A. Pengertian DHF Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayatalimulaziz. 2006). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. B. Klasifikasi 1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. 2. Derajat II : Derajat I di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. 3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. 4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat di ukur. C. Etiologi DHF Virus dengue sejenis arbovirus yang di tularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 37 0C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah : 1. Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik putih 2. Hidup didalam dan sekitar rumah 3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari 4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar 5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga. D. Patofisiologi Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian. E. Manifestasi klinis Perjalanan penyakit DHF sulit diramalkan. Menurut WHO (2000), dalam Hadinegoro dan Satari (2005) DHF biasanya ditandai oleh empat manifestasi klinik utama, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, trombositopenia, dan kebocoran plasma. Hepatomegali dan syok juga sering menyertai pada kasus DHF. 1. Demam DHF diawali dengan adanya demam tinggi mendadak, terus- menerus selama 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Pada fase demam ini suhu tubuh bisa mencapai 40 C dan dapat dijumpai kejang demam. Demam DBD biasanya bifasik dan pada anak sering dijumpai fasial flushing. Setelah melewati fase demam, pasien DHF akan memasuki fase kritis. Fase ini dapat merupakan awal dari penyembuhan tetapi bisa pula merupakan fase awal dari syok (Satari & Meilasari, 2008). 2. Fenomena perdarahan Pada kasus DHF terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut: a. Uji bendung positif ( uji torniquet ). b. Ptekie, ekimosis atau purpura pada ekstremitas muka dan palatum. c. Perdarahan mukosa (epitaksis atau perdarahan gusi atau perdarahan dari tempat lain.) d. Hematemesis atau melena (Ginanjar, 2008) Penyebab perdarahan pada penyakit ini adalah vaskulopati, trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, dan koagulasi intravaskuler secara menyeluruh. 3. Trombositopenia Penurunan trombosit umumnya terjadi sebelum terjadi peningkatan hematokrit dan sebelum suhu tubuh turun. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul) biasanya ditemukan antara hari ketiga sampai ketujuh setelah panas (Soegiyanto, 2006). 4. Kebocoran plasma Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) pada DHF, yaitu: a. Peningkatan hematokrit > 20 % dibandingkan standart sesuai dengan umur dan jenis kelamin. b. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, hipoproteinemia, atau hiponatremia. Setelah fase demam, semua tanda dan gejala klinis akan menghilang. Demam akan turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah. Akral atau ujung ekstremitas akan teraba dingin, disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini menunjukkan adanya gangguan sirkulasi akibat dari perembesan plasma (Hadinegoro & Satari, 2005). 5. Hepatomegali Pembesaran hati biasanya terjadi pada permulaan penyakit. Derajatnya tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan di daerah hati sering ditemukan, tampak jelas pada orang dewasa dan berhubungan dengan adanya perdarahan (Soegiyanto, 2006). 6. Syok Syok merupakan gejala gangguan sirkulasi sebagai akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Tanda dan gejala dari syok yaitu demam turun disertai keluar keringat dingin, denyut nadi cepat dan tekanan darah menurun, akral teraba dingin disertai kongesti kulit. 7. Keluhan lain yang menyertai DBD, yaitu: a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan. b. Keluhan pada saluran pencernaan : mual,muntah, anoreksia, diare, konstipasi. c. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal- pegal pada saluran tubuh (Mansjoer, 2005). WOC F. Komplikasi Komplikasi dapat terjadi apabila kebocoran plasma dari intravaskuler ke ekstravaskuler yang terus maka akan mengalami syok hipovolemia dan bisa terjadi DSS (Dengue Syock Sindrom), jika keadaan tersebut tidak teratasi maka akan menyebabkan anoreksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan kematian, perdarahan terjadi karena trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor koagulasi (protombin, factor V. VII, IX, X dan frinogen) pendarahan hebat dapat terjadi terutama pada traktus grastrointestinal. G. Pemeriksaan Penunjang a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) b. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test). c. Rontgen thoraks : effusi pleura H. Penatalaksanaan Medis Demam berdarah dengue, penatalaksanaannya hanya bersifat simptomatis dan suportif. a. Pemberian cairan yang cukup Cairan di berikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Penderita perlu di beri minum sebanyak mungkin (1-2 liter dalam 24 jam). b. Antipiretik Seperti golongan asetaminofen (parasetamol), jangan berikan golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahan perdarahan. c. Antikonvulsan Bila penderita kejang dapat di berikan : 1. Diazepam 2. Fenobarbital d. Pemberian cairan melalui infus, di lakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat. II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas pasien Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. 2. Keluhan Utama Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil dan saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 , dan anak semakin lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual, muntah, anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi ( grade III, IV ), melena, atau hematemesis. 4. Riwayat penyakit yang pernah di derita Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain. 5. Riwayat Imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat di hindarkan. 6. Riwayat Gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang. 7. Kondisi lingkungan Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar. 8. Pola kebiasaan a. Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun. b. Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare / konstipasi. sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena. c. Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. pada DHF garade IV sering terjadi hematuria. d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang. e. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membesihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti. f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan. 9. Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut. a. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah. b. Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada perdarahan spontan ptekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur. c. Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun. d. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit tampak biru. e. Sistem Integumen 1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. 2) Kuku sianosis / tidak 3) Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalamiperdarahan (epistaksis) pada grade II,III,IV, pada mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV). f. Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang biasanya terdapat grade III dan IV. g. Abdomen Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ), dan asietas. h. Ekstremitas Akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang. B. Diagnosa Keperawatan : NO DIAGNOSA HASIL YANG RENCANA RASIONAL KEPERAWATAN DIHARAPKAN TINDAKAN 1. Peningkatan suhu -Suhu tubuh 1.Mengkaji saat timbulnya Untuk tubuh (hiperter-mia) normal (36- 37 demam mengidentifikasi o sehubungan dengan C). 