You are on page 1of 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.A DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG FLAMBOYAN 2


RSUD SALATIGA

Disusun Oleh :

1. Nur Fitria Rahmah Ramdaniati (S15031)


2. Rovi Indriyani (S15131)
3. Viana (S15091)
4. Wawan Pepberiyansa (S15044)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai

oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif.

Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan

diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan

yang biasa disebut diabetes gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami

peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk di indonesia (Suyono, 2009).

Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2012, jumlah

penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta

jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara

berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia

menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. Penderita Diabetes

Millitus di RSUD Pandan Arang Boyolali berdasarkan data instalasi rekam medik

pada tahun 2015 sebanyak 312 jiwa, 298 jiwa diantaranya mengalami komplikasi dan

tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut akan meningkat di tahun mendatang.

Jumlah penderita DM meningkat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat,

prevalensi obesitas meningkat dan kurangnya kegiatan fisik atau olahraga.

Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari

tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan

daerah geografis. Gejala DM yang bervariasi dapat timbul secara perlahan-lahan

sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih

banyak, buang air kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun. Gejala
tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, dan pengobatan

sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Murwani, 2009).

Jika Diabetes Millitus tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai

komplikasi organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, syaraf

dan lain lain. Penderita Diabetes Millitus dibandingkan dengan penderita non

Diabetes Millitus mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi

penyakit jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus

diabetikum (Kozier, 2010).

B. Rumusan Masalah

Melihat banyaknya penderita Diabetes Militus yang terjadi Indonesia, baik

yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, penulis merumuskan masalah yaitu

bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Gangguan Sistem

Endokrin : Diabetes Millitus.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah in yaitu penulis mampu

memahami konsep penyakit Diabetes Militus dan mampu memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Diabetes Millitus.


2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah yaitu penulis

mampu menggambarkan, mengetahui, menentukan, memahami, menjelaskan, dan

mendiskripsikan :

a. Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Millitus.

b. Penentuan diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada pasien

dengan Diabetes Millitus.

c. Penyusunan intervensi keperawatan secara tepat pada pasien dengan Diabetes

Millitus.

d. Implementasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Millitus

e. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan Diabetes Millitus.

f. Pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan Diabetes

Militus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula
dalam darah (hiperglikemi) dan kadar gula yang tinggi pula dalam air seni (glukosuria).
Penyakit Diabetes Mellitus biasanya herediter (menurun) dan merupakan penyakit
metabolik sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan insulin efektif yang merubah gula
darah menjadi gula otot (glikogen).

Diabetes melitus merupakan sekelompok perubahan yang mengacu pada kelainan


yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula dalam darah atau yang dikenal dengan
hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut kriteria diagnostik dalam Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI, 2006) seseorang dikatakan menderita diabetes melitus jika memiliki kadar
gula darah puasa ≥126 mg/dL dan pada tes kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dL. Kadar
gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terkait dengan
berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin yang
berdampak pada terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Diabetes Melitus adalah kumpulan dari suatu gejala penyakit metabolik yang
diakibatkan oleh penurunan jumlah insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia (Guyton and
Hall, 2008).

B. Etiologi
1.Diabetes tipe 1
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b.Faktor-faktor imunologi
Adanya respons auto imun yang merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang di anggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses auto imun yang menimbulkan
dekstruksi sel belta
2. Diabetes tipe 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe2 masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
a. Usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

C. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic


insufisiensi fungsi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma yang normal, atau toleransi glukosa setelah
makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk
zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).
Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan
mengantuk (Price, S.A. and Wilson, L.M., 2005).
Simptom lain adalah hiperglikemik termasuk gangguan penglihatan,
keletihan, parestesis dan infeksi kulit. Gangguan penglihatan terjadi apabila lensa
dan retina selalu mengalami efek hiperosmotik akibat dari peningkatan glukosa
dalam darah. Plasma volume yang rendah menyebabkan badan lemah dan letih.
Parestesis menandakan adanya disfungsi sementara pada saraf sensorik perifer.
Infeksi kulit kronik sering terjadi pada pasien diabetes tipe II. Hiperglikemik dan
glikosuria selalu menyebabkan jangkitan jamur. Manakala pruritus dan
vulvovaginitis terjadi akibat infeksi candida yang selalu menjadi keluhan wanita
dengan diabetes (Porth, 2006).

