Professional Documents
Culture Documents
Oksigen Dengan Haji PDF
Oksigen Dengan Haji PDF
ABSTRACT
Background: The decreased pressure in aircraft cabins may cause hypoxia symptoms in patients with Chronic
ȋȌǤ ǡ
ϔ Ǧϔ
Ǧϔ
Ǥ
Objective: ϔ Ǧϔ Ǧϔ ϔǦǦϔ
supplementation based on pulmonary function test, oxygen saturation, and the ability to walk more than 50 meters
among pilgrims with COPD.
Methods: This is a desciptive study which was conducted during the pilgrimage season in 2011.
Results: ϔ
Ǥ Ǧϔ
ϔ ϔ Ǥ ǡ
ǦϔǤǤϔϔǡ
Ǥ
Ǧϔ
follows: current smokers (10.5%), not known to have COPD prior to health examination (8.8%), moderate COPD
ȋͿǤͻάȌǡͼͶȋͻǡάȌǡ
ȋͺǡάȌǤ
Conclusion: ϔϔǤ
ABSTRAK
Latar Belakang: Penurunan tekanan pada kabin pesawat dapat mencetuskan gejala hipoksia pada penderita
ȋȌǤ ϐ
penerbangan dan gambaran penilaian kelaikan terbang berdasarkan kemungkinan kejadian hipoksia saat
penerbangan pada jemaah haji dengan PPOK.
Tujuan: ϐ
ǡϐͷͲ
dengan PPOK.
Metode: Studi deskriptif yang dilakukan pada jemaah haji embarkasi Jakarta dengan PPOK saat pelaksanaan
ibadah haji tahun 2011.
Hasil: ͵ Ǥ Ǧ
didapatkan 33 subyek yang dinilai laik terbang tanpa menggunakan oksigen. Saat penerbangan didapatkan
tiga subyek mengalami gejala hipoksia. Dua orang berasal dari kelompok yang dinilai laik terbang tanpa Korespondensi :
menggunakan oksigen dan satu orang dari kelompok yang dinilai laik terbang dengan menggunakan oksigen. dr. M. Syahrir Azizi, SpPD
Karakterisitik subyek yang mengalami gejala hipoksia didapatkan pada perokok aktif (10,5%), tidak terdiagnosis E-mail :
ȋͺǡͺΨȌǡȋͻǡͷΨȌǡͲȋͷǡ͵ΨȌ dr.syahrir@gmail.com
(4,2%).
Kesimpulan: Sebagian besar penderita PPOK dapat melakukan penerbangan tanpa menggunakan oksigen.
Indonesian Journal of
CHEST
Kata kunci: Gejala hipoksia, PPOK, Jemaah haji.
Vol. 1, No. 1
March - May 2014
8
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 9
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL
embarkasi Jakarta dengan PPOK atau berisiko PPOK. ͳǤͻ͵ Ǥ
Sampel penelitian ialah populasi terjangkau yang keterbatasan, dilakukan seleksi data hanya pada
memenuhi kriteria inklusi PPOK dan menandatangani 9.084 orang. Selanjutnya didapatkan jemaah haji
surat persetujuan informed consent untuk ikut serta ͶͲͲͻͲǤ
dalam penelitian. Kriteria penerimaan: jemaah Kemudian dilakukan wawancara dan pemeriksaan
haji dengan PPOK asal keberangkatan embarkasi buku kesehatan haji, didapatkan 402 orang yang
Jakarta tahun 2011, usia 40 tahun atau lebih. Kriteria memiliki faktor risiko PPOK dan sudah terdiagnosis
ǣϐ PPOK sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan
lengkap, menderita penyakit paru kronik bukan PPOK pemeriksaan spirometri untuk menentukan diagnosis
(asma, TB paru, kanker saluran pernapasan), kesulitan Ǥ ͵
untuk berkomunikasi (penurunan kognitif, gangguan (8,9%) dengan PPOK. Sampel minimal tidak tercapai
bahasa), dan tidak bersedia ikut dalam penelitian. untuk dapat dilakukan analisis data, sehingga hasil
Subyek penelitian diambil dari seleksi data dilaporkan secara deskriptif.
SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu).
