You are on page 1of 7

Umpan Balik yang Efektif

dr. Nindya Aryanty, M.Med.Ed

Pendahuluan

Artikel ini membahas tentang peran penting pemberian umpan balik dalam evaluasi
formatif mahasiswa. Dengan berkembangnya wacana prinsip self-regulated learning dalam
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning), kemampuan evaluasi diri
(self-assessment) dan refleksi kritis mahasiswa perlu dilatih sebagai modal dasar bagi
terwujudnya prinsip pembelajaran ini. Adapun tujuan akhir dari self regulated learning pada
mahasiswa adalah pencapaian kompetensi pembelajaran seumur hidup (longlife learning)
yang dewasa ini menjadi topik hangat dalam dunia pendidikan. Umpan balik efektif yang
diberikan oleh dosen diharapkan mampu memfasilitasi mahasiswa dalam pencapaian
kompetensi ini. Untuk itu dosen perlu memahami langkah-langkah pemberian umpan balik
yang efektif.

Peran Penting Pemberian Umpan Balik dalam evaluasi formatif

Evaluasi formatif bertujuan untuk memonitor sejauh mana pencapaian tujuan


pembelajaran oleh mahasiswa, dengan memberi ruang bagi peningkatan dan perbaikan proses
belajar-mengajar selanjutnya guna memfasilitasi mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan tersebut.1,2 Evaluasi formatif dapat dilakukan kapan saja dalam keseharian
proses belajar-mengajar; baik di ruang kelas, saat diskusi tutorial maupun pembelajaran
keterampilan klinik. Melalui pertanyaan yang diajukan untuk mengukur pemahaman
mahasiswa terhadap perkuliahan yang disampaikan, melalui pengamatan terhadap kelancaran
mahasiswa memparafrasekan hasil belajar mandirinya dalam diskusi tutorial maupun melalui
pengamatan terhadap kemampuan mahasiswa mendemonstrasikan keterampilan pemeriksaan
fisik yang dilatihkan; dosen dapat memonitor sejauh mana pencapaian mahasiswa terhadap
tujuan pembelajaran.

Agar mahasiswa dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya, ia perlu mengetahui


sudah sejauh mana pencapaiannya terhadap tujuan yang diharapkan, apa yang sudah baik dan
perlu ditingkatkan, serta apa yang belum benar dan perlu diperbaiki. Disinilah peran penting
pemberian umpan balik dari dosen dalam pembelajaran mahasiswa. Umpan balik
memberikan informasi mengenai performa mahasiswa terhadap pencapaian standar atau
kriteria yang diharapkan dalam pembelajaran. Disamping itu, pemberian umpan balik yang
efektif dengan menstimulus kemampuan refleksi mahasiswa selanjutnya akan mendorong
mahasiswa membangun kapasitas diri dalam memonitor, mengevaluasi dan menyusun
strategi-strategi belajar baru dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan,
yang disebut sebagai pembelajaran yang diregulasi dari keinginan dalam diri sendiri (self-
regulated learning).2 Ketika mahasiswa terlatih untuk meregulasi sendiri pembelajarannya
maka akan terbangun kompetensinya sebagai seorang pembelajar sepanjang hayat (life-long
learner)3.

Memandang sedemikian pentingnya peran pemberian umpan balik, badan akreditasi


institusi pendidikan kedokteran di Amerika Serikat dan Kanada, yaitu the Liaison Committee
on Medical Education (LCME) memasukkan proses pemberian umpan balik dalam penetapan
standar mengenai struktur dan fungsi institusi pendidikan kedokteran.4

“Each student should be evaluated early enough during a unit of study to


allow time for remediation. It is expected that course and clerkships
provide students with formal feedback during the experience so that they
may understand and remediate their deficiencies”
(LCME Standard ED 31)

Selain LCME, General Medical Council di Inggris pun menetapkan standard


kurikulum dan evaluasi bagi setiap institusi pendidikan kedokteran di sana dengan
mencantumkan pentingnya pemberian umpan balik kepada mahasiswa, sebagaimana tertuang
dalam Tomorrow’s doctor5 :

“Students must receive regular and consistent information about their


development and progress. Feedback about performance in assessments
helps to identify strengths and weaknesses, both in students and in the
curriculum, that allow changes to be made”

