
korban penyalahgunaan narkotika juga erat (termasuk didalamnya rendah diri, rasa
kaitannya dengan tindak kriminal, ingin memberontak, dorongan untuk
membuat onar di jalan-jalan atau sering berpetualang, dorongan impulsif, rasa ingin
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan bebas, dan kepercayaan diri yang rendah).
lalu lintas. Penyebab yang bahkan lebih sederhana
Ada suatu kepercayaan yang khas dan dikemukakan oleh Ray (1983) bahwa
unik (personal fable) pada remaja yang remaja memakai narkoba karena menurut
berusia 15-16 tahun bahwa apa yang dapat mereka setiap orang menggunakannya.
Penelitian Jurich, Polton, Jurich, dan narkoba dapat dipandang sebagai simbol
Bates (dalam Rice, 1990) menyebutkan kedewasaan, dimana para remaja ingin
bahwa salah satu faktor keluarga penyebab dianggap sudah dewasa, terutama bila
penggunaan narkoba oleh remaja adalah orang tuanya masih selalu menganggap
kurang dekatnya hubungan remaja- dirinya sebagai anak kecil (Joewana, 1989).
orangtua dan kurangnya kemampuan untuk Di diskotek “FN”, salah satu diskotek di
berkomunikasi antara remaja-orangtua. Jakarta yang pengunjungnya kebanyakan
Seperti yang diungkap oleh Joewana wanita terjadi transaksi seks dengan
(1989) bahwa penyimpangan perilaku narkoba, seperti inex dan putauw (Popular,
biasanya terdapat pada orang yang April 1998). Covington (1991) menemukan
mempunya masalah yang lebih bersifat bahwa beberapa wanita rela menjual jasa
pribadi seperti keluarga yang tidak seks demi uang untuk membeli alkohol dan
harmonis dan adanya komunikasi yang narkoba. Pelacur yang mengalami
kurang baik antara orangtua dan anak. ketergantungan narkoba dan tidak
Masa remaja adalah masa kritis dalam mempunyai uang untuk membeli narkoba
perkembangan individu. Pada masa ini rela melakukan hubungan seksual tanpa
remaja banyak mengalami konflik. Remaja menggunakan kondom bila “pembelinya”
yang belum dapat dikategorikan individu memaksa (Norwood, 1987). Pernyataan
yang mandiri, membutuhkan orangtua atau Covington (1991) dan Norwood (1987)
orang dewasa lain untuk membantu mengarahkan pada suatu pengertian bahwa
mereka. Keluarga - terutama orangtua atau penyalahgunaan narkoba dapat mendorong
orang dewasa lain - diharapkan bisa seseorang melakukan hubungan seksual,
menjadi figur atau pribadi yang dapat dimana dorongan tersebut bukan secara
memberikan arah (sekaligus menanamkan langsung disebabkan oleh efek penyalah-
nilai, norma serta sikap yang terdapat dan gunaan itu sendiri, melainkan karena
dianut oleh masyarakat), memantau, perilaku melakukan hubungan seksual
mengawasi, dan membimbing remaja dilakukan sebagai akibat dari penyalah-
dalam menghadapi permasalahan bahkan gunaan narkoba atau mungkin juga
tantangan yang mungkin diluar perilaku seksual dilakukan untuk dapat
kemampuan mereka. Karena keluarga membeli narkoba.