Calon subyek diseleksi dari jemaah haji yang berusia dĂďĞůϭ͘<ĂƌĂŬƚĞƌŝƐƟŬ^ƵďLJĞŬWĞŶĞůŝƟĂŶ
40 tahun atau lebih. Dari data jemaah haji tersebut Variabel Ŷ;йͿ
selanjutnya dilakukan penelaahan buku kesehatan hŵƵƌ
jemaah haji dengan melakukan anamnesis faktor risiko > 60 tahun 19 (52,8)
чϲϬƚĂŚƵŶ 17 (47,2)
PPOK sehingga didapatkan calon jemaah haji berisiko :ĞŶŝƐŬĞůĂŵŝŶ
PPOK dan subyek yang sudah terdiagnosis PPOK. Pria 35 (97,2)
Wanita 1 (2,8)
Subyek selanjutnya akan menjalani pemeriksaan dŝŶŐŬĂƚƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶ
spirometri, dan anamnesis kemampuan berjalan lebih Tidak sekolah 4 (11,1)
SD 17 (47,2)
dari 50 meter.
SMP 1 (2,8)
Subyek selanjutnya akan dicatat oleh dokter SMA 8 (22,2)
kloter sebagai jemaah risiko tinggi yang akan WĞƌŐƵƌƵĂŶƟŶŐŐŝ 6 (16,6)
ŝŬĞƚĂŚƵŝŵĞŶĚĞƌŝƚĂWWK<
mendapat pengawasan kejadian gejala hipoksia Ya 2 (5,6)
saat pelaksaanaan ibadah haji. Dokter kloter yang Tidak 34 (94,4)
ƐĂůĚĂĞƌĂŚ
menemani jemaah haji tersebut akan diberikan Banten 19 (52,7)
penjelasan tentang kriteria diagnostik PPOK sebelum DKI Jakarta 17 (47,3)
DĞƌŽŬŽŬĂŬƟĨ
ϐǤ Ya 19 (54,3)
Pernah merokok 15 (41,7)
Etika Penelitian Tidak 2 (4,0)
ĚĂŶLJĂŬŽŵŽƌďŝĚŝƚĂƐ
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Ya 24 (66,7)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksaserbasi Akut Hipertensi 10
Gangguan jantung 5
Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada Jemaah Haji Dislipidemia 4
Embarkasi Jakarta tahun 2011, yang dilakukan oleh Diabetes 2
CVD 1
Divisi Pulmonologi dengan peneliti utama dr.Anna Obesitas 1
Uyainah ZN, SpPD, K-P, MARS . Ethical clearance Hiperurisemia 1
mengacu kepada ethical clearance penelitian tersebut Tidak 12 (33,3)
<ĂƚĞŐŽƌŝĚĞƌĂũĂƚWWK<
di atas yang sudah dikeluarkan oleh Panitia Tetap Etik Derajat ringan 5 (13,9)
ͶͳȀͲʹǤ Ȁ Derajat sedang 21 (58,3)
ETIK/ 2011. Semua data rekam medis yang digunakan Derajat berat 6 (16,7)
Derajat sangat berat 4 (11,1)
akan dijaga kerahasiaannya.
ϐ
HASIL PENELITIAN Proporsi subyek yang mengalami gejala
hipoksia saat penerbangan sebesar 8,3% (tiga
Karakteristik Subyek Penelitian ȌǤ ϐ
Berdasarkan data keberangkatan haji asal hipoksia didapatkan lebih banyak pada usia kurang
embarkasi Jakarta, didapatkan total jemaah haji Ͳ ǡ ǡ
10 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 11
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL
dibandingkan dewasa muda.44 Pada orang tua non (84%). Dua puluh tiga subyek dengan komorbiditas
PPOK, hypoxia ventilatory responseϐ tidak mengalami kejadian hipoksia, dimungkinkan
lebih meningkat pada usia lanjut dibandingkan dengan karena saturasi subyek tersebut masih baik (>90%).