“Students must receive regular, structured and constructive appraisal


from their teachers during the mainly clinical years of the curriculum. This
allows the medical school to judge their clinical knowledge and
competence against the principles set out in Good medical practice. It
provides students with information about their progress and performance,
allowing them to deal with any areas of concern. This will also help
students prepare for the regular appraisal of their performance that will
take place once they are qualified”

Di Indonesia sendiri, baik Departemen Pendidikan Tinggi maupun Konsil Kedokteran


Indonesia belum secara eksplisit menjelaskan peran pemberian umpan balik bagi
pembelajaran mahasiswa di dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter, namun hal ini tentu
tidak menjadi alasan untuk mengesampingkan penerapan pemberian umpan balik yang efektif
sebagai salah satu bagian penting dalam pembelajaran mahasiswa dalam keseharian kita
sebagai dosen institusi pendidikan kedokteran di Indonesia.

Mengefektifkan Umpan balik informal

Pemberian umpan balik dapat berlangsung secara informal saat keseharian interaksi
dosen dan mahasiswa.6 Contohnya sesaat setelah atau ketika mahasiswa sedang
mendemonstrasikan pemeriksaan fisik maupun melakukan anamnesis, dosen dapat
memberikan umpan balik dan biasanya berlangsung singkat selama 5-10 menit. Disini,
umpan balik perlu diberikan dengan spesifik, fokus pada kelebihan mahasiswa dan
membantunya untuk memperbaiki performa yang perlu ditingkatkan7,8 : “Saya mengamati
Anda telah berhasil menggali informasi-informasi penting mengenai riwayat hepatitis kronik
dalam proses anamnesis, kini saya ingin menunjukkan pada Anda beberapa kondisi patologis
yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan hepar Ny. X ini”.

Umpan balik informal diberikan ketika memang diperlukan, pada situasi dimana
mahasiswa “terbuka” untuk menerimanya, dan sebaiknya pada saat atau sedini mungkin
setelah proses pembelajaran berlangsung.6,7,8 Agar umpan balik berlangsung efektif, dosen
harus mampu membangun dialog dengan mahasiswa dalam suasana yang positif. Oleh karena
itu, dosen dan mahasiswa perlu membangun pemahaman dan komunikasi yang baik, sikap
saling menghargai dan percaya.6,7

Umpan balik perlu diberikan tertutup secara individual, jika memungkinkan, terutama
jika umpan balik akan banyak membahas tentang hal negatif dari performa mahasiswa.
Dosen perlu menghindari pemberian umpan balik negatif di hadapan orang lain selain
mahasiswa yang bersangkutan, terutama pasien. Serta fokuskan pembahasan pada sikap atau
tingkah laku mahasiswa, dan bukan pada personalitasnya. Gunakan kata ‘saya’ dan berikan
pendapat mengenai sikap atau tingkah laku mahasiswa yang perlu diperbaiki secara
spesifik.6,7 “Saya melihat saat melakukan anamnesis tadi Anda berada pada posisi berdiri
sedangkan pasien dalam posisi duduk. Posisi berdiri menunjukkan posisi lebih berkuasa, dan
hal ini dapat membawa ketidaknyamanan bagi pasien”, daripada mengatakan “Anda tampak
menunjukkan sikap superioritas terhadap pasien”.

Mengefektifkan Umpan Balik Formal


Selain diberikan secara informal, umpan balik juga dapat diberikan secara formal,
yang biasanya terjadwal dan bertujuan untuk membahas performa mahasiswa selama suatu
periode waktu tertentu.6,7 Dosen dan mahasiswa bersama-sama menyepakati waktu, tempat,
dan topik yang akan dibahas dalam sesi umpan balik. Disini dosen perlu menyatakan dengan
jelas tujuan dari sesi pertemuan terjadwal ini adalah untuk memberikan umpan balik dan
bukan merupakan proses evaluasi.6,7

