Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tonsilofaringitis akut merupakan sa- Staphylococcus, Klebsiella, Branhamella.
lah satu ISPA (infeksi saluran pernapasan Pseudomonas, Escherichia, Proteus,
akut) bagian atas, terutama disebabkan Haemphillus (I). Jika tejadi infeksi sekun-
oleh virus tapi tidak jarang disertai ada- der bakterial, maka antimikroba yang se-
nya ~nfeksi sekunder bakterial. Kuman- ring digunakan adalah golongan beta-
kurnan yang pemah diisolasi dari hasil laktam, makrolida, kotrimoksazol, dan la-
usap tenggorok adalah Streptococcus, in-lain (2)
dan isolasi kuman dilakukan dengan meng- Lima jenis kuman terbanyak yang
gunakan media perbenihan agar darah dan berhasil d~isolasidari spesimen usap teng-
agar coklat pada suhu 37" C selama 24 jam. gorok berturut-turut adalah: S viridans
(54,2 %), Branhamella catarrhalrs
Identifikasi dilakukan berdasarkan
morfologi koloni. sifat hemolisis agar (22,9%), S. phemolyticus (6.1 1%), S.
darah, fermentasi karbohidrat dan uji-uji pneumoniae (3,82%) dan S, nonhemo-
khusus lainnya. Kuman hasil isolasi diuji lyticus (3,82%). Isolat kuman usap
kepekaannya dengan cara cakram (Kzrby- tenggorok yang terbanyak ditemukan ter-
h t l e r ) pada media Mueller-Hinton, sebut kemudian diuji sensitivitasnya ter-
terhadap antimikroba penicillin G, amok- hadap antimikroba penisillin G, ampisilin,
sisilin, eritromisin dan kotrimiksazol de- amoksisilin, eritromisin. (Lihat gambar 1).
ngan mengukur zona hambatan. Hasil uji sensitivitas lima jenis ku-
man dengan empat antimikroba me-
HASIL nunjukkan bahwa kuman Streptococcus P
Sampel diperoleh antara awal Sep- hemolyticu.s, S. pneumoniae dan kuman S.
tember 1999 sampai dengan akhir Nopem- non-haemolyticu.~masih mempunyai sensi-
ber 1999, dengan jumlah 83 spesimen usap tivitas tinggi (100%) terhadap Penicillin G
tenggorok penderita tonsilofaringitis akut. dan amoksisilin. Selanjutnya Branhamella
Kuman hasil isolat berjumlah 132 kuman catarrhnlis juga masih mempunyai sensiti-
yang terdiri atas 12 spesies kuman gram bitas 100% terhadap amoksisilin. Alian
po-sitif dan gram negatif Hasil dapat tetapi sensitivitas kuman S. nonhemo-
diketahui pada Tabel 1. lyticus terhadap antimikroba eritromisin
dan kotri moksazol hanya 60% begtu pula
dengan sensitivitas kuman B. mtarrhalis
100
S. viridans
5 80
U)
El B. catanhalis
g 60
c El S. beta hemolyticus
x
E 40
S. pneumoniae
$ 20
N S. unhemolyticus
0
Pen.G Amoks. Eritr. Kotrim.
antimikroba
tase resistensi paling tinggi adalah ter- infeksi saluran urin, infeksi saluran pema-
hadap kotrimoksazol(27.5%), dan berikut- pasan. Penggunaan antimikroba yang luas,
nya terhadap eritromisin (9.7%), sedang- rnisalnya kotrimoksazol, apabila dosisnya
kan terhadap amoksisilin total resistensi tidak adekuat dapat menyebabkan penuru-
relatif cukup rendah, hanya 1.5%. nan sensitifitas kuman terhadap anti-
Resistensi kuman terbanyak penye- mikroba tersebut.
bab ifeksi tonsilofaringitis, yakni S. Resistensi S. viridans terhadap eritro-
viridans, terhadap kotrimoksazol (Tabel 2) misin pada penelitian ini (23.9%) temyata
ditemukan lebih tinggi (23.9%) dibanding- tidak berbeda dengan yang pernah dite-
kan dengan resistensi kuman tersebut dari mukan pada tahun 1995, yakni 23.8% (').
isolat usap tenggorok yang pemah dite- Eritromisin digunakan sebagai altematif
mukan pada tahun 1995 terhada anti- untuk penderita yang alergi terhadap
mikroba yang sama, yakni 13.1% (t ).r Na- penisillin. Penggunaan Gtimikroba ini cu-
mun resistensi S. viridans terhadap kotri- kup luas untuk berbagai infeksi Gram po-
moksazol ini rnasih lebih rendah bila sitif terutama yang disebabkan oleh
dibandingkan dengan hasil penelitian lain Streptococcus spp., dan Clostridium spp.
yang dilakukan atas isolat beberapa jenis (C. diphteriae, C. per-pingens, C. tetani).
