You are on page 1of 16

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejang Demam
Definisi
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di atas 38,4oC
per rektal), tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut (proses
ekstrakranial), terjadi pada anak berusia di atas 1 bulan, tanpa riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya1,2.

Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, berkembang bila suhu tubuh mencapai 39oC, disebabkan
oleh infeksi di luar susunan saraf pusat (ISPA, OMA, dll). Serangan kejang biasanya terjadi
24 jam pertama sewaktu demam. Kejang dapat bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau
akinetik. Berlangsung singkat beberapa detik sampai 10 menit, diikuti periode mengantuk
singkat pasca kejang. Kejang demam yang menetap lebih dari 15 menit menunjukkan adanya
penyebab organik seperti infeksi atau toksik dan memerlukan pengamatan menyeluruh1,3.
Patofisiologi
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam (lipid) dan
permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dengan mudah
dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan ion
Na rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat
potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
a. Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
b. Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan menaikan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berusia 3 tahun, sirkulasi
otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi
pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron,dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran.
Perpindahan ini mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke membran
sel lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu
38oC. Pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC.
Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu berapa penderita
kejang1.

Klasifikasi Kejang Demam


Unit Keja Koordinasi Neurologi IDAI membuat klasifikasi kejang demam pada anak
menjadi5:
a. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
 Singkat
 Durasi kurang dari 15 menit
 Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik.
 Umumnya akan berhenti sendiri.
 Tanpa gerakan fokal.
 Tidak berulang dalam 24 jam
b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
 Demam tinggi
 Kejang lama.
 Durasi lebih dari 15 menit.
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
 Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Langkah Diagnostik
Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran, lama kejang,
suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang, penyebab demam di
luar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan anak, riwayat kejang demam dalam
keluarga, epilepsi dalam keluarga. Pertanyaan juga harus menyingkirkan penyebab kejang
lainnya, misalnya tetanus.

Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh, tanda
rangsang meningeal, refleks patologis, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi
di luar SSP

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang


demam, di antaranya:
 Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis, biakan
darah, urin atau feses.
 Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada anak
usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak di atas 18 bulan yang dicurigai menderita
meningitis. Pemeriksaan ini pada KDS masih kontroversial karena masih belum ditemukan
keefektifannya.
 CT Scan atau MRI diindikasikan pada keadaan riwayat atau tanda klinis trauma,
kemungkinan lesi struktural otak (mikrocephal, spastik), dan adanya tanda peningkatan
tekanan intrakranial.
 EEG dipertimbangkan pada kejang demam kompleks2,3

Terapi
Algoritma Penghentian Kejang Demam2
Bila kejang berhenti dapat diberikan terapi profilaksis intermitten atau rumatan
berupa2:
a. Antipiretik. Berupa parasetamol 10-15mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam.
b. Antikejang berupa diazepam oral 0,3mg/kgBB tiap 8 jam saat demam atau
diazepam rektal 0,5mg/kgBB tiap 12 jam.
c. Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat dipertimbangkan pada kejang
demam kompleks dengan faktor resiko. Obat yang digunakan adalah Fenobarbital
3-5mg/kgBB/hari atau asam valproat 15-40mg/kgBB/hari.

Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit) biasanya
disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat, hipotensi artrial, suhu tubuh makin
meningkat, metabolisme otak meningkat.

Prognosis
Kejang demam dapat berulang di kemudian hari atau dapat berkembang menjadi epilepsi di
kemudian hari.

Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah:


 Riwayat kejang demam dalam keluarga.
 Usia di bawah 18 bulan.
 Suhu tubuh saat kejang.
 Lamanya demam saat awitan kejang.
 Riwayat epilepsi dalam keluarga.

Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:


 Adanya gangguan neurodevelopmental.
 Kejang demam kompleks.
 Riwayat epilepsi dalam keluarga.
 Lamanya demam saat awitan kejang.
 Lebih dari satu kali kejang demam kompleks2.

Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% usia 6 bulan-3 tahun. Puncak insidensi pada usia 2 tahun.
30% akan berulang pada demam selanjutnya dan 3-6% akan mengalami epilepsi1,6.