D. Komplikasi
Beberapakomplikasidari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 2007) adalah :

1. Akut

a. Hipoglikemia dan hiperglikemia


b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).

2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus

a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

E. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
Pathway Diabetes Melitus (DM)

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan riwayat DM pada kehamilan ; riwayat kehamilan dengan BBL >
4.000 g.
2. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu, sesudah makan dan puasaTes roleransi
glukosa oral (TTGO) standar.
3. HbA1c
Pemeriksaan penunjang :
1. Kadar protein darah / urin
2. Kadar aseton darah / Urin
3. Lipid : kolesterol total, HDL, Trigliserida

G. Penatalaksanaan (medis & keperawatan)


Penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari; pertama terapi non farmakologis

yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang

dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi

berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara

terus menerus, kedua terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat anti diabetes

oral dan injeksi insulin. Terapi farmakologis ini pada prinsipnya diberikan jika

penerapan terapi non farmakoogis yang telah dilakukan tidak dapat mengendalikan

kadar glukosa darah sebagaimana yang diharapkan. Pemberian terapi farmakologis

tetap tidak meninggalkan terapi non farmakologis yang telah diterapkan sebelumnya

(Yunir E, Soebardi S. 2009).


H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat
1) Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sestematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi status
kesehatan klien. (Nursalam, 2001)
Data-data yang perlu dikaji diantaranya adalah :
a) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien.
b) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
c) Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,
takikardi, perubahan tekanan darah.
e) Integritas Ego
Stress, ansietas.
f) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
g) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus,
penggunaan diuretik.
h) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada
otot, parestesia,gangguan penglihatan.
i) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat).
j) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak).
k) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

b. Pemeriksaan fisik
1) Neuro sensori : Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan
memori, kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2) Kardiovaskuler : Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan
TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
3) Pernafasan : Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak
nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung
ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar
kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
4) Gastro intestinal : Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
5) Eliminasi : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau
busuk, diare (bising usus hiper aktif).
6) Reproduksi/sexualitas : Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan,
impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
7) Muskulo skeletal : Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot,
ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
8) Integumen : Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,
turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.

2.Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan, masukan yang terbatas.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
c. Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan sirkulasi.
d. Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia
endogen (ketidak seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
e. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain,
penyakit jangka panjang.
f. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)
3.Perencanaan keperawatan
a. Dx keperawatan I : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
cairan dan elektrolit pasien seimbang.
Kriteria Hasil :
Memperlihatkan keseimbangan asupan dan haluaran, Menunjukkan nilai elektrolit
dalam batas normal, TTV stabil
Intervensi :
1. Pantau tanda – tanda vital
2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
3. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban.
4. Ukur BB setiap hari
5. Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis.
7. Kolaborasi pemberian cairan IV
Dx Keperawatan II: Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, hipermetabolisme,
kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk, diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
a. Mencerna jumlah nutrien yang tepat,
b. Menunjukkan tingkat energi biasanya,
c. BB stabil
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dihabiskan pasien.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.
4. Identifikasi makanan yang disukai.
6. Kolaborasi dengan ahli diet
Dx Keperawatan III: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan tidak
terdapat tanda – tanda infeksi.
Kriteria hasil :
a. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi
b. Jumlah leukosit dalam batas normal.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang
berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasive.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah
yang tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.
5. Bantu pasien melakukan oral hygiene.
6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.
7. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tgl/Jam MRS : 26 Oktober 2017 pukul 08:00 WIB


Tanggal/Jam pengkajian : 27 Oktober 2017 pukul 07:30 WIB
Metode Pengkajian : Anamnesa dan Aloanamnesa
Diagnosa Medis : DM
No. registrasi : 17-18-377054

