You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah
tentang “KARAKTER YANG BAIK”. Yang mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami semua sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Dalam penulisan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan,


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
penyusun miliki. Untuk itu kritik dan saran bagi kami sangat di harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Cianjur, Februari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ................................................................................................................. 2
2.2 Contoh Karakter Yang Baik...................................................................................... 5
2.3 Komponen Karakter Yang Baik ................................................................................ 8
2.4 Karakter Dan Lingkungan Moral ............................................................................ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Membentuk sikap dan perilaku yang baik adalah suatu proses penerapan
yang dilakukan orang tua terhadap anaknya melalui pengenalan moral dan
aturan-aturan yang terjadi sejak anak itu lahir. Tanpa penerapan ini seorang
anak akan melakukan penyimpangan sosial baik tingkahlaku, sifat,
karakter kebiasaan, dan lain-lain. Seorang dituntut untuk berprilaku dan
berakhlak baik, Membentuk sikap dan perilaku yang baik itu sangat di
perlukan untuk membentuk karakter seseorang dalam berprilaku baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Karakter seseorang
mencerminkan akhlak diri orang itupula.
Pada era modern akhlak, tingkahlaku, sifat, karakter, kebiasaan anak
semakin memburuk. Untuk itu kita perlu menciptakan generasi-generasi yang
mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Di lingkungan kita,seringkali kita
melihat sifat-sifat yang tidak baik. Hal ini dikerenakan masuknya budaya-
budaya asing yang semakin mengubah generasi kita semakin terpuruk.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter ?
2. Bagaimana contoh karakter yang baik ?
3. Seperti apa komponen karakter yang baik
4. Karakter dan lingkungan moral

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui contoh karakter yang baik
3. Untuk mengetahui apa saja komponen karakter yang baik
4. Untuk Mengetahui Karakter Dan Lingkungan Moral

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah, bawaan, hati, jiwa,


kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, temperamen dan
watak, sementara itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak sedangkan pendidikan dalam arti
sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina,
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat. Dalam perkembangannya , istilah pendidikan atau paedagogie,
berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang
dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk
mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti mental
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie, berarti
bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang
dijalankan seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk
mencapai tingkat hidup atau penghidupam lebih tinggi dalam arti
mental. Sedangkan karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas, adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat
tabiat, temperamen dan watak, sementara itu, yang disebut dengan
berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan
berwatak.
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti,
yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seserorang yaitu tingkah laku

2
yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras, dan sebagainya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan guru, yang mampu memperngaruhi karakter peserta didik.
Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru bebicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tenting pentingnya
upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun
demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat diantara mereka tentang
pendekatan dari modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan,
sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan
moral yang dikembangkan di Negara-negara barat, seperti : pendekatan
perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan
klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan
tradisional, yaitu melalui penanaman nilai-nilai social tertentu.
Berdasarkan grand desain yang dikembangkan kemendiknas, secara
psikologis social cultural pembentukan karakter dalam diri individu
merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif,
konatif dan psikomotorik) dari konteks interaksi social cultural (dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan social
cultural tersebut dapat dikelompokan dalam: olah hati, olah piker, olah raga
dan kinestetik, serta olah rasa dan karsa, keempat hal tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, bahkan saling melengkapi dan saling keterkaitan.
Pengkategorikan nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada
hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan
fungsi toalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afekti dan psikomotorik) dan fungsi totalitas social-kultural dalam
konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat

