You are on page 1of 9

ORIGINAL ARTICLE

Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji
Indonesia
0RKDPDG6\DKULU$]L]L1$QQD8\DLQDK2=XONLÁL$PLQ20RKDPDG6HGLMRQR3+DP]DK6KDWUL4
1
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
2
Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
3
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
4
Divisi Psikosomatik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

ABSTRACT
Background: The decreased pressure in aircraft cabins may cause hypoxia symptoms in patients with Chronic
„•–”—…–‹˜‡ —Ž‘ƒ”› ‹•‡ƒ•‡ ȋȌǤ —””‡–Ž›ǡ ‘ ’—„Ž‹…ƒ–‹‘ ‹• ‘™ –‘ Šƒ˜‡ ”‡’‘”–‡† –Š‡ ’”‘ϔ‹Ž‡ ‹ǦϔŽ‹‰Š–
Š›’‘š‹ƒ•›’–‘•ƒ†’”‡ǦϔŽ‹‰Š–‡†‹…ƒŽ•…”‡‡‹‰‹’‹Ž‰”‹•Ǥ
Objective: ‘ ‘„–ƒ‹ ’”‘ϔ‹Ž‡ ‘ˆ ‹ǦϔŽ‹‰Š– Š›’‘š‹ƒ ƒ† ’”‡ǦϔŽ‹‰Š– ƒ••‡••‡– ˆ‘” ϔ‹–‡••Ǧ–‘ǦϔŽ› ™‹–Š‘—– ‘š›‰‡
supplementation based on pulmonary function test, oxygen saturation, and the ability to walk more than 50 meters
among pilgrims with COPD.
Methods: This is a desciptive study which was conducted during the pilgrimage season in 2011.
Results: Š‹”–› •‹š  ’ƒ–‹‡–• ™‡”‡ ‹†‡–‹ϔ‹‡† ƒ† •—„•‡“—‡–Ž› ”‡…”—‹–‡† –‘ –Š‹• •–—†›Ǥ ”‡ǦϔŽ‹‰Š– ‡†‹…ƒŽ
ƒ••‡•‡– …‘…Ž—†‡† –Šƒ– ͹͹ •—„Œ‡…–• ™‡”‡ ϔ‹– –‘ ϔŽ› ™‹–Š‘—– •—’’Ž‡‡–ƒŽ ‘š›‰‡Ǥ ‡˜‡”–Š‡Ž‡••ǡ –Š”‡‡ •—„Œ‡…–•
†‡˜‡Ž‘’‡†‹ǦϔŽ‹‰Š–Š›’‘š‹ƒ•›’–‘•‹Ǥ‡Ǥ–™‘‘ˆ–Š‡™‡”‡ϔ‹––‘ϔŽ›™‹–Š‘—–•—’’Ž‡‡–ƒŽ‘š›‰‡ǡ™Š‹Ž‡ƒ‘–Š‡”
•—„Œ‡…–™ƒ•”‡…‘‡†‡†–‘Šƒ˜‡•—’’Ž‡‡–ƒŽ‘š›‰‡ǤŠƒ”ƒ…–‡”‹•–‹…•‘ˆ•—„Œ‡…–•™‹–Š‹ǦϔŽ‹‰Š–Š›’‘š‹ƒ™‡”‡ƒ•
follows: current smokers (10.5%), not known to have COPD prior to health examination (8.8%), moderate COPD
…ƒ–‡‰‘”›ȋͿǤͻάȌǡƒ„‘˜‡ͼͶ›‡ƒ”•‘Ž†ȋͻǡ͹άȌǡƒ†Šƒ†…‘‘”„‹†‹–‹‡•ȋͺǡ͸άȌǤ
Conclusion: ‘•–’‹Ž‰”‹•™‹–Š™‡”‡ϔ‹––‘ϔŽ›™‹–Š‘—–‘š›‰‡•—’’Ž‡‡–ƒ–‹‘Ǥ

Key words: Hypoxia symptoms, COPD, Pilgrims.

ABSTRAK
Latar Belakang: Penurunan tekanan pada kabin pesawat dapat mencetuskan gejala hipoksia pada penderita
‡›ƒ‹– ƒ”— „•–”—–‹ˆ ”‘‹ ȋȌǤ ƒƒ– ‹‹ „‡Ž— ƒ†ƒ Žƒ’‘”ƒ ‡‰‡ƒ‹ ’”‘ϐ‹Ž ‰‡ŒƒŽƒ Š‹’‘•‹ƒ •ƒƒ–
penerbangan dan gambaran penilaian kelaikan terbang berdasarkan kemungkinan kejadian hipoksia saat
penerbangan pada jemaah haji dengan PPOK.
Tujuan: ‡‰‡–ƒŠ—‹’”‘ϐ‹Ž’ƒ•‹‡›ƒ‰‡‰ƒŽƒ‹‰‡ŒƒŽƒŠ‹’‘•‹ƒ•ƒƒ–’‡‡”„ƒ‰ƒ†ƒ’‡‹Žƒ‹ƒ‡Žƒ‹ƒ
–‡”„ƒ‰„‡”†ƒ•ƒ”ƒˆ—‰•‹ˆƒƒŽ’ƒ”—ǡ•ƒ–—”ƒ•‹‘•‹‰‡†ƒƒ–‹ϐ‹–ƒ•„‡”ŒƒŽƒŽ‡„‹Š†ƒ”‹ͷͲ‡–‡”’ƒ†ƒŒ‡ƒƒŠŠƒŒ‹
dengan PPOK.
Metode: Studi deskriptif yang dilakukan pada jemaah haji embarkasi Jakarta dengan PPOK saat pelaksanaan
ibadah haji tahun 2011.
Hasil: ƒ†ƒ •–—†‹ ‹‹ †‹†ƒ’ƒ–ƒ ͵͸ •—„›‡ Œ‡ƒƒŠ ŠƒŒ‹ †‡‰ƒ Ǥ ƒ†ƒ ’‡‹Žƒ‹ƒ ’”ƒǦ‡„‡”ƒ‰ƒ–ƒ
didapatkan 33 subyek yang dinilai laik terbang tanpa menggunakan oksigen. Saat penerbangan didapatkan
tiga subyek mengalami gejala hipoksia. Dua orang berasal dari kelompok yang dinilai laik terbang tanpa Korespondensi :
menggunakan oksigen dan satu orang dari kelompok yang dinilai laik terbang dengan menggunakan oksigen. dr. M. Syahrir Azizi, SpPD
Karakterisitik subyek yang mengalami gejala hipoksia didapatkan pada perokok aktif (10,5%), tidak terdiagnosis E-mail :
•‡„‡Ž—›ƒȋͺǡͺΨȌǡ†‡”ƒŒƒ–•‡†ƒ‰ȋͻǡͷΨȌǡ—•‹ƒŽ‡„‹Š†ƒ”‹͸Ͳ–ƒŠ—ȋͷǡ͵ΨȌ†ƒƒ†ƒ›ƒ‘‘”„‹†‹–ƒ• dr.syahrir@gmail.com
(4,2%).
Kesimpulan: Sebagian besar penderita PPOK dapat melakukan penerbangan tanpa menggunakan oksigen.
Indonesian Journal of

CHEST
Kata kunci: Gejala hipoksia, PPOK, Jemaah haji.

