You are on page 1of 48

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah bagi orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran juga dapat diartikan
sebagai seseorang yang telah mencapai usia tertentu yang tidak memiliki pekerjaan dan
sedang mencari pekerjaan agar memperoleh upah atau keuntungan. Pengangguran dapat
diakibatkan oleh berbagai hal seperti kurangnya lapangan pekerjaan atau sedikitnya
kesempatan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan.
Pengangguran umumnya kebanyakan terdapat di Negara yang sedang berkembang
seperti di Indonesia. Pengangguran yang terjadi berlarut-larut dapat menyebabkan
berkurangnya kesejahteraan masyarakat karena tidak adanya penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti makan, pakaian dan lain-lain. Tingkat pengangguran yang
terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan sosial sehingga
mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang sering kali dihadapkan
dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan faktor kelangkaan modal untuk
berinvestasi.masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di Negara – Negara
berkembang, namun juga dialami oleh Negara-negara maju. Namun masalah pengangguran
di Negara – Negara maju lebih mudah terselesaikan dari pada di Negara-negara berkembang,
karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor
kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk ataupun masalah sosial politik di Negara
tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa permasalahan yang akan di
bahas pada Bab pembahasas, ialah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah perkembangan pengangguran dari tahun ke tahun?
1.2.2 Apakah penyebab adanya pengangguran?
1.2.3 Apakah akibat adanya pengangguran?
1.2.4 Apa sajakah jenis dan macam pengangguran tersebut?
1.2.5 Bagaimanakah cara mengatasi pengangguran?
I.3 Tujuan Penulisan
Dari permasalahan diatas, penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.3.1 untuk mengetahui perkembangan pengangguran dari tahun ke tahun.
1.3.2 untuk mengetahui penyebab adanya pengangguran.
1.3.3 untuk mengetahui akibat adanya pengangguran.
1.3.4 untuk mengetahui jenis dan macam pengangguran tersebut.
1.3.5 untuk mengetahui cara mengatasi pengangguran.
I.4 Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Dapat mengetahui perkembangan pengangguran dari tahun ke tahun.
1.4.2 Dapat mengetahui tentang penyebab adanya pengangguran.
1.4.3 Dapat mengetahui tentang akibat adanya pengangguran
1.4.4 Dapat mengetahui tentang jenis dan macam pengangguran tersebut
1.4.5 Dapat mengetahui tentang cara mengatasi pengangguran

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Pengangguran


Awal ledakan pengangguran sebenarnya bisa diketahui sejak sekitar tahun 1997 akhir
atau1998 awal. Ketika terjadi krisis moneter yang hebat melanda Asia Tenggara yang
mendorong terciptanya likuiditas ketat sebagai reaksi terhadap gejolak moneter. Di Indonesia,
kebijakan likuiditas atas 16 bank akhir November 1997 saja sudah bisa membuat sekitar 8000
karyawannya menganggur dan dalam selang waktu yang tidak relatif lama, 7.196 pekerja dari
10 perusahaan sudah di PHK dari pabrik-pabrik mereka di Jawa barat, Yogyakarta, dan
Sumatra selatan berdasarkan data pada akhir Desember 1997. Ledakan pengangguran
berlanjut di tahun 1998, dimana sekitar 1,4 juta pengangguran terbuka baru akan terjadi.
Dengan perekonomian yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4% maka tenaga kerja yang
bisa diserap sekitar 1,3 juta orang dari tambahan angkatan kerja sekitar 2,7 juta orang.
Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka. Total pengangguran jadinya akan
mempunyai 10 juta orang.
Berdasarkan pengalaman, jika kita mengacu pada data-data pada tahun 1996 maka
pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4% belumlah memadai, seharusnya pertumbuhan
ekonomi yang ideal bagi Negara berkembang macam Indonesia adalah di atas 6%.
Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996 perekonomian hanya mampu menyerap
85,7 juta orang dari jumlah angkatan kerja 90,1 juta orang. Tahun 1996 perekonomian
mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah relative besar karena ekonomi nasional
tumbuh hingga 7,98%. Tahun 1997 dan 1998, pertumbuhan ekomi dapat dipastikan tidak
separah tahun 1996. Pada tahun 1998 krisis ekonomi bertambah parah karena banyak wilayah
Indonesia yang diterpa musim kering, inflasi yamg terjadi di banyak daerah, krisis moneter di
dalam negeri maupun di Negara-negara mitra dagang seperti sesama ASEAN,Korsel dan
Jepang akan sangat berpengaruh. Jika kita masih berpatokan pada asumsi keadaan diatas,
maka ledakan pengangguran diperkirakan akan berlangsung terus sepanjang tahun-tahun ke
depan.
Memang ketika kita menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000 ini
sudah menurun di banding tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2000
yang meningkat menjadi 4,8 persen. Pengangguran tahun 1999 yang semula 6,01 juga turun
menjadi 5,87 juta orang. Sedang setengah pengangguran atau pengangguran terselubung juga
menurun dari 31,7 juta menjadi 30,1 juta orang pada tahun 2000. Jumlah pengangguran saat
ini mencapai sekitar 35,97 juta orang,namun pemerintah masih memfokuskan
penanggulangan pengangguran ini pada 16,48 juta orang. Jumlah pengangguran saat ini yaitu
pada tahun 2001 mencapai 35,97 juta orang diperkirakan bisa bertambah bila pemulihan
ekonomi tidak segera berjalan dengan baik. Karena hal inilah maka pemerintah perlu
berusaha semaksimal mungkin untuk mencari investor asing guna menanamkan modalnya
disini sehingga lapangan pekerjaan baru dapat tercipta untuk dapat menyerap sebanyak
mungkin tenaga kerja.
2.2 Penyebab Terjadinya Pengangguran
Angkatan kerja yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan menengah kebawah
kesulitan untuk menyekolahkan atau membiayai anaknya.persyaratan yang diminta oleh
perusahaan misalnya adalah pendidikan dan keahlian khusus. Pendidikan dan keahlian
khusus tidak dimilikinya karena tidak dapat sekolah maupun pendidikan yang lain. Hal inilah
yang biasanya tidak diterima dalam kesempatan kerja.
Adapun penyebab lain timbulnya pengangguran yaitu:
1. penduduk relatif banyak sedangkan kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan relatif rendah.
Jumlah penduduk yang cukup tinggi tetapi tidak diimbangi dengan lapangan kerja, maka
jumlah angkatan kerja tidak semua tertampung dalam dunia kerja.
2. pendidikan dan keterampilan yang rendah. Pendidikan dan keterampilan yang rendah tidak
dibutuhkan oleh pihak badan usaha karena dengan pendidikan yang rendah dan keterampilan
yang rendah tidak akan meningkatkan produktifitas kerja dan hasil produksi.
3. teknologi yang semakin maju yang belum terimbangi oleh kemampuan manusia. Teknologi
dan kemampuan yang tinggi begitu cepat tidak diimbangi dengan kemampuan manusia untuk
menguasai maka banyak badan usaha hanya menerima yang mampu menguasai teknologi
tersebut. Bagi yang tidak mampu menguasai teknologi tersebut akan tersingkir dalam
persaingan kerja.
4. pengusaha yang selalu ingin mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan
seperti penerapan rasionalisasi. Pengusaha hanya menerapkan berpikir rasionalis sehingga
tenaga kerja di paksa untuk bekerja seoptimal mungkin untuk mengejar target . apabila tenaga
kerja tidak bekerja sesuai dengan target, maka tenaga kerja tersebut tidak diperlukan lagi.
5. adanya lapangan kerja dipengaruhi oleh musim. Pekerjaan yang dipengaruhi oleh musim
dapat menibulkan pengangguran seperti pertanian, perkebunan setelah masa menanam selesai
maka banyak tenaga kerja tinggal menunggu hasilnya. Untuk menunggu hasil, kebanyakan
dari mereka menganggur dan akan bekerja kembali apabila nanti musim panen telah tiba.
6. ketidak stabilan perekonomian, politik dan keamanan Negara. Kestabilan perekonomian
politik dan keamanan Negara dapat menimbulkan pengangguran.perekonomian yang lesu,
politik yang tidak menentu dan tidak ada jaminan keamanan menyebabkan para pengusaha
akan berpikir untuk melanjutkan usahanya. Dengan keadaan yang tidak menentuk akan
menimbulkan kerugian usaha. Untuk menghindari krugian, maka jumlah produk di batasi
atau menutup usahanya, tidak memperluas usahanya. Hal ini akan menimbulkan
pengangguran.
Pengangguran umumnya disebabkan oleh jumlah angkatan kerja atau para pencari
kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Selain hal tersebut, salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka
pengangguran di Negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang di arahkan ke sektor
formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka akan
kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal.
Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja,
entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan.
Selain masalah pekerjaan, pengangguran juga dapat disebabkan oleh terjadinya
urbanisasi. Dengan mengingat pertumbuhan urbanisasi yang pesat, ini berarti terjadi kenaikan
dalam tingkat pengangguran diseluruh Negara berkembang. Fakta- fakta tersebut tidak
bertentangan dengan pandangan umum bahwa ada kenaikan tingkat pengangguran yang
cukup besar, terutama pada dasawarsa 1950-1960. Sekalipun demikian, kenaikan itu ( bila
terjadi ) buruknya keadaan pasar kesempatan kerja lebih cenderung menyebabkan
peningkatan setengah pengangguran ketimbang peningkatan pengangguran.
2.3 Akibat Adanya Pengangguran
Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menyebabkan timbulnya efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan
per kapita suatu Negara .
Akibat dari lamanya menganggur, tidak sedikit para penganggur yang mencari jalan
keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi pencopet,
penjaja seks, pencuri,preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit dari
mereka yang dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik salah satu
kelompok tertentu yang masih erat hubungannya dengan para pentolan ORBA. Ada juga
yang menyebarkan diri menjadi anggota laskar jihad yang dikirim ke ambon dengan dalih
membela agama. Padahal disana mereka hanya menjadi perusuh yang doyan menjarah,
memperkosa,dan membunuh orang-orang Maluku yang tidak berdosa.
Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat
besar kemungkinan untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis sosial ditandai dengan
meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah
anak jalanan atau preman, dan besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial
yang senantiasa menghantui masyarakat kita.
2.4 Perbedaan Pengangguran di kota Negara Sedang Berkembang dan di Kota Negara
Maju
Apabila ditinjau keadaan masa kini, tidak dapat disangsikan bahwa tingkat
pengangguran di kota Negara industri jauh lebih rendah dari pada tingkat pengangguran di
kota Negara sedang berkembang. Hal ini pertama-tama disebabkan oleh cukup rendahnya
tingkat pengangguran pada umumnya di Negara maju. Untuk Negara barat, secara
keseluruhan, dalam dua dasawarsa terakhir pengangguran diperkirakan kurang dari 3 %
selama masa-masa pertumbuhan ekonomi dan sekitar 4,5 % pada tahun-tahun resesi,
sehingga rata-rata selama periode sesudah perang mendekati 3 % ( yaitu kurang dari separuh
tingkat pengangguran di Negara sedang berkembang).
Rendahnya tingkat pengangguran umum ini dan besarnya jumlah angkatan kerja di
kota merupakan petunjuk rendahnya tingkat pengangguran di kota, dan ini didukung oleh
angka statistik. Lebih dari itu, tampaknya ada kecenderungan baru yang cukup luas bahwa
tingkat pengangguran di kota lebih rendah dari pada di daerah pedesaan. Di Amerika serikat
contohnya, misalnya tingkat pengangguran pada tahun 1960 mencapai 3,9 % di seluruh
wilayah Negara, tetapi hanya 3,5 % dikota-kota dan 3,4 % di kota-kota terbesar. Namun
urutan tingkat pengangguran menjadi terbalik dalam masa-masa resesi.

