You are on page 1of 13

MAKALAH DASAR K3

MATA KULIAH : DASAR K3


DOSEN PEMBIMBING : SUPRIATNA, SKM., M.Kes

DISUSUN OLEH : TRY SETIAWATI


NIM : PO. 71. 33. 0. 16. 4105

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan
karunianyalah saya dapat menyelesaikan tugas Dasar K3 ini yaitu sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan yang merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan pada
semester genap ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau pun untuk teman-teman
yang akan melakukan praktikum dengan tema yang sama. Namun, saya sadar bahwa
laporan saya ini masih banyak kekurangan jadi saya berharap kritikan yang dapat
membangun agar kedepannya akan lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi siswa dan guru.

Jambi, 18 November 2017

Try Setiawati
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya risiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Lingkungan kerja sering mengandung bermacam-macam bahaya kesehatan yang
bersifat kimia, fisik, biologis, dan psikososial. Perkembangan teknologi dan industrialisasi
menjadikan ilmu toksikologi berkembang secara cepat, begitu juga di dalam dunia industri
yaitu penggunaan bahan-bahan kimia yang sebenarnya sangat mempunyai dampak negative
pada tenaga kerja yang berada didalamnya. Selain bahan kimia masih banyak lagi hal-hal
disekitar lingkungan kerja yang dapat merugikan atau bersifat toksik bagi pekerja/ karyawan.
Sehingga dengan mempelajari toksikologi industri dapat dilakukan usaha-usaha
pencegahan bagi tenaga kerja yang dalam kerjanya sehari-sehari terpapar bahan beracun.
Usaha-usaha ini dapat dilakukan dengan cara mendesain proses kerja yang aman atau
memakai alat pelindung diri

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya yaitu :

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

BAB II
2.1 Pengertian
Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B table berkala
dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2. unsur ini bernomor atom 48, mempunyai bobot
atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih dan titik lelehnya berturutturut
765oC dan 320,9oC. Kadmiun merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30
tahun dan terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi kadmium yang
terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau,
hanya sejumlah kecil berasal dari air minum dan polusi udara. Pemasukan Cd melalui
makanan adalah 10 – 40 μg/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh. Rekomendasi
pemasukan Cd menurut gabungan FAO/WHO dengan batas toleransi tiap minggunya adalah
420 μg untuk orang dewasa dengan berat badan 60 kg. Pemasukan Cd rata-rata pada tubuh
manusia ialah 10 – 20 % dari batas yang telah direkomendasikan. Unsur Cd dapat
mengurangi jerapan ion-ion hara karena daya afinitas yang tinggi dari logam berat tersebut
pada kompleks pertukaran kation. Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai
greennocckite (CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium
merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara
bebas dan gas amonia (NH3). Di perairan Cd akan mengendap karena senyawa sulfitnya
sukar larut.

2.2 Sifat fisik dan sifat kimia


1. Sifat Fisik
a. Logam berwarna putih keperakan
b. Mengkilat
c. Lunak/Mudah ditempa dan ditarik
d. Titik lebur rendah
e. Akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang basah atau lembab dan akan
mengalami kerusakan bila terkena uap amonia dan sulfur hidroksida
2. Sifat Kimia
a. Cd tidak larut dalam basa
b. Larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer Cd
c. Cd tidak menunjukkan sifat amfoter
d. Bereaksi dengan halogen dan nonlogam seperti S, Se, P
e. Cd adalah logam yang cukup aktif
f. Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap coklat CdO
g. Memiliki ketahanan korosi yang tinggi
h. CdI2 larut dalam alcohol