3
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-
nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekad, srta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insane
kamil.
Tugas pendidik di semua jenjang pendidikan tidak terbatas pada
pemenuhan otak anak dengan berbagai ilmu pengetahuan. Pendidik
selayaknya mengajarkan pendidikan menyeluruh yang memasukkan beberapa
aspek akidah dan tata moral. Oleh karenanya, pendidik harus mampu
menjadikan perkataan dan tingkah laku anak didiknya di kelas menjadi baik
yang pada akhirnya nanti akan tertanam pendidikan karakter yang baik
dikelak kemudian hari.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia
dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak
pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang
sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya
kelak. Selain itu, menanamkan moral kepada anak adalah usaha yang
strategis.
Permasalahan serius yang tengah dihadapi bangsa Indonesia adalah
sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada
pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan
otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar juga berlangsung secara
pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi anak. Mata
pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti budi pekerti dan
agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri
(hafalan, atau hanya sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter
anak sehingga menjadi tidak kreatif. Padahal, pembentukan karakter harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek
knowledge, feeling, loving, dan acting. Pembentukan karakter dapat
diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder
(binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-

4
menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Selain itu keberhasilan pendidikan
karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan
pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak.
Dengan demikian, pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah
pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan
pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak
(kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan
model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai
manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam
aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam
karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam
hidupnya. Ia juga akan menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada saat
menentukan metode pembelajaran yang utama adalah menetukan kemampuan
apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari
sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk
membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan pengajarannya

2.2 CONTOH KARAKTER YANG BAIK


A. Pengertian

Karakter positif akan mempengaruhi tingkah laku menjadi positif


juga dan kebiasaan menjadi positif sehingga membuat hidup kita menjadi
positif karna jauh dari perbuatan yang negatif yang mungkin dilakukan .
Sebagai contoh kita sudah memiliki dan sudah menanam kedisiplinan
maka dalam kehidupan pasti akan disiplin dalam bidang apapun .

B. Macam Macam Karakter Positif Dalam Kehidupan Sehari Hari

Dalam kehidupan sehari hari tingkah laku manusia memang


sangatlah beragam mulai dari yang menuju pada tingkah yang sesuai
dengan norma yang berlaku atau biasa disebut kebiasaan positif . dan yang

5
menuju pada tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku atau
disebut karakter positif

Macam macam karakter positif antara lain :

1. Religious : sikap selalu taat kepada tuhan YME


2. Jujur : sikap selalu berkata apa adanya
3. Toleransi : sikap selalu menghargai perbedaan
4. Disiplin : sikap selalu menaati peraturan
5. Kerja keras : sikap selalu sungguh-sungguh dan tidak menyerah
6. Kreatif : sikap selalu membuat hal baru
7. Mandiri : sikap selalu berusaha menyelesaikan tugas tanpa bantuan
8. Demokratis :sikap selalu menilai hak dan kewajiban sama
9. Rasa inngin tahu : sikap selalu berupaya untuk mengetahui sesuatu
10. Semangat kebangsaan :sikap selalu mementingkan kepentingan bangsa
11. Cinta tanah air ; sikap selalu menghargai bangsa dan Negara
12. Menghargai prestasi ; sikap selalu membuat diri menjadi berguna bagi
orang lain
13. Bersahabat / komunikatif : sikap selalu bergaul dengan semua orang
14. Cinta damai : sikap selalu membuat orang merasa tenang atas yang
dilakukan
15. Gemar membaca : sikap selalu membaca setiap hari
16. Peduli lingkungan : sikap selalu merawat dan menjaga kelestarian
lingkungan
17. Peduli sosial : sikap selalu ingin memberikan bantuan pada orang lain
18. Tanggung jawab : sikap selalu melaksanakan tugas sebaik-baiknya

C. Dampak Karakter Terhadap Kehidupan

Banyak dampak yang diperoleh jika memiliki karakter positif dan


diterapkan dalam keidupan sehari hari umumnya bagi remaja .
1. Menambah motifasi dalam segala bidang
2. Menambah kecerdasan emotional

6
3. Jauh dari kelakuan negative
4. Dapat mengontrol emosi
5. Lebih dekat dengan tuhan
6. Lebih menghargai sesama
7. Lebih menghargai lingkungan
8. Dihargai orang lain
9. Dipercaya orang lain
10. Menambah wawasan