dewasa muda. Sehingga adanya aktivitas di kabin, Dua subyek tanpa komorbiditas mengalami gejala
dimungkinkan akan lebih memicu kejadian sesak pada hipoksia, dimungkinkan karena adanya faktor lain yang
orang tua.45 Ͳ berpengaruh selain komorbiditas, seperti: aktivitas
Ͳ ϐ
tepat pada penelitian ini, dikarenakan penurunan ȋȌ
fungsi paru terjadi hampir tiap satu dekade. Adapun tersebut berada diantara 92-95%;tidak dievaluasinya
sampel yang didapatkan terlalu kecil, sehingga sulit jumlah rokok dan pengaruh merokok 24 jam sebelum
untuk diambil kesimpulan. keberangkatan yang dapat meningkatkan kejadian
Subyek yang mengalami gejala hipoksia hipoksia; tidak dilakukannya pemeriksaan analisa
didapatkan pada semua subyek yang belum terdiagnosis gas darah (AGD), sehingga adanya hiperkapnea
PPOK sebelumnya. Pasien yang sudah terdiagnosis belum dapat disingkirkan; dan jumlah sampel yang
PPOK tidak mengalami gejala hipoksia dimungkinkan sedikit menyebabkan sulitnya untuk dapat menarik
karena subyek tersebut sudah rutin kontrol dan sudah kesimpulan dari hasil yang didapat.
mendapatkan pengobatan sebelumnya. Gejala hipoksia juga akan lebih sering tercetus
Pada subyek yang mengalami gejala hipoksia, pada mereka dengan FEV1% prediksi yang lebih rendah
semuanya merupakan perokok aktif dan riwayat dibandingkan dengan yang normal (p<0,001).11 Pada
perokok. Flethcer (2003) meneliti kebiasaan merokok penelitian ini gejala hipoksia didapatkan pada mereka
pada pilot, ditemukan kemampuan respon dan motorik dengan PPOK derajat sedang (dua subyek) dan derajat
mengalami penurunan.ͶPada penerbangan komersial sangat berat (satu subyek). Hal ini sesuai dengan
belum didapatkan. Pengaruh merokok terhadap Christensen (2000), pada penelitian terhadap 15
hipoksia secara tidak langsung didapatkan oleh pasien PPOK dengan FEV1 kurang dari 50% prediksi.
karena pengaruh merokok tersebut terhadap PPOK.42 Pada ketinggian 2438 m (8000 kaki), tiga pasien PaO2
Merokok 3 batang rokok secara cepat dan berurut atau ǡ
20-30 batang 24 jam sebelum keberangkatan akan saat aktivitas.39
menyebabkan peningkatan terjadinya ikatan jenuh CO
pada hemoglobin sebesar 8-10%.Ͷ Penilaian Kelaikan Terbang Berdasarkan Faktor-
Komorbiditas berperan penting terhadap
perburukan dari fungsi paru. Komorbiditas ditemukan Penerbangan
pada 40% subyek. Komorbiditas sebagai kondisi yang Berdasarkan rekomendasi BTS didapatkan
sering ditemukan pada pasien PPOK. Pada pasien ͻͳΨ ȋ͵͵ ͵ Ȍ
PPOK umumnya didapatkan komorbiditas yang dapat menggunakan oksigen. Dari 33 orang tersebut
disebabkan oleh karena dampak lama dari merokok sebanyak 11 subyek dengan SpO2 antara 92-95%,
dan faktor usia.11 memerlukan penilaian lanjutan untuk memperkirakan
Komorbiditas yang paling sering ditemui antara kebutuhan suplementasi oksigen saat penerbangan.
lain hipertensi, gangguan jantung, dislipidemia, dan Penilaian lanjutan yang direkomendasikan adalah tes
diabetes. Garcia-Olmos (2013) melaporkan sekitar hypoxia-altitude simulation test (HAST).ʹͷǡʹ Tes HAST
90% pasien PPOK mempunyai komorbiditas, antara ini tidak dilakukan di pusat penerbangan di Indonesia.