spesimen yang masuk di Laboratorium Hanya sebagian kuman Staphylococcus
Mikrobiologi FKUI, yakni 60% telah aureus yang peka terhadap eritromisin, dan
resisten (9). Pada faringitis akut yang di- di rumah sakit sering dijumpai S. aureus
sebabkan S. pyogenes obat antimikroba (strain nosokornial) ang telah resisten
pilihan utama adalah penisilin V, sedang- 7
terhadap eritromisin (' . Eritromisin relatif
kan altematifhya adalah eritromisin dan aman dan jarang ditemukan efek samping
Penisilin G, bukan kotrimoksazol (lo). Da- yang serius (I2). Namun absorpsinya di-
lam penatalaksanaan ISPA, kotrimoksazol pengasuhl (diperlambat) oleh adanya ma-
digunakan untuk pengobatan bronco- kanan sehingga bioavailabilitasnya k e
pneumonia pada anak ("). Namun dari segi mungkinan dapat lebih rendah diban-
ekonomi, kotrimoksazol relatif cukup dingkan amoksisilin, dengan dernikian
murah, penggunaannyapun sangat luas efikasinya kemungkinan lebih rendah di-
untuk berbagai indi-kasi, antara lain diare, bandingkan amoksisilin (lo). Penggunaan
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 30, No. 1,2002: 39 - 45
eritromisin sebagai alternatif penisilin jika sitivitas kuman terhadap Penisilin G dan
diberikan atau diminum dengan dosis tidak Amoksisilin rnasih 100% pada kuman S. P
adekuat, misalnya diminum dalarn keadaan hemolyticus, S. pneumoniae, S nonhemo-
lambung terisi makanan sehingga absorpsi- lyticus, sedangkan sensitivitas 5 60%
nya terganggu dan berakibat kadarnya ditemukan pada kuman S. nonhemolytict~s
dalam darah tidak optimal, akan dapat terhadap eritromisin, dan pada kuman-
mempercepat terjadinya resistensi kuman kuman R. catarrhalis, S. phemolyticus, S.
terhadap antimikroba tersebut. nonhemo-lyticus terhadap kotrimoksazol.
Penelitian di Finlandia dilaporkan Total resistensi lima jenis kuman di-
bahwa terjadi kenaikan resisten eritromisin temukan tertinggi terhadap antimikroba
terhadap Streptococcus Group A dari 5% kotrimoksazol, yaitu 27,5 %.
pada tahun 1988-1989 menjadi 13% pada
tahun 1990. Adapun total konsurnsi rnakro-
DAFTAR RUJUKAN
lid 1 dosis perhari per 1000 penduduk per-
hari pada tahun 1970 dan pada tahun 1988 1. Abdoerachman H, Fachruddin D. Infieksi
sudah mencapai tiga kali lipat, tetapi campuran aerob clan anaerob di bidang
setelah ada kebijakan pengurangan THT. Majalah Kedokteran Indonesia
konsurnsi pada tahun 1991 konsurnsi 1989;4:56-60.
menurun menjadi 1,4 dosis perhari per 2. Dwiprahasta I. In appropriate use of
1000 penduduk per hari tahun 1992 sampai antibiotics in treatment of acute respiratory
1996. Penurunan resistensi eritromisin infections for the under five children
setelah pengurangan konsumsi pada 1993 among general practitioners. Berkala Ilmu
sebesar 19% berkurhg menjadi 8,6% pada Kedokteran 1997;29.
tahun 1996 . Dengan kata lain, 3. Gitawati R, Wijaya E. Observasi terhadap
berkurangnya konsumsi antimikroba penulisan resep atibiotik pada beberapa
makrolid dapat menyebabkan penurunan apotek di Jakarta. Majalah Kedokteran
resistensi. Indonesia 1987;37:560-64.
Kepekaan kuman terhadap antimi- 4. Munaf S. Pola penggunaan antibiotik di
kroba tertentu tidak menjarnin efektivitas empat puskesrnas Kotamadya Palembang
klinik. Beberapa faktor lain dapat menjadi dan dua puskesnas dl dua Kabupaten
penyebab kegagalan terapi, antara lain: Propinsi Sumatera Selatan. Majalah Ke-
dosis dan masa terapi tidak adekuat, ada- dokteran Indonesia 1993;43: 507-11.
nya faktor mekanik seperti abses, jaringan 5. Trihendrokesowo. dkk.. Macam kurnan
nekrotik, benda asing dll, kesalahan dalam dari pel-bagai bahan pemeriksaan di
menetapkan etiologi, faktor farmakokinetik Yogyakarta dan pola kepekaannya
(tidak semua bagian tubuh dapat diternbus terhadap beberapa antibiotika. Majalah
oleh antimikroba), faktor penderita seperti Kedokteran Indonesia 1987;2:6-12.
gangguan mekanisme pertahanan tubuh. 6. Josodiwondo Perkembangan kuman terha-
clap antimikroba saat ini. Majalah
SIMPULAN Kedokteran Indonesia, 1996; 46, p. 467-76
Lima kuman terbanyak yang dite- 7. Suprihati. Faktor- faktor risiko Strep-
mukan dalarn isolat usap tenggorok adalah: tococcus Phemolyticus Group A pada
penderita infeksi saluran nafas atas di
Streptococcus viridans 54,2%, Branha- RSUP Dr. Kariadi Semarang, Bagian
mella catarrhalis 22,9% Streptococcus Kedokteran Komunitas Fakultas
/%hemolyticus6,11%, Streptococcuspneu- Kedokteran UNDIP, Laporan Penelitan
moniae 3,82% dan Streptococcus non- Risbinkes; 1998
hemolyticus 3,82%. Ditemukan bahwa sen-
l'ola Sensitifitas Kuman dari lsolat (Istuwati et.al)