2.5 Jenis dan Macam-macam Pengangguran


Macam-macam pengangguran dilihat dari jam kerjanya dapat dibagi menjadi:
1. pengangguran terbuka ( open unemployment )
Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan.
2. setengah menganggur ( under unemployment )
Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
ketiadaan lapangan pekerjaan atau atau pekerjaan, atau pekerja yang bekerja kurang dari 35
jam seminggu.
3. pengangguran terselubung ( disguised unemployment )
Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang yang tidak bekerja secara optimal
karena tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Macam pengangguran menurut Keynes


1. pengangguran yang disengaja (voluntary unemployment )
Pengangguran yang disengaja adalah pengangguran yang terjadi karena ada pekerjaan
yang ditawarkan tetapi orang yang menganggur tidak mau menerima pekerjaan tersebut
dengan upah yang berlaku.
2. pengangguran yang tidak disengaja ( involuntary unemployment )
Pengangguran yang tidak disengaja adalah pengangguran yang tejadi apabila
seseorang menerima pekerjaan dan upah yang berlaku tetapi pekerjaannya tidak ada.
2.6 Cara-cara Mengatasi Pengangguran
Adapun cara-cara untuk mengatasi pengangguran adalah sebagai berikut:
1. mendorong majunya pendidikan
2. meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan seperti tuntutan industri
modern.
3. meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan .
4. Mendorong terbukanya kesempatan usaha-usaha informal.
5. meningkatkan usaha trasmigasi.
6. meningkatkan pembangunan dengan system padat karya.
7. mengidentifikasikan program keluarga berencana.
8. membuka kesempatan ke luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

- Abi.2007.” tiga faktor terjadinya pengangguran”. Elektrojoss.wordpress.com/2007/06


- Effendi, Chris Manning Tadjuddin Noer. 1996. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di
Kota. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
- Hanun. 2010. “Ajang kreasi Anak Pintar”. Hanun.blogdetik.com/2010/07/30/keterangan
Susanto,Astrid S.1992. Sosiologi Pembangunan. Jakarta
- Tt. “Pengangguran-wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas”.
Id.wikipedia.org/wiki/pengangguran
- 2010. “cara mengatasi pengangguran”. Id.answer.yahoo.com/question/indek.
- 2010. “cara mengatasi pengangguran”. Mengerjakantugas.blogspot.com/2010.
- Tt. “ketenagakerjaan & pengangguran”. www.e-dukasi.net>.....<Ekonomi.
- Tt. “macam-macam pengangguran”. Nurulandi’s.wordpress.com
-Tt. “Angkatan Kerja”. www.craymonpedia.org/mw/Angkatan-kerja
Saturday, October 25, 2014
MAKALAH PENGENDALIAN SOSIAL

MAKALAH SOSIOLOGI
“PENGENDALIAN SOSIAL”

Disusun Oleh :
Miftahul Hidayat

SMA YPD TRAWAS


KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah SWT puja dan puji syukur atas terselesainya makalah yang
kami beri judul “Pengendalian Sosial”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan harus disempurnakan
lagi, maka penulis berharap kepada pembaca umumnya untuk memberikan saran dan kritik
maupun petunjuk dari pembaca kami terima dengan tangan terbuka.
Dan hanya kepada Allahlah kita harus memohon petunjuk karena Dialah yang
mencukupi akal dan pikiran serta daya dan upaya untuk membentuk makalah ini. Akhirnya
penulis hanya berharap banyak agar makalah ini bisa bermanfaat untuk umat Islam dan
pembaca umumnya.