D. Cara Membangun Karakter Positif

Karakter akan terbentuk dari 3 hasil pemahaman yang pasti dialami


manusia (triangle relationship) yaitu hubungan dengan diri sendiri,
(intrapersonal) dengan lingkungan / hubungan sosial atau alam sekitar dan
hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil dari hubungan
tersebut akan memberikan pemaknaan atau yang pada akirnya anak
menjadi nilai dan keyakinan remaja . Cara remaja untuk memahami ketiga
hubungan tersebut akan mempengaruhi remaja memperlakukan dunianya .
Pemahaman yang negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif pula,
pemahaman yang positif aka mempengaruhi dan berimbas pada perlakuan
yang positif pula . Dan pada akhirnya remaja akan menemukan keyakinan
dan dunianya .
Untuk itu menanamkan pemahaman diantara ketiga hasil
pemahaman yang positif akan mempengaruhi pada sifat dan penanganan
yang positif juga dari remaja tersebut . Remaja akan bersosialisasi dan
berekplorasi denga sendirinya apabila remaja tersebut menentukan pilihan,
tinggal pilihan mana yang akan dipilih oleh remaja tersebut apakah pilihan
yang dengan penanganan positif dan dengan akhir yang positif, atau
dengan pilihan yang negatif dan akhir yang negatif pula .
Sesungguhnya untuk memiliki karakter yang positif
seorang remaja terbentuk dari dirinya sendiri dengan jalan penanganan
yang positif . Seorang remaja akan menilai hal yang dia angap positif tapi

7
pada kenyataanya itu hal yang negative dari situlah sedikit penyalahan
terjadi . Jadi untuk memiliki karakter yang positif adalah dengan cara
melakukan semua hal dengan positif, merenungi apa yang telah dikerjakan
dan berusaha lebih baik di hari nanti dan menanyakan pada teman apakah
yang saya lakukan sesuai dengan norma.

2.3 KOMPONEN KARAKTER YANG BAIK


Menurut Lickona (2013:85-100), komponen-komponen karakter yang
baik adalah:

1. Moral Knowing (Pengetahuan Moral)


Moral knowing akan lebih mengisi pada ranah kognitif individu,
yang memiliki aspek yaitu:
a. Kesadaran Moral (moral awareness)
Aspek dalam kesadaran moral ini adalah pertama,
menggunakan pemikirannya untuk melihat suatu situasi yang
memerlukan penilaian moral. Sehingga kemudian dapat memikirkan
dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan
yang benar. Kedua, memahami informasi dari permasalahan yang
bersangkutan. Jadi, dalam pengetahuan moral ini, harus mebngetahui
fakta yang sebenarnya mengenai suat hal yang bersangkutan
sebelum mengambil suatu penilaian moral.
b. Pengetauan Nilai Moral (knowing moral values)
Nilai-nilai moral diantaranya yaitu menghargai kehidupan
dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran,
keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan,
belas kasihan, dan dorongan atau dukungan. Jika seluruh nilai
digabung, maka akan menjadi warisan moral yang diturunkan dari
satu generasi, ke generasi yang berikutnya.
Mengetahui sebuah nilai berarti memahami bagaimana
caranya menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam
situasi. Pengetahuan moral ini membutuhkan “penerjemahan”, yang

8
mana membantu setiap individu menerjemahkan nilai-nilai abstrak
dari seluruh nilai yang ada ke dalam hubungan personal mereka.
c. Penentuan Perspektif/ sudut pandang (perspective taking)
Penentuan perspektif atau penentuan sudut pandang ini
merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain,
melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana
mereka akan berfikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.
d. Pemikiran/logika Moral (moral reasoning)
Pemikiran moral mengikutsertakan pemahaman atas prinsip
moral klasik yaitu, “hormatilah hak hakiki intrinsik setiap individu”,
bertindaklah untuk mencapai kebaikan yang terbaik demi jumlah
yang paling besar”, dan “bertindaklah seolah-olah Anda akan
membuat semua orang lain akan melakukan hal yang sama di bawah
situasi yang serupa”.
e. Pengambilan Keputusan/ Keberanian mengambil sikap (decision
making)
Aspek komponen moral knowing ini lebih kepada individu
itu mampu memikirkan cara bertindak melalui permasalahan moral
pada situasi tertentu.
f. Pengtahuan Pribadi/ Pengenalan diri (self knowledge)
Pengetahuan tentang diri masing-masing sangat diperlukan
dalam pendidikan karakter. Menjadi orang yang bermoral
memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan dirinya sendiri dan
mengevaluasi perilakunya masing-masing secara kritis.