Critical and Emergency Medicine

Vol. 1, No. 1
March - May 2014

8
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia

PENDAHULUAN Penyakit Paru Obstruktif Kronik saat ini


merupakan masalah global dan menjadi penyebab
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam kematian keempat di dunia..12-17
yang diwajibkan bagi setiap muslim yang telah Edvardsen (2011) meneliti timbulnya kejadian
memenuhi syarat. Pelaksanaan ibadah haji dilakukan hipoksia saat penerbangan pada penderita PPOK
setiap tahunnya pada bulan Dzulhijjah di Saudi Arabia. dibandingkan dengan non PPOK, didapatkan hasil
Jumlah jemaah haji selalu mengalami peningkatan ͸ǡ͸Ψȋ ͻͷΨʹǡͷǦͳ͹ǡ͵Ǣ’δͲǡͲͲͳȌǤ
‡ŒƒŽƒŠ‹’‘•‹ƒ
setiap tahunnya.1,2 Seiring dengan peningkatan yang paling umum dikeluhkan pasien PPOK adalah
tersebut, jumlah jemaah haji Indonesia juga terus sesak (15%), perasaan sulit bernapas (11,4%), batuk
meningkat setiap tahunnya.3 Angka kematian (4,7%), nyeri kepala (4,7%), dan perasaan seperti
jemaah haji Indonesia pada tahun 2010 meningkat melayang (3,8%).18
bila dibandingkan dengan data tahun 2009.3 Untuk dapat melakukan penerbangan,
Angka kematian jemaah haji Indonesia lebih tinggi penderita PPOK memerlukan persyaratan fungsi
dibandingkan dengan negara lain.4,5 paru yang baik.19-22 ͳ͸ Akero (2008) memperkirakan
Untuk mencapai tempat pelaksanaan ibadah kejadian hipoksia dengan melihat nilai saturasi
haji, jemaah haji melakukan perjalanan menggunakan oksigen berdasarkan pulse oximetry (SpO2) sebelum
pesawat terbang komersial. Pesawat terbang keberangkatan. Pasien dengan SpO2 kurang dari 95%,
komersial tersebut terbang pada ketinggian antara ͸͵Ǧͺ͵Ψ ƒƒ ‡‰ƒŽƒ‹ ’‡—”—ƒ ƒʹ ‡Œƒ†‹
30.000-40.000 kaki.͸ Perbedaan ketinggian antara —”ƒ‰†ƒ”‹͸ǡ͸ƒǤ23,24
permukaan laut dengan ketinggian tersebut akan British Thoracic Society dan Aerospace Medical
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan di ••‘…‹ƒ–‹‘ ‡”‡‘‡†ƒ•‹ƒ ’‡‹Žƒ‹ƒ ƒ–‹ϐ‹–ƒ•
udara (penurunan tekanan barometrik), yang secara ϐ‹•‹ †‡‰ƒ ‡‰‰—ƒƒ ‡ƒ’—ƒ „‡”ŒƒŽƒ
bersamaan akan menurunkan tekanan parsial lebih dari 50 meter untuk memperkirakan kejadian
oksigen (PaO2).7 Berdasarkan hal tersebut, pedoman hipoksia saat penerbangan.25-32
penerbangan komersial internasional mengeluarkan Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk menilai
peraturan dimana tekanan pada kabin pesawat kelaikan terbang pada penderita PPOK dibutuhkan
harus dipertahankan dibawah 74 kPa (setara dengan persyaratkan tekanan parsial oksigen (PaO2) lebih
tekanan atmosfer pada ketinggian 2.450 m atau dari 70 mmHg, saturasi oksigen dengan pulse oximetry
8.000 kaki). Pada tekanan tersebut didapatkan fraksi (SpO2) lebih dari 95%, dan penderita dapat berjalan
inspirasi oksigen sebesar 15%.8 lebih dari 50 meter tanpa mengalami keluhan
Data pada jemaah haji yang dilaporkan Pusat apapun.ʹ͸ǡ͵ͻ Pada jemaah haji dengan PPOK, penilaian
Kesehatan Haji tahun 2010 didapatkan tiga jemaah kelaikan tersebut belum dilakukan secara rutin.
meninggal saat di pesawat (0,75% dari keseluruhan Sampai saat ini masih belum ada penelitian yang
kematian jemaah haji). 3,9 Adapun pada penerbangan ‡‹Žƒ‹ ’”‘ϐ‹Ž ‰‡ŒƒŽƒ Š‹’‘•‹ƒ •ƒƒ– ’‡‡”„ƒ‰ƒ †ƒ
secara umum,penyebab utama kematian disebabkan penilaian kelaikan terbang pada penderita PPOK yang
oleh masalah kardiovaskular. Peterson (2013) dilakukan pada jemaah haji Indonesia.
melaporkan gawat darurat yang tersering ditemukan
adalah gejala syncope (37,4%) dan gejala respirasi METODE PENELITIAN
(12,1%).8 Keduanya kemungkinan dicetuskan oleh
masalah respirasi akibat terjadinya hipoksia.9 Adapun Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
permasalahan respirasi lebih sering timbul pada mereka Penelitian dilaksanakan pada saat jemaah haji
dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).10 melaksanakan pemeriksaan kesehatan di embarkasi

‘‰ ȋͳͻͻ͵Ȍ ‡‡Ž‹–‹ ͶʹǤ͹͹ͲǤͶ͸ͺ ’‡—’ƒ‰ Jakarta pada bulan Oktober 2011. Pada saat
secara keseluruhan dalam kurun waktu satu tahun, penerbangan, dokter kloter mengamati terjadinya
didapatkan sebanyak 1.115 penumpang mengalami gejala hipoksia pada subyek dan mencatat serta
masalah kesehatan. Dari penumpang yang mengalami melaporkan pada peneliti setelah tiba di tanah
masalah kesehatan tersebut didapatkan sebanyak air. Populasi target pada penelitian adalah jemaah
ͶͲͷ’‡—’ƒ‰–‡”†‹ƒ‰‘•‹•ȋ͵͸ǡ͵Ψ†ƒ”‹–‘–ƒŽ haji embarkasi Jakarta pada tahun 2011. Populasi
1.115 pasien).11 terjangkau pada penelitian ini adalah jemaah haji

Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 9
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL

embarkasi Jakarta dengan PPOK atau berisiko PPOK. •‡„ƒ›ƒ ͳ͸Ǥͻ͵͸ ‘”ƒ‰Ǥ ‡Š—„—‰ƒ †‡‰ƒ
Sampel penelitian ialah populasi terjangkau yang keterbatasan, dilakukan seleksi data hanya pada
memenuhi kriteria inklusi PPOK dan menandatangani 9.084 orang. Selanjutnya didapatkan jemaah haji
surat persetujuan informed consent untuk ikut serta †‡‰ƒ—•‹ƒͶͲ–ƒŠ—ƒ–ƒ—Ž‡„‹Š•‡„ƒ›ƒ͸ͲͻͲ‘”ƒ‰Ǥ
dalam penelitian. Kriteria penerimaan: jemaah Kemudian dilakukan wawancara dan pemeriksaan
haji dengan PPOK asal keberangkatan embarkasi buku kesehatan haji, didapatkan 402 orang yang
Jakarta tahun 2011, usia 40 tahun atau lebih. Kriteria memiliki faktor risiko PPOK dan sudah terdiagnosis
’‡‘Žƒƒǣ†ƒ–ƒ†‡‘‰”ƒϐ‹ƒ–ƒ—†ƒ–ƒ•’‹”‘‡–”‹–‹†ƒ PPOK sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan
lengkap, menderita penyakit paru kronik bukan PPOK pemeriksaan spirometri untuk menentukan diagnosis
(asma, TB paru, kanker saluran pernapasan), kesulitan Ǥ ƒ†ƒ ’‡‡Ž‹–‹ƒ ‹‹ †‹†ƒ’ƒ–ƒ ͵͸ ‘”ƒ‰
untuk berkomunikasi (penurunan kognitif, gangguan (8,9%) dengan PPOK. Sampel minimal tidak tercapai
bahasa), dan tidak bersedia ikut dalam penelitian. untuk dapat dilakukan analisis data, sehingga hasil
Subyek penelitian diambil dari seleksi data dilaporkan secara deskriptif.
SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu).
Calon subyek diseleksi dari jemaah haji yang berusia dĂďĞůϭ͘<ĂƌĂŬƚĞƌŝƐƟŬ^ƵďLJĞŬWĞŶĞůŝƟĂŶ
40 tahun atau lebih. Dari data jemaah haji tersebut Variabel Ŷ;йͿ
selanjutnya dilakukan penelaahan buku kesehatan hŵƵƌ
jemaah haji dengan melakukan anamnesis faktor risiko > 60 tahun 19 (52,8)
чϲϬƚĂŚƵŶ 17 (47,2)
PPOK sehingga didapatkan calon jemaah haji berisiko :ĞŶŝƐŬĞůĂŵŝŶ
PPOK dan subyek yang sudah terdiagnosis PPOK. Pria 35 (97,2)
Wanita 1 (2,8)
Subyek selanjutnya akan menjalani pemeriksaan dŝŶŐŬĂƚƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶ
spirometri, dan anamnesis kemampuan berjalan lebih Tidak sekolah 4 (11,1)
SD 17 (47,2)
dari 50 meter.
SMP 1 (2,8)
Subyek selanjutnya akan dicatat oleh dokter SMA 8 (22,2)
kloter sebagai jemaah risiko tinggi yang akan WĞƌŐƵƌƵĂŶƟŶŐŐŝ 6 (16,6)
ŝŬĞƚĂŚƵŝŵĞŶĚĞƌŝƚĂWWK<
mendapat pengawasan kejadian gejala hipoksia Ya 2 (5,6)
saat pelaksaanaan ibadah haji. Dokter kloter yang Tidak 34 (94,4)
ƐĂůĚĂĞƌĂŚ
menemani jemaah haji tersebut akan diberikan Banten 19 (52,7)
penjelasan tentang kriteria diagnostik PPOK sebelum DKI Jakarta 17 (47,3)
DĞƌŽŬŽŬĂŬƟĨ
‡„‡”ƒ‰ƒ–ƒ†ƒ†‹„‡”‹ƒƒ”–—‹†‡–‹ϐ‹ƒ•‹Ǥ Ya 19 (54,3)
Pernah merokok 15 (41,7)
Etika Penelitian Tidak 2 (4,0)
ĚĂŶLJĂŬŽŵŽƌďŝĚŝƚĂƐ
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Ya 24 (66,7)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksaserbasi Akut Hipertensi 10
Gangguan jantung 5
Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada Jemaah Haji Dislipidemia 4
Embarkasi Jakarta tahun 2011, yang dilakukan oleh Diabetes 2
CVD 1
Divisi Pulmonologi dengan peneliti utama dr.Anna Obesitas 1
Uyainah ZN, SpPD, K-P, MARS . Ethical clearance Hiperurisemia 1
mengacu kepada ethical clearance penelitian tersebut Tidak 12 (33,3)
<ĂƚĞŐŽƌŝĚĞƌĂũĂƚWWK<
di atas yang sudah dikeluarkan oleh Panitia Tetap Etik Derajat ringan 5 (13,9)
‡‡Ž‹–‹ƒ‡†‘–‡”ƒ   ƒƒ”–ƒ‘Ͷ͸ͳȀͲʹǤ Ȁ Derajat sedang 21 (58,3)
ETIK/ 2011. Semua data rekam medis yang digunakan Derajat berat 6 (16,7)
Derajat sangat berat 4 (11,1)
akan dijaga kerahasiaannya.
”‘ϐ‹Ž—„›‡›ƒ‰‡‰ƒŽƒ‹
‡ŒƒŽƒ ‹’‘•‹ƒ
HASIL PENELITIAN Proporsi subyek yang mengalami gejala
hipoksia saat penerbangan sebesar 8,3% (tiga
Karakteristik Subyek Penelitian ‘”ƒ‰ȌǤ ”‘ϐ‹Ž ’ƒ•‹‡  ›ƒ‰ ‡‰ƒŽƒ‹ ‰‡ŒƒŽƒ
Berdasarkan data keberangkatan haji asal hipoksia didapatkan lebih banyak pada usia kurang
embarkasi Jakarta, didapatkan total jemaah haji †ƒ”‹ ͸Ͳ –ƒŠ—ǡ ’”‹ƒǡ –‹†ƒ †‹‡–ƒŠ—‹ ‡†‡”‹–ƒ 