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1


1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan .....................................................................................................1

BAB II RUMUSAN MASALAH ..........................................................................2

BAB III PEMECAHAN MASALAH .....................................................................3

BAB IV PENUTUP.................................................................................................5
4.1 Kesimpulan .........................................................................................5
4.2 Saran ...................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setiap masyarakat tentu mendabakan keadaan yang tenang, aman, dan teratur.
Namun, kondisi normatif tersebut tidak selalu terwujud secara utuh. Banyak penyimpangan
sosial yang terjadi dimasyarakat yang berawal dari ketidaksesuaian harapan dan kenyatan.
Banyak orang yang mendambakan kekayaan, tetapi kenyataannya tidak mudah, banyak
mereka yang berputus asa. Sehingga mereka menghalalkan segala cara, bahkan dengan cara-
cara yang menyimpang dari nilai dan norma sosial.
Pada zaman sekarang, sering kita jumpai dimasyarakat berbagai macam prilaku yang
menyimpang, seperti perampokan, pencurian, tawuran pelajar, pengunaan obat-obatan
terlarang, dan sebagainya. Prilaku itu jalas tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang
berlaku dimasyarakat. Untuk itu diperlukannya pengendalian sosial yang mengatur prilaku
sosial masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan


Prilaku-prilaku yang terjadi dimasyarakat pada saat ini telah banyak menyimpang dari
nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Untuk itu diperlukan adanya pengendalian
sosial. pengendalian sosial sangat diperlukan ditengah-tengah masyarakat demi kondisi sosial
yang tenang, aman, dan teratur serta tidak menyimpang dari perundangan-undangan yang
berlaku.
BAB II
RUMUSAN MASALAH

1. Apakah setiap pengendalian sosial harus memaksa warga masyarakat untuk mematuhinya ?
2. Bagaimana cara pengendalian sosial dalam lingkungan sekolah ?
3. Apakah akibat tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial dalam lingkup sekolah ?
4. Apakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyimpangan sosial dalam lingkup
masyarakat ?
5. Apakah dampak sosial yang sempurna di lingkungan masyarakat ?
6. Apakah dalam melakukan pengendalian sosial kita hanya bisa mencontoh sang pelanggar /
pelaku penyimpangan sosial ?
7. Apakah dampak jika pelaku penyimpangan sosial tidak merespon /tidak jera dengan adanya
pengendalian sosial yang dilakukan terhadapnya ?
BAB III
PEMECAHAN MASALAH

1. Pada dasarnya pengendalian sosial tidak diharuskan memaksa setiap warga masyarakat untuk
mematuhinya, namun apabila kita telah berupaya mengajak warga masyarakat agar tidak
berperilaku menyimpang serta membimbing adanya penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan warga, kita bisa memaksa agar ketertiban dalam bermasyarakat dapat terpelihara
dan menciptakan serta menegakkan sistem hukum di negara indonesia.
2. Upaya pengendalian sosial dalam lingkungan sekolah bisa dilakukan dengan cara
memberlakukan aturan-aturan yang ketat dalam lingkup sekolah tersebut, pihak sekolah juga
diupayakan untuk berunding dan membuat kesepakatan akan pelanggaran atau
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh siswa tersebut agar tidak dilakukan
kembali di kemudian hari.
3. Dalam berbagai kegiatan di lingkup masyarakat maupun sekolah tentunya ada dapak negatif
dan positif, termasuk jika lembaga pengendalian sosial dalam lingkungan sekolah tidak
berfungsi pasti berakibat buruk bagi siswa, bisa jadi siswa yang telah melakukan pelanggaran
atau penyimpangan sosial dalam lingkup sekolah tersebut menjadi liar, mengulangi kesalahan
yang telah dia lakukan, serta mendapat cemooh dari kalangna masyarakat, dengan demikian
nama baik sekolah tersebut pun akan menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitar.
4. Pada dasarnya setiap manusia pasti pernah melakukan kegiatan yang menyimpang, namun
tidak semua manusia melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut lekas sadar dan jera,
kita bisa memberikan mereka contoh yang baik agar mereka mengikuti kita, kita juga bisa
memberi teguran, tekanan baik paksaan, ancaman, maupun hukuman secara langsung seperti
pengucilan, cemooh atau ejekan serta kritik-kritik yang dirasa cukup membuat mereka
(pelaku penyimpangan sosial tersebut menjadi malu sehingga tidak mengulangi perbuatannya
lagi.
5. Kerap kali kita jumpai beberapa warga masyarakat maupun lembaga pengendalian sosial
berupaya untuk mewujudkan pengendalian sosial dengan tujuan agar terjalin hubungan
bermasyarakat yang harmonis dan aman, namun pelaku penyimpangan sosial tetap marak
dalam kalangan masyarakat, itu menjadi dampak langsung pengendalian sosial dalam
kalangan masyarakat belum terwujud secara sempurna, sang pelaku penyimpangan sosial
tidak jera dan mengulangi kesalahan-kesalahan yang menyimpang tersebut dalam lingkungan
masyarakat.
6. Dalam lingkup masyarakat tentunya kita sering melihat berbagai penyimpangan-
penyimpangan yang berdampak buruk bagi mereka (sang pelaku) juga terhadap kita yang
mungkin kurang memperhatikan mereka dan penduli pada mereka, warga masyarakat lebih
sering mencemooh atau memberikan ejekan-ejekan yang belum tentu direspon oleh sang
pelaku, sebenarnya itu ejekan-ejekan yang diberikan itu tidak cukup untuk membuat pelaku
penyimpangan tidak sadar, kita juga harus memberi mereka pengertian, kita bisa
mengingatkan, memberi contoh yang baik, maupun hukuman-hukuman yang men
7. Dalam melakukan pengendalian sosial untuk mengatasi penyimpangan sosial kita bisa
melakukan dengan cara memberi teguran, menekan, baik memaksa, mengancam atau
menakut-nakuti pelanggar tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya, namun jika semua
itu telah kita lakukan tetapi penyimpangan sosial tidak jera, masyarakat bisa melaporkan
kepada pihak yang berwajib agar bisa dilakukan hukuman secara langsung diberi sanksi, kita
juga bisa mengucilkan pelaku jika pelanggaran yang dilakukan dirasa cukup meresahkan,
tidak hanya di dunia, namun di akhiratpun pasti sang pelaku akan mendapat timbal balik atas
perbuatan yang telah dilakukannya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa pengendalian social sangat penting
dalam kehidupan bermasyarakat karena akan mengurangi terjadinya perilaku-perilaku yang
menyimpang.jika pengendalian social tidak di terapkan, maka akan mudah terjadi
penyipangan-pemyimpangan dalam pelaksanaan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.

4.2 Saran
Dengan adanya pengendalian sosial yang dilaksanakan dalam kehidupan sosial
masyarakat. Diharapkan agar individu-individu dapat berprilaku sesuai dangan nilai dan
norma sosial yang berlaku dimasyarakat. Dengan ini kehidupan sosial masyarakat yang
tenang, aman, dan teratur dapat terwujud.
Makalah Pengendalian Sosial

UnduhKe - Makalah Pengendalian Sosial, Makalah ini dapat Anda


download secara gratis. rumusan masalah pada makalah ini juga terdapat berbagai macam. Yaitu ,
Pengertian pengendalian sosial (menurut para ahli & umum) , Macam-macam pengendalian sosial,
Ciri-ciri pengendalian sosial, bentuk-bentuk pengendalian sosial, Tujuan / Fungsi pengendalian sosial,
serta lembaga-lembaga pengendalian sosial. Untuk penjelasan lengkap mari kita baca dibawah ini.
Sebelum membaca perlu Anda ingat bahwa artikel ini tidak sepenuhnya diketik oleh saya, tapi ini
saya rangkum sendiri menjadi satu materi.

KATA PENGANTAR
Puji syukur yang ingin penulis ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Pengendalian Sosial”, suatu
permasalahan yang selalu dialami oleh remaja Indonesia yang ikut-ikutan dan terpengaruh
terhadap budaya luar mulai dari segi bicara dan pakaian.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai pengendalian


sosial Indonesia yang sangat diperlukan dengan harapan bahwa remaja dapat mengetahui
dampak positif dan dampak negatif dari pengendalian sosial terhadap Indonesia sehingga para
remaja Indonesia dapat memahami dan mengetahui dampak negatif dan positif ini secara bijak.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam kepada yang terhormat :

Ibu_________________. pembimbing mata pelajaran sosiologi, SMA Negeri 1 Dua Boccoe

Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Maka dari itu, Penulis juga sangat mengaharapkan kritik dan saran dari teman-
teman sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.

Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. “Amin”


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian sosial adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta
mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai
yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan
anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang/membangkang.

Telah dijelaskan bahwa pengendalian sosial terjadi karena adanya perilaku yang menyimpang.
Jadi, pengendalian sosial sangat berperan penting bagi kehidupan kita masing-masing. Oleh
karena itu, pengendalian sosial pun memiliki fungsi dan tujuan. Sebagai pelajar ataupun
masyarakat publik juga dapat memahami ciri-ciri pengendalian sosial,macam-macam,bentuk-
bentuk, serta lembaga pengendalian sosial.

Jika tak ada penerapan pengendalian sosial bagi pelajar maupun masyarakat publik tentunya
negara kita cenderung drastis meningkatkan perilaku yang menyimpang yang bersifat negatif.
Dari sisi negatif tersebut itulah yang akan membuat generasi penerus banga rusak atau tidak
stabil karena perilaku yang menyimpang tersebut. Jadi kita harus memahami pengendalian
sosial.

Karena adanya perilaku yang menyimpang, maka kami harus memberikan solusi untuk
mengontrol sosial teman-teman disini. Untuk lebih jelasnya akan kami bahas di BAB
Pembahasan berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengendalian sosial ?

2. Apa ciri-ciri pengendalian sosial ?

3. Apa tujuan / fungsi pengendalian sosial ?

4. Apa macam-macam pengendalian sosial ?

5. Apa bentuk-bentuk pengendalian sosial ?

6. Apa lembaga pengendalian sosial ?

1.3 Tujuan Diskusi “Pengendalian Sosial”

Tujuan yang hendak dicapai melalui diskusi ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang pentingnya pengendalian sosial.


2. Memberikan informasi kepada masyarakat publik terutama teman-teman mengenai
pengendalian sosial.

3. Memberikan pengentahuan mengenai pengendalian sosial.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengendalian Sosial


Umum : Pengendalian sosial adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial
serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma
dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu
meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang/membangkang.

Menurut Para Ahli :

 Rober M. Z. Lawang :
Pengendalian sosial adalah semua cara yang dipergunakan suatu masyarakat untuk
mengembalikan si penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya.

 Joseph S. Roucek :
Pengendalian sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan
yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi
kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.

 Karel J. Veeger :
Pengendalian sosial adalah kelanjutan dari proses sosialisasi dan berhubungan dengan cara-
cara dan metode-metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras
dengan kehendak kelompok atau masyarakat.

 Paul B. Horton dan Chester L. Hunt :


Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang
atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok
atau masyarakat itu sendiri.

 Peter L. Berger ;
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan
anggotanya yang membangkang.

 Bruce J. Cohen :
Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang
agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah proses
yang digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan
memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat, sehingga tercipta ketertiban di masyarakat. Pengertian Pengendalian.

2.2 Ciri-Ciri Pengendalian Sosial


1) Suatu cara atau metode atau teknik tertentu untuk menertibkan masyarakat atau individu.
2) Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terus
terjadi di dalam suatu masyarakat.
3) Dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya atau oleh suatu kelompok
terhadap individu dan antara individu dengan individu lainnya.
4) Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah pihak.

2.3 Tujuan / Fungsi Pengendalian Sosial


1) Untuk menjaga ketertiban sosial.
Apabila nilai-nilai dan norma-norma sosial dijalankan semua masyarakat, maka ketertiban
sosial dalam masyarakat dapat terpelihara. Salah satu cara menanamkan nilai dan norma sosial
adalah melalui lembaga pendidikan dan keluarga. Melalui lembaga tersebut anak diarahkan
untuk meyakini nilai dan norma sosial.

2) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial


di masyarakat.
Dengan adanya pengendalian sosial seseorang atau masyarakat mulai berfikir (akibatnya) jika
akan berperilaku menyimpang.

3) Untuk mengembangkan budaya malu.


Pada dasarnya setiap individu memiliki “rasa malu“, karena rasa malu berhubungan dengan
harga diri seseorang. Harga diri seseorang akan turun jika seseorang melakukan kesalahan yang
melanggar norma-norma sosial di dalam masyarakat. Jika seseorang melakukan kesalahan
maka masyarakat akan mencela. Celaan tersebut menyadarkan seseorang untuk tidak
mengulangi pelanggaran terhadap norma. Jika setiap perbuatan melanggar norma dicela maka
“budaya malu“ akan timbul dalam diri seseorang.

4) Untuk menciptakan dan menegakkan sistem hukum.


Sistem hukum merupakan aturan yang disusun secara resmi dan disertai sanksi tegas yang
harus diterima oleh seseorang yang melakukan penyimpangan.

Singkatnya,

Pengendalian sosial bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-


perubahan dalam masyarakat atau bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui
keserasian antara kepastian dengan keadilan.
2.4 Macam-Macam Pengendalian Sosial

Berdasarkan Waktu :

 Pengendalian Preventif

Pengendalian sosial preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya
penyimpangan perilaku, misalnya dapat berbentuk nasihat, anjuran dan lain-lain.

 Pengendalian Represif

Pengendalian sosial represif adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya
pelanggaran atau penyimpangan perilaku. Misalnya, dapat berbentuk teguran, peringatan lisan
dan tertulis, sanksi administrasi, denda, dan bahkan hukuman mati.

 Pengendalian Kuratif

Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi
penyimpangan sosial. Contohnya, seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena
ketahuan menyontek pada saat ulangan. Bertujuan untuk memberi penyadaran kepada perilaku
dan memberi efek jera.

Berdasarkan Cara :

Dilihat dari dimensi cara pelaksanaannya, pengendalian sosial bisa di


bedakan atas pengendalian sosial yang dilaksanakan secara persuarsif dan pengendalian sosial
yang dilakukan secara koersif.

 Cara Persuasif
Cara persuasif merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan
pada tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bersedia
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Cara persuasif cenderung menekankan pada
upaya penyadaran msyarakat. Contoh, sejumlah artis membagikan bunga sebagai ajakan untuk
mewujudkan perdamaian ; seorang guru Bimbingan dan Penyuluhan ( BP ) menegur dan
menasihati seorang siswa yang tertangkap basah merokok di sekolah.

 Cara Koersif
Cara koersif merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakuan dengan menekankan pada
tindakan yang sifatnya memaksa warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan
norma yang berlaku. Cara koersif cenderung menekankan pada berbagai upaya pemaksaan
masyarakat. Upaya ini semestinya digunakan seminimal mungkin, yaitu bila upaya persuasif
tidak memberikan hasil. Contoh, petugas ketertiban kota memerintahkan dengan pengeras
suara agar semua PKL tidak berdagang di tempat yang dilarang ( tekanan), namun kemudian
petugas ketetiban kota mengangkut lapak yang digunakan para pedagang kaki lima yang
berdagang di tempat – tempat terlarang. Hal itu dilakukan karena peringatan yang telah
diberikan beberapa kali tidak di indahkan.

Berdasarkan Sifat :

Pengendalian sosial kuratif

Pengendalian sosial kuartif adalah pengendalian sosial dalam bentuk pembinaan atau
penyembuhan terhadap berbagai macam bentuk perilaku yang menyimpang, misalnya
penyembuhan kepada eks pemakai narkoba.

Pengendalian sosial partisipatif

Pengendalian sosial partisipatif adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan


mengikutsertakan pelaku untuk melakukan penyembuhan atau perbaikan perilaku. Misalnya
kepada mantan pencuri yang ditugaskan menjadi aparat keamanan.