2. Moral Feeling (Perasaan Moral)


Komponen karakter ini merupakan komponen yang akan mengisi
dan menguatkan aspek afeksi individu agar menjadi manusia yang
berkarakter baik. Beberapa aspek komponen ini adalah:
a. Hati Nurani/ kesadaran akan jati diri (conscience)
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif,
mengetahui apa yang benar, dan sisi emosional, serta merasa

9
berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu
apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat
sesuai dengan hal tersebut.
b. Harga Diri (self esteem)
Berdasarkan penelitian, anak-anak dengan harga diri yang
tinggi lebih tahan terhadap tekanan teman sebayanya dan lebih
mampu untuk mengikuti penilaian mereka sendiri daripada anak-
anak yang memiliki harga diri yang rendah (Lickona, 2013:93).
Harga diri yang tinggi tidak menjamin karakter yang baik
karena lebih kepada kepemkilikan, popularitas, atau kekuasaan.
Seharusnya, mampu mengembangkan harga diri berdasarkan nilai
seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan
pada keyakinan kemampuan diri sendiri demi kebaikan.
c. Empati (empathy)
Perlunya empati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain sehingga kita mampu keluar dari zona kita. Sebagai aspek
dari komponen karakter, empati harus dikembangkan secara
generalisasi. Mempu melihat di luar perbedaan dan menanggapi
kemanusiaan bersama.
d. Mencintai Hal yang Baik/ Mencintai kebenaran (loving the good)
Ketika setiap individu mencintai hal-hal yang baik atau
mencintai kebenaran, maka setiap individu akan melakukan hal-hal
yang bermoral baik dan benar atas dasar keinginan, bukan hanya
karena tugas.
e. Kendali Diri/ Pengendalian Diri (self control)
Kendali diri atau pengendalian diri sangat diperlukan dalam
pendidikan karakter. Emosi tinggi mampu membuat karakter baik
menjadi buruk ketika tidak ada pengendali diri. Dengan
pengendalian diri, juga dapat menahan segala hasrat dan keinginan
negatif dalam diri.

10
f. Kerendahan Hati (humility)
Kerendahan hati merupakan keterbukaan yang sejati terhadap
kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki
kegagalan kita. Kerendahan hati adalah sisi afektif pengetahuan
pribadi.

3. Moral Acting (Tindakan Moral)


Komponen tindakan ini merupakan hasil dari kedua komponen
karakter lainnya yaitu moral knowing dan moral feeling. Aspek dari
komponen tindakan moral atau moral acting ini yaitu:
a. Kompetensi (competence)
Aspek ini mampu mengubah penilaian dan perasaan moral ke
dalam tindakan moral yang efektif. Untuk hal ini, kita harus mampu
merasakan dan melaksanakan rencana tindakan.
b. Keinginan (will)
Keinginan berada pada inti dorongan moral. Menjadi orang yang
baik memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakkan
energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus dilakukan.
c. Kebiasaan (habit)
Kebiasaan yang baik melalui pengalaman yang diulangi dalam apa
yang dilakukan itu membantu, ramah, dan adil dapat menjadi
kebiasaan baik yang akan bermanfaat bagi dirinya ketika menghadapi
situasi yang berat.

Melalui ketiga komponen di atas dengan aspek komponennya


masing-masing yang saling bekerjasama untuk saling mendukung dapat
menciptakan karakter yang baik.