lain hipertensi, dislipidemia, obesitas, diabetes.15 Alternatif tes lain adalah tes ruang hipobarik, walaupun
Coker (2007) merekomendasikan untuk memastikan tes ini tersedia di Indonesia, tes ruang hipobarik
adanya komorbiditas penyakit jantung dan pembuluh tidak digunakan sebagai evaluasi penumpang di
darah saat dilakukan pemeriksaan penderita dengan penerbangan komersial. Dillard (1995) meneliti
penyakit respirasi, dikarenakan gejala hipoksia dapat tidak ada perbedaan bermakna antara paparan
berupa sesak, berdebar-debar maupun nyeri dada.47 simulasi ruang hipobarik dengan tes HAST untuk
Satu subyek dengan komorbiditas mengalami memperkirakan nilai PaO2 saat di penerbangan.ͳ
gejala hipoksia dimungkinkan karena subyek tersebut Beberapa rumus persamaan juga dapat
mempunyai saturasi oksigen yang sangat rendah dilakukan untuk menggantikan tes HAST, rumus
12 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia
perhitungan yang lebih praktis menggunakan tersebut butuh pemeriksaan lanjutan atau tidak.49
data analisis gas darah dan spirometri. Tetapi dari Jika mengacu kepada Edvardsen 2012, walaupun
beberapa rumus perhitungan yang telah dibuat tidak tidak ditemukan faktor risiko, subyek tersebut harus
dapat memprediksi dengan akurat kejadian hipoksia dilakukan pemeriksaan SpO2 Ǥ
saat di penerbangan.15 Berdasarkan keterangan ahli dilanjutkan pemeriksaan HAST bila hasil SpO2
penerbangan Indonesia persamaan rumus ini juga ηͺͶΨǤ48
belum digunakan di Indonesia. Pada pengamatan lanjutan yang dilakukan pada
Edvardsen (2012) menggunakan nilai SpO2 ketiga subyek yang mengalami gejala hipoksia saat
Ǥ
2 penerbangan, oleh peneliti lain dilaporkan mengalami
ͺͶΨ kejadian eksaserbasi akut PPOK saat pelaksanaan
tanpa menggunakan suplementasi oksigen, sedangkan ibadah haji.50
jika kurang dari nilai tersebut maka mutlak untuk
diberikan suplementasi oksigen saat penerbangan. Kapasitas Fungsi Paru
Algoritme yang diterapkan pada penelitian tersebut Sebanyak dua subyek dengan FEV1 lebih dari 50%
mempunyai nilai sensistivitas 80% (IK95% 40%- prediksi mengalami gejala hipoksia saat penerbangan,
ͳͲͲΨȌ ϐ ͳΨ ȋͻͷΨ ʹͻΨǦͳͲͲΨȌǤ48 dan satu subyek dengan FEV1 kurang dari 50%
Pada saat penelitian ini dilakukan panduan penilaian prediksi yang mengalami gejala hipoksia. Penderita
ini belum dipublikasikan, sehingga penelitian ini PPOK dengan FEV1 lebih dari 50% prediksi seharusnya
tidak mengacu pada algoritme yang dilakukan oleh laik terbang tanpa menggunakan oksigen, kecuali
Edvardsen (2012). ditemukan faktor risiko hipoksia lain seperti adanya
Tiga subyek dinilai harus terbang dengan komorbiditas, dan SpO2 yang rendah.25 Berdasarkan
menggunakan suplementasi oksigen. Tetapi derajat PPOK, dua subyek yang mengalami gejala
dikarenakan belum adanya peraturan tetap hipoksia berada dalam kategori derajat PPOK sedang,
tentang hal tersebut dan tidak adanya persiapan dan satu subyek termasuk dalam derajat PPOK sangat
sebelumnya, ketiga subyek tersebut tetap terbang berat.