2.5 Bentuk - Bentuk Pengendalian Sosial


Banyak sekali bentuk-bentuk pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mencegah terjadinya perilaku menyimpang.

 Gosip

Gosip sering juga diistilahkan dengan desas-desus. Gosip merupakan memperbincangkan


perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang tanpa didukung oleh fakta yang jelas. Gosip
tidak dapat diketahui secara terbuka, terlebih-lebih oleh orang yang merupakan objek gosip.
Namun demikian gosip dapat menyebar dari mulut ke mulut sehingga hampir seluruh anggota
masyarakat tahu dan terlibat dalam gosip. Misalnya gosip tentang perselingkuhan yang
dilakukan oleh Si A dengan Si B. gosip seperti ini dalam waktu singkat akan segera menyebar.
Warga masyarakat yang telah mendengar gosip tertentu akan terpengaruh dan bersikap sinis
kepada orang yang digosipkan. Karena sifatnya yang laten, biasanya orang sangat menjaga agar
tidak menjadi objek gosip.

 Teguran

Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang dianggap melanggar etika dan/atau mengganggu kenyamanan warga
masyarakat. Teguran merupakan kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka
sehingga yang bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat. Di dalam
tradisi masyarakat kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi. Misalnya teguran
terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai larut malam sambil membuat kegaduhan
yang mengganggu ketentraman warga yang sedang tidur, teguran yang dilakukan oleh guru
kepada pelajar yang sering meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya.

 Sanksi/Hukuman
Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan
kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku
menyimpang. Misalnya pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah
mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun manfaat dari sanksi
atau hukuman antara lain adalah: (1) untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok orang
terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi, dan (2)
sebagai peringatan kepada warga masyarakat lain agar tidak melakukan penyimpangan.

 Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan.
Melalui pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus mempraktekkan
sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.

 Agama

Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk menjaga hubungan baik antara
manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan makhluk lain, dan antara manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang baik dapat dibina dengan cara menjalankan
segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan
keyakinan bahwa melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan
mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan perbuatan dosa yang
akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan seperti ini, maka agama memegang peranan yang
sangat penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia.

2.6 Lembaga Pengendalian Sosial


Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial ada 6 macam yang sangat mendasar yaitu
sebagai berikut:

a. Lembaga Kepolisian

Polisi merupakan aparat keamanan dan ketertiban masyarakat yang ada dalam hal ini bertugas
pelindung terhadap ketertiban masyarakat.

b. Lembaga Kejaksaan

Lembaga kejaksaan pada hakikatnya merupakan lembaga formal yang bertugas sebagai
penuntut umum yaitu pihak yang melakukan peuntutan terhadap mereka-mereka yang
melakukan pelanggaran hukum berdasarkan tertib hukum yang berlaku.

c. Lembaga Pengadilan

Lembaga Pengadilan pada hakikatnya juga merupakan lembaga pengadilan sosial formal yang
bertugas untuk memeriksa kembali hasil penyidikan dan BAP dari kepolisian serta
menindaklanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap kasus pelanggaran itu sendiri.

d. Lembaga KPK

KPK merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberantas para korupsi di tanah air.
e. Lembaga Adat

Penyimpangan perilaku diselesaikan berdasarkan aturan hukum adat yang berlaku di bawah
penyelanggaran tokoh-tokoh adat setempat.

f. Tokoh-Tokoh Masyarakat

Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus pengendali yang dipatuhi oleh
warga masyarakat yang lain. Usaha warga masyarakat untuk memberikan opini dan penekanan
terhadap pihak-pihak yang dianggap melanggar ketentuan perundang yang berlaku baik yang
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung disebut kontrol sosial.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Setelah kami merangkum hasil diskusi, perlu kita ketahui bahwa pengendalian sosial itu memang
berperan penting bagi penerus bangsa agar negara kita dapat menjadi negara maju. Dan kita juga telah
memahami apa itu pengendalian sosial baik itu menurut para ahli maupun secara umum, ciri-ciri
pengendalian sosial, tujuan / fungsi pengendalian sosial, macam-mcam pengendalian sosial, bentuk
bentuk pengendalian sosial serta lembaga pengendalian sosial.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

Kamanto,Sunarto 2000. Pengantar Sosiologi.Jakarta:.Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia

Sudarmi, Sri. 2009. Sosiologi 1 Kelas X SMA/ MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Narwoko J.Dwi,Bagong Suyanto.2011.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

http://belajarpsikologi.com/pengendalian-sosial/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_sosial
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


kesempatan dan kesadaran, karena penyusun dapat menyelesaikan dapat
menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah di tentukan dan makalah ini
sebagai salah satu tugas Sekolah / Matakuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan
yang berjudul “PENGANGGURAN”

Judul ini dipilih karena penyusun tertarik dengan masalah pengangguran di


Indonesia. Banyak pengangguran tersebar di Indonesia yang sulit untuk mencari
lapangan pekerjaan.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,sehingga penyusun


mengharap kritik dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait


dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Julok, Mei 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengangguran
2.2. Macam - Macam Pengangguran
2.2.1. Berdasarkan Jam Kerja
2.2.2. Berdasarkan Penyebab Terjadinya
2.3. Berdasarkan Penyebab Terjadinya
2.4. Tingkat Pengangguran Di Indonesia
2.5. Cara Mengatasi Pengangguran
2.6. Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat
2.7. Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP)
2.8. Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia adalah
masalah pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun
tidak langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah - masalah sosial
politik yang juga semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup
besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga kerja menjadi
sangat besar dan kompleks.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan
kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari
kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi
pasar kerja bagi para pencari kerja.

Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan


hubungan kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup /
mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang
kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan dalam proses ekspor
impor, dan lain - lain.

1.2. Rumusan Masalah


a). Apa yang dimaksud dengan pengangguran ?
b). Apa macam-macam dari pengangguran ?
c). Apa penyebab dari pengangguran ?
d). Bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia ?
e). Apa dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat ?
f). Apa upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran ?

1.3. Tujuan Pembahsan


a). Untuk mengetahui arti dari pengangguran.
b). Untuk mengetahui macam - macam dari pengangguran.
c). Untuk mengetahui penyebab dari pengangguran.
d). Untuk mengetahui tingkat pengangguran di Indonesia.
e). Untuk mengetahui dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat.
f). Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengangguran


Tiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi
pengangguran. Nanga ( 2005 : 249 ) mendefinisikan pengangguran adalah suatu
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak
memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Dalam sensus
penduduk 2001 mendefinisikan pengangguran sebagai orang yang tidak bekerja
sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan ( BPS, 2001 : 8 ).

Menurut Sukirno ( 2004 : 28 ) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja


dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum
memperolehnya. Selanjutnya International Labor Organization ( ILO ) memberikan
definisi pengangguran yaitu :
 Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia
kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan,
serta sedang mencari pekerjaan.
 Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh
karyawan dan pekerja mandiri ( berusaha sendiri ) yang selama periode tertentu
secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari
pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain / tambahan ( BPS, 2001:
4 ).

Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional ( SAKERNAS ) menyatakan


bahwa :
 Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam
per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima
pekerjaan lain.
 Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam
per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan
lain ( BPS, 2000: 14 ).