2.4 KARAKTER DAN LINGKUNGAN MORAL


Dengan karakteristik anak yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam
penanaman sikap peduli terhadap lingkungan perlu metode yang sesuai agar
anak termotivasi untuk melakukannya.

11
1. Membuang Sampah Pada Tempatnya

Pembuangan sampah pada tempatnya yang menjadi program atau


kegiatan yang merupakan salah satu program kegiatan untuk pembudayaan
karakter peduli lingkungan dalam lingkungan sekolah. Kegiatan ini
membudayakan seluruh aparat sekolah dan siswa untuk membuang
sampah pada tempat sampah. Sebelumnya, sampah dibedakan menjadi
dua, yaitu: sampah basah dan sampah kering. Sampah basah dibuang pada
tempat sampah warna biru, sedangkan sampah kering dibuang pada tempat
sampah warna kuning. Dengan pengarahan dan bimbingan yang dilakukan
oleh guru maka dengan kegiatan dapat dilakukan dengan baik.

2. Melakukan kegiatan satu hari bersih sampah

Kegiatan satu hari bersih sampah adalah merupakan kegiatan yang bisa
dilakukan pada tiap sekolah dasar, yaitu dimana dalam setiap minggunya
diadakan satu hari untuk kegiatan membersihkan lingkungan sekolah.
Kegiatan seperti ini bisa dilakukan dengan cara:

a. Mengambil/mengumpulkan sampah dan kemudian membuang


ketempat pembuangan sampah untuk dibakar
b. Membakar sampah dari bahan yang tidah mudah diurai tanah
c. Memilah sampah yang mungkin masih bisa dibuat kerajinan tangan
atau daur ulang.

3. Membuat Jadwal Menyapu

Membuat jadwal menyapu untuk tiap kelas mungkin sudah menjadi


kegiatan umum yang selalu dilaksakan disetiap sekolah, baik tingkat
sekolah dasar, menengah maupun tingkat lanjutan. Dengan pembuatan
jadwal menyapu kelas yang diterapkan di sekolah dasar seyogyanya dapat
memberikan modal utama bagi anak untuk selalu membuat ruangan selalu
bersih.

12
Dengan pemberian jadwal menyapu ini anak mendapat tanggung jawab
untuk menjaga kelasnya dari sampah ataupun debu yang dapat
menghambat proses pembelajaran karena ruangan tidak nyaman.

Dalam pemberian jadwal ini yang perlu diperhatikan adalah segi gender
(jenis kelamin), karena tidak jarang ditemui anak laki-laki cenderung
malas dalam melakukan kegiatan menyapu kelas ini. Sehingga dengan
demikian perlu di adakan pengelompokan secara heterogen (campuran),
dimana dalam kelompok daftar menyapu terdapat anak laki-laki dan anak
perempuan bukan berdasarkan pengabjadan.

Dengan kebiasaan-kebiasaan seperti itu maka anak senantiasa terbiasa


sehingga pada akhirnya anak akan melakukannya tidak hanya di
lingkungan sekolah. Kegiatan untuk membiasakan bersih lingkungan
merupakan salah satu kegiatan yang dapat menanamkan sikap peduli
lingkungan sehingga lingkungan jadi terawat, bersih dan sehat.
Lingkungan bersih dan sehat akan membuat setiap individu yang berada di
lingkungan tersebut juga akan menjadi sehat. Sehingga pada akhirnya
proses pembelajaran jadi nyaman dan kondusif.

4. Kendala dalam Pembudayaan Karakter Peduli Lingkungan


Dalam sistem pendidikan nasional (UU RI No.2 Tahun 1989)
dikemukakan, bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esadan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Depdikbud, 1989).
Tujuan pendidikan tersebut tidaklah selalu tercapai, dan pendidikan
tidak hanya tanggung jawab guru tetapi tanggung jawab bersama baik
pemerintah, guru dan masyarakat. Seperti halnya tujuan pendidikan
nasional tersebut tujuan pembentukan karakter peduli juga tidak 100%
berhasil dan tidak mendapat kendala. Kendala yang dalam pembudayaan