2.Mengobservasi tanda- pola de-mam proses pe-nyakit -Pasien bebas tanda vi-tal: suhu, nadi, pasien. (viremia). dari demam. tensi, pernapasan seti-ap Tanda-tanda vital 3 jam atau lebih sering. merupakan acuan 3.Memberikan penjelasan untuk mengetahui tentang penyebab demam keadaan umum atau pening-katan suhu pasien. tubuh. Penjelasan tentang 4.Memberikan penjelasan kondisi yang pada pasi-en/keluarga dialami pasiendapat tentang hal-hal yang membantu pa- dapat dilakukan untuk sien/keluarga mengatasi demam & mengurangi menganjurkan pasien kecema-san yang /keluarga untuk timbul. kooperatif. Keterlibatan 5.Menjelaskan pentingnya keluarga sangat be- tirah ba-ring bagi pasien rarti dalam proses & akibatnya jika hal penyembuhan tersebut tidak dilakukan. pasien di rumah 6.Menganjurkan pasien sakit. untuk ba-nyak minum ± Penjelasan yang 2,5 l/24 jam & jelaskan diberikan pada manfaatnya bagi pasi-en. pasien/keluarga 7.Memberikan kompres akan memotivasi dingin (pada daerah axila pasien untuk & lipat paha). kooperatif. 8.Menganjurkan untuk tidak Peningkatan suhu mema-kai selimut & tubuh mengaki- pakaian yang tebal. batkan penguapan 9. Mencatat asupan & tubuh meningkat keluaran. sehingga perlu 10. Memberikan terapi diimbangi dengan cairan in-travena & obat- asupan cairan yang obatan sesuai dengan banyak. program dokter (masalah Kompres dingin kolaborasi). akan membantu menurunkan suhu tubuh. Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh. Untuk mengetahui adanya ketidak- seimbangan cairan tubuh. Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi. Pemberian cairan merupakan we-wenang dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi dalam hal ini. 2. Gangguan Kebutuhan nutrisi1. Mengkaji keluhan mual, Untuk menetapkan pemenuhan pasien ter-penuhi; sakit me-nelan & muntah cara mengatasi-nya. kebutuhan nutrisi; pasien mampu yang dialami oleh pasien. Cara kurang dari meng-habiskan 2.Mengkaji cara/bagaimana menghidangkan kebutuhan se- makanan sesuai makanan dihidangkan. makanan d-pat hubungan dengan de-ngan porsi 3.Memberikan makanan mempengaruhi mual, muntah, yang yang mudah ditelan nafsu makan anoreksia & sakit diberikan/di- seperti: bubur, tim & pasien. saat menelan. butuhkan. dihi-dangkan saat masih Membantu hangat. mengurangi 4.Memberikan makanan kelelahan pasien & dalam porsi kecil & meningkatkan frekuensi sering. asupan makanan 5. Menjelaskan manfaat karena mudah makanan/ nutrisi bagi ditelan. pasien terutama saat Untuk menghindari pasien sakit. mual & muntah. 6. Memberikan umpan balik Meningkatkan positif saat pasien mau pengetahuan pasien berusaha mengha-biskan tentang nutrisi makanannya. sehingga motivasi 7.Mencatat jumlah/porsi untuk makan makanan yang meningkat. dihabiskan oleh pasien Memotivasi & se-tiap hari. meningkatkan se- 8. Memberikan nutrisi mangat pasien. parenteral (kolaborasi Untuk mengetahui dengan dokter). pemenuhan nutrisi 9. Memberikan obat-obat pasien. antasida (anti emetik) Nutrisi parenteral sesuai program dokter. sangat bermanfa- 10. Mengukur berat badan at/dibutuhkan pasien se-tiap hari (bila pasien terutama mungkin). jika intake per oral sangat kurang. Je- nis & jumlah pemberian nutrisi parenteral merupakan wewenang dokter. Obat antasida (anti emetik) mem-bantu pasien mengurangi rasa mual & muntah. Dengan pemberian obat tersebut diharapkan intake nutrisi pasien meningkat. Untuk mengetahui status gizi pa-sien. 3. Kurangnya Pengetahuan 1. Mengkaji tingkat Untuk memberikan pengetahuan tentang pasien/keluarga pengetahuan pa- informasi pada proses penyakit, tentang proses sien/keluarga tentang pasien/keluarga, diet, perawatan & penyakit, diet, penyakit DHF. perawat perlu me- obat-obatan pasien perawatan & 2.Mengkaji latar belakang ngetahui sejauh sehubungan de-ngan obat-obatan bagi pendidikan mana informasi kurangnya penderita DHF pasien/keluarga. atau pengetahuan informasi. meningkat serta 3. Menjelaskan tentang tentang penyakit pasien/keluarga proses penya-kit, diet, yang diketahui mampu mence- perawatan & obat-obatan pasien serta kebe- ritakannya pada pasien dengan naran in-formasi kembali. bahasa & ka-ta-kata yang yang telah dida- mudah dimengerti/ patkan sebelumnya. dipahami. Agar perawat dapat 4. Menjelaskan semua memberikan prosedur yang akan penjelasan sesuai dilakukan & manfaat nya dengan tingkat bagi pasien. pendidikan mereka 5.Memberikan kesempatan sehingga penje- pada pa-ien/keluarga lasan dapat untuk menanyakan hal- dipahami & tujuan hal yang ingin diketahui yang direncanakan sehu-ungan dengan tercapai. penyakit yang di-alami Agar informasi pasien. dapat diterima de- 6. Menggunakan leaflet atau ngan mudah & gambar dalam tepat sehingga tidak memberikan penjelasan menimbulkan (jika kesalah pahaman. ada/memungkinkan). Dengan mengetahui prosedur atau tindakan yang akan dialami, pasien akan lebih kooperatif & kecema-annya menurun. Mengurangi kecemasan & memo-tivasi pasien untuk kooperatif se-lama masa perawatan atau penyem-buhan. Gambar-gambar atau media cetak seperti leaflet dapat membantu me- ngingat penjelasan yang telah dibe- rikan karena dapat dilihat atau di baca berulang kali. 4. Potensial terjadinya -Tidak terjadi 1. Memonitor tanda-tanda Penurunan jumlah perdarahan lebih tanda-tanda penurunan trombosit trombosit meru- lanjut sehubungan perda-rahan lebih yang disertai dengan pakan tanda-tanda dengan lanjut (secara kli- tanda-tanda klinis. adanya keboco-ran trombositopenia. nis). 2.Memberikan penjelasan pembuluh darah -Jumlah tentang pengaruh yang pada ta-hap trombosit trombositopenia pada tertentu dapat meningkat. pasien. menimbulkan 3. Memonitor jumlah tanda-tanda klinis trombosit se-tiap hari. berupa perdara-han 4.Menganjurkan pasien (nyata) seperti untuk banyak istirahat. epistaksis, peti- 5.Memberikanpenjelasan kiae, dll. pada pasien /keluarga Agar untuk segera melapor jika pasien/keluarga ada tanda-tanda mengetahui hal-hal perdarahan lebih lanjut yang mungkin seperti: hematemesis, terjadi pada pasien melena, epistaksis. & dapat membantu 6. Menjelaskan obat-obat mengan-tisipasi yang dibe-rikan & terjadinya manfaatnya serta akibat- perdarahan ka-rena nya bagi pasien. trombositopenia. 7.Mengantisipasi/mencegah Dengan jumlah terjadi-nya perlukaan trombosit yang di atau perdarahan: pantau setiap hari, – menggunakan sikat dapat di ketahui gigi lunak. tingkat kebocoran – memelihara pembuluh darah & kebersihan mulut. kemungkinan – menghindari tindakan perdarahan yang invasif melalui rektum dapat dialami seperti: pemberian obat pasien. suppositoria, enema, Aktivitas pasien rektal termometer. yang tidak terkon- – menggunakan trol dapat pencukur lis-trik (jika menyebabkan pasien butuh bercu-kur). terjadinya – memberikan tekanan 5- perdarahan. 10 me- nit setiap kali Keterlibatan selesai mengambil darah. keluarga dengan se- gera melaporkan terjadinya perda- rahan (nyata) akan membantu pa-sien mendapatkan penanganan se-dini mungkin. Dengan mengetahui obat- obatan yang diminum & manfaatnya, ma-ka pasien akan termotivasi untuk mau minum obat sesuai dosis atau jumlah yang diberikan. 