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian
karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah -
masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah


pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
“pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan
dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

2.2. Macam - Macam Pengangguran


2.2.1. Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
a). Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
b). Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
c). Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh -
sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena
memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

2.2.2. Berdasarkan Penyebab Terjadinya


Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam
:
a). Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar
kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan
kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya. Contohnya : Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
industri, untuk sementaramenganggur. Berhenti dari pekerjaan yang lama, mencari
pekerjaan yang baru yang lebih baik

b). Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)


Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
gelombang ( naik – turunnya ) kehidupan perekonomian / siklus ekonomi. Contohnya
: Di suatu perusahaan ketika sedang maju butuh tenaga kerja baru untuk perluasan
usaha. Sebaliknya ketika usahanya merugi terus maka akan terjadi PHK (
Pemutusan Hubungan Kerja ) atau pemecatan.

c). Pengangguran struktural ( structural unemployment )


Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Contohnya : Suatu
daerah yang tadinya agraris (pertanian) menjadi daerah industri, maka tenaga
bidang pertanian akan menganggur. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh
beberapa kemungkinan, seperti :
 Akibat permintaan berkurang
 Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
 Akibat kebijakan pemerintah

d). Pengangguran musiman ( seasonal Unemployment )


Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi
kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.
Contohnya : pada musim panen, para petani bekerja dengan giat, sementara
sebelumnya banyak menganggur.

e). Pengangguran teknologi


Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin - mesin. Contoh, sebelum ada
penggilingan padi, orang yang berprofesi sebagai penumbuk padi bekerja, setelah
ada mesin penggilingan padi maka mereka tidak bekerja lagi.

f). Pengangguran Politis


Pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara
langsungatau tidak, mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan Bank - bank
bermasalahsehingga menimbulkan PHK.

g). Pengangguran Deflatoir


Pengangguran deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan
pekerjaandalam perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga kerja
melebihikesempatan kerja, maka timbullah pengangguran.

2.3. Penyebab Pengangguran


Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan
adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakatakan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah


pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi


pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan.Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan
efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan


kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi.Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara.

2.4. Tingkat Pengangguran Di Indonesia


Sejak 1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus
menaik, dari 4,18 juta menjadi 11,35 juta. Didominasi oleh penganggur usia muda.
Selain usia muda, pengangguran juga banyak mencakup berpendidikan rendah,
tinggal di pulau Jawa dan berlokasi di daerah perkotaan. Intensitas permasalahan
juga lebih banyak terjadi pada penganggur wanita dan pengaggur terdidik.

Pengangguran dan setengah pengangguran merupakan permasalahan di


muara yang tidak bisa diselesaikan pada titik itu saja, tapi juga harus ditangani dari
hulu.Sektor di hulu yang banyak berdampak pada pengangguran dan setengah
pengangguran adalah sektor kependudukan, pendidikan dan ekonomi.

Ada tiga asumsi yang menjadi harapan untuk menurunkan pengangguran dan
setengah pengangguran. Pertama, pertumbuhan tenaga kerja rata-rata pertahun
dapat ditekan dari 2,0 persen pada periode 2000-2005 menjadi 1,7 persen pada
periode 2005-2009. Demikian juga pertumbuhan angkatan kerja, dapat ditekan
menjadi 1,9 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang
mencapai 2,4 persen. Kedua, dapat ditingkatkannya pertumbuhan ekonomi menjadi
6,0 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang hanya mencapai
4,1 persen. Ketiga, transformasi sektor informal ke sektor formal dapat dipercepat
baik di daerah perkotaan maupun pedesaan terutama di sektor pertanian,
perdagangan, jasa dan industri.

2.5. Cara - cara Mengatasi Pengangguran


Untuk itu perlu diupayakan cara mengatasi pengangguran, antara lain sebagai
berikut :
a). Meningkatkan mutu pendidikan,
b). Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai
tuntutan industri modern,
c). Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan,
d). Mendorong terbukanya kesempatan usaha - usaha informal,
e). Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya,
f). Membuka kesempatan kerja ke luar negeri

2.6. Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat


Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian akan
mengakibatkan kelesuan ekonomi dan merosotnya tingkat kesejahteraan
masyarakat sebagai akibat penurunan pendapatan masyarakat. Dampak
pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini :
1. Pendapatan Per Kapita
Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga hidupnya akan
membebani orang lain yang bekerja. Dampaknya adalah terjadinya penurunan
pendapatan per-kapita. Dengan kata lain, bila tingkat pengangguran tinggi maka
pendapatan per kapita akan menurun dan sebaliknya bila tingkat pengangguran
rendah pendapatan per kapita akan meningkat, dengan catatan pendapatan mereka
yang masih bekerja tetap.

2. Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji, Upah/gaji tersebut
sebelum sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu.
Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara sehingga bila tidak
banyak orang yang bekerja maka pendapatan negara dari pemasukan pajak
penghasilan cenderung berkurang.

3. Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang
ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status sosial di
tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dalam jangka
waktu lama akan merasa rendah diri ( minder ) karena statusnya yang tidak jelas.

4. Munculnya Biaya Sosial


Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran berupa biaya-biaya
sosial seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan
sebagai akibat kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas.
2.7. Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran ( GNPP )
Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional
Penanggulangan Pengangguran ( GNPP ) dengan mengerahkan semua unsur-
unsur dan potensi di tingkat nasional dan daerah untuk menyusun kebijakan dan
strategi serta melaksanakan program penanggulangan pengangguran. Salah satu
tolok ukur kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan dalam perluasan
kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan setengah pengangguran.

Gerakan tersebut dicanangkan dalam satu Deklarasi GNPP yang diadakan di


Jakarta 29 Juni 2004. Lima orang tokoh dari pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, perwakilan pengusaha, perwakilan perguruan tinggi,
menandatangani deklarasi tersebut, merekaadalah Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal;
Walikota Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung H. Zulkarnaen Karim;
Palgunadi; T. Setyawan,ABAC; pengusaha; DR. J.P. Sitanggang, UPN Veteran
Jakarta; Bambang Ismawan, Bina Swadaya, LSM; mereka adalah sebagian kecil
dari para tokoh yang memandang masalah ketenagakerjaan di Indonesia harus
segera ditanggulangi oleh segenap komponen bangsa.

Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk


membangun kepekaan dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta
masyarakat seluruhnya untuk berupaya mengatasi pengangguran.
Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu, sesuai dengan Undang-undang
Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera dibentuk Badan
Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.

Kesadaran dan dukungan sebagaimana diwujudkan dalam kesepakatan


GNPP tersebut, menunjukan suatu kepedulian dari segenap komponen bangsa
terhadap masalah ketenagakerjaan, utamanya upaya penanggulangan
pengangguran. Menyadari bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan
semata fungsi dan tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
akan tetapi merupakan tanggung jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat
maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam
penyusunan kebijakan dan program masing-masing pihak, baik pemerintah maupun
swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.
2.8. Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran
kondisi Indonesia masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan
berbagai upaya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai
solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, untuk itu
diperlukan kebijakan yaitu :
a). Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa
kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) berupa bimbingan
teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan
pasar. Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan
andal bersaing di bidangnya. Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama
dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha
kecil dan menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi
dan informasi pasar dan peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD,
BUMS dan pihak lainnya.

b). Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan -


kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan
membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja
bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan
berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) baik
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.

c). Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun
lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan
mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci.

d). Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu


banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing
maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan
disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif
untuk menciptakan lapangan kerja.
e). Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia ( khususnya daerah
- daerah yang belum tergali potensinya ) dengan melakukan promosi - promosi
keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para investor
untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan
dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah
setempat.

f). Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan
usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut
maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena
pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama - sama. Contoh, PT
Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonsia untuk memasok
kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.

g). Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk ( meminimalisirkan menikah


pada usia dini ) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan
kerja baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk
padat ke daerah yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian,
perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.

h). Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia ( TKI ) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu
seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri.Sebaiknya diupayakan
tenaga-tenaga terampil.Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah
Pusat dan Daerah.

i). Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional ( Sisdiknas
). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang
berorientasi kompetensi.Karena sebagian besar para penganggur adalah para
lulusan perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.

j). Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia


mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan
pulau - pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi
kelautan dan pertanian Indonesia perlu dikelola secara baik dan profesional supaya
dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja
yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.Juga kompetensi pencari kerja
tidak sesuai dengan pasar kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar
kerja bagi para pencari kerja. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan
yang banyak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27
Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi
jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.

