You are on page 1of 8

61

Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

KEMANTAPAN AGREGAT SETELAH APLIKASI BIOCHAR DI


TANAH LEMPUNG BERPASIR PADA PERTANAMAN JAGUNG
DI LAHAN KERING KABUPATEN LOMBOK UTARA

Suwardji 1), W.H. Utomo2) dan Sukartono1)


1) PusatPenelitian dan Pengembangan Lahan Kering Universitas Mataram
2) International Recearch Centre for Management of Degraded and Mining Lands, University of Brawijaya

Abstract
Evaluation of changeable agregat stability was done almost one year after application of
biochar during rainy season 2010/2011 of three cyles maize planting in dryland of North
Lombok. Three points of undisturbed soil samples in depth 0-20 cm were collected one
month after maize harvest of previously addedbiochar land. Site of soil sample was treated
by application of organic matter consisting of biochar coconut hust (BTK), biochar cow
manure (BKS), one season application of manure (PKA), each season aplication of manure
(PkB) and control (K : without soil amandement). The results showed that after one year
application of biochar increased the limited value stability of soil agregat. The value was
61,37% and 61,18% for BTK and BTS, respectivel, while for treatment of PkA, PkB dan
control gave value 58,44%, 66,62% and 57,11%. Increasing stability of soil agregat after
application of organic soil amandement positively correlated with i the increase of soil
organic and water soil retention. Therefore, experiment suggested that modification is
needed for application biochar and manure in long period of maize cropping pattern in
dryland of North Lombok.

Key words: biochar, soil aggregate stability, maize, dryland

Pendahuluan untuk pengembangan tanaman pangan


khususnya jagung dan produktivitasnya
Provinsi Nusa Tengara Barat (NTB),
masih sangat rendah (Suwardji, 2007).
memiliki potensi lahan kering yang cukup
Produktivitas tanaman yang rendah
besar yakni sekitar 1.807.463 ha atau 84%
tersebut berkaitan erat dengan karakteristik
dari luas wilayah NTB (Suwardji et al.,
tanah yang kurang memadai untuk
2004). Oleh karena itu pengembangan
mendukung pertumbuhan optimal
pertanian lahan kering untuk tanaman
tanaman yakni tanah bersifat porous,
pangan dan peternakan dalam arti luas
kemantapan agregat tanah lemah, dan yang
sangat prospektif dilakukan di wilayah
lebih ekstrim adalah tanah lempung
lahan kering NTB. Dari potensi
berpasir ini miskin bahan organik (C-
sumberdaya lahan kering NTB tersebut,
organik <1,0%) (Lolita dan Sukartono,
wilayah Kabupaten Lombok Utara
2007; Suwardji et al., 2007). Lebih jauh,
memiliki potensi lahan kering sekitar
tanah tersebut juga mempunyai
38.000 hektar untuk pengembangan
kemampuan retensi air dan kapasitas tukar
pertanian tanaman pangan dan sampai saat
kation tanah yang rendah (Suwardji et al.,
ini baru sekitar 30% yang dimanfaatkan
2007).
62
Suwardji, W.H. Utomo dan Sukartono / Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