5. Gangguan aktifitas -Kebutuhan 1. Mengkaji keluhan pasien. Untuk sehari-hari sehu- aktifitas sehari- 2. Mengkaji hal-hal yang mengidentifikasi bungan dengan hari terpenuhi. mampu/ tidak mampu masa-lah-masalah kondisi tubuh yang -Pasien mampu dilakukan oleh pa-sien pasien. lemah. mandiri sete-lah sehubungan dengan Untuk mengetahui bebas demam. kelemah-an fisiknya. tingkat keter- 3. Membantu pasien gantungan pasien memenuhi kebutuhan dalam memenuhi aktifitasnya sehari-hari kebutuhannya. sesuai dengan tingkat ke- Pemberian bantuan terbatasan pasien seperti sangat di perlu-kan mandi, makan, eliminasi. oleh pasien pada 4. Membantu pasien untukk saat kondisi-nya mandiri sesuai dengan lemah & perawat perkembangan ke-majuan mempunyai fisiknya. tanggung jawab 5. Memberi penjelasan dalam pemenuhan tentang hal-hal yang kebutuhan sehari- dapat membantu & me- hari pasien tanpa ningkatkan kekuatan fisik mem-buat pasien pasien. mengalami keter- 6. Meletakkan barang- gantungan pada barang di tem-pat yang perawat. mudah terjangkau oleh Dengan melatih pasien. kemandirian pasien 7. Menyiapkan bel di dekat maka pasien tidak pasien. me-ngalami ketergantungan pada perawat. Dengan penjelasan yang diberikan kepada pasien, maka pasien termo- tivasi untuk kooperatif selama pe-rawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya seperti pasien mau meng-habiskan porsi makan-nya. Akan membantu pasien untuk me- menuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain. Agar pasien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuh- kannya. 6. Gangguan rasa -Rasa nyaman 1. Mengkaji tingkat nyeri Untuk mengetahui nyaman: nyeri sehu- pasien terpenuhi. yang di ala-mi pasien berapa berat nyeri bungan dengan -Nyeri berkurang dengan memberi ren-tang yang dialami mekanisme patolo- atau hilang. nyeri (0-10), biarkan pasien. gis (proses pasien menentukan Reaksi pasien penyakit). tingkat nyeri yang di terhadap nyeri alaminya, tetapkan tipe dapat dipengaruhi nyeri yang dialami oleh berba-gai pasien, respons pasien faktor, dengan terhadap nyeri yang mengetahui faktor- dialami. faktor tersebut 2. Mengkaji faktor-faktor maka perawat dapat yang mem-pengaruhi mela-kukan reaksi pasien terhadap intervensi yang nyeri (budaya, sesuai de-ngan pendidikan, dll). masalah 3. Memberikan posisi yang klien. Respon in- nyaman, usahakan situasi dividu ter-hadap ruangan yang tenang. nyeri sangat ber- 4. Memberikan suasana beda atau gembira bagi pasien, bervariasi, sehingga alihkan perhatian pasien pe-rawat perlu dari rasa nyeri (libatkan mengkaji lebih keluarga). Menganjurkan lanjut menghindari pasien untuk mem-baca kesalahan persepsi buku, mendengar musik, terhadap kondisi nonton TV (mengalihkan yang dialami pa- perhatian). sien. Misalnya 5. Memberikan kesempatan pasien yang berteri- pada pa-sien untuk ak karena nyeri berkomunikasi dengan belum tentu me- teman-temannya/orang ngalami nyeri yang terdekat. lebih hebat dari 6. Memberikan obat-obat pasien lain yang analgetik (kolaborasi menutup mata, dokter). menggigit bibir atau berpegangan erat. Untuk mengurangi rasa nyeri. Dengan melakukan aktifitas lain, pasien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami. Tetap berhubungan dengan orang- orang terdekat/teman membuat pa-sien gembira/bahagia & dapat me-ngalihkan perhatiannya terhadap nyeri. Obat-obatan analgetik dapat mene- kan/mengurangi nyeri pasien. Per- lu adanya kolaborasi dengan dokter karena pemberian obat merupakan wewenang dokter. 7. Potensial terjadi -Tidak terjadi syok 1. Monitor keadaan Untuk memantau syok hipovolemik hipovolemik. umum pasien. kondisi pasien sehubungan dengan -Tanda-tanda vital 2. Observasi tanda-tanda selama masa perdarahan hebat. dalam ba-tas vital tiap 2-3 jam. perawatan teruta- normal. 3. Monitor tanda-tanda ma saat terjadi -Keadaan umum perdarahan perdarahan. baik. 4. Jelaskan pada Dengan memonitor pasien/keluarga tentang keadaan umum tanda-tanda perdarahan pasien, perawat yang mungkin dialami dapat segera me- pasien. ngetahui jika terjadi 5.Anjurkan pasien/keluarga tanda-tanda pre untuk se-gera melapor syok/syok sehingga jika ada tanda-tanda dapat se-gera di perdarahan. tangani. 