B. Demam
Definisi
Demam adalah suhu oral atau membran timpani lebih atau sama dengan 38,3oC
dalam 1 kali pengukuran, dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau
bahanbahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat pengaturan temperatur7,8.
Tipe Demam
Berdasarkan pola kenaikan suhu tubuh, demam dapat dibagi menjadi7:
 Demam septik: suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi pada malam hari,
dan turun kembali (tidak mencapai normal) pada pagi hari.
 Demam hektik: suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi pada malam hari
dan turun kembali ke tingkat normal pada pagi hari
 Demam remiten: suhu badan naik dan turun setiap hari, tapi tidak mencapai suhu
badan normal.
 Demam intermiten: suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam 1
hari.
 Demam kontinyu: variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1 derajat.
 Demam siklik: terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti periode
bebas demam untuk beberapa hari, yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.

Patofisiologi
Bila bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat dalam jaringan atau dalam darah,
keduanya akan difagosit oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin 1
(IL-1) ke dalam cairan tubuh yang disebut pirogen leukosit atau pirogen endogen. IL-1 saat
mencapai hipotalamus, segera menimbulkan demam, meningkatkan temperatur tubuh dalam
waktu 8-10 menit7.
Diferensial Diagnosis
Menurut MTBS, jika menghadapi anak dengan demam kita tidak boleh melupakan
kemungkinan penyakit prioritas berikut8:
 Campak/ measles/ rubeola yaitu penyakit virus akut yang disebabkan oleh
morbilivirus. Pikirkan juga DD campak yang lain seperti exantema subitum, rubella2.
 Malaria yaitu penyakit infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh spesies
plasmodium yang ditandai dengan panas tinggi bersifat intermitten, siklik, anemia,
dan hepatosplenomegali2.
 Demam Dengue yaitu demam akut yang disebabkan oleh virus dengue ditandai oleh
demam mendadak tinggi kontinyu, dengan atau tanpa manifestasi
perdarahan.Spektrum klinis dengue dapat dibagi menjadi Demam Dengue dan
Demam berdarah dengue. Setiap demam kurang dari 7 hari kemungkinan infeksi
dengue harus dipertimbangkan2,9.
 Masalah telinga: OMA/ OMC/ Mastoiditis

Langkah Diagnostik
Anamnesis demam harus menghasilkan simpulan deskripsi demam9:
 Hari ke berapa.
 Pola demam (remiten, intermiten, kontinyu) dan mengarahkan pada kecurigaan
penyebabnya.
 Data anamnesis lain seperti:
o Adakah nyeri, bengkak atau luka _ penyebab fokal.
o Adakah gejala penyerta lain, umum (malaise, penurunan nafsu makan),
maupun spesifik (batuk, pilek, dan rash).
o Kontak dengan penyakit infeksi _ mengarahkan kecurigaan kausa.
o Baru mendapat imunisasi.
o Masalah BAB, BAK, dan asupan cairan anak.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh dan penentuan
derajad sakit berdasarkan obyektif dan subyektif seperti anak tidak tampak sakit/ tampak
sakit/ sakit berat atau toksik, kualitas tangis, reaksi terhadap orang tua, tingkat kesadaran,
warna kulit dan selaput lendir, derajad hidrasi dan interaksi2.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui kausa demam. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah darah rutin, urin rutin, feses rutin, kultur darah, dan foto
thoraks8.
Terapi
a. Simtomatik
Bila pasien dirawat, rawat di ruangan yang ventilasi udaranya cukup dan sejuk. Bila perlu
berikan kompres hangat. Berika antipiretik parasetamol 10-15mg/kgBB dosis terbagi atau
asetilsalisilat dosis terbagi
b. Kausatif
Pemberian antibiotika empirik klinis diberikan pada penderita yang rentan infeksi. Antibiotik
yang dapat diberikan adalah Amoksisilin 60-100mg/kgBB/hari atau Ceftriaksone 50-75
mg/kgBB/hari. Dipilih antibiotika spektrum luas sampai ditemukan bukti mikroorganisme penyebab
yang definitif dari hasil kultur bahan yang dicurigai sebagai sumber infeksi2,9.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hassan, Rupeno. Dr., Alatas, Hussein. Dr. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Bagian IKA-FKUI, Infomedika.
2. Pusponegoro, Hardiono.D., dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Nelson, Waldo.E.MD., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta: EGC.
4. Guideline and Protocols Advisory Committee in Febrile Seizure. Sept 2010. Ministry of
Health. Columbia
5. Ismael, Sofyan Prof.Dr.SpA(K)., dkk. 2005. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia, Konsensus Penanganan Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Scwartz, M.William., dkk. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.
7. Guyton, Arthur.C, MD., Hall, John.E, Ph.D. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
Jakarta: EGC.
8. Sutaryo, Dr, dr, SpA(K). 2005. Standar Pelayanan Medis RS. DR.Sardjito Edisi III Jilid 2.
Yogyakarta: Medika FK-UGM.
9. Susyanto, M.Bambang Edi, dr, Sp(A). 2009. Study Guide, Panduan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
10. Sutedjo, AY, SKM. 2008. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi Revisi. Yogyakarta: Amara Books.
BAB II
ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama :A