Dalam pemberian umpan balik, dosen perlu melatih kemampuan mahasiswa untuk
berperan secara aktif dalam memonitor, mengevaluasi, melakukan refleksi, dan
merencanakan pembelajarannya sendiri (self regulated learning) sehingga mahasiswa tidak
hanya terfokus pada dosen yang memberikan penjelasan satu arah tentang hasil observasinya
terhadap pembelajaran mereka berikut strategi belajar yang diperlukan untuk
meningkatkannya.8 Dosen dapat melatih kemampuan ini dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terbuka6,8 seperti :
“Apa yang Anda pikirkan mengenai proses tutorial Anda pada blok satu ini?”
“Menurut Anda, sudahkah Anda mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan pada skill
lab blok kardiovaskular ini?”
“Jika Anda memperoleh kesempatan lagi melakukan pemeriksaan terhadap pasien penderita
AIDS, bagaimana Anda akan bersikap? Sama seperti yang Anda lakukan saat ini atau akan
berbeda?”
Selanjutnya dosen mengarahkan mahasiswa untuk menganalisa kelebihan dan
kekurangan dari proses pembelajaran mereka sebelumnya, dan pada akhirnya mengajak
mahasiswa berpikir tentang strategi belajar apa yang perlu ia rencanakan untuk meningkatkan
proses pembelajaran selanjutnya.2,6

Dalam pembahasan mengenai conceptual model of self-regulation, Nicol dan


Macfarlane-Dick (2006) mengungkapkan bahwa ketika mahasiswa mendapatkan suatu tugas
atau pembelajaran, secara internal, masing-masing mahasiswa akan membangun interpretasi
mengenai konsep dan tujuan pembelajaran yang hendak mereka capai -yang terkadang
berbeda dengan apa yang diharapkan oleh dosen (misalnya mahasiswa lebih berorientasi pada
penyelesaian tugas dan lulus ujian, disamping pemahaman mendalam tentang pengetahuan)-
kemudian merencanakan dan melaksanakan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan
tadi.8 Konsep yang salah mengenai tujuan pembelajaran tentu akan menghalangi mahasiswa
untuk tetap berada pada ‘jalur’ yang benar dalam proses belajar. Sehingga didalam pemberian
umpan balik yang efektif, dosen perlu mengemukakan tujuan pembelajaran yang jelas kepada
mahasiswa, apa standar dan kriteria pencapaian yang diharapkan dari tugas atau pembelajaran
yang diberikan.2,8

Dengan berdasarkan standar dan kriteria pencapaian inilah, dosen menilai performa
mahasiswa dan memberikan umpan balik. Umpan balik perlu disampaikan secara jelas dan
spesifik6,7,9 , dapat dengan menggunakan struktur feedback sandwich, yaitu mendahulukan
komentar postif dan selanjutnya diikuti dengan penyampaian saran mengenai cara
meningkatkan performa yang masih kurang, dan diakhiri kembali dengan komentar positif
6,10
dan/atau dapat berupa penyampaian motivasi bagi mahasiswa seperti contoh berikut :
“Dari anamnesis, Anda telah berhasil menggali informasi sensitif mengenai riwayat
pemakaian narkoba pasien, namun Anda belum menanyakan informasi tentang status
pernikahan pasien yang akan berperan penting dalam pencegahan penularan penyakitnya.
Selain informasi ini, Anda secara keseluruhan telah berhasil membina kepercayaan dan
hubungan baik dengan pasien sehingga informasi-informasi sensitif perihal penyakit pasien
dapat Anda gali dengan mudah”. Dosen perlu menghindari penyampaian umpan balik yang
terlalu luas dan mengambang6,7 seperti “Anamnesis yang Anda lakukan belum lengkap”,
“Kerja Anda sangat baik” atau “Performa Anda masih kurang memuaskan”.

Dalam pemberian umpan balik, dosen dapat memberikan contoh atau langsung
mempraktekkan bagaimana performa yang benar. Langkah selanjutnya adalah memberikan
pemahaman bahwa kesalahan dan kekeliruan yang terjadi sebelumnya merupakan peluang
untuk belajar menjadi lebih baik dan fasilitasi mahasiswa untuk merencanakan strategi
pembelajaran yang tepat untuk memperbaikinya. Contohnya dengan memberikan pertanyaan
“Menurut Anda, apa yang perlu Anda lakukan agar lebih mahir dalam melakukan
pemeriksaan fisik abdomen? dan “Apakah dengan memperhatikan cara orang lain melakukan
pemeriksaan atau dengan melakukan pemeriksaan itu sendiri?” Dengan demikian, mahasiswa
akan lebih mudah dan fokus memahami pembelajaran apa yang harus ia tingkatkan dan
bagaimana caranya.2,9