10 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia

sebelumnya, merokok aktif, tanpa komorbiditas, dan DISKUSI


PPOK derajat sedang.
Kajian sistematis dan meta analisis pada studi
dĂďĞů Ϯ͘ WƌŽĮů ^ƵďLJĞŬ ĞƌĚĂƐĂƌŬĂŶ <ĞũĂĚŝĂŶ 'ĞũĂůĂ ,ŝƉŽŬƐŝĂ yang dilakukan pada 28 negara antara tahun 1990-
ƐĂĂƚWĞŶĞƌďĂŶŐĂŶ
2004 menunjukkan bahwa risiko PPOK meningkat
'ĞũĂůĂ,ŝƉŽŬƐŝĂ
Variabel Ya dŝĚĂŬ pada usia lebih dari 40 tahun, laki-laki, dan pada
Ŷ;йͿ Ŷ;йͿ perokok dan bekas perokok dibandingkan yang tidak
hŵƵƌ
> 60 tahun 1 (5,3) 18 (94,7) merokok.3,11,42,43
чϲϬƚĂŚƵŶ 2 (11,7) 15 (88,3) Subjek berada pada kategori derajat PPOK
ŝŬĞƚĂŚƵŝŵĞŶĚĞƌŝƚĂWWK<
Ya 0 (0,0) 2 (100,0) sedang (58,3%). Hal ini sesuai dengan penelitan Minas
Tidak 3 (8,8) 31 (91,2) (2010) bahwa prevalensi PPOK derajat sedang sebesar
DĞƌŽŬŽŬĂŬƟĨ
Ya 2 (10,5) 17 (89,5) 54,1%.38 Edvardsen (2011) melaporkan sebagian besar
Pernah merokok 1 (6,7) 14 (93,3) PPOK berada pada derajat sedang (49%).41 Sebagian
Tidak 0 (0,0) 2 (100,0) besar subyek tidak diketahui menderita PPOK saat
ĚĂŶLJĂŬŽŵŽƌďŝĚŝƚĂƐ
Ya 1 (4,2) 23 (95,8) pemeriksaan awal ditegakkan (94,4%), hanya dua orang
Tidak 2 (15,3) 10 (84,7) yang sudah tertera diagnosis PPOK pada buku kesehatan.
<ĂƚĞŐŽƌŝĚĞƌĂũĂƚWWK<
Derajat ringan 0 (0,0) 5 (100,0)
Derajat sedang 2 (9,5) 19 (90,5) ”‘ϐ‹Ž—„›‡›ƒ‰‡‰ƒŽƒ‹
‡ŒƒŽƒ ‹’‘•‹ƒ
Derajat berat 0 (0,0) 6 (100,0) Edvardsen (2011) melaporkan pasien PPOK
Derajat sangat berat 1 (20,0) 4 (80,0)
mempunyai risiko untuk terjadinya gejala hipoksia
sebesar tiga kali lebih besar dibanding non PPOK (OR
Penilaian Kelaikan Terbang ͵ǡ͵Ǣ  ͻͷΨ ͳǡ͸Ǧ͸ǡ͹ȌǤ ‰ƒ ‡Œƒ†‹ƒ ‰‡ŒƒŽƒ Š‹’‘•‹ƒ
dĂďĞů ϯ͘ WĞŶŝůĂŝĂŶ <ĞůĂŝŬĂŶ dĞƌďĂŶŐ ĞƌĚĂƐĂƌŬĂŶ 'ĞũĂůĂ †‹†ƒ’ƒ–ƒ ͸ǡ͸Ψ †ƒ ‰‡ŒƒŽƒ Š‹’‘•‹ƒ ›ƒ‰ ’ƒŽ‹‰
,ŝƉŽŬƐŝĂ^ĂĂƚWĞŶĞƌďĂŶŐĂŶ •‡”‹‰†‹Œ—’ƒ‹„‡”—’ƒ‰‡ŒƒŽƒ•‡•ƒ•‡„‡•ƒ”ͳͶǡ͸ΨǤ18
'ĞũĂůĂ,ŝƉŽŬƐŝĂ Adapun pada penelitian ini didapatkan proporsi gejala
Ya dŝĚĂŬ dŽƚĂů
Variabel hipoksia pada penerbangan adalah 8,3% (3 orang dari
Ŷ;йͿ Ŷ;йͿ N
FEV1йpredicted ͵͸‘”ƒ‰Ȍ†‡‰ƒ‡Ž—Šƒ„‡”—’ƒ”ƒ•ƒ•‡•ƒǤ
> 50% prediksi 2 (7,7) 24 (92,3) 26 Penurunan PaO2 •‡…ƒ”ƒ ϐ‹•‹‘Ž‘‰‹• †‹†ƒ’ƒ–ƒ
чϱϬйƉƌĞĚŝŬƐŝ 1 (10,0) 9 (90,0) 10
ĞƌũĂůĂŶхϱϬŵĞƚĞƌ sebanyak 5 mmHg tiap satu dekade pada mereka
Ya 2 (5,7) 33 (94,3) 35 dengan usia lebih dari 40 tahun. Dengan nilai dasar
Tidak 1(100,0) 0 (0,0) 1 PaO2 yang rendah maka pada saat di penerbangan
^ƉKϮ
> 95% 0 (0,0) 10 (100,0) 10 penurunan PaO2 didapatkan hasil yang lebih rendah.43
92-95% tanpa 2 (18,2) 10 (81,8) 12 Usia subyek penelitian ini semuanya diatas 40 tahun,
ĨĂŬƚŽƌƌŝƐŝŬŽ*
92-95% dengan 0 (0,0) 11 (100,0) 11 ͷʹǡͺΨ „‡”—•‹ƒ †‹ƒ–ƒ• ͸Ͳ –ƒŠ—Ǥ ƒ–— ‘”ƒ‰ †‡‰ƒ
ĨĂŬƚŽƌƌŝƐŝŬŽ* —•‹ƒ Ž‡„‹Š †ƒ”‹ ͸Ͳ –ƒŠ— ‡‰ƒŽƒ‹ ‰‡ŒƒŽƒ Š‹’‘•‹ƒ
< 92% 1 (33,3) 2 (66,7) 3
dan dua orang dengan usia kurang dari sama dengan
Keterangan:
Ύ ĨĂŬƚŽƌ ƌŝƐŝŬŽ ĂŶƚĂƌĂ ůĂŝŶ͕ ŚŝƉĞƌŬĂƉŶĞĂ͕ &s1 prediksi kurang dari 50%, ͸Ͳ –ƒŠ—Ǥ ƒ†ƒ ’‡†‡”‹–ƒ  ’‡—”—ƒ ƒƒ
ŬĂŶŬĞƌ ƉĂƌƵ͕ ƉĞŶLJĂŬŝƚ ƉĂƌƵ ƌĞƐƚƌŝŬƟĨ͕ ŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶ ǀĞŶƟůĂƚŽƌ͕ ƉĞŶLJĂŬŝƚ
serebrovaskular, penyakit kardiovaskular, dan dalam enam minggu terjadi rendah dibandingkan dengan non-PPOK. Sehingga
eksaserbasi penyakit paru kronik atau penyakit jantung kronik.25
usia merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
dĂďĞů ϰ͘ WĞŶŝůĂŝĂŶ <ĞůĂŝŬĂŶ dĞƌďĂŶŐ ĚĂŶ <ĞũĂĚŝĂŶ 'ĞũĂůĂ kejadian hipoksia saat penerbangan,
,ŝƉŽŬƐŝĂ^ĂĂƚWĞŶĞƌďĂŶŐĂŶ Walaupun penurunan PaO2 secara teori terjadi
'ĞũĂůĂ,ŝƉŽŬƐŝĂ lebih besar dengan semakin bertambahnya usia,
dŽƚĂů
<ĞůĂŝŬĂŶƚĞƌďĂŶŐΎ Ya dŝĚĂŬ
Ŷ;йͿ Ŷ;йͿ
Ŷ Christensen (2000) melaporkan penurunan PaO2 tidak
dĂŶƉĂŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶ 2 (6%) 31 (94%) 33 selalu menyebabkan tercetusnya gejala hipoksia.39
ŽŬƐŝŐĞŶ Renwicks (2001) menyatakan bahwa pada usia lebih
ĞŶŐĂŶŵĞŶŐŐƵŶĂŬĂŶ 1 (33%) 2 (67%) 3
ŽŬƐŝŐĞŶ lanjut terdapat penurunan respon ventilasi terhadap
Keterangan: hipoksia dan hiperkapnea, dan penurunan respon
Ύ ĞƌĚĂƐĂƌŬĂŶ ƌĞŬŽŵĞŶĚĂƐŝ ƌŝƟƐŚ dŚŽƌĂĐŝĐ ^ŽĐŝĞƚLJ͕ ĞƌŽƐƉĂĐĞ DĞĚŝĐĂů
ƐƐŽĐŝĂƟŽŶ͘40-41 sadar terhadap kejadian bronkokonstriksi. Orang tua
lebih lambat menyadari adanya kejadian hipoksia

Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 11
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL

dibandingkan dewasa muda.44 Pada orang tua non (84%). Dua puluh tiga subyek dengan komorbiditas
PPOK, hypoxia ventilatory response•ƒƒ–ƒ–‹˜‹–ƒ•ϐ‹•‹ tidak mengalami kejadian hipoksia, dimungkinkan
lebih meningkat pada usia lanjut dibandingkan dengan karena saturasi subyek tersebut masih baik (>90%).
dewasa muda. Sehingga adanya aktivitas di kabin, Dua subyek tanpa komorbiditas mengalami gejala
dimungkinkan akan lebih memicu kejadian sesak pada hipoksia, dimungkinkan karena adanya faktor lain yang
orang tua.45 ‡„ƒ‰‹ƒ —•‹ƒ Ž‡„‹Š †ƒ”‹ ͸Ͳ –ƒŠ— †ƒ berpengaruh selain komorbiditas, seperti: aktivitas
—”ƒ‰ ƒ–ƒ— •ƒƒ †‡‰ƒ ͸Ͳ –ƒŠ— —‰‹ —”ƒ‰ ϐ‹•‹›ƒ‰Šƒ”—•†‹‹Žƒ‹Ž‡„‹ŠŽƒŒ—–†‡‰ƒ–‡•„‡”ŒƒŽƒ
tepat pada penelitian ini, dikarenakan penurunan ‡ƒ ‡‹– ȋ͸Ȍ †‹ƒ”‡ƒƒ •ƒ–—”ƒ•‹ •—„›‡
fungsi paru terjadi hampir tiap satu dekade. Adapun tersebut berada diantara 92-95%;tidak dievaluasinya
sampel yang didapatkan terlalu kecil, sehingga sulit jumlah rokok dan pengaruh merokok 24 jam sebelum
untuk diambil kesimpulan. keberangkatan yang dapat meningkatkan kejadian
Subyek yang mengalami gejala hipoksia hipoksia; tidak dilakukannya pemeriksaan analisa
didapatkan pada semua subyek yang belum terdiagnosis gas darah (AGD), sehingga adanya hiperkapnea
PPOK sebelumnya. Pasien yang sudah terdiagnosis belum dapat disingkirkan; dan jumlah sampel yang
PPOK tidak mengalami gejala hipoksia dimungkinkan sedikit menyebabkan sulitnya untuk dapat menarik
karena subyek tersebut sudah rutin kontrol dan sudah kesimpulan dari hasil yang didapat.
mendapatkan pengobatan sebelumnya. Gejala hipoksia juga akan lebih sering tercetus
Pada subyek yang mengalami gejala hipoksia, pada mereka dengan FEV1% prediksi yang lebih rendah
semuanya merupakan perokok aktif dan riwayat dibandingkan dengan yang normal (p<0,001).11 Pada
perokok. Flethcer (2003) meneliti kebiasaan merokok penelitian ini gejala hipoksia didapatkan pada mereka
pada pilot, ditemukan kemampuan respon dan motorik dengan PPOK derajat sedang (dua subyek) dan derajat
mengalami penurunan.Ͷ͸Pada penerbangan komersial sangat berat (satu subyek). Hal ini sesuai dengan
belum didapatkan. Pengaruh merokok terhadap Christensen (2000), pada penelitian terhadap 15
hipoksia secara tidak langsung didapatkan oleh pasien PPOK dengan FEV1 kurang dari 50% prediksi.
karena pengaruh merokok tersebut terhadap PPOK.42 Pada ketinggian 2438 m (8000 kaki), tiga pasien PaO2
Merokok 3 batang rokok secara cepat dan berurut atau –—”—‡Œƒ†‹͸ǡ͹ƒ’ƒ†ƒ•ƒƒ–‹•–‹”ƒŠƒ–•‹•ƒ›ƒ’ƒ†ƒ
20-30 batang 24 jam sebelum keberangkatan akan saat aktivitas.39
menyebabkan peningkatan terjadinya ikatan jenuh CO
pada hemoglobin sebesar 8-10%.Ͷ͸ Penilaian Kelaikan Terbang Berdasarkan Faktor-
Komorbiditas berperan penting terhadap ƒ–‘”›ƒ‰‡’‡‰ƒ”—Š‹
‡ŒƒŽƒ ‹’‘•‹ƒ•ƒƒ–
perburukan dari fungsi paru. Komorbiditas ditemukan Penerbangan
pada 40% subyek. Komorbiditas sebagai kondisi yang Berdasarkan rekomendasi BTS didapatkan
sering ditemukan pada pasien PPOK. Pada pasien ͻͳΨ ȋ͵͵ †ƒ”‹ –‘–ƒŽ ͵͸ •—„›‡Ȍ Žƒ‹ –‡”„ƒ‰ –ƒ’ƒ
PPOK umumnya didapatkan komorbiditas yang dapat menggunakan oksigen. Dari 33 orang tersebut
disebabkan oleh karena dampak lama dari merokok sebanyak 11 subyek dengan SpO2 antara 92-95%,
dan faktor usia.11 memerlukan penilaian lanjutan untuk memperkirakan
Komorbiditas yang paling sering ditemui antara kebutuhan suplementasi oksigen saat penerbangan.
lain hipertensi, gangguan jantung, dislipidemia, dan Penilaian lanjutan yang direkomendasikan adalah tes
diabetes. Garcia-Olmos (2013) melaporkan sekitar hypoxia-altitude simulation test (HAST).ʹͷǡʹ͸ Tes HAST
90% pasien PPOK mempunyai komorbiditas, antara ini tidak dilakukan di pusat penerbangan di Indonesia.
lain hipertensi, dislipidemia, obesitas, diabetes.15 Alternatif tes lain adalah tes ruang hipobarik, walaupun
Coker (2007) merekomendasikan untuk memastikan tes ini tersedia di Indonesia, tes ruang hipobarik
adanya komorbiditas penyakit jantung dan pembuluh tidak digunakan sebagai evaluasi penumpang di
darah saat dilakukan pemeriksaan penderita dengan penerbangan komersial. Dillard (1995) meneliti
penyakit respirasi, dikarenakan gejala hipoksia dapat tidak ada perbedaan bermakna antara paparan
berupa sesak, berdebar-debar maupun nyeri dada.47 simulasi ruang hipobarik dengan tes HAST untuk
Satu subyek dengan komorbiditas mengalami memperkirakan nilai PaO2 saat di penerbangan.ͳ͸
gejala hipoksia dimungkinkan karena subyek tersebut Beberapa rumus persamaan juga dapat
mempunyai saturasi oksigen yang sangat rendah dilakukan untuk menggantikan tes HAST, rumus