Ketidakmerataan pendapatan karyawan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas


politik juga sangat berpengaruh terhadap ketenagakerjaan di Indonesia. Semua
permasalahan hal diatas tampaknya sudah dipahami oleh pembuat kebijakan (
Decision Maker ). Namun hal yang tampaknya kurang dipahami adalah bahwa
masalah ketenagakerjaan atau pengangguran bersifat multidimensi, sehingga juga
memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula.

3.2. Saran
Untuk mengurangi tingkat pengangguran, maka harus ada peran pemerintah.
Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan
pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersebut dengan sungguh -
sungguh sampai terlihat hasil yang maksimal. Pemerintah memberikan penyuluhan,
pembinaan dan pelatihan kerja kepada masyarakat untuk bisa menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-
masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari pemerintah, masyarakat juga harus ikut
berpartisipasi dalam upaya pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://zenaoke.wordpress.com/2012/04/17/makalah-pengangguran/
www.anneahira.com/pengertian-pengangguran.html
Http://agungbudiblog.blogspot.com/arti-definisi-dan-pengertian.html
Http: //ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com
www.serbaseru.com/pengangguran-pengertian-jenis-macam.html
PENGANGGURAN
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah: Perekonomian
Indonesia
Dosen Pengampu: Hermanita, MM

Disusun Oleh :
JURUSAN : Syari’ah
PRODI : Ekonomi Syari’ah

Kelas F
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Masa Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini sebagai salah satu tugas mandiri Matakuliah Perekonomian Indonesia
yang berjudul “Pengangguran”.
Judul ini dipilih karena penulis tertarik dengan masalah pengangguran di Indonesia.
Banyak pengangguran tersebar di Indonesia dan sulit untuk mencari pekerjaan.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu dikarenakan
kemampuan penulis yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dan penulis tak
lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu.
Penulis berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Metro, 22 Desember 2014

penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................
A. Pengertian Pengangguran ............................................................................
B. Macam-macam Pengangguran ....................................................................
C. Penyebab Terjadinya Pengangguran ...........................................................
D. Tingkat Pengangguran di Indonesia ............................................................
E. Dampak yang Diakibatkan Dari Pengangguran ..........................................
F. Cara Mengatasi Pengagguran ......................................................................
G. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran ...................................................
BAB III PENUTUP .....................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan pokok perekonomian Indonesia adalah masalah
pengangguran. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung
terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah - masalah sosial politik yang juga semakin
meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus
mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat
permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai
dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari
kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup / mengurangi bidang usahanya
akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat
inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain - lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran ?
2. Apa saja macam-macam dari pengangguran ?
3. Apa penyebab terjadinya pengangguran ?
4. Bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia ?
5. Apa dampak yang diakibatkan dari pengangguran ?
6. Bagaimana cara mengatasi pengangguran ?
7. Apa pengaruh inflasi terhadap pengangguran ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui arti dari pengangguran.
b. Untuk mengetahui macam - macam dari pengangguran.
c. Untuk mengetahui penyebab dari pengangguran.
d. Untuk mengetahui tingkat pengangguran di Indonesia.
e. Untuk mengetahui dampak yang diakibatkan pengangguran
f. Untuk mengetahui cara mengatasi pengangguran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengangguran
Tiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi
pengangguran. Nanga ( 2005 : 249 ) mendefinisikan pengangguran adalah suatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan
secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Dalam sensus penduduk 2001 mendefinisikan
pengangguran sebagai orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan ( BPS, 2001 : 8 ).
Menurut Sudono Sukirno pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam
perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Selanjutnya
International Labor Organization ( ILO ) memberikan definisi pengangguran yaitu :
 Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang
selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari
pekerjaan.
 Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan
pekerja mandiri ( berusaha sendiri ) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja
kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia
mencari pekerjaan lain / tambahan ( BPS, 2001: 4 ).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional ( SAKERNAS ) menyatakan
bahwa :
 Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
 Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain ( BPS, 2000: 14
).
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang
yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas
dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah - masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur
dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
“pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengangguran adalah
penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau menyiapkan suatu usaha
baru.

B. Macam-Macam Pengangguran
Ada beberapa macam pengangguran yang digolongkan berdasarkan lama waktu dan
penyebab terjadinya, antara lain:
1. Macam Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja
a. Pengangguran terbuka ( open unemployment ), yakni tenaga kerja yang benar-benar tidak
memiliki pekerjaan (sama sekali tidak bekerja). Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya
lapangan pekerjaan atau karena ketidak sesuaian lapangan kerja dengan latar belakang
pendidikan dan keahlian tenaga kerja.
b. Setengah menganggur ( under unemployment ), yakni tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila di
ukur dari sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal.
c. Pengangguran terselubung (disguised unemployment) yakni tenaga kerja yang bekerja tapi
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Misalnya, seorang lulusan
S1 pertanian bekerja sebagai tenaga pembukuan, atau seorang insinyur teknik, bekerja
sebagai pelayan restoran.

2. Macam Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya


a. Pengangguran structural, yakni pengangguran yang disebabkan oleh terjadinya perubahan
struktur perekonomian. Misalnya, perubahan struktur dari agraris ke industri, perubahan ini
menuntut tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu (misal keterampilan mengoperasikan
mesin teknologi modern) untuk bisa bekerja disektor industri. Tenaga kerja yang tidak
memiliki keterampilan tersebut akan ditolak oleh sector industri, sehingga terjadilah
pengangguran.
b. Pengangguran konjungtural, yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergerakan naik
turunnya kegiatan perekonomian suatu Negara. Ada masa pertumbuhan (naik), masa resesi
(turun), dan masa depresi (turun). Pada masa resesi dan depresi, masyarakat mengalami
penurunan daya beli sehingga permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun. Penurunan
ini mengharuskan produsen mengurangi produksi barang dan jasa, diantaranya dengan cara
mengurangi jumlah pekerja sehingga terjadilah pengangguran. PHK yang terjadi karena krisis
ekonomi tahun 1997 di Indonesia adalah contoh pengangguran siklikal.
c. Pengangguran friksional yakni pengangguran yang disebabkan oleh pergeseran (friksi)
pekerja yang ingin bergeser (berpindah) dari satu perusahaan ke perusahaan lain dalam
rangka mencari pekerjaan yang lebih bagus dan cocok. Sementara mencari pekerjaan baru,
pekerja menganggur untuk sementara waktu, sambil mencari pekerjaan yang di inginkan.
Oleh karena itu, pengangguran friksional disebut juga pengangguran sukarela, karena terjadi
karena keinginan pekerja sendiri.
d. Pengangguran musiman, yakni pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musim atau
perubahan permintaan tenaga kerja secara berkala. Pada umumnya, setelah panen, petani
akan menganggur sambil menunggu masa tanam. Contoh lain misalnya pada masa
pembangunan gedung, tukang bangunan bisa bekerja. Tetapi bila gedung telah selesai
dibangun, tukang bangunan menjadi pengangguran musiman sambil menunggu
pembangunan berikutnya.
e. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin - mesin. Contoh, sebelum ada
penggilingan padi, orang yang berprofesi sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin
penggilingan padi maka mereka tidak bekerja lagi.
f. Pengangguran Politis pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang
secara langsung atau tidak, mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan Bank-bank
bermasalah sehingga menimbulkan PHK.
g. Pengangguran Deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan pekerjaandalam
perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga kerja melebihikesempatan
kerja, maka timbullah pengangguran.

C. Penyebab Terjadinya Pengangguran


Pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab diantara nya:
1. Perubahan struktural
Seperti disebutkan Reynold, masters dan Moser jenis pengangguran ini terjadi karena
tidak sepadan/ketidak cocokan antara kulifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan
dengan persyaratan yang diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan
struktur ekonomi. Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi konstribusi sektoral terhadap
produksi nasional (regional). Bila sektor industri memberikan konstribusi paling besar
terhadap PDB dibanding dengan sektor lainnya, maka struktur perekonomian tersebut adalah
industri, atau sebaliknya (Sadono Sukirno) katakanlah dalam suatu negara atau daerah terjadi
pergeseran struktur ekonomi dari pertanian ke sektor industri. Dampak selanjutnya, adalah
dibutuhkannya kualifikasi pekerjaan yang cocok disektor industri. Ketika persyaratan ini
tidak terpenuhi, maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali terjadi
penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.