Dalam keseluruhan penyampaian umpan balik, dosen perlu menjaga bahasa tubuh,
intonasi suara, ataupun kata-kata yang digunakan agar tidak berkesan menghakimi sehingga
mahasiswa dengan terbuka bersedia menerima informasi yang disampaikan. Secara aktif
mendengarkan respon yang diberikan mahasiswa dan menunjukkannya dengan
mempertahankan kontak mata dan bahasa tubuh yang positif, dosen akan membawa sesi
pemberian umpan balik ini pada dialog dua arah yang efektif.7
Umpan balik formal dapat diberikan per-individual mahasiswa (one-to-one basis) atau
diberikan untuk sejumlah mahasiswa bersama-sama dalam suatu diskusi kelompok kecil
(peer dialoge).6,8,10 Diskusi yang berlangsung di antara mahasiswa akan mengarahkan
mahasiswa untuk bersama-sama membangun perspektif mengenai masalah-masalah dalam
pembelajaran dan menyusun strategi pembelajaran. Secara tidak langsung, mahasiswa juga
akan belajar dari kekeliruan yang dilakukan mahasiswa yang lain dan membangun
pemahaman yang benar.8,10

Kesimpulan

Evaluasi formatif dengan disertai pemberian umpan balik yang efektif dalam
keseharian pembelajaran mahasiswa, jika dilakukan secara berkesinambungan akan
mengarahkan mahasiswa pada pencapaian tujuan belajar. Mahasiswa dapat memantau sendiri
peningkatan dalam perjalanan pembelajarannya yang secara tidak langsung akan
meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri mahasiswa bahwa ia terus dapat berusaha
menjadi lebih baik lagi dan akan berhasil dalam pembelajarannya (self efficacy).2 Selanjutnya
mahasiswa menjadi terbiasa untuk selalu memonitor sejauh mana pencapaian belajarnya,
melakukan evaluasi dan refleksi untuk menemukan strategi-strategi belajar yang tepat (self
regulated learning).

Sebaliknya, jika umpan balik hanya diterima mahasiswa dalam bentuk nilai akhir blok
atau semester yang hanya berupa angka ataupun nilai mutu, maka mahasiswa tidak akan
mendapat cukup informasi mengenai sejauh mana pencapaian tujuan belajar yang telah ia
peroleh, apa dan bagaimana yang harus dilakukan untuk menjadi lebih baik.9 Mahasiswa
tidak mendapatkan pemahaman bahwa pembelajaran adalah suatu proses, bahwa melakukan
kesalahan atau kekeliruan dalam proses belajar adalah lumrah, tetapi bagaimana ia mengenali
dan memperbaiki kesalahan atau kekeliruan itulah yang terpenting dalam proses
pembelajaran.
Daftar Pustaka

1. Ben-David M, 2009, Principles of assessment. In : A Practical Guide for Medical


Teachers, United Kingdom : Elsevier, pp.303-309
2. Cauley K, McMillan J, 2010, Formative assessment techniques to support student
motivation and achievement. The Clearing House, 83(1), 1-6
3. Dolmans D, De Grave W, Wolfhagen I, Van der Vleuten C, 2005, Problem-based
learning : future challenges for educational practice and research, Medical Education;
39 : 732-741
4. Liaison Committee on Medical Education, 2008, Function and structure of a medical
school. Diunduh dari http://www.lcme.org/functions2008jun.pdf, tanggal 9 Maret
2010
5. General Medical Council, 2003, Tomorrow’s doctors.
Diunduh dari http://www.sedem.org/tomorrowdoc.pdf, tanggal 9 Maret 2010
6. McKimm J, 2009, Giving Effective feedback, British Journal of Hospital Medicine,
Vol. 70, No 3
7. Krackov S, 2009, Giving feedback, In : A Practical Guide for Medical Teachers,
United Kingdom : Elsevier, pp.357-367
8. Nicol D, Macfarlane-Dick D, 2006, Formative assessment and self-regulated learning:
A model and seven principles of good feedback practice. Studies in Higher Education
Vol 31(2), 199-218
9. Davies A, 2000, Feedback..Feed forward : Using Assessment to boost literacy
learning, Primary Leadership, Vol.2 No. 3, Spring Issue, p. 53-55
10. Bloxham S, Boyd P, 2007, Developing effective assessment in higher education: a
practical guide, United Kingdom : Open University Press

You might also like