Salah satu sifat fisik tanah lainnya yang pasiran lahan kering tersebut diharapkan
penting adalah stabilitas agregat tanah yang sebagai solusi alternatif untuk
berperan penting mempengaruhi fungsi meningkatkan kandungan C-organik tanah
tanah dalam menyediakan air, udara dan dan perbaikan sifat fisiko kimia tanah yang
unsur hara bagi pertumbuhan tanaman menunjang tata air dan hara yang memadai
(Suwardji dan Eberbach, 1998). Tanah untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
dengan kemantapan agregat yang lemah jagung.
dan miskin bahan organik memiliki Berbeda dengan bahan organik
kemampuan retensi air dan hara rendah lainnya, biochar sebagai pembenah tanah
sehingga kondisi fisik seperti ini memiliki sifat rekalsitran, lebih tahan
menyebabkan rendahnya efisiensi terhadap oksidasi dan lebih stabil dalam
pemupukan (Suwardji et al., 2007). tanah sehingga memiliki pengaruh jangka
Bahan organik merupakan salah satu panjang terhadap perbaikan kualitas
agensia pengikat partikel tanah terpenting kesuburan tanah (C-organik tanah dan
di daerah tropik. Sehingga rendahnya KTK) (Steiner et al., 2007). Biochar
bahan organik pada tanah lempung mempunyai waktu tinggal dalam tanah
berpasir lahan kering di wilayah ini cukup lama, sehingga penggunaan biochar
mempengaruhi kemantapan agregat tanah sebagai pembenah tanah selain
yang ada. Tidak mengherankan jika tanah memperbaiki sifat fisiko-kimia tanah juga
di wilayah lahan kering Kabupaten dapat merupakan penyimpan karbon
Lombok Utara, stabilitas agregat tanahnya (carbon sink) yang baik (Wolf, 2008). Glaser
tidak mantap serta retensi air dan hara yang et al. (2002) menunjukkan bahwa
rendah yang merupakan permasalahan pengkayaan tanah akan karbon melalui
utama dalam pengelolaan tanah pasiran penambahan biochar berpengaruh positif
lahan kering Kabupaten Lombok Utara. terhadap sifat tanah antara lain stabilitas
Variabel tersebut di atas menjadi faktor agregat tanah, KTK tanah, kandungan C-
kunci yang sangat menentukan keragaan organik tanah, retensi air dan hara.
pertumbuhan dan produktivitas tanaman Potensi biochar dalam perbaikan
pangan khususnya jagung dan kacang kesehatan tanah khsusnya di daerah tropika
tanah di lahan kering di Kabupaten basah sudah mulai banyak diungkap para
Lombok Utara. peneliti (Asai et.al. 2009; Chan et al. 2008;
Mencermati fenomena di atas maka Lehmann and Rondon, 2006), tetapi kajian
pengelolaan tanah yang berorientasi pada di lahan kering semi arid tropis masih
perbaikan kualitas tanah termasuk upaya sangat terbatas.
meningkatkan kemantapan agregat tanah Makalah ini menyajikan hasil evaluasi
sangat penting untuk diperhatikan dalam kemantapan agregat tanah pada sebuah
upaya optimalisasi pemanfaatan lahan percobaan lapangan aplikasi biochar di
kering pasiran untuk pengembangan tanah lempung berpasir (sandy loam) yang
tanaman pangan di Provinsi NTB. Praktek telah ditanami jagung dalam kurun waktu
pengelolaan ini dapat dilakukan dengan tiga musim tanam di lahan kering
penambahan bahan pembenah tanah yang Kabupaten Lombok Utara.
mempunyai pengaruh jangka panjang
dalam meningkatkan dan mempertahankan Metode Penelitian
stabilitas C-organik tanah. Salah satu bahan
yang memiliki sifat kemampuan seperti ini Pengambilan sampel tanah
adalah biochar. Penambahan bahan Pengambilan sampel tanah tidak terusik
pembenah tanah berbasis biochar di tanah untuk analisis stabilitas agregat dilakukan
63
Suwardji, W.H. Utomo dan Sukartono / Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