12 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia

perhitungan yang lebih praktis menggunakan tersebut butuh pemeriksaan lanjutan atau tidak.49
data analisis gas darah dan spirometri. Tetapi dari Jika mengacu kepada Edvardsen 2012, walaupun
beberapa rumus perhitungan yang telah dibuat tidak tidak ditemukan faktor risiko, subyek tersebut harus
dapat memprediksi dengan akurat kejadian hipoksia dilakukan pemeriksaan SpO2 ͸Ǥ ‡–‡ŽƒŠ ‹–—
saat di penerbangan.15 Berdasarkan keterangan ahli dilanjutkan pemeriksaan HAST bila hasil SpO2͸
penerbangan Indonesia persamaan rumus ini juga ηͺͶΨǤ48
belum digunakan di Indonesia. Pada pengamatan lanjutan yang dilakukan pada
Edvardsen (2012) menggunakan nilai SpO2 ketiga subyek yang mengalami gejala hipoksia saat
’ƒ•ƒ †‹Žƒ—ƒ ͸Ǥ ‹ƒ †‹†ƒ’ƒ–ƒ ‹Žƒ‹ ’2 penerbangan, oleh peneliti lain dilaporkan mengalami
͸Ž‡„‹Š†ƒ”‹ͺͶΨ’‡†‡”‹–ƒ†ƒ’ƒ––‡”„ƒ‰ kejadian eksaserbasi akut PPOK saat pelaksanaan
tanpa menggunakan suplementasi oksigen, sedangkan ibadah haji.50
jika kurang dari nilai tersebut maka mutlak untuk
diberikan suplementasi oksigen saat penerbangan. Kapasitas Fungsi Paru
Algoritme yang diterapkan pada penelitian tersebut Sebanyak dua subyek dengan FEV1 lebih dari 50%
mempunyai nilai sensistivitas 80% (IK95% 40%- prediksi mengalami gejala hipoksia saat penerbangan,
ͳͲͲΨȌ †ƒ •’‡•‹ϐ‹•‹–ƒ• ͹ͳΨ ȋ ͻͷΨ ʹͻΨǦͳͲͲΨȌǤ48 dan satu subyek dengan FEV1 kurang dari 50%
Pada saat penelitian ini dilakukan panduan penilaian prediksi yang mengalami gejala hipoksia. Penderita
ini belum dipublikasikan, sehingga penelitian ini PPOK dengan FEV1 lebih dari 50% prediksi seharusnya
tidak mengacu pada algoritme yang dilakukan oleh laik terbang tanpa menggunakan oksigen, kecuali
Edvardsen (2012). ditemukan faktor risiko hipoksia lain seperti adanya
Tiga subyek dinilai harus terbang dengan komorbiditas, dan SpO2 yang rendah.25 Berdasarkan
menggunakan suplementasi oksigen. Tetapi derajat PPOK, dua subyek yang mengalami gejala
dikarenakan belum adanya peraturan tetap hipoksia berada dalam kategori derajat PPOK sedang,
tentang hal tersebut dan tidak adanya persiapan dan satu subyek termasuk dalam derajat PPOK sangat
sebelumnya, ketiga subyek tersebut tetap terbang berat.
tanpa menggunakan oksigen. Peneliti hanya Secara teoritis PPOK dengan FEV1 kurang dari
memberikan keterangan tertulis di buku kesehatan 50% prediksi akan mengalami kejadian hipoksia saat
dan catatan khusus kepada dokter kloter haji. Satu penerbangan. Tetapi pada penelitian ini didapatkan
dari tiga subyek yang dinilai harus terbang dengan satu dari tiga subyek dengan PPOK derajat sangat
suplementasi oksigen mengalami gejala hipoksia berat saja yang mengalami gejala hipoksia, dan tidak
saat di pesawat. Dua subyek lainnya ternyata dapat ƒ†ƒ •ƒ–—’— †ƒ”‹ ͸ •—„›‡  †‡”ƒŒƒ– „‡”ƒ– ›ƒ‰
terbang tanpa mengalami gejala hipoksia walaupun mengalami gejala hipoksia. Dimungkinkan karena
tidak menggunakan suplementasi oksigen sesuai tidak selalu kejadian hipoksia akan mencetuskan
yang direkomendasi pada penilaian kelaikan terbang. adanya gejala hipoksia. Seperti yang dilaporkan oleh
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena mekanisme Christensen (2000) pada penelitian terhadap 15
adapatasi pasien PPOK yang terbiasa dengan keadaan pasien PPOK dengan FEV1 kurang dari 50% prediksi
sedikit hipoksemia, sehingga walaupun secara dan SpO2 di permukaan laut > 94%, PaO2> 9.3 kPa. Pada
teoritis akan terjadi keadaan hipoksemia tetapi tidak ketinggian 2438 m (8000 kaki), tiga pasien PaO2 turun
bermanifestasi sebagai gejala klinis. Jika kedua subyek ‡Œƒ†‹͸Ǥ͹ƒ’ƒ†ƒ•ƒƒ–‹•–‹”ƒŠƒ–•‹•ƒ›ƒ’ƒ†ƒ•ƒƒ–
tersebut diperiksa AGD saat di pesawat dimungkinkan aktivitas. Tetapi semuanya tidak menunjukkan adanya
akan didapatkan hasil PaO2 yang rendah. gejala hipoksia.25 Edvardsen (2011) melaporkan bahwa
Dua subyek lainnya yang mengalami gejala tidak ada perbedaan bermakna dalam hal FEV1%
hipoksia pada pemeriksaan dikategorikan laik terbang prediksi antara yang bergejala hipoksia dan yang tidak
tanpa menggunakan oksigen jika mengacu kepada bergejala (p 0,197).18 Dua subyek dengan FEV1 kurang
panduan BTS 2002 dan 2004. Hal ini disebabkan dari 50% prediksi dapat berjalan lebih dari 50 meter
saturasi masih berkisar 92%-95% dan tidak –ƒ’ƒƒ†ƒ‡Ž—Šƒƒ’ƒ’—Ǥ‡ƒ’—ƒƒ–‹˜‹–ƒ•ϐ‹•‹
didapatkan adanya faktor risiko kejadian hipoksia. yang baik mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap
BTS 2011 tidak dijelaskan subyek dengan kategori tercetusnya gejala hipoksia saat penerbangan.

Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 13
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL

Saturasi Oksigen Setelah itu dilanjutkan pemeriksaan HAST bila hasil


British Thoracic Society merekomendasikan SpO2͸ηͺͶΨǤ48
SpO2 sebagai petanda untuk penilaian kelaikan
awal untuk melakukan penerbangan dan juga dapat Kemampuan Berjalan Lebih Dari 50 meter
menilai derajat keparahan secara klinis.48 Edvardsen Pada penelitian ini sebagian besar subyek masih
(2012) menyatakan bahwa nilai SpO2 dan PaO2 saat dapat melakukan aktivitas berjalan sejauh 50 meter
di permukaan laut mempunyai hubungan terhadap (97,2%). Satu subyek yang tidak dapat melakukan
nilai PaO2 saat penerbangan, didapatkan hasil r=0,47 aktivitas berjalan mengalami gejala hipoksia di
ȋ’ δͲǡͲͲͳȌ †ƒ ”αͲǡ͸Ͳ ȋ’ δͲǡͲͲͳȌǤ47 Pada penelitian penerbangan. Pada subyek ini ketidamampuan
ini dilakukan penilaian SpO2 dan didapatkan hasil, berjalan lebih dari 50 meter tanpa keluhan sejalan
subyek dengan SpO2 kurang atau sama dengan 95% dengan FEV1% prediksi yang rendah, seharusnya pada
sebesar 72,2% dengan rerata saturasi sebesar 94,3% subyek seperti ini diberikan suplementasi oksigen
(SB±2,47). Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil saat penerbangan. Terdapat hubungan yang bermakna
penelitian Van Dijk (2004) yang mendapatkan hasil antara tingkat FEV1 yang tinggi pada mereka yang rutin
ͻ͸ǡͷΨǤ51‡”‘ȋʹͲͲͺȌ‡›ƒ–ƒƒ„ƒŠ™ƒ͹͸Ψ•—„›‡ melakukan aktivitas berjalan selama 30 menit sehari
mempunyai SpO2 kurang dari 95%.23 Adapun Knower †‹„ƒ†‹‰ ›ƒ‰ –‹†ƒ ‡Žƒ—ƒ ȋ‘‡ϐ‹•‹‡ ‘”‡Žƒ•‹
(2001) melaporkan bahwa dalam penelitiannya lebih •‡„‡•ƒ”Ͳǡʹ•ƒ’ƒ‹†‡‰ƒͲǡ͸͵ȌǤ21 Hal ini juga sesuai
banyak didapatkan saturasi lebih dari 95%.52 Tiga dengan penelitian ini, dimana subyek yang tidak
subyek yang mengalami gejala hipoksia, semuanya mampu berjalan didapatkan nilai FEV1 yang rendah.
mempunyai SpO2 kurang dari atau sama dengan 95%. Secombe (2004) meneliti 11 pasien PPOK dengan
Satu subyek mempunyai SpO2 kurang dari 92% (nilai pemaparan FiO2 15%, pasien yang dapat berjalan
SpO2 yang didapatkan 84%), dan dua orang subyek lebih dari 50 meter mempunyai rerata saturasi yang
mempunyai nilai SpO2 sebesar 95%. Ž‡„‹Š–‹‰‰‹ͺͲǡʹΨ†‹„ƒ†‹‰͹͸ǡͺΨǤ7
Penderita PPOK dengan SpO2 kurang dari Selain kemampuan berjalan 50 meter, BTS juga
88% dikategorikan sebagai hipoksemia berat pada ‡”‡‘‡†ƒ•‹ƒ –‡• „‡”ŒƒŽƒ ͸ ‡‹– •‡„ƒ‰ƒ‹
saat istirahat. Pada pasien seperti ini pemberian penilaian awal sebelum penerbangan.7,29,48 Kekurangan
suplementasi oksigen atau terapi oksigen jangka tes berjalan lebih dari 50 meter ini memang belum
panjang menjadi suatu hal harus dipertimbangkan.53 tervalidasi, jika dibandingkan dengan tes berjalan
Pada subyek ini belum pernah mendapatkan •‡Žƒƒ͸‡‹–Ǥ55
suplementasi oksigen. Adapun subyek tersebut Pada penderita PPOK yang tidak dapat melakukan
seharusnya juga diberikan suplementasi oksigen aktivitas berjalan lebih dari 50 meter, masih dapat
saat penerbangan. Mereka yang belum menggunakan dipertimbangkan untuk melakukan penerbangan,
oksigen saat di darat, dilakukan pemberian nasal dengan syarat oksigen saat di pesawat harus tersedia
kanula 2 liter per menit. Sedangkan PPOK yang sebagai persiapan jika sewaktu-waktu tercetus gejala
sudah dalam terapi oksigen saat di darat, FiO2 saat hipoksia saat penerbangan. Tetapi pada mereka yang
penerbangan dinaikkan sampai dengan 33%. sudah sesak saat beristirahat, direkomendasikan
Pada dua pasien dengan rentang saturasi antara untuk tidak melakukan aktivitas penerbangan.37
92-95%, tindakan selanjutnya yang harus dilakukan Dengan jumlah jemaah haji yang banyak dan
adalah mencari faktor risiko lain, yaitu hiperkapnea, waktu yang terbatas, kemampuan berjalan lebih dari
FEV1 < 50% prediksi, kanker paru, penyakit paru 50 meter praktis dapat dilakukan oleh semua petugas
restriktif, menggunakan ventilator, penyakit kesehatan untuk menilai jemaah haji. Tes ini tidak
serebrovaskular, penyakit kardiovaskular, eksaserbasi membutuhkan pelatihan khusus seperti seperti tes
penyakit paru kronik dalam enam minggu terakhir „‡”ŒƒŽƒ ͸ ‡‹–ǡ •‡Š‹‰‰ƒ †‹Šƒ”ƒ’ƒ –‡• ‹‹ †ƒ’ƒ–
atau penyakit jantung kronik.ʹ͸ Jika didapatkan dijadikan penapisan awal untuk semua jemaah haji
faktor risiko tersebut maka yang harus dilakukan sebelum keberangkatan.
adalah merujuk untuk dilakukan pemeriksaan HAST.
Pada kedua subyek dengan saturasi antara 92-95%, Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian
walaupun tidak ditemukan faktor risiko, subyek Penelitian ini merupakan penelitian awal dalam
tersebut harus dilakukan pemeriksaan SpO2 ͸Ǥ menilai karakteristiak jemaah haji dengan PPOK

