Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif.
Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan
diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan
penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta
jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara
menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. Penderita Diabetes
Millitus di RSUD Pandan Arang Boyolali berdasarkan data instalasi rekam medik
pada tahun 2015 sebanyak 312 jiwa, 298 jiwa diantaranya mengalami komplikasi dan
Jumlah penderita DM meningkat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat,
Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari
tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan
sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih
banyak, buang air kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun. Gejala
tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, dan pengobatan
komplikasi organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, syaraf
dan lain lain. Penderita Diabetes Millitus dibandingkan dengan penderita non
penyakit jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus
B. Rumusan Masalah
yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, penulis merumuskan masalah yaitu
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah in yaitu penulis mampu
Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah yaitu penulis
mendiskripsikan :
Millitus.
e. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan Diabetes Millitus.
Militus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula
dalam darah (hiperglikemi) dan kadar gula yang tinggi pula dalam air seni (glukosuria).
Penyakit Diabetes Mellitus biasanya herediter (menurun) dan merupakan penyakit
metabolik sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan insulin efektif yang merubah gula
darah menjadi gula otot (glikogen).
B. Etiologi
1.Diabetes tipe 1
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b.Faktor-faktor imunologi
Adanya respons auto imun yang merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang di anggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses auto imun yang menimbulkan
dekstruksi sel belta
2. Diabetes tipe 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe2 masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko:
a. Usia
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Manifestasi Klinik
D. Komplikasi
Beberapakomplikasidari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 2007) adalah :
1. Akut
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
Pathway Diabetes Melitus (DM)
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan riwayat DM pada kehamilan ; riwayat kehamilan dengan BBL >
4.000 g.
2. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu, sesudah makan dan puasaTes roleransi
glukosa oral (TTGO) standar.
3. HbA1c
Pemeriksaan penunjang :
1. Kadar protein darah / urin
2. Kadar aseton darah / Urin
3. Lipid : kolesterol total, HDL, Trigliserida
yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola makan yang
dikenal sebagai terapi gizi medis, meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi
berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara
terus menerus, kedua terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat anti diabetes
oral dan injeksi insulin. Terapi farmakologis ini pada prinsipnya diberikan jika
penerapan terapi non farmakoogis yang telah dilakukan tidak dapat mengendalikan
tetap tidak meninggalkan terapi non farmakologis yang telah diterapkan sebelumnya
b. Pemeriksaan fisik
1) Neuro sensori : Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan
memori, kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2) Kardiovaskuler : Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan
TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
3) Pernafasan : Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak
nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung
ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar
kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
4) Gastro intestinal : Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
5) Eliminasi : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau
busuk, diare (bising usus hiper aktif).
6) Reproduksi/sexualitas : Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan,
impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
7) Muskulo skeletal : Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot,
ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
8) Integumen : Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,
turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
2.Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan, masukan yang terbatas.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
c. Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan sirkulasi.
d. Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan perubahan kimia
endogen (ketidak seimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
e. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain,
penyakit jangka panjang.
f. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)
3.Perencanaan keperawatan
a. Dx keperawatan I : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
cairan dan elektrolit pasien seimbang.
Kriteria Hasil :
Memperlihatkan keseimbangan asupan dan haluaran, Menunjukkan nilai elektrolit
dalam batas normal, TTV stabil
Intervensi :
1. Pantau tanda – tanda vital
2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
3. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban.
4. Ukur BB setiap hari
5. Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis.
7. Kolaborasi pemberian cairan IV
Dx Keperawatan II: Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, hipermetabolisme,
kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk, diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
a. Mencerna jumlah nutrien yang tepat,
b. Menunjukkan tingkat energi biasanya,
c. BB stabil
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari.
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dihabiskan pasien.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.
4. Identifikasi makanan yang disukai.
6. Kolaborasi dengan ahli diet
Dx Keperawatan III: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan tidak
terdapat tanda – tanda infeksi.
Kriteria hasil :
a. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi
b. Jumlah leukosit dalam batas normal.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang
berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasive.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah
yang tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.
5. Bantu pasien melakukan oral hygiene.
6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.
7. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Salatiga
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
c. Identitas diri
Klien dapat mengenali dirinya sendiri dengan menyebutkan nama, usia
,anggota keluarga serta alamat rumahnya
d. Gambaran diri
Klien memiliki anggota tubuh yang lengkap. Namun klien kesal ketika
harus kambuh dan kejan-kejang setiap saat.
e. Peran
Klien bersama istri merupakan tulang punggung di dalam keluarganya
8. Pola Koping
a. Masalah utama selama masuk RS
Klien merasa tidak malu jika bertemu dengan orang lain. Klien merasa
membebani keluarga klien karena penyakitnya, memikirkan tentang
penyakit klien yang setiap saat bisa kambuh dan kejang-kejang.
b. Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya
Klien
c. Pandangan terhadap masa depan
Klien merasa takut jika kambuh di tempat kerja, dan akan dipecat dari
pekerjaannya.
d. Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah
klien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
9. Pola seksual-reproduksi
a. alat kontrasepsi yang digunakan
klien menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan dangan istri
b. apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
dengan penyakit yang di derita klien akan merasa kawatir jika kambuh
saat berhubungan seksual
c. apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual
d. riwayat hubungan seksual sebelumnya
pada usia 25 tahun klien sudah menikah dan aktif dalam kehidupan
seksual.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
i. Integumen
Turgor kulit elastis, kulit teraba halus
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 30 Oktober 2017
Jenis Nilai Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal Hasil
Hemoglobin 11,7-15,5 g/dl 13,3 normal
Hematokrit 33-45% % 40 normal
Leukosit 5,0-1,0 Ribu/u L 5,7 normal
Trombosit 150-440 Ribu/u L 331 normal
Eritrosit 3,80-5,20 Juta/unit 4,69 normal
VER 80,0-100,0 FL 84,4 nomal
HER 26,0-34,0 Pg 28,4 normal
KHER 32,0-36,0 g/dl 33,6 normal
RDW 11,5-14,5 % 11,4 normal
Basofil 0,0-1,1 % 0,0 normal
Eosinofil 1,0-3,0 % 1,0 normal
Netrofil 50,0-70,0 % 55,0 normal
Leukosit 20,0-40,0 % 39,0 normal
Monosit 2,0-8,0 % 5,0 normal
VI. ANALISA DATA
Nama : Tn. A RM : 17-18-377054
Umur : 54 tahun Dx MEDIS : Diabetes Militus
X. IMPLEMENTASI
XI. EVALUASI
BAB IV PEMBAHASAN
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka diabetes melitus di tandai dengan hiperglikemia puasa
dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati. (Sylvia & Lorrain,
2006)
Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar
glukosa darah yang tinggi disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah insulin
cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif. (Sarwono,2006)
c. Menggunakan obat diabetes dan obat-obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut hipoglikemia
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif.
Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan
diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan
yang biasa disebut diabetes gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami
peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk di indonesia
Daftar Pustaka
Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta: EGC
Medika