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Salatiga
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Nn. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Salatiga
Hubungan dg klien : Istri pasien
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan ada luka di kaki kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
keluhan ada luka di kaki kanan. Dari hasil pengkajian didapatkan 3
bulan yag lalu kakinya tiba-tiba menegelupas sendiri, semakin lama semakin
melebar serta berbau. Luka tidak diobatkan karena dianggap luka biasa.
Hasil pemeriksaan luka lebar 15 cm, berwarna kehitaman, banyak jaringan
nekrotil, tampak bengkak, berbau, pus banyak. Rencana akan dilakukan
amputasi namun pasien menolak. Hasil dari lab, GDS 300, leukosit
80000/mm3 , tekanan darah 140/90mmhg pernafasan 18x/menit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu.
Klien terdeteksi diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit
ini. Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita DM
Genogram
: garis keturunan

: laki-laki

: perempuan

: pasien
: tinggal serumah

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
1) Sehat menurut pasien adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu
berjalan normal sebagaimana mestinya.
2) Sakit menurut pasien adalah suatu perasaan tidak enak, pasien
mengalami rasa sakit pegal-pegal dan kepala terasa nyeri.
b. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Saat kejang pasien kambuh, keluarga selalu membawa pasien ke
puskesmas terdekat dan pasien pulang ketika kejang hilang.
Masalah keperawatan : intoleransi aktifitas

2. Pola Aktivitas dan Latihan (Sebelum dan Selama Sakit)


SEBELUM SAKIT
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
SELAMA SAKIT
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
Ket:
0: mandiri, 1:dengan alat bantu, 2:dibantu orang, 3:dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
Masalah keperawatan : intoleransi aktifitas

3. Pola istirahat dan tidur


a. Sebelum sakit
klien dapat tidur malam selama 8 jam mulai pukul 21:00 – 05:00 WIB,
tidak mudah terbangun, klien jarang tidur siang
b. Selama sakit
1) Kualitas dan kuantitas tidur
klien tidak dapat tidur malam dengan nyenyak. klien hanya dapat
tidur selama 5 jam
2) Gangguan tidur
Terkadang klien mengalami kejang di malam hari sehingga tidur
pasien terganggu
Masalah keperawatan : gangguan pola tidur
4. Pola Nutrisi Metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
A : Antropometri
Diket : BB = 50kg, TB=160cm=1,5m
Jawab = BB
(TB/ meter)2
=
50
(1,6)2
=
19,53 (normal)
B : Biomechanical
Jenis pemeriksaan Nilai normal Satuan hasil Keterangan hasil
Hb 12,0-14,0 g/dL 12 Normal
Leukosit 5,0-10,0 103/µl 6,5 Normal
Trombosit 150-400 103/µl 260 Normal
C : Clinical sign
a) Rambut : hitam
b) Mata : konjungtiva anemis
c) Kulit : elastis
d) Mulut dan Gigi : mulut bersih, namun terdapat beberapa gigi
yang sudah terlepas
e) Badan : badan klien normal, tidak mengalami
penurunan berat badan yang signifikan
f) Wajah : tidak anemis
D : Diet
a) Frekuensi :3x sehari
b) Jenis makanan :bubur, lauk, sayur
c) Porsi : satu porsi habis
d) Keluhan : tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : -
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : Nasi,buah,sayur,lauk
3) Porsi : 1 porsi habis
4) Keluhan : normal
Selama sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : bubur, lauk,sayur
3) Porsi : satu porsi habis
4) Keluhan : tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : -
5. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAB :2x sehari
2) Konsistensi : padat
3) Warna : kuning
4) Keluhan/kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan obat pencahar : tidak ada
Selama sakit
1) Frekuensi BAB : 1x sehari
2) Konsistensi : lunak berbentuk
3) Warna : kuning
4) Keluhan/kesulitan BAB :tidak ada
5) Penggunaan obat pencahar : tidak ada
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : 4-5x sehari
2) Konsistensi : cair
3) Warna : kuning
4) Keluhan/kesulitan BAK :-
Selama sakit
1) Frekuensi BAK : 4-5x sehari
2) Konsistensi : cair
3) Warna : kuning pekat
4) Keluhan/kesulitan BAK :-
Masalah keperawatan : -