pada petak lahan bekas percobaan dipertahankan lembab dengan penyiraman


lapangan aplikasi biochar (Sukartono et al., air mencapai ± 80% kapasitas lapang.
2011) di tanah lempung berpasir di Desa Secara teknis seluruh kegiatan
Akar-Akar Kecamatan Bayan Kabupaten agronomis pertanaman jagung pada petak
Lombok Utara (08o13’6,70”–08o25’16,70” percobaan dilakukan sama untuk setiap
LS dan 116o19’18,17”–116o23’54,62” BT). siklus musim tanam jagung MT1, MT2 dan
Sampel tanah dalam ring sampel MT3. Benih jagung (hybrida) ditugal
(diameter 7,0 cm dan tinggi 5,2 cm) juga sebanyak 2 biji perlubang sedalam 5 cm.
diambil untuk untuk analisis retensi air dan Penugalan benih jagung dengan jarak
B.V. tanah. Sampel tanah diambil pada tanam 20 cm x 70 cm, dilakukan 7 hari
kedalaman 5-10 cm pada petak pertanaman setelah inkubasi bahan pembenah organik
jagung yang telah mendapat perlakuan (MT1). Pupuk anorganik yang digunakan
pembenah organik sebagai berikut: adalah Urea, SP-36 dan KCl. Pupuk
1. Biochar tempurung kelapa (BTK), pengandung P dan K diaplikasikan sebagai
2. Biochar kotoran sapi (BKS), pupuk dasar dengan takaran 75 kg P2O5/ha
3. Pupuk kandang hanya sekali aplikasi dan 75 kg K2O/ha Pupuk nitrogen (135 kg
(PkA), N/ha) diberikan dua kali yakni 40% (54 kg
4. Pupuk kandang aplikasi setiap musim N/ha) diberikan pada saat tanaman
tanam (PkB) dan berumur 21 HST(hari setelah tanam) dan
5. tanpa pembenah tanah (K). 60% (81 kg N/ha) pada umur 45 HST.
Sampel tanah (75 sampel dari 5 perlakuan Diakhir siklus MT3 (satu minggu setelah
x 3 ulangan x 5 titik) diambil secara acak panen jagung), evaluasi kemantapan
pada 5 titik setiap petak perlakuan. agregat dan kandungan particulate organic
Pengambilan sampel tanah terusik juga matter-C dan retensi air tanah dilakukan
dilakukan untuk penetapan POM-C di untuk setiap petak perlakuan.
akhir musim tanam ke-3 (MT3). Penetapan stabilitas agregat, particulate organic
Sejarah singkat petak bekas percobaan aplikasi matter-C dan retensi air tanah
biochar Analisis stabilitas agregat dilaksanakan
Petak perlakuan berukuran 3,5 m x 4 m menggunakan agregat lolos mata saring 4-
dengan tinggi bedeng 10 cm dan jarak 10 mm sekitar 400 g pada saat tanah dalam
antar petak perlakuan 0,5 m dan antar blok keadaan lembab. Ukuran agregat ini yang
1,2 m. Bahan pembenah organik (biochar dipilih karena agregat ukuran inilah yang
dan pupuk kandang) diberikan dengan stabilitasnya dipengaruhi oleh pengaruh
takaran 15 t/ha disebarkan dan pengelolaan tanah (Suwardji dan Eberbach,
dibenamkan secara merata pada kedalaman 1998). Bongkah tanah yang besar
10 cm bersamaan dengan pengolahan dipecahkan secara manual dengan tangan,
tanah. kemudian contoh tanah dimasukkan dalam
Biochar (BTK dan BKS) dan pupuk bejana plastik dan ditutup rapat selanjutnya
kandang (PkA) diaplikasikan hanya sekali disimpan dalam ruang dingin (4oC)
selama tiga musim tanam jagung yaitu satu sebelum dianalisis.
minggu sebelum tanam jagung pertama Analisis kemantapan agregat dilakukan
(MT1), sedangkan perlakuan 4 (PkB), dengan cara pengayakan kering dan basah
pupuk kandang diberikan setiap kali musim (Kertonegoro et al., 1998). Ayakan yang
tanam. Selang 7 hari sejak inkubasi digunakan adalah ayakan dengan diameter
pembenah organik, petak percobaan lubang 8,00 mm; 4,76 mm, 2,83 mm; 2,0
mm; 1,0 mm; 0,5 mm dan 0,30 mm. Rerata
64
Suwardji, W.H. Utomo dan Sukartono / Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

