Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
tentang “KARAKTER YANG BAIK”. Yang mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui contoh karakter yang baik
3. Untuk mengetahui apa saja komponen karakter yang baik
4. Untuk Mengetahui Karakter Dan Lingkungan Moral
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
2
yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras, dan sebagainya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan guru, yang mampu memperngaruhi karakter peserta didik.
Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru bebicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tenting pentingnya
upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun
demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat diantara mereka tentang
pendekatan dari modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan,
sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan
moral yang dikembangkan di Negara-negara barat, seperti : pendekatan
perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan
klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan
tradisional, yaitu melalui penanaman nilai-nilai social tertentu.
Berdasarkan grand desain yang dikembangkan kemendiknas, secara
psikologis social cultural pembentukan karakter dalam diri individu
merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif,
konatif dan psikomotorik) dari konteks interaksi social cultural (dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan social
cultural tersebut dapat dikelompokan dalam: olah hati, olah piker, olah raga
dan kinestetik, serta olah rasa dan karsa, keempat hal tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, bahkan saling melengkapi dan saling keterkaitan.
Pengkategorikan nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada
hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan
fungsi toalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afekti dan psikomotorik) dan fungsi totalitas social-kultural dalam
konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat
3
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-
nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insane
kamil.
Tugas pendidik di semua jenjang pendidikan tidak terbatas pada
pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu pengetahuan. Pendidik
selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa
aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya, pendidik harus mampu
menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas menjadi baik
yang pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik
dikelak kemudian hari.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia
dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak
pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang
sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya
kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada anak adalah usaha yang
strategis.
Permasalahan serius yang tengah dihadapi bangsa Indonesia adalah
sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada
pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan
otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar juga berlangsung secara
pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi anak. Mata
pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi pekerti dan
agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri
(hafalan, atau hanya sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter
anak sehingga menjadi tidak kreatif. Padahal, pembentukan karakter harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek
knowledge, feeling, loving, dan acting. Pembentukan karakter dapat
diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder
(binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-
4
menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Selain itu keberhasilan pendidikan
karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan
pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak.
Dengan demikian, pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah
pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan
pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak
(kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan
model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai
manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam
aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam
karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam
hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada saat
menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan
apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari
sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk
membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya
5
menuju pada tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku atau
disebut karakter positif
6
3. Jauh dari kelakuan negative
4. Dapat mengontrol emosi
5. Lebih dekat dengan tuhan
6. Lebih menghargai sesama
7. Lebih menghargai lingkungan
8. Dihargai orang lain
9. Dipercaya orang lain
10. Menambah wawasan
7
pada kenyataanya itu hal yang negative dari situlah sedikit penyalahan
terjadi . Jadi untuk memiliki karakter yang positif adalah dengan cara
melakukan semua hal dengan positif, merenungi apa yang telah dikerjakan
dan berusaha lebih baik di hari nanti dan menanyakan pada teman apakah
yang saya lakukan sesuai dengan norma.
8
mana membantu setiap individu menerjemahkan nilai-nilai abstrak
dari seluruh nilai yang ada ke dalam hubungan personal mereka.
c. Penentuan Perspektif/ sudut pandang (perspective taking)
Penentuan perspektif atau penentuan sudut pandang ini
merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain,
melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana
mereka akan berfikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.
d. Pemikiran/logika Moral (moral reasoning)
Pemikiran moral mengikutsertakan pemahaman atas prinsip
moral klasik yaitu, “hormatilah hak hakiki intrinsik setiap individu”,
bertindaklah untuk mencapai kebaikan yang terbaik demi jumlah
yang paling besar”, dan “bertindaklah seolah-olah Anda akan
membuat semua orang lain akan melakukan hal yang sama di bawah
situasi yang serupa”.
e. Pengambilan Keputusan/ Keberanian mengambil sikap (decision
making)
Aspek komponen moral knowing ini lebih kepada individu
itu mampu memikirkan cara bertindak melalui permasalahan moral
pada situasi tertentu.
f. Pengtahuan Pribadi/ Pengenalan diri (self knowledge)
Pengetahuan tentang diri masing-masing sangat diperlukan
dalam pendidikan karakter. Menjadi orang yang bermoral
memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan dirinya sendiri dan
mengevaluasi perilakunya masing-masing secara kritis.
9
berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu
apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat
sesuai dengan hal tersebut.
b. Harga Diri (self esteem)
Berdasarkan penelitian, anak-anak dengan harga diri yang
tinggi lebih tahan terhadap tekanan teman sebayanya dan lebih
mampu untuk mengikuti penilaian mereka sendiri daripada anak-
anak yang memiliki harga diri yang rendah (Lickona, 2013:93).