6. Pasang infus, beri terapi Tanda vital dalam cairan in-travena jika batas normal terjadi perdarahan menandakan (kolaborasi dengan keadaan umum dokter). pasien baik, 7. Segera puasakan jika perawat perlu terus terjadi perda-rahan mengob-servasi saluran pencernaan. tanda-tanda vital 8. Cek Hb, Ht, trombosit selama pasien (sito). mengalami 9. Perhatikan keluhan pasien perdarahan un-tuk seperti mata berkunang- memastikan tidak kunang, pusing, lemah, terjadi pre ekstremitas dingin, sesak syok/syok. nafas. Perdarahan yang 10. Berikan tranfusi sesuai cepat diketahui dengan program dokter. dapat segera 11. Monitor masukan & diatasi, sehingga keluaran, catat & ukur pasi-en tidak perdarahan yang terjadi, sampai ke tahap produksi urin. syok hi-povolemik 12. Berikan obat-obatan akibat perdarahan untuk me-ngatasi he-bat. perdarahan sesuai dengan Dengan memberi program dokter. penjelasan & me- 13. Bila terjadi tanda-tanda libatkan keluarga syok hipovolemik, diharapkan tan-da- baringkan pasien tanda perdarahan terlentang atau posisi dapat diketa-hui datar. lebih cepat & 14. Berikan terapi oksigen pasien/ keluarga sesuai dengan kebutuhan. menjadi kooperatif 15. Segera lapor dokter jika se-lama pasien di tam-pak tanda-tanda syok rawat. hipovolemik & observasi Keterlibatan ketat pasien serta perce- keluarga untuk pat tetesan infus sambil segera melaporkan menunggu program jika terjadi dokter selanjutnya. perdarahan terhadap pasien sangat membantu tim perawatan untuk segera mela- kukan tindakan yang tepat. Pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk mengatasi kehi- langan cairan tubuh yang hebat yai-tu untuk mengatasi syok hipovo- lemik. Pemberian infus dilakukan dengan kolaborasi dokter. Puasa membantu mengistirahatkan saluran pencernaan untuk semen-tara selama perdarahan berasal dari saluran cerna. Untuk mengetahui tingkat kebo-coran pembuluh darah yang di alami pasien & untuk acuan me-lakukan tindakan lebih lanjut terhadap perdarahan tersebut. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan tersebut pada pasien sehingga tim kesehatan le-bih waspada. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang. Pengukuran & pencatatan sangat penting untuk mengetahui jumlah perdarahan yang dialami pasien. Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh. Produksi urin yang lebih pekat & lebih sedikit dari normal (sangat sedikit) menunjukkan pasien kekurangan cairan & mengalami syok. Hati-hati terha-dap perdarahan di dalam. Untuk membantu menghentikan perdarahan. Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk. Pemberian O2 akan membantu ok- sigenasi jaringan, karena dengan terjadinya perdarahan hebat maka suplai oksigen ke jaringan terganggu. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin. DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Christanti. 1995. Perawatan Pasien DHF. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, et al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius; FKUI. Jakarta Nancy and Beckle. 1987. NCP for Pediatric Patient ; p. 230-233. The C.V. Mosby Company, St. Laouis, Washington, Toronto. Nelson . 2000. Ilmu Kesehatan Anak,volome I ,Edisi 15.EGC. Jakarta RS Sint. Carolus. Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF. Rampengan,T.H dan Laurentz,I.R. 1997. Penyakit infeksi tropik pada anak; EGC.Jakarta Soedarmo, SP. 1995. Demam Berdarah Dengue. Medika No. 10 Tahun XXI, Oktober 1995. Soetjiningsih.1998 Tumbuh Kembang Anak,EGC. Jakarta . . . . . 2000. Diktat kuliah PSIK.FK.UNAIR,TA: 2000/2001. Surabaya. LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN ANAK
DENGUE HEMORAGIC FEVER
Di Ruang Kurma Puskesmas Karang Taliwang
DISUSUN OLEH
YUMNI RUMIWANG, S. Kep.
148 STYJ 17
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI PROFESI NERS MATARAM 2018