berat diameter (MWD) dihitung Hasil dan Pembahasan


menggunakan pendekatan: Stabilitas agregat tanah
MWD (Nyangamara et al.,
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap
2001). stabilitas agregat tanah (Gambar 1), terlihat
Xi = rata-rata diameter fraksi ukuran bahwa aplikasi pembenah organik (biochar
ke i dan pupuk kandang) mempunyai
Wi = proporsi berat agregat pada kontribusi terhadap meningkatnya nilai
fraksi ukuran ke i. stabilitas agregat tanah. Pupuk kandang
Nilai dari MWD pada pengayakan kering yang diaplikasikan setiap musim tanam
dan basah digunakan untuk menghitung jagung (PkB) menunjukkan nilai stabilitas
nilai kemantapan agregat sebagai berikut: agregat yang sebanding dengan stabilitas
agregat tanah yang diperlakukan dengan
Kemantapan agregat = {1: MWD kering- biochar. Perlakuan biochar menunjukkan
MWD basah)} x 100% nilai stabilitas agregat 61,37% dan 61,18%
(BTK dan BKS) dan aplikasi pukan setiap
Penetapan Particulate organic matter-C musim tanam (PKB) sebesar 66,62%.
(POM-C) dilakukan dengan fraksionasi Aplikasi tunggal pupuk kandang (PkA)
bahan organik pada ukuran partikel 250 tidak menyebabkan perubahan yang
µm, 150 µm dan 50 µm dengan substansial terhadap stabilitas agregat
pengayakan basah (Hairiah, 2011). tanah. Kecenderungan meningkatnya
Retensi air tanah diukur pada isapan stabilitas agregat tanah ini mempunyai
setara dengan pF 1,0; pF 2,0; pF 2,54 dan hubungan yang kuat dengan meningkatnya
pF 4,2. Kapasitas air tersedia dihitung dari kandungan particulate organic matter-C
perbedaan kandungan lengas tanah pF 2,54 (POM-C) dengan nilai r 0,60.
dan kandungan lengas pF 4,2.

70
Stabilitas agregat (%MWD)

60

50

40

30

20
BTK BKS PkA PkB K
KA 61.37 61.18 58.44 66.62 57.11

Gambar 1. Stabilitas agregat tanah (% MWD) pada sistem pertanaman jagung di tanah
lempung berpasir (sandy loam) di lahan kering Lombok Utara.
65
Suwardji, W.H. Utomo dan Sukartono / Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

Particulate organic matter-C (POM-C) kandang aplikasi setiap musim tanam


(PkB) secara konsisten lebih tinggi
Data POM-C pada beberapa petak
dibandingkan POM-C fraksi tanah yang
perlakuan pembenah organik setelah lahan
berasal dari petak tanpa pembenah. POM-
ditanami jagung selama tiga musim tanam
C fraksi halus (50 µm) dari sampel tanah
(Gambar 2) menjadi penguat peran
petak biochar dan perlakuan pupuk
pasokan pembenah organik terhadap
kandang setiap musim tanam (PkB)
stabilitas C-organik tanah. Kandungan
masing-masing 2,2 dan 1,8 kali lebih tinggi
POM-C yang diamati pada beberapa
dibanding POM-C tanah pada petak
ukuran fraksionasi (>250, 150 dan 50 µm),
kontrol.
menunjukkan bahwa tanah yang diberi
biochar (BTK dan BKS) dan pupuk

Gambar 2. Perbandingan particulate organic matter-C (POM-C) petak perlakuan biochar


dengan pupuk kandang diakhir MT3.

Kondisi ini berbeda dengan perlakuan PkA POM-C khususnya fraksi halus (50 µm)
yakni pupuk kandang yang hanya sebagaimana ditunjukkan Gambar 2, dapat
diaplikasikan sekali selama tiga siklus menjadi petunjuk yang nyata tentang
musim tanam tersebut, tidak menyebabkan perbaikan stabilitas C-tanah jangka
perubahan yang substansial terhadap panjang, karena POM-C tersebut
kandungan POM-C khususnya fraksi merupakan pool-C yang relatif lebih stabil
partikulat halus (50 µm). Lebih tingginya karena dapat membentuk formasi organo-
nilai POM-C petak perlakuan biochar dan clay-complexs atau ketika biochar juga
pupuk kandang setiap musim tanam (PkB), sebagai bagian dari fraksi mikro tersebut
khususnya POM-C fraksi halus (50µm), dapat berada dalam formasi biochar-organo-
menjadi indikasi awal peluang perbaikan clay complex yang lebih tahan terhadap
stabilitas agregat tanah jangka panjang, perombakan. Bahan organik tanah yang
karena fraksi tersebut merupakan pool-C berada dalam fraksi mikroagregat
yang lebih stabil dan kurang sensititif mengalami proteksi terhadap akses
terhadap pengelolaan tanah. Lebih detail perombakan sehingga menjadi lebih stabil
dapat diungkap bahwa meningkatnya nilai dari pada bahan organik yang berada pada
66
Suwardji, W.H. Utomo dan Sukartono / Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