Harga diri yang tinggi tidak menjamin karakter yang baik
karena lebih kepada kepemkilikan, popularitas, atau kekuasaan.
Seharusnya, mampu mengembangkan harga diri berdasarkan nilai
seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan
pada keyakinan kemampuan diri sendiri demi kebaikan.
c. Empati (empathy)
Perlunya empati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain sehingga kita mampu keluar dari zona kita. Sebagai aspek
dari komponen karakter, empati harus dikembangkan secara
generalisasi. Mempu melihat di luar perbedaan dan menanggapi
kemanusiaan bersama.
d. Mencintai Hal yang Baik/ Mencintai kebenaran (loving the good)
Ketika setiap individu mencintai hal-hal yang baik atau
mencintai kebenaran, maka setiap individu akan melakukan hal-hal
yang bermoral baik dan benar atas dasar keinginan, bukan hanya
karena tugas.
e. Kendali Diri/ Pengendalian Diri (self control)
Kendali diri atau pengendalian diri sangat diperlukan dalam
pendidikan karakter. Emosi tinggi mampu membuat karakter baik
menjadi buruk ketika tidak ada pengendali diri. Dengan
pengendalian diri, juga dapat menahan segala hasrat dan keinginan
negatif dalam diri.
10
f. Kerendahan Hati (humility)
Kerendahan hati merupakan keterbukaan yang sejati terhadap
kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki
kegagalan kita. Kerendahan hati adalah sisi afektif pengetahuan
pribadi.
11
1. Membuang Sampah Pada Tempatnya
Kegiatan satu hari bersih sampah adalah merupakan kegiatan yang bisa
dilakukan pada tiap sekolah dasar, yaitu dimana dalam setiap minggunya
diadakan satu hari untuk kegiatan membersihkan lingkungan sekolah.
Kegiatan seperti ini bisa dilakukan dengan cara:
12
Dengan pemberian jadwal menyapu ini anak mendapat tanggung jawab
untuk menjaga kelasnya dari sampah ataupun debu yang dapat
menghambat proses pembelajaran karena ruangan tidak nyaman.
Dalam pemberian jadwal ini yang perlu diperhatikan adalah segi gender
(jenis kelamin), karena tidak jarang ditemui anak laki-laki cenderung
malas dalam melakukan kegiatan menyapu kelas ini. Sehingga dengan
demikian perlu di adakan pengelompokan secara heterogen (campuran),
dimana dalam kelompok daftar menyapu terdapat anak laki-laki dan anak
perempuan bukan berdasarkan pengabjadan.
13
karakter peduli lingkungan acap kali terjadi dikarenakan oleh beberapa
faktor.
Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pembangunan
karakter jujur pada anak sekolah dasar meliputi:
1. Faktor lingkungan
14
harus mengarahkan anak agar tidak mengikuti pergaulan yang
kurang peduli terhadap lingkungan.(Syaikh Muhammad Said
Mursi: 2001;23). Pendidikan karakter peduli lingkungan yang
paling dasar sebenarnya terjadi di lingkungan keluarga sehingga
pendidikan disekolah makin terarah dan terminimalisir segala
kendala yang bakal terjadi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Membentuk sikap dan perilaku yang baik adalah suatu proses penerapan
yang dilakukan orang tua terhadap anaknya melalui pengenalan moral dan
aturan-aturan yang terjadi sejak anak itu lahir. Tanpa penerapan ini seorang
anak akan melakukan penyimpangan sosial baik tingkah laku, sifat,
karakter kebiasaan, dan lain-lain. Seorang dituntut untuk berprilaku dan
berakhlak baik. Membentuk sikap dan perilaku yang baik itu sangat di
perlukan untuk membentuk karakter seseorang dalam berprilaku baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Karakter seseorang
mencerminkan akhlak diri orang itupula.
3.2 SARAN
Pendidikan karakter harus dilakukan secara menyeluruh. Pembentukan
karakter harus dimulai sedini mungkin, orangtua harus mampu mendidik dan
membina anak-anaknya, agar kelak menjadi generasi penerus yang dapat
membanggakan bangsa dan Negara. Pendidikan karakter juga harus tetap
diterapkan dalam lingkungan sekolah , jadi para guru dan para pendidik harus
mampu mengajarkan dan membina cikal bakal pemimpin Indonesia di masa
mendatang.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
MAKALAH
KARAKTER YANG BAIK
“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pendidikan Karakter”
Disusun oleh:
Kelompok 4
Anggota :
Andri Julian Azis
Muhammad Malik
Novianti Lubis
Ridsa Ermadiani
18