Umur : 5 tahun 6 bulan

Jeni kelamin : Perempuan

Alamat : Kanagarian Panampung

B. Anamnesis (diberikan oleh ayah kandung)


Seorang anak perempuan berumur 5 tahun 6 bulan di rawat di bangsal anak RSUP.
Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi sejak tanggal 6 Mei 2012 dengan :

Keluhan Utama :

Kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 1 kali, lamanya lebih
kurang 2 jam, saat kejang pasien tidak sadar, kejang disertai demam, saat dibawa ke
rumah sakit pasien masih kejang.
- Demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi , terus-menerus, tidak
menggigil.
- Batuk pilek ada sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
- Mual dan muntah tidak ada
- Sesak nafas tidak ada
- BAB dan BAK jumlah dan warna biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien memiliki riwayat kejang demam saat berumur 8 bulan dan 1 tahun, dan di
rawat di Rumah Sakit

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah menderita kejang dengan atau tanpa
demam.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : sakit sedang

Kesadaran : sadar

Tekanan Darah : 90 / 60 mmHg

Frekuensi Nadi : 112 x /menit

Frekuensi Nafas : 25 x/ menit

Suhu : 37 oC

Tinggi badan : 98 cm

Berat badan : 16 kg

Status gizi : BB /U : 16/19 x 100 % =84,2 %

TB /U : 98/111 x 100 % =88,28 %

BB/TB : 16/15 x 100 % = 106,7 %

Kesan : gizi baik

Pemeriksaan Sistemik

Kepala : Bentuk bulat, simetris, rambut hitam lebat

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik


Pupil isokor, diameter pupil 2 mm/2mm, reflek cahaya +/+
normal

Telinga : Tidak ditemukan adanya kelainan

Hidung : Tidak ditemukan adanya kelainan

Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorok : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis

Faring tidak hiperemis

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

Dada : Paru

- Inspeksi : normochest, dinding dada simetris (keadaan statis


dan dinamis)
- Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan, normal
- Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
- Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada , wheezing
tidak ada
Jantung

- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat


- Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
- Perkusi : batas-batas jantung
 Batas kanan : linea sternalis dekstra
 Batas kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
 Batas atas : RIC II
- Auskultasi : bunyi jantung normal, irama teratur, bising
jantung tidak ada
Perut : Inspeksi : distensi tidak ada

Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

Anggota : Atas :
gerak
Akral hangat, refilling kapiler baik.

Reflek fisiologis : Refleks biseps +/+ normal, Refleks triseps +/+


normal

Bawah :

Akral hangat, refilling kapiler baik.

Refek fisiologis : Refleks sendi lutut +/+ normal, Refleks


pergelangan kaki +/+ normal

Refleks patologis : -/-

Pemeriksaan Laboratorium

Darah : Hemoglobin : 12,7 gr%

Leukosit : 9500 / mm3

Trombosit : 149.000 /mm3

Hematokrit : 37,1 %

Diagnosis Kerja :

 Kejang Demam Kompleks

Diagnosis Banding :

 Susp Epilepsi
Terapi :

 IVFD KAEN 1 B 16 tetes / menit


 Inj Sibital 2 x 40 mg
 Salbutamol 3 x 1,5 mg
 GG 3 x 1/3 mg
 Ambroxol 3 x 1/3 mg
 Dumin 3 x 160 mg

Rencana :

 EEG

Follow-Up

8/6/2012

S/ Demam ada

Kejang tidak ada

Batuk dan pilek ada

Mual dan muntah tidak ada

Sesak nafas tidak ada

BAB dan BAK biasa

O/ KU : sedang, Kesadaran : sadar

TD : 90/70 mmHg, nadi : 98x/menit, RR : 22 x/menit, T : 37,40 C

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik

Thoraks : cor dan pumo dalam batas normal

Abdomen : distensi tidak ada, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik


A/  Kejang Demam Kompleks

P/  IVFD KAEN 1 B 16 tetes / menit


 Inj Sibital 2 x 40 mg
 Salbutamol 3 x 1,5 mg
 GG 3 x 1/3 mg
 Ambroxol 3 x 1/3 mg
 Dumin 3 x 160 mg

You might also like