tanpa menggunakan oksigen. Peneliti hanya Secara teoritis PPOK dengan FEV1 kurang dari
memberikan keterangan tertulis di buku kesehatan 50% prediksi akan mengalami kejadian hipoksia saat
dan catatan khusus kepada dokter kloter haji. Satu penerbangan. Tetapi pada penelitian ini didapatkan
dari tiga subyek yang dinilai harus terbang dengan satu dari tiga subyek dengan PPOK derajat sangat
suplementasi oksigen mengalami gejala hipoksia berat saja yang mengalami gejala hipoksia, dan tidak
saat di pesawat. Dua subyek lainnya ternyata dapat
terbang tanpa mengalami gejala hipoksia walaupun mengalami gejala hipoksia. Dimungkinkan karena
tidak menggunakan suplementasi oksigen sesuai tidak selalu kejadian hipoksia akan mencetuskan
yang direkomendasi pada penilaian kelaikan terbang. adanya gejala hipoksia. Seperti yang dilaporkan oleh
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena mekanisme Christensen (2000) pada penelitian terhadap 15
adapatasi pasien PPOK yang terbiasa dengan keadaan pasien PPOK dengan FEV1 kurang dari 50% prediksi
sedikit hipoksemia, sehingga walaupun secara dan SpO2 di permukaan laut > 94%, PaO2> 9.3 kPa. Pada
teoritis akan terjadi keadaan hipoksemia tetapi tidak ketinggian 2438 m (8000 kaki), tiga pasien PaO2 turun
bermanifestasi sebagai gejala klinis. Jika kedua subyek Ǥ
tersebut diperiksa AGD saat di pesawat dimungkinkan aktivitas. Tetapi semuanya tidak menunjukkan adanya
akan didapatkan hasil PaO2 yang rendah. gejala hipoksia.25 Edvardsen (2011) melaporkan bahwa
Dua subyek lainnya yang mengalami gejala tidak ada perbedaan bermakna dalam hal FEV1%
hipoksia pada pemeriksaan dikategorikan laik terbang prediksi antara yang bergejala hipoksia dan yang tidak
tanpa menggunakan oksigen jika mengacu kepada bergejala (p 0,197).18 Dua subyek dengan FEV1 kurang
panduan BTS 2002 dan 2004. Hal ini disebabkan dari 50% prediksi dapat berjalan lebih dari 50 meter
saturasi masih berkisar 92%-95% dan tidak Ǥϐ
didapatkan adanya faktor risiko kejadian hipoksia. yang baik mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap
BTS 2011 tidak dijelaskan subyek dengan kategori tercetusnya gejala hipoksia saat penerbangan.
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 13
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL
14 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014
Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelaikan Terbang Pasien PPOK pada Jemaah Haji Indonesia
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014 15
0RKDPDG6\DKULU$]L]L$QQD8\DLQDK=XONLÁL$PLQ0RKDPDG6HGLMRQR+DP]DK6KDWUL
21. Akerø A, Christensen CC, Edvardsen A, Ryg M, Skjønsberg 38. Renwicks DS. Bretahlessness and quality of live in old age. Age
OH.Reference Equations for the Six-Minute Walk in healthy and Ageing 2001; 30: 110-2.
adults. x Am J Respir Crit Care Med 1998;158:1384–7. 39. Akerø A, Christensen CC, Edvardsen A, Ryg M, Skjønsberg
22. Darwish AAM. Aerospace medicine. The Internet Journal of Ǥ ϐ
Pulmonary Medicine. 2003;3: 2. chronic obstructive pulmonary disease. Aviat Space Environ
23. Boldy DAR, Buchdahl R, Cramer D, Denison D, Gradwell DP, Med 2008;79:518-24.
Hughes JMB, dkk.Managing Passengers with Respiratory Disease 40. Tan WC, Seale JP, Charaoentarakul S, de Guia T, Ip M, Mahayiddin
Planning Air Travel. British Thoracic Society Recommendations. Ǥ
ͳʹǦ
ϐ
ǣ
British Thoracic Society Standards of Care Committee 2004. projections based on the COPD prevalence estimation model.
24. Knoblauch RL, Pietrucha MT, Nizsburgh M.Study Compares Respirology 2003; 8:192-8.
Older and Younger pedestrian walking speeds. Road engineering 41. Edvardsen A, Aina Akerø A, Hardie JA, Ryg M. High prevalence of
journal 1997;3:4. respiratory symptoms during air travel in patients with COPD.
25. Aerospace Medical Association.Medical guidelines for airline
ʹͲͳͳǢͳͲͷǣͷͲǦǤ
travel. 2nd edition. Aviation, space, and environmental medicine 42. Stockley RA, Maninno D, Barners PJ. Burden and Pathogenesis of
2003:74;5.
Ǥ
ʹͲͲͻǢǣͷʹͶǦǤ
ʹǤ Manninno D M, Buist A S.Global Burden of COPD: risk factor, 43. Lhuissier FJ. Ageing and cardiorespiratory response in hypoxia.
ǡǤ
ʹͲͲǢ͵ͲǣͷǦ͵Ǥ
ʹͲͳʹǢʹͳǣͷͶͳǦͶ
27. Crapo RO, Casaburi R, Coates AL, Enright PL, Macintyre NR, 44. Fletcher JF. Comparison of simulated high altitude pilot effective
Mckay RT et al. ATS Statement: Guidelines for the Six-Minute performance time between habitual smokers and non-smokers.