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN


a. Minuman Urine Intake Intake Output Analis
600 cc 500 cc 3500 cc
b. Makanan Output
500 cc Feses 1550 cc
c. Infus 24 jam 300 cc
= 2400 ml IWL 750
cc
Total 3500 cc Total Total
1900 cc 1950 cc
IWL = 15 x BB
=15 x 50
= 750
6. Pola Kognitif dan perceptual
a. Nyeri
Kualitas : nyeri di kepala berdenyut setelah kejang
Intensitas : nyeri sedang
Durasi :terus-menerus
Skala :7
Masalah keperawatan : nyeri
Cara mengurangi nyeri:klien mengurangi nyeri dengan tidur
b. Fungsi Panca indera
Penglihatan : klien bisa melihat dengan jelas
Pendengaran : klien bisa mendengar dengan jelas
Pengecapan : fungi pengecapan klien sedikit menurun
Pembau : klien bisa membau dengan baik
Peraba : fungsi peraba klien normal
Masalah keperawatan : -
c. Kemampuan bicara
Kemampuan berbicara klien normal
Masalah keperawatan : -
d. Kemampuan membaca
Klien dapat membaca dengan baik
Masalah keperawatan : -
7. Pola konsep diri
a. Harga diri
Klien merasa sangat malu dengan penyakit yang di deritanya
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
b. Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh agar dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya

c. Identitas diri
Klien dapat mengenali dirinya sendiri dengan menyebutkan nama, usia
,anggota keluarga serta alamat rumahnya
d. Gambaran diri
Klien memiliki anggota tubuh yang lengkap. Namun klien kesal ketika
harus kambuh dan kejan-kejang setiap saat.
e. Peran
Klien bersama istri merupakan tulang punggung di dalam keluarganya
8. Pola Koping
a. Masalah utama selama masuk RS
Klien merasa tidak malu jika bertemu dengan orang lain. Klien merasa
membebani keluarga klien karena penyakitnya, memikirkan tentang
penyakit klien yang setiap saat bisa kambuh dan kejang-kejang.
b. Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya
Klien
c. Pandangan terhadap masa depan
Klien merasa takut jika kambuh di tempat kerja, dan akan dipecat dari
pekerjaannya.
d. Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah
klien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
9. Pola seksual-reproduksi
a. alat kontrasepsi yang digunakan
klien menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan dangan istri
b. apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
dengan penyakit yang di derita klien akan merasa kawatir jika kambuh
saat berhubungan seksual
c. apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
d. riwayat hubungan seksual sebelumnya
pada usia 25 tahun klien sudah menikah dan aktif dalam kehidupan
seksual.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

10. Pola peran hubungan


a. Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat
Klien dan istri merupakan tulang punggung di dalam keluarganya. Klien
kurang aktif di lingkungan masyarakat sekitar sejak sering kambuh
kejang
b. apakah klien punya teman dekat
klien dekat dengan keluarga
c. siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan
klien meminta bantuan kepada istri
Masalah keperawatan : intoleransi aktifitas
d. apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? bagaimana keterlibatan
klien?
Klien tidak aktif mengikuti kegiatan dalam masyarakat
11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Agama
Klien beragama islam
b. Ibadah
Sebelum sakit klien selalu menjalankan sholat di masjid terdekat.
Sesudah sakit klien lebih sering beribadah di rumah saja