14 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia

dan kejadian tercetusnya gejala hipoksia pada saat DAFTAR PUSTAKA


penerbangan dan penilaian kelaikan terbang pada
1. Central department of statistics and informations kingdom of
jemaah haji Indonesia yang belum pernah dilaksanakan ƒ—†‹”ƒ„‹ƒǤ ƒŒŒʹͲͳͲ•–ƒ–‹•–‹…•Ǥȏ –‡”‡–ȐǤʹͲͳͳȏ†‹•‹–ƒ•‹ͳʹ
sebelumnya. Saat ini masih sedikit penelitian yang —Ž‹ʹͲͳͳȐǤ‹—†—Š†ƒ”‹ǣhttp://www.cdsi.gov.sa/english.
dilakukan berkaitan dengan kesehatan pada jemaah 2. Royal Embassy of Saudi Arabia. 2,8 million pilgrims participated
‹ ƒŒŒ ͳͶ͵ͳǤ  ȏ –‡”‡–ȐǤ ʹͲͳͲ ȏ†‹•‹–ƒ•‹ ͳͺ –‘„‡” ʹͲͳ͵ȐǤ
haji khususnya mengenai PPOK. Penelitian ini Diunduh dari; http://www.saudiembassy.net/latest_news/
news11181001.aspx
diharapkan dapat membantu Kementerian Kesehatan
3. Pane M.Laporan penyelenggaraan kesehatan haji tahun
dalam memperbaiki pelayanan kesehatan pada jemaah 2010. Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta 2011. Hal 1-25.
haji dengan menurunkan morbiditas dan mortalitas
4. Meysamie A, Ardakani HZ, Razavi SM, Doroodi T. Comparison
jemaah haji terutama penderita PPOK. morbidity and mortality rates among Iranian pilgrims in Hajj
Keterbatasan penelitian adalah adanya bias ʹͲͲͶƒ†ʹͲͲͷǤƒ—†‹‡† ʹͲͲ͸Ǣʹ͹ǣͳͲͶͻǦͷ͵Ǥ
5. Khan NK, Ishag AM, Ahmad MS, El-Sayed FM, Bachal ZA, Abbas
seleksi dimana tidak semua jemaah haji Embarkasi TG. Pattern of medical diseases and determinants of prognosis
Jakarta dapat diperiksa disebabkan waktu pemeriksaan of hospitalization during 2005 muslim pilgrimage (Hajj) in a
–‡”–‹ƒ”›…ƒ”‡Š‘•’‹–ƒŽǤƒ—†‹‡† ʹͲͲ͸Ǣʹ͹ǣͳ͵͹͵ǦͺͲǤ
jemaah haji yang terbatas walaupun sudah ͸Ǥ Tim Kesehatan Haji Indonesia. Pelatihan Tim Kesehatan Haji
mendapatkan bantuan tim kesehatan haji Embarkasi Indonesia Tahun 2008. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2008.
Jakarta. Gejala hipoksia juga tidak langsung dinilai
7. Seccombe LM, Kelly PT, Wong CK, Rogers PG, Lim S, Peters
oleh peneliti dikarenakan peneliti tidak ikut bersama  Ǥˆˆ‡…– ‘ˆ •‹—Žƒ–‡† …‘‡”…‹ƒŽ ϐŽ‹‰Š– ‘ ‘š›‰‡ƒ–‹‘
inpatients with interstitial lung disease and chronic obstructive
saat penerbangan tetapi berdasarkan pemeriksaan ’—Ž‘ƒ”›†‹•‡ƒ•‡ǤŠ‘”ƒšʹͲͲͶǢͷͻǣͻ͸͸Ȃ͹ͲǤ
dokter kloter yang menyertai subyek dan informasi 8. Peterson DC, Martin-Gill C, Guyette FX, Tobias AZ, McCarthy
dari subyek tentang gejala klinis hipoksia. Adanya CE, Harrington ST dkk. Outcomes of medical emergencies on
…‘‡”…‹ƒŽƒ‹”ϐŽ‹‡ϐŽ‹‰Š–Ǥ‰Ž ‡†ʹͲͳ͵Ǣ͵͸ͺǣʹͲ͹ͷǦͺ͵Ǥ
recall bias ataupun subyektivitas dari gejala hipoksia 9. ‘Š•‘ǤŠ‘‹…‘„•–”—…–‹˜‡’—Ž‘ƒ”›†‹•‡ƒ•‡ǣϐ‹–‡••–‘
diperkecil kemungkinannya dengan dalam memberikan ϐŽ›ǤŠ‘”ƒšʹͲͲ͵Ǣͷͺǣ͹ʹͻȂ͵ʹǤ
10. White P. Prevalence of COPD in primary care: no room for
pembekalan tentang PPOK pada jemaah haji dan …‘’Žƒ…‡…›Ǥ ƒ‹Ž›”ƒ…–‹…‡ʹͲͲͻǢʹ͸ǣͳǦʹǤ
tenaga kesehatan haji dalam hal ini dokter kloter yang 11.
‘‰ ǡ ƒ” ǡ ‘™ƒ Ǥ”‡ϐŽ‹‰Š– ‡†‹…ƒŽ •…”‡‡‹‰• ‘ˆ
akan berada di tanah suci bersama subyek penelitian. ’ƒ–‹‡–•Ǥ ƒŽ›•‹• ‘ˆ Š‡ƒŽ–Š ƒ† ϐŽ‹‰Š– …Šƒ”ƒ…–‡”‹•–‹…Ǥ Š‡•–
1993;104:788-94. Decramer M, Vestbo J, Bourbeau J, Celli B,
Pada buku kesehatan haji dilakukan pemberian tanda Hui D, Lopes Varela V dkk. Global strategy for the diagnosis,
management, and prevention of COPD. Global Initiative for
jemaah haji risiko tinggi dan disampaikan langsung Chronic Obstructive Lung Disease 2013.
kepada dokter kloter jemaah haji tersebut serta gejala- 12. Martin KT. Hypoxia : cause and symptoms. RC Educational
gejala hipoksia yang mungkin terjadi. ‘•—Ž–‹‰Ǥ ƒŽ‹ˆ‘”‹ƒǤ ʹͲͲͲǤ ȏ‹•‹–ƒ•‹ ʹͷ †‡•‡„‡” ʹͲͳ͵ȐǤ
Diunduh dari: http://www.rcecs.com/MyCE/PDFDocs/course/
V7004.pdf.
KESIMPULAN 13. Garcia-Olmos L, Alberquila A, Ayala V, Garcia-Sagredo P, Morales
L, Carmona M, de Tena-Davila MJ dkk. Comorbidity in patients
with chronic obstructive pulmonary diseases in family practice:
Pasien PPOK yang mengalami gejala hipoksia a cross sectional study. BMC Family Practice 2013; 14: 11.
14. Bradi AC, Faughnan ME, Stanbrok MB, Deschenes-Leek E,
didapatkan pada perokok aktif (10,5%), tidak Chapman KR.Predicting the need for supplemental oxygen
terdiagnosis PPOK sebelumnya (8,8%), PPOK derajat †—”‹‰ƒ‹”Ž‹‡ϐŽ‹‰Š–‹’ƒ–‹‡–•™‹–Š…Š”‘‹…’—Ž‘ƒ”›†‹•‡ƒ•‡ǣ
a comparison of predictive equations and altitude simulation.
•‡†ƒ‰ ȋͻǡͷΨȌǡ —•‹ƒ Ž‡„‹Š †ƒ”‹ ͸Ͳ –ƒŠ— ȋͷǡ͵ΨȌ †ƒ ƒ‡•’‹” ʹͲͲͻǢͳ͸ǣͳͳͻǦʹͶǤ
adanya komorbiditas (4,2%). Mengingat jumlah 15. ‹ŽŽƒ”† ǡ ‘‘”‡• ǡ ‹ŽŽ‡Ž‘ ǡ Š‹ŽŽ‹’• ǤŠ‡ ”‡ϐŽ‹‰Š–
Evaluation. A Comparison of the Hypoxia Inhalation Test With
subyek tidak memenuhi besar sampel minimal, hasil Hypobaric exposure. Chest 1995; 107:352-7.
’‡‡Ž‹–‹ƒ —‰‹ –‹†ƒ ‡‰‰ƒ„ƒ”ƒ ’”‘ϐ‹Ž ͳ͸Ǥ Martin SE, Bradley JM, Buick JB, Bradbury I, Elborn JS.Flight
assessment in patients with respiratory disease:hypoxic
populasi target yang sebenarnya.Adapun subyek challenge testing vs. predictive equations. Q J Med 2007;
dengan SpO2 lebih dari 95% (100%), mampu berjalan ͳͲͲǣ͵͸ͳȂ͹Ǥ
17. Cramer D, Ward S, Geddes D. Assessment of oxygen
lebih dari 50 meter (94,3%), dan FEV1 prediksi lebih •—’’Ž‡‡–ƒ–‹‘†—”‹‰ƒ‹”–”ƒ˜‡ŽǤŠ‘”ƒšͳͻͻ͸ǢͷͳǣʹͲʹǦ͵Ǥ
dari 50% (92,3%) dapat melakukan penerbangan 18. Christensen CC, Ryg M, Refvem OK, Skjùnsberg OH.Development
tanpa menggunakan oksigen. Dikarenakan jumlah of severe hypoxaemia in COPD patients at 2,438 m (8,000 ft)
ƒŽ–‹–—†‡Ǥ—”‡•’‹” ʹͲͲͲǢͳͷǣ͸͵ͷǦͻǤ
subyek tidak memenuhi besar sampel minimal, agar 19. Hartman JE, Boezen HM, HG de Greef M, Bossenbroek L, Hacken
penelitian dapat dilakukan analitik lebih lanjut perlu NHT. Consequences of Physical Inactivity in Chronic Obstructive
Pulmonary disease. Expert Rev Resp Med. 2010; 4:735-45.
dilakukan pengambilan sampel dengan metode 20. Enright PL, Sherrill DL. Reference Equations for the Six-
consecutive sampling yang merata di setiap kloter haji Minute Walk in healthy adults. Am J Respir Crit Care Med
1998;158:1384–7.
pada embarkasi yang akan diteliti.

Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 15
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL

21. Akerø A, Christensen CC, Edvardsen A, Ryg M, Skjønsberg 38. Renwicks DS. Bretahlessness and quality of live in old age. Age
OH.Reference Equations for the Six-Minute Walk in healthy and Ageing 2001; 30: 110-2.
adults. x Am J Respir Crit Care Med 1998;158:1384–7. 39. Akerø A, Christensen CC, Edvardsen A, Ryg M, Skjønsberg
22. Darwish AAM. Aerospace medicine. The Internet Journal of  Ǥ—Ž•‡ ‘š‹‡–”› ‹ –Š‡ ’”‡ϐŽ‹‰Š– ‡˜ƒŽ—ƒ–‹‘ ‘ˆ ’ƒ–‹‡–• ™‹–Š
Pulmonary Medicine. 2003;3: 2. chronic obstructive pulmonary disease. Aviat Space Environ
23. Boldy DAR, Buchdahl R, Cramer D, Denison D, Gradwell DP, Med 2008;79:518-24.
Hughes JMB, dkk.Managing Passengers with Respiratory Disease 40. Tan WC, Seale JP, Charaoentarakul S, de Guia T, Ip M, Mahayiddin
Planning Air Travel. British Thoracic Society Recommendations. †Ǥ’”‡˜ƒŽ‡…‡‹ͳʹ•‹ƒǦƒ…‹ϐ‹……‘—–”‹‡•ƒ†”‡‰‹‘•ǣ
British Thoracic Society Standards of Care Committee 2004. projections based on the COPD prevalence estimation model.
24. Knoblauch RL, Pietrucha MT, Nizsburgh M.Study Compares Respirology 2003; 8:192-8.
Older and Younger pedestrian walking speeds. Road engineering 41. Edvardsen A, Aina Akerø A, Hardie JA, Ryg M. High prevalence of
journal 1997;3:4. respiratory symptoms during air travel in patients with COPD.
25. Aerospace Medical Association.Medical guidelines for airline ‡•’‹”ƒ–‘”›‡†‹…‹‡ʹͲͳͳǢͳͲͷǣͷͲǦ͸Ǥ
travel. 2nd edition. Aviation, space, and environmental medicine 42. Stockley RA, Maninno D, Barners PJ. Burden and Pathogenesis of
2003:74;5. Š”‘‹…‘„•–”—…–‹˜‡—Ž‘ƒ”›Ǥ”‘…Š‘”ƒ…‘…ʹͲͲͻǢ͸ǣͷʹͶǦ͸Ǥ
ʹ͸Ǥ Manninno D M, Buist A S.Global Burden of COPD: risk factor, 43. Lhuissier FJ. Ageing and cardiorespiratory response in hypoxia.
’”‡˜ƒŽ‡…‡ǡƒ†ˆ—–—”‡–”‡†•Ǥƒ…‡–ʹͲͲ͹Ǣ͵͹Ͳǣ͹͸ͷǦ͹͵Ǥ Š›•‹‘ŽʹͲͳʹǢʹͳǣͷͶ͸ͳǦ͹Ͷ
27. Crapo RO, Casaburi R, Coates AL, Enright PL, Macintyre NR, 44. Fletcher JF. Comparison of simulated high altitude pilot effective
Mckay RT et al. ATS Statement: Guidelines for the Six-Minute performance time between habitual smokers and non-smokers.
ƒŽ‡•–ǤǤ Ǥ‡•’‹”Ǥ”‹–Ǥƒ”‡‡†ʹͲͲʹǢͳ͸͸ǣͳͳͳǦ͹Ǥ Journal of Human Performance in Extreme Environments
28. Redelmeier DA, Bayoumi AM, Goldstein RS, Guyatt 2003;7:24-9
GH.Interpreting small differences in functional status: the Six 45. Coker RK, Shiner RJ, Partridge MR. Is air travel safe for those
Minute Walk test in chronic lung disease patients. Am J Respir ™‹–ŠŽ—‰†‹•‡ƒ•‡Ǥ—”‡•’‹” ʹͲͲ͹Ǣ͵ͲǣͳͲͷ͹Ǧ͸͵Ǥ
Crit Care Med 1997; 155: 1278-82. Ͷ͸Ǥ Edvardsen A, Akero A, Christensen CC, Ryg M, Skjonsberg OH.
29. Nishimura K. Dyspnea Is a Better Predictor of 5-Year Survival Air travel and chronic obstructive pulmonary disease: a new
Than Airway Obstruction in patients with COPD. Chest 2002; ƒŽ‰‘”‹–Šˆ‘”’”‡ǦϐŽ‹‰Š–‡˜ƒŽ—ƒ–‹‘ǤŠ‘”ƒšʹͲͳʹǢ͸͹ǣͻ͸ͶȂͻǤ
121:1434–40. 47. Ahmedzai S, Balfour-Lynn IM, Bewick T, Buchdahl R, Coker
30. Borg GA. Psychophysical bases of perceived exertion. Medicine RK, Cummin AR dkk. Managing passengers with stable
and science in sports and exercise 1982;14:377-81. respiratory disease planning air travel: British Thoracic Society
31. Akerø A, Christensen CC, Edvardsen A, Skjønsberg ”‡…‘‡†ƒ–‹‘ʹͲͳͳǤŠ‘”ƒšʹͲͳͳǢ͸͸ǣͳǦ͵ͲǤ
OH.Hypoxaemia in chronic obstructive pulmonary disease 48. Sakti A. Proporsi dan sebaran faktor risiko eksaserbasi akut
’ƒ–‹‡–• †—”‹‰ ƒ …‘‡”…‹ƒŽ ϐŽ‹‰Š–Ǥ —” ‡•’‹”  ʹͲͲͷǢ ʹͷǣ PPOK jamaah haji Embarkasi Jakarta pada tahun 2011- 2012
725–30. ȏ‡•‹•ȐǤ ƒƒ”–ƒǣ‹˜‡”•‹–ƒ• †‘‡•‹ƒǢʹͲͳ͵Ǥ
32. Sutoyo D, Setyanto D, Rengganis I, Yunus F, Sundaru H. Pedoman 49. Van Dijk EJ, Vermeer SE, de Groot JC, van de Minkelis J, Prins
Tatalaksana Asma.Dewan Asma Indonesia. Jakarta. 2011. ND, Oudkerk M0- dkk. Arterial oxygen saturation, COPD, and
33. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Pengurus cerebral small vessel disease. J Neurol Neurosurg Psychiatry
Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2009. ʹͲͲͶǢ͹ͷǣ͹͵͵Ǧ͸Ǥ
34. Jusuf A, Syahruddin E, Wibawanto A, Icksan A, Juniarti Endardjo 50. Knower MT, Dunagan DP, Adair NE, Chin R. Baseline oxygen
S. Kanker paru, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di saturations predicts exercise desaturation below prescription
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. –”‡•Š‘Ž†‹’ƒ–‹‡–•™‹–ŠǤ”…Š –‡”‡†ʹͲͲͳǢͳ͸ͳǣ͹͵ʹǦ͸Ǥ
35. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan 51. Deog KK, Jacobson FL, Washko GR, Casaburi R, Make BJ, Crapo
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Kementerian JD. Clinical and radiographic correlates of hypoxemia and oxygen
Kesehatan RI. Jakarta 2010. therapy in the COPDGene study. Respir Med 2011;105:1211-21.
͵͸Ǥ Minas M, Hatzoglou C, Karetsi E, Papaionnoau AI, Tanou K, 52. Mohr LC. Hypoxia during air travel in adults with pulmonary
Tsaroucha R dkk. COPD prevalence and the differences between disease. Am J Med Sci 2008;335(1):71–79.
newly and previously diagnosed COPD patients in a spirometry 53. British Airway Health Service. Your patients and air travel, a
’”‘‰”ƒǤ”‹ƒ”›ƒ”‡‡•’‹”ƒ–‘”› ‘—”ƒŽʹͲͳͲǢͳͻǣ͵͸͵Ǧ͹ͲǤ ‰—‹†‡ –‘ ’Š›•‹…‹ƒǤ ȏ –‡”‡–Ȑ ”‹–‹•Š ‹”™ƒ› ‡ƒŽ–Š ‡”˜‹…‡Ǥ
37. Smith D, Toff W, Joy M, Dowdall N, Johnston R, Clark L dkk. ȏ†‹•‹–ƒ•‹ ͳ͵ ‡’–‡„‡” ʹͲͳ͵ȐǤ ‹—†—Š †ƒ”‹ǣ http://www.
‹–‡••–‘ϐŽ›ˆ‘”’ƒ••‡‰‡”•™‹–Š…ƒ”†‹‘˜ƒ•…—Žƒ”†‹•‡ƒ•‡Ǥ ‡ƒ”– britishairways.com/health/docs/before/airtravel_guide.pdf
ʹͲͳͲǢͻ͸ǣͳǦͳ͸

16 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014

You might also like