merupakan lingkungan terdekat, maka Penyalahgunaan narkoba sendiri secara
dapat dimengerti bila remaja membutuhkan biologis dapat mempengaruhi fungsi
kesempatan untuk dapat berkomunikasi seksual (Wincze dkk., 1991). Ada beberapa
secara terbuka dengan orang yang mereka jenis narkoba yang dapat merangsang nafsu
anggap dewasa, yang pada umumnya seksual. Kokain (Masters dkk., 1985),
adalah orangtua mereka. Di lain pihak, mariyuana (Masters dkk., 1985; Brauer,
remaja mempunyai kebutuhan yang tinggi 1991) adalah perangsang seksual,
untuk dapat diterima oleh teman sebayanya amfetamin dapat meningkatkan reaksi
(Joewana, 1989). Remaja mulai mem- seksual (Masters dkk., 1985) bila diguna-
perlihatkan kelekatan-kelekatan dengan kan dalam dosis rendah. Temuan tersebut
teman sebaya dan melepaskan ikatan dapat diartikan bahwa para penyalahguna
dengan orangtuanya. Penyalahgunaan ketiga jenis narkoba tersebut akan
Rerata empirik penyingkapan-diri pada bersama orang tua melainkan kost atau
ayah, ibu, dan teman lawan jenis lebih mengontrak rumah. Keadaan ini
rendah daripada rerata hipotetiknya. Hal ini menyebabkan mereka jarang ber-
berarti penyingkapan-diri pada ayah dan komunikasi dengan orang tua dan ada
ibu subyek penelitian ini tergolong rendah kemungkinan hal ini pulalah yang menjadi
berdasarkan kategorisasi 0 – 48 (sangat penyebab rendahnya penyingkapan-diri
rendah), 49 – 96 (rendah), 97 – 144 pada ayah dan ibu pada subyek penelitian
(sedang), 145 – 192 (tinggi), 193 – 240 ini. Rendahnya penyingkapan-diri pada
(sangat tinggi). teman lawan jenis dan tingginya
Kebanyakan warga kota Yogyakarta penyingkapan-diri pada teman sejenis
yang dikenal sebagai kota pelajar adalah mencerminkan bahwa teman sejenis
pelajar dan mahasiswa yang datang dari dianggap sebagai pihak yang lebih baik,
berbagai daerah. Mereka tidak tinggal dalam arti lebih menyenangkan dan lebih
Seminar (tidak diterbitkan). IDI Cabang Norwood, C. 1987. Advice for Life: A
Sleman, Yogyakarta. National Women’s Health Network
Edwards, A.L. 1957. Techniques of Guide. New York: Pantheon Books.
Attitude Scale Construction. New York: Nuramaliah, L. 1995. Persepsi terhadap
Appleton-Century-Crofts, Inc. Suasana Rumah, Kelompok Teman
Faturochman, 1992. Sexual and Sebaya dan Kecenderungan Perilaku
Contraceptive Knowledge, Attitudes, Agresif pada Remaja Penyalahguna
and Behaviour Among Never Married Narkotika dan Remaja Bukan
Young Adults in Yogyakarta. Partial Penyalahguna Narkotika. Skripsi (tidak
Fulfilment of Requirement for the diterbitkan). Fakultas Psikologi
Master of Arts Degree in the Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Population Studies and Psychology Ray, O. 1983. Drugs, Society, and Human
Programme in the School of Social Behavior. St. Louis: The C.V. Mosby
Sciences (tidak diterbitkan). Universitas Company.
Flinders. Rice, F.P. 1990. The Adolescent: Develop-
Fuhrmann, B.S. 1990. Adolescence, ment, Relationships, and Culture.
Adolescents. Second Edition. Illinois: Boston: Allyn and Bacon.
Scott, Foresman and Company. Ronodikoro, S. 1992. Studi Kasus Daerah
Haryanto dan Haditono, S.R. 1997. Rawan Penyalahgunaan Narkotika.
Hubungan antara Jangka Waktu Laporan Penelitian (tidak diterbitkan).
Pembinaan dengan Penurunan Gejala- Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Gejala Ketergantungan Narkotika. dan Kanwil Depsos RI Propinsi Daerah
Psikologika. No. 2, Th. II, hal. 51-65. Istimewa Yogyakarta.
Joewana, S. 1989. Gangguan Penggunaan Rye. 1998. Obat Terlarang: Dampak dan
Zat: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif Ciri Penggunanya. Intisari Edisi
Lain. Jakarta: PT Gramedia. Februari. No. 415, hal. 152-159.
Laksono, M.S. 1998. Setelah Ekstasi, Jakarta: PT Intisari Mediatama.
Putau, Shabu Apalagi? Intisari Edisi Sarwono, S.W. 1991. Psikologi Remaja.
September. No. 422, hal. 58-65, 156- Jakarta: Rajawali Press.
157. Jakarta: PT Intisari Mediatama. Sasa. April 1998. Kencan Helena di Klub
Masters, W.H., Johnson, V.E., and Wanita. Popular. Jakarta: PT Nitra
Kolodny, R.C. 1985. Masters and Indrya Harsa.
Johnson on Sex and Human Loving. Soekadji, S. 1988. Ceramah Psikologi
Second Edition. Boston: Little, Brown Remaja: Bagi Guru dan Kepala
and Company. Sekolah. Jakarta: Depdikbud RI.
Mönks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Wicaksana, I. 1998. Stres, Depresi, dan
Haditono, S.R. 1992. Psikologi Penyalahgunaan Narkoba (Narkotika
Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah dan Obat Berbahaya), Alkohol, serta
Mada University Press. Zat Adiktif Lainnya di Kalangan Kaum