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum: baik/ cukup lemah
a. Kesadaran : composmentis (sadar penuh)
b. TTV
1) tekanan darah : 110/70 mmHg
2) nadi : 80 x/menit
3) pernapasan : 16 x/menit
4) suhu : 37 C
2. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala
Bentuk kepala simetris
2) pertumbuhan rambut
rambut klien rata
3) kulit kepala
kulit terlihat bersih,sedikit beruban
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : muka bersih
b) fungsi penglihatan : berfungsi dengan baik
c) palpebra : tidak ada oedema
d) konjungtiva : normal
e) sclera : sklera tidak ikterik
f) pupil : normal
g) diameter ki/ka : simetris
h) reflek terhadap cahaya : reflek baik
i) penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2) Hidung
a) fungsi penghidu : fungsi hidung kurang baik
b) sekret :tidak ada sekret
c) nyeri sinus : tidak ada nyeri tekan
d) polip : tidak ada polip
e) napas cuping hidung : tidak ada nafas cuping hidung
3) Mulut
a) kemampuan bicara :tidak terdapat gangguan
b) keadaan bibir : tampak bersih
c) selaput mukosa : terdapat sariawan karena tergigit saat
kejang
d) warna lidah : lidah merah muda, bersih
e) keadaan gigi : bersih, beberapa sudah tanggal
f) bau nafas : tidak bau mulut
g) dahak : kentidak terdapat dahak
4) Gigi
a) Kebersihan : gigi tampak bersih
b) Masalah : terdapat beberapa yang sudah tanggal
5) Telinga
a) fungsi pendengaran : berfungsi baik
b) bentuk : simetris
c) kebersihan : kurang bersih
d) serumen : terdapat serumen
e) nyeri telinga : tidak ada
c. Leher
1) Bentuk : normal
2) pembesaran tyroid : tidak terdapat pembesaran
3) kelenjar getah bening : tidak terdapat peradangan
4) nyeri waktu menelan : tidak ada nyeri
d. Dada (thorax)
1) paru-paru
a) inspeksi : simetris kiri dan kanan
b) palpasi : stem fremitus kiri dan kanan sama
c) perkusi : sonor kiri dan kanan
d) auskultasi : wheezing
2) jantung
a) inspeksi : denyutan terlihat
b) palpasi : ictus cordis teraba
c) perkusi :sonor
d) auskultasi :irama teratur, frekuensi teratur
e. Abdomen
1) Inspeksi : simetris, tidak ada luka
2) Auskultasi : bising usus normal
3) Perkusi : thympani
4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Genetalia
Genetalia bersih, tidak ada lesi
g. Anus dan rektum
Tidak ada hemoroid
h. Ekstremitas
1) Atas
a) kekuatan otot kanan : 4
kekuatan otot kiri : 4
kekuatan otot lemah
b) ROM kanan dan kiri
Pergerakan terbatas
c) perubahan bentuk tulang
tidak terdapat perubahan
d) pergerakan sendi bahu
normal
e) perbaan akral
akral teraba dingin
f) pitting edema
g) terpasang infus
terpasan infus di tangan kanan
2) Bawah
a) kekuatan otot kanan dan kiri
kekuatan otot kanan : 4
kekuatan otot kiri : 4
b) ROM kanan dan kiri
Pergerakan terbatas
c) Varises
Tidak terdapat varises
d) perbaan akral
akral teraba dingin
e) pitting edema

i. Integumen
Turgor kulit elastis, kulit teraba halus

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 30 Oktober 2017
Jenis Nilai Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal Hasil
Hemoglobin 11,7-15,5 g/dl 13,3 normal
Hematokrit 33-45% % 40 normal
Leukosit 5,0-1,0 Ribu/u L 5,7 normal
Trombosit 150-440 Ribu/u L 331 normal
Eritrosit 3,80-5,20 Juta/unit 4,69 normal
VER 80,0-100,0 FL 84,4 nomal
HER 26,0-34,0 Pg 28,4 normal
KHER 32,0-36,0 g/dl 33,6 normal
RDW 11,5-14,5 % 11,4 normal
Basofil 0,0-1,1 % 0,0 normal
Eosinofil 1,0-3,0 % 1,0 normal
Netrofil 50,0-70,0 % 55,0 normal
Leukosit 20,0-40,0 % 39,0 normal
Monosit 2,0-8,0 % 5,0 normal
VI. ANALISA DATA
Nama : Tn. A RM : 17-18-377054
Umur : 54 tahun Dx MEDIS : Diabetes Militus

NO Hari/tgl Data Masalah Etiologi


Dx /jam
Jum’at ,27 DS : pasien mengatakan ada Kerusakan Nekrosis kerusakan
oktober luka di kaki kanan intregitas jaringan (nekrosis
1 2017 DO : kaki tampak bengkak, jaringan luka gangrene)
berbau (00047)
DS : pasien mengatakan 3 Resiko infeksi Proses penyakit
bulan lalu tiba-tiba kakinya (00047) (DM)
mengelupas sendiri
2 DO : luka tampak kehitaman
dan banyak jaringan nekrotil
dan pus

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan


(nekrosis luka gangrene).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit DM