2. Pengaruh Musim
Perubahan musim terjadi bukan hanya disektor pertanian saja. Tetapi sektor terjadi juga
pada sektor lain. Pada liburan dan tahun baru, misalnya suasana sektor jasa tansportasi dan
pariwisata menjadi sangat sibuk dibanding dengan hari-hari biasa. Begitu pula hari
menjelang, sedang dan bulan suci Ramadhan, nampak permintaan antara barang dan jasa
meningkat dan selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga
kerja disektor yang bersangkutan.
3. Adanya hambatan (ketidak lancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan
tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak mendapat informasi yang lengkap tentang
lowongan kerja. Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat lowongan
pekerjaan tersebut. Pilihannya adalah tidak bekerja. Karena kondisi sudah tidak kondusif lagi.

4. Rendahnya Aliran Investasi


Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit
terhadap perluasan tenaga kerja. Perubahan investasi membawa dampak output (pendapatan).
Secara otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi
(modal, tenaga kerja, dan input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan
meningkat dengan adanya peningkatan dan pengeluaran otonom tadi.

5. Rendahnya Tingkat Keahlian


Keahlian dan produktifitas sangan erat. Orang yang memiliki keahlian akan memiliki
produktifitas tinggi karena ia mampu memanfaatkan dirinya pada aktivitas ekonomi
produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan dengan cara diantaranya adalah
melalui pendidikan, atihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga
kerja lewat pembinaan motifasi kerja.

6. Diskriminasi
Diskriminasi bukan hanya pada warna kulis saja, tetapi pada tingkat pendidikan,
ekonomi, hukum, agama dan lainnya. Misalnya bila pendidikan dan pengembangan SDM
tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya sumber
SDM. Dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.

7. Laju Pertumbuhan Penduduk


Hal-hal yang tidak diinginkan dari persoalan penduduk diantaranya adalah apabila
pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya karakteristik berikut:
a) Tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai,
b) Rendahnya anggaran pendidikan,
c) Rendahnya tingkat kesehatan,
d) Tidak seimbang dengan laju pertumbuhan tenaga kerja,
e) Rendahnya pembentukan modal,
f) Rendahnya kualitas tenaga pendidikan,
g) Rendahnya balas jasa disektor pendidikan,
h) Rendahnya daya beli masyarakat,
i) Minimnya sumber daya ekonomi yang bisa di eksploitasi,
Bila kendala-kendala diatas bisa dieleminir atau bahkan dapat ditemukan pemecahannya,
maka persoalan pertumbuhan penduduk tidak akan terlalu jadi masalah. Bahkan boleh jadi
bisa menjadi pendorong pembangunan.

D. Tingkat Pengangguran di Indonesia


Data BPS (Badan Pusat Statistik) Analisis Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik),
pada tahun 2004, jumlah angka pengangguran terbuka di Indonesia, tercatat sebanyak 9,90%
dari sekitar 100 juta angkatan kerja yang ada. Untuk tahun 2005 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan sebesar 1,34%. Banyak faktor yang mengakibatkan munculnya masalah pengangguran ini.
Salah satu faktor yang paling menentukan adalah ketidak mampuan pertumbuhan ekonomi
Indonesia untuk menyerap tenaga kerja secara signifikan.
Akibat dari banyak penduduk yang menganggur berimplikasi langsung pada
munculnya masalah yang lebih kompleks, yaitu kemiskinan, yang antara lain ditandai oleh
jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinandan penduduk yang rentan untuk jatuh ke
bawah garis kemiskinan

E. Dampak Yang Diakibatkan Dari Pengangguran


Adapun dampak dari pengangguran antara lain:
1. Dampak Pengangguran Bagi Pembangunan Nasional
Dampak pengangguran bagi pembangunan dapat dilihat melalui hubungan antara
pengangguran dan indikator-indikator berikut:
a. Pendapatan Nasional Dan Pendapatan Per Kapita
Apabila tingkat pengangguran semakin tinggi, maka komponen upah akan semakin
kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan Nasional pun akan semakin kecil.
b. Penerimaan Negara
Salah satu penerimaan Negara adalah pajak, diantaranya pajak penghasilan. Pajak
penghasilan diwajibkan bagi orang-orang yang bekerja. Apabila tingkat pengangguran
meningkat maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan berkurang. Akibatnya
penerimaan Negara pun berkurang.
c. Beban Psikologis
Semakin lama menganggur, semakin besar beban psikologis yang ditanggung. Secara
psikologis, orang yang menganggur menpunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh
dalam berbagai prilakunya dalam kegiatan sehari-hari.
d. Biaya sosial
Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin besar pula biaya sosial yang
harus dikeluarkan. Biaya sosial itu menyangkut atas tugas-tugas medis, biaya keamanan, dan
biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya proses kejahatan.

2. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian suatu Negara


Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu Negara adalah meningkatkan kemakmuran
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalamkeadaan naik terus. Jika tingkat
pengangguran disuaru Negara felatif tinggi, hal ini akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengangguran
berdampak negatif terhadap perekonomian seperti yang dijelaskan dibawah ini:
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapai. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan
pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dari pada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang
dicapai masyarakat pun akan lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak
berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian menurun sehingga pendapatn masyarakat pun akan menurun. Denagn
demikian, pajak yang akan dibayar masyarakat pun akan menurun.
c. Pengangguran tidak menggalakan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat berkurang sehingga permintaan akan barang-barang hasil
produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak akan merangsang investor untuk
melakukan peluasan atau pendiarian industri baru. Dengan demikian, tingkat investasi
menurun sehingga pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.

F. Cara Mengatasi Pengangguran


Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam mengurang jumlah
pengangguran di Indonesia, namun masih saja pengangguran tidak berkurang bahkan lebih
bertambah setiap tahunnya di karenakan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan
lapangan pekerjaan.
Menurut Paul A. Samuelson dan Wiliam D. Nurdhaous dalam bukunya Ekonomi
mengemukakan cara-cara mengatasi pengangguran yaitu sebagai berikut:
a. Memperbaiki pasar tenaga kerja
b. Menyediakan program pelatihan
c. Menciptakan program padat karya
Selain hal tersebut di atas, sesuai dengan GBHN 1999, pemerintah Indonesia
hendaknya:
a) Mengembangkan tenaga kerja secara menyeluruh dan terpadu yang diarahkan pada
peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja peningkatan pengupahan, penjaminan
kesejahteraan, perlindungan kerja dan kebebasab berserikat, dan
b) Meningkatkan kualitas dan kuantitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri dengan
memerhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga kerja yang di kelola secara
terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.

G. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran


Inflasi yang tinggi akan mendorong produsen melakukan efesiensi terhadap
industrinya, seperti merasionalkan tenaga kerja atau melakukan perampinagan organisasi
perusahaannya yang berakibat semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Penawaran
tenaga kerja semakin bertambah sedangkan permintaan terhadap tenaga kerja kian berkurang.
Tenaga kerja yang menganggur terpaksa harus mau menerima uapah yang rendah tiadak
jarang pula lebih rendah nilainya dari pada harga barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari
mereka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya.
2. Pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang
paling utama.
3. Pengangguran di sebabkan oleh besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan
kesempatan kerja, struktur lapangan kerja tidak seimbang, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga
terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, meningkatnya peranan dan aspirasi
angkatan kerja wanita salam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia, penyediaan dan
pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka saya dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke
tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja
yang kosong.
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

You might also like