makroagregat (Brodowski et al., 2006), tanah dapat memberikan andil yang cukup
terlebih ketika biochar sebagai bagian dari besar dalam pertukaran gas dalam tanah,
mikroagregat. Tentu hal ini membutuhkan menstabilkan susunan butir tanah,
prasarat bahwa agregat tersebut tidak sehingga mengurangi resiko perusakan
dirusak secara fisik seperti oleh pengolahan lapisan atas tanah oleh pukulan air hujan.
tanah dan terekspose kondisi oksidasi Tisdall dan Oades (1982) melaporkan
karena pengolahan tanah (Suwardji, 2004). bahwa C-organik tanah merupakan bahan
C-organik yang terdapat pada yang paling penting dalam stabilitas agregat
makroagregat (≥ 250 µm) lebih labil pada lapisan tanah atas tanah-tanah
sehingga keberadaannya dalam tanah lebih pertanian.
cepat mengalami perubahan dan Retensi air tanah
merupakan pool-C yang lebih peka
terhadap pengelolaan tanah (Tisdall dan Hasil evaluasi retensi air tanah dari contoh
Oades, 1982). Penelitian terdahulu oleh tanah yang diamati setelah tiga musim
Sukartono dan Suwardji (1999) melaporkan tanam (Gambar 3) menunjukkan bahwa
bahwa faktor kandungan bahan organik masukan bahan pembenah organik
tanah lebih dominan dari pada kandungan (biochar dan pupuk kandang)
kapur dan liat sebagai penentu stabilitas berkontribusi menaikkan retensi air tanah.
agregat tanah untuk lahan kering di Pulau Aplikasi biochar memberikan kontribusi
Lombok. Kontribusi C-organik yang terhadap meningkatnya kadar air tanah
sedemikian besar sangat beralasan karena kapasitas lapang (pF 2,5) sebesar 22-23%
bahan organik berperanan penting sebagai (BTK dan BKS), sedangkan pupuk
agen perekat partikel tanah menjadi unit kandang setiap musim tanam (PkB) sebesar
struktur yang lebih mantap (Tisdall dan 38% dan aplikasi tunggal pukan (PkA)
Oades, 1980). Stevenson (1982) sebesar 13%.
menjelaskan bahwa bahan organik dalam

Gambar 3. Retensi air tanah (A) pF 0; pF 1,0; pF 2,0; pF 2,5; pF 4,2 dan kapasitas air
tersedia tanah (B) pada berbagai perlakuan pembenah organik setelah tiga musim tanam
jagung.
67
Suwardji, W.H. Utomo dan Sukartono / Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