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : Tn. A RM : 17-18-377054

Umur : 54 tahun Dx MEDIS : Diabetes Militus


NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil NIC
Dx
1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan perawatan Pressure ulcer prevention (3540)
jaringan b. d selama 3x24 jam pada pasien 1. Mengobservasi luka;
nekrosis kerusakan dengan kerusakan integritas lokasi, dimensi,
jaringan (nekrosis jaringan dapat teratasi kedalaman luka, jaringan
luka gangrene dengan kriteria hasil : nekrotik, tanda-tanda
Tissue integrity : skin and infeksi lokal, formasi
mucous (1101) traktus
1. perfusi jaringan normal 2. Mengajarkan keluarga
2. Tidak ada tanda –tanda tentang luka dan
infeksi perawatan luka
3. Menunjukkan terjadinya 3. Memberikan posisi yang
proses penyembuhan luka mengurangi tekanan pada
luka
4. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP
(tinggi kalori tinggi
protein)

Resiko infeksi b. d Setelah dilakukan perawatan Infection control (6540)


proses penyakit DM selama 3x24 jam pada pasien 1. Memonitor tanda dan gejala
dengan resiko infeksi dapat infeksi sistemik dan lokal
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Menginstruksikan pada
Risk control (1902) pengunjung untuk mencuci
1. klien bebas dari tanda dan tangan saat berkunjung dan
gejala infeksi setelah berkunjung
2. mendiskripsikan proses meninggalkan pasien
penularan penyakit, faktor 3. Memberikan terapi anti biotik
yang mempengaruhi bila perlu infektion protektion
penularan serta (proteksi terhadap infeksi)
penatalaksanaannya
3. menunjukan kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
4. menunjukkan perilaku
hidup sehat

X. IMPLEMENTASI

Hari/Tgl/ No Implementasi Respon Ttd


Jam dx
27 Okt 1 1. Observasi luka; lokasi, S: Pasien mengatakan
17 dimensi, kedalaman luka, terdapat luka di kaki kanan
jaringan nekrotik, tanda-tanda O: Terdapat luka pada kaki
infeksi lokal, formasi traktus kanan, luka tampak
kehitaman

2 2. Monitor tanda dan gejala S: Pasien mengatakan


infeksi sistemik dan lokal lukanya sering
mengeluarkan nanah
O: Terdapat pus pada kaki
pasien
28 Okt 1 1. Ajarkan keluarga tentang S: Keluarga mengatakan
17 luka dan perawatan luka bersedia diajari perawatan
luka
O: Keluarga kooperatif saat
di ajari

1 2. Berikan posisi yang S: Pasien mengatakan


mengurangi tekanan pada luka nyaman dengan posisinya
saat ini
O: Pasien terlihat nyaman
29 Okt 1 1. Kolaborasi ahli gizi S: Pasien bersedia diatur
17 pemberian diet TKTP (tinggi gizi yang diberikan
kalori tinggi protein) O: Pasien makan sesuai
dengan gizi yang diberikan

2 2. Berikan terapi anti biotik S: Pasien bersedia untuk


bila perlu infektion protektion diberikan obat
(proteksi terhadap infeksi) O: Obat masuk melalui
selang IV

XI. EVALUASI

No Hari/Tgl/jam Evaluasi Ttd


Dx
27 Oktober 17 S: Pasien mengatakan masih terdapat
luka di kaki kanan
O: Kaki pasien bengkak dan berbau
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
28 Oktober 17 S: Pasien mengatakan posisi saat ini
mengurangi tekanan pada luka
O: Pasien tampak rileks
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
29 Oktober 17 S: Pasien mengatakan lukanya semakin
membaik
O: Luka pada kaki pasien tampak
berwarna kemerahan
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi

BAB IV PEMBAHASAN
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka diabetes melitus di tandai dengan hiperglikemia puasa
dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati. (Sylvia & Lorrain,
2006)

Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar
glukosa darah yang tinggi disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah insulin
cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif. (Sarwono,2006)

Untuk mencapai pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan


perubahan perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:

a. Mengikuti pola makan sehat

b. Meningkatkan kegiatan jasmani

c. Menggunakan obat diabetes dan obat-obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur

d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri

e. Melakukan perawatan kaki secara berkala

f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut hipoglikemia

BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif.
Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan
diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan
yang biasa disebut diabetes gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami
peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk di indonesia

Daftar Pustaka
Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn E.2008.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC

Santosa, Budi.2007.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2015-2017.Jakarta: Prima

Medika

Soeparman dkk.2007.Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 2.Penerbit FKUI Jakarta

Imam, S dkk.2009.Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media: Malang

You might also like