13
karakter peduli lingkungan acap kali terjadi dikarenakan oleh beberapa
faktor.
Adapun faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pembangunan
karakter jujur pada anak sekolah dasar meliputi:

1. Faktor lingkungan

Lingkunagan dimana anak itu berada sangat berpengaruh terhadap


pembentukan karakter anak. Anak yang tinggal dilingkungan yang
masyarakatnya kurang menjaga lingkungan akan sulit untuk
menerima perubahan walaupun perubahan itu kearah kebaikan.
Lingkungan yang dimaksud bisa berupa lingkungan keluarga,
masyarakat ataupun lingkungan sekitar. Misalnya dalam
lingkungan keluarga, anak terbiasa meniru orang tuanya yang suka
buang sampah/pembungkus makanan seenaknya didalan rumah
atau di halaman. Orang tua tidak menyediakan tempat sampah
dirumah juga menjadikan anak suka membuang sampah
sembaranagan. Begitu juga di lingkungan lainnya. Anak usia
sekolah dasar cenderung masih melakukan hal-hal yang sering
dilihatnya. Sehingga untuk itu para orang tua hendaknya
memberikan contoh yang baik terutama kepeduliannya terhadap
lingkungan atau kebersihan.

2. Faktor hubungan sosial

Karena masyarakat mempunyai tata krama dan tradisi yang harus


dijadikan sebagai habitat tempat tumbuh-kembangnya anak, agar
kelak mereka mempraktekkannya, selain juga mereka bisa
menghormatinya. Tidak seharusnya anak mengasingkan diri dari
masyarakat, tetapi sebaliknya, harus berinteraksi. Ia harus mampu
memberikan pengaruh, bukannya terpengaruh. Ia harus
mempengaruhi masyarakat dengan akhlak yang mulia. Jangan
sampai terpengaruh dengan tradisi dan sikap yang buruk seperti
kurang peduli terhadap lingkungan dalam masyarakat tersebut. Kita

14
harus mengarahkan anak agar tidak mengikuti pergaulan yang
kurang peduli terhadap lingkungan.(Syaikh Muhammad Said
Mursi: 2001;23). Pendidikan karakter peduli lingkungan yang
paling dasar sebenarnya terjadi di lingkungan keluarga sehingga
pendidikan disekolah makin terarah dan terminimalisir segala
kendala yang bakal terjadi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Membentuk sikap dan perilaku yang baik adalah suatu proses penerapan
yang dilakukan orang tua terhadap anaknya melalui pengenalan moral dan
aturan-aturan yang terjadi sejak anak itu lahir. Tanpa penerapan ini seorang
anak akan melakukan penyimpangan sosial baik tingkah laku, sifat,
karakter kebiasaan, dan lain-lain. Seorang dituntut untuk berprilaku dan
berakhlak baik. Membentuk sikap dan perilaku yang baik itu sangat di
perlukan untuk membentuk karakter seseorang dalam berprilaku baik di
lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Karakter seseorang
mencerminkan akhlak diri orang itupula.
3.2 SARAN
Pendidikan karakter harus dilakukan secara menyeluruh. Pembentukan
karakter harus dimulai sedini mungkin, orangtua harus mampu mendidik dan
membina anak-anaknya, agar kelak menjadi generasi penerus yang dapat
membanggakan bangsa dan Negara. Pendidikan karakter juga harus tetap
diterapkan dalam lingkungan sekolah , jadi para guru dan para pendidik harus
mampu mengajarkan dan membina cikal bakal pemimpin Indonesia di masa
mendatang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Norla, virsya. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah.


Jakarta: Laksana

Wiyani, Novan Ardy. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta:


Pedagogia

17
MAKALAH
KARAKTER YANG BAIK
“Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pendidikan Karakter”

Disusun oleh:
Kelompok 4

Anggota :
Andri Julian Azis
Muhammad Malik
Novianti Lubis
Ridsa Ermadiani

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR


AKADEMI KEPERAWATAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
(BLUD)

18

You might also like