Meningkatnya kandungan air kapasitas Brodowski, S., John, B., Flessa, H. and
lapang yang signifikan setelah aplikasi Amelung, W. 2006. Aggregate-occluded
biochar juga telah dilaporkan oleh black carbon in soil. European Journal of
beberapa peneliti sebelumnya (Glaser et al., Soil Science 57(4): 539-546.
2002; Chan et al., 2007). Dalam kaitan Chan, K.Y., Van Zwieten, L., Meszaros, I.,
Downie. A. and Joseph, S. 2007.
dengan perbaikan retensi air tanah, Agronomic values of green waste biochar
Atkinson et al. (2010) menekankan bahwa as a soil amendment. Australian Journal of
manfaat yang besar dari penambahan Soil Research 45: 629–634
biochar terhadap meningkatnya Glaser B., Lehmann, J. and Zech, W. 2002.
kemampuan retensi air tanah hanya Ameliorating physical and chemical
ditunjukkan pada tanah berpasir. properties of highly weathered soils in the
tropics with charcoals A review. Biology.
and Fertility of Soils 35L 219 - 230.
Kesimpulan Lehmann, J., 2007. Bioenergy in the black.
Dalam waktu satu tahun (tiga siklus musim Front Ecology Environment 5: 381–387
tanam jagung), aplikasi biochar dapat Lehmann, J., Gaunt, J. and Rondon, M. 2006.
meningkatkan stabilitas agregat tanah Biochar sequestration in terrestrial
sebanding dengan pupuk kandang yang ecosystems. A review. mitigation and
adaptation strategies for global change.
diaplikasikan setiap musim tanam. Adanya
11:403-427.
peningkatan kemantapan agregat tanah Lolita, E.S. dan Sukartono. 2007. Respon
setelah aplikasi bahan pembenah organik tanaman bawang merah (Allium ascalonicum)
tersebut berkorelasi positif dengan yang diinokulasi MVA pada ragam cara
kandungan partikulate organic matter-C pemberian bahan organik dan jeda
(POM-C) dan retensi air tanah. pengairan di lahan kering Pulau Lombok.
Dengan demikian maka strategi Prosiding Kongres Nasional HITI 5-7
pengelolaan tanah berpasir di lahan kering Desember 2007, Yogyakarta.
Pulau Lombok harus mengacu pada Sukartono dan Suwardji. 1999. Anasir-anasir
pengelolaan tanah yang mampu yang bertanggung jawab terhadap stabilitas
memperbaiki atau meningkatkan agregat tanah dari berbagai jenis tanah dari
Pulau Lombok dan Sumbawa. Agroteksos 8
kandungan bahan organik tanah dalam
(4): 1-6.
jangka panjang yang dapat mempunyai Sukartono, Utomo, W.H., Nugroho, W.H. and
pengaruh yang positif terhadap perbaikan Kusuma, Z. 2011. Simple biochar
stabilitas agregat dan sifat-sifat fisika kimia production generated from cattle dung and
lainnya. Kondisi seperti ini sangat penting coconut shell. Journal of Basic and Applied.
dalam rangka mempertahankan Science Ressearch 10: 1680-1685.
produktivitas lahan kering untuk Sukartono, Utomo, W.H., Kusuma, Z. and
mendukung pengembangan agribisnis Nugroho, W.H. 2011. Soil fertility status,
tanaman pangan secara berkelanjutan. nutrient uptake, and maize (Zea mays L.)
yield following biochar and cattle manure
application on sandy soils of Lombok,
Daftar Pustaka Indonesia. Journal of Tropical Agriculture
Atkinson, C.J., Fitzgerald, J.D. and Hipps, 49 (1-2): 47-52, 2011
N.A. 2010. Potential mechanisms for Suwardji. 2004. Olah Tanah Konservasi untuk
achieving agricultural benefits from biochar Menuju Pertanian yang Berkelanjutan.
application to temperate soils: a review. University of Mataram Press. 128 halaman.
Plant and Soil 337: 1-18
68
Suwardji, W.H. Utomo dan Sukartono / Buana Sains Vol 12 No 1: 61-68, 2012

Suwardji dan Eberbach, P.L. 1998. Seasonal Suwardji, Tejowulan, R., Rakhman, A dan
changes of physical properties of an Oxic Munir, B. 2004. Rencana strategi
Paleustalf after 16 years of direct drilling or pengembangan lahan kering Provinsi NTB.
conventional cultivation. Journal Soil and Bappeda, NTB. pp157
Tillage Research 49: 65-77. Tisdal, J.M. and Oades, J.M. 1980. The effect
Suwardji, Suardiari, G. dan Hippi, A. 2007. of crop rotation on aggregation in Red
Meningkatkan efisiensi air irigasi dari brown Earth. Australian Journal of ournal
sumber air tanah dalam pada lahan kering Soil Research 18: 423-434
pasiran Lombok Utara menggunakan Tisdal, J.M. and Oades, J.M. 1982. Organic
teknologi irigasi sprinkler big gun. matter and water stable aggregate in soils.
Prosiding Kongres Nasional HITI IX, 5-7 Journal of Soil Science 33,:141-163
Desember 2007, Yogyakarta.

You might also like