ǤǤ
ǤǤǤʹͲͲʹǢͳǣͳͳͳǦǤ Journal of Human Performance in Extreme Environments
28. Redelmeier DA, Bayoumi AM, Goldstein RS, Guyatt 2003;7:24-9
GH.Interpreting small differences in functional status: the Six 45. Coker RK, Shiner RJ, Partridge MR. Is air travel safe for those
Minute Walk test in chronic lung disease patients. Am J Respir Ǥ
ʹͲͲǢ͵ͲǣͳͲͷǦ͵Ǥ
Crit Care Med 1997; 155: 1278-82. ͶǤ Edvardsen A, Akero A, Christensen CC, Ryg M, Skjonsberg OH.
29. Nishimura K. Dyspnea Is a Better Predictor of 5-Year Survival Air travel and chronic obstructive pulmonary disease: a new
Than Airway Obstruction in patients with COPD. Chest 2002; ǦϐǤʹͲͳʹǢǣͻͶȂͻǤ
121:1434–40. 47. Ahmedzai S, Balfour-Lynn IM, Bewick T, Buchdahl R, Coker
30. Borg GA. Psychophysical bases of perceived exertion. Medicine RK, Cummin AR dkk. Managing passengers with stable
and science in sports and exercise 1982;14:377-81. respiratory disease planning air travel: British Thoracic Society
31. Akerø A, Christensen CC, Edvardsen A, Skjønsberg
ʹͲͳͳǤʹͲͳͳǢǣͳǦ͵ͲǤ
OH.Hypoxaemia in chronic obstructive pulmonary disease 48. Sakti A. Proporsi dan sebaran faktor risiko eksaserbasi akut
ϐǤ
ʹͲͲͷǢ ʹͷǣ PPOK jamaah haji Embarkasi Jakarta pada tahun 2011- 2012
725–30. ȏȐǤ
ǣǢʹͲͳ͵Ǥ
32. Sutoyo D, Setyanto D, Rengganis I, Yunus F, Sundaru H. Pedoman 49. Van Dijk EJ, Vermeer SE, de Groot JC, van de Minkelis J, Prins
Tatalaksana Asma.Dewan Asma Indonesia. Jakarta. 2011. ND, Oudkerk M0- dkk. Arterial oxygen saturation, COPD, and
33. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Pengurus cerebral small vessel disease. J Neurol Neurosurg Psychiatry
Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2009. ʹͲͲͶǢͷǣ͵͵ǦǤ
34. Jusuf A, Syahruddin E, Wibawanto A, Icksan A, Juniarti Endardjo 50. Knower MT, Dunagan DP, Adair NE, Chin R. Baseline oxygen
S. Kanker paru, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di saturations predicts exercise desaturation below prescription
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Ǥ
ʹͲͲͳǢͳͳǣ͵ʹǦǤ
35. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan 51. Deog KK, Jacobson FL, Washko GR, Casaburi R, Make BJ, Crapo
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2010. Kementerian JD. Clinical and radiographic correlates of hypoxemia and oxygen
Kesehatan RI. Jakarta 2010. therapy in the COPDGene study. Respir Med 2011;105:1211-21.
͵Ǥ Minas M, Hatzoglou C, Karetsi E, Papaionnoau AI, Tanou K, 52. Mohr LC. Hypoxia during air travel in adults with pulmonary
Tsaroucha R dkk. COPD prevalence and the differences between disease. Am J Med Sci 2008;335(1):71–79.
newly and previously diagnosed COPD patients in a spirometry 53. British Airway Health Service. Your patients and air travel, a
Ǥ
ʹͲͳͲǢͳͻǣ͵͵ǦͲǤ
Ǥ ȏȐ
Ǥ
37. Smith D, Toff W, Joy M, Dowdall N, Johnston R, Clark L dkk. ȏ ͳ͵ ʹͲͳ͵ȐǤ ǣ http://www.
ϐ
Ǥ britishairways.com/health/docs/before/airtravel_guide.pdf
ʹͲͳͲǢͻǣͳǦͳ
16 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 1 | March - May 2014