2.3 Manfaat
1. Cadmium (Cd) digunakan sebagai bahan stabilitasi sebagai bahan pewarna dalam
industri plastik dan pada elektroplating.
2. Allay Cd digunakan sebagai pemandu peluru-peluru kendali. Substansi dari alloy Cd
digunakan sebagai bahan solder
3. Logam Cd dan senyawa Kadmium Nitrat sangat berguna dalam pengembangan
reaktor nuklir,berfungsi sebagai bahan untuk mengontrol kecepatan pemecahan inti
atom dalam rantai reaksi(reaksi berantai).
4. Senyawa CdS dan CdSeS banyak digunakan sebagai zat warna.
5. Senyawa Cd-sulfat(CdSO4) digunakan dalam industri baterai yang berfungsi untuk
pembuatan sel Weston karena mempunyai potensial stabil yaitu sebesar 1,0186 volt.
6. Senyawa Kadmium Bromida(CdBr2) dan kadmium ionida(CdI2) secara tebatas
digunakan dalam dunia fotografi.
7. Senyawa dietil Kadmium digunakan dalam proses pembuatan tetraetil-Pb.
8. Senyawa Cd-strearat banyak digunakan dalam perindustrian manufaktur polyvinil
clorida(PVC) sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer.
9. Selain itu,kadmium banyak digunakan dalam industri-industri ringan seperti pada
proses pengolahan roti,pengolahan ikan,pengolahan ikan,industri tekstil dan lain-lain.
10. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara lain pelapisan
logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan bakar. Bahan
bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung
Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai
170 ppm.

2.4 Sumber-sumber dan bahan polutan


Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya ada satu
jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan
bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini sangat jarang
ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi
sampingan dari peristiwa peleburan bijih-bijih seng (Zn). Biasanya pada konsentrat bijih
Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd. Di samping itu, Cd juga diproduksi dalam
peleburan bijih-bijih logam Pb(timah hitam) dan Cu(tembaga). Namun demikian, Zn
merupakan sumber utama dari logam Cd, sehingga produksi dari logam tersebut sangat
dipengaruhi oleh Zn.
Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke
perairan berasal dari:
1. Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.
2. Air bilasan dari elektroplating.
3. Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta
air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.
4. Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd sebagai
bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses korosi
dalam kurun waktu 4-12 tahun.
5. Pupuk phosfat dan endapan sampah
Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbal-tembaga-
seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan perairan yang sudah
terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan lingkungan perairan tidak
terlepas dari aktivitas manusia didarat maupun pada perairan. Sifat logam Cd yang
akumulatif pada suatu jaringan organisme serta sulit terurai. Kadmium dalam air juga
berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan
sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan
baterai alkali.
Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara
mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan ada
yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan minyak pelumas bekas
yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan
bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut.
2.5 Toksisitas Cd pada hewan darat (unggas)
Toksisitas logampada ayam komersial (pedaging dan petelur) jaradilaporkan ,
tetapi derajad konsentrasi Cd dalam pakan komersial baik ayam pedaging maupun ayam
petelur telah dilaporkan ( Rachmawati dkk; 1996). Dari 13 sampel pakan untuk ayam
pedaging dan 22 sampel untuk ayam petelur, ditemukan sampel yang kandungan
kadmiumnya melibihi batas rekomendasi (0,5 mg / kg) , yaitu sebanyak 23% untuk pakan
ayam pedaging. Sedangkan dari sampel pakan untuk ayam petelur ditemukan 50% yang
kandungannya melebihi batas rekomendasi.
Dari hasil penelitian laboratorium pada ayam broiler yang diberi pakan
mengandung Cd dalam dosis tinggi, terlihat adanya hambatan pertumbuhan ayam
tersebut.Hal ini mungkin disebabkan tejadinya inefisiensi penggunaan unsur nutrisi
dalam pakan karena pengaruh tosisitas Cd( Darmono dkk; 1996). Pada dosis pemberian
50 mg / kg Cd dalam pakan terjadi hambatan pertumbuhan mencapai 25% selama 1
Bulan , sedangkan pada dosis pemberian 100 mg / kg Cd hambatan pertumbuhan
mencapai 50%. Selain itu, pada dosis pemberian 100mg/kg Cd tersebut ditemukan
beberapa ekor ayam yang mengalami malformasi pada tulang kakinya(Ricketslrachitis).

2.6 Toksisitas Kadmium pada Manusia


Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan
Zn. Dalam industri pertambangan, Pb dan Zn proses pemurniannya akan selalu
memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk
ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Untuk mengukur kadmium intake ke dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran
kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses.
MEKANISME TOKSISITAS Cd
Sekitar 5% dari diet kadmium,diabsobsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd masuk
melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian
dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urine. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam
hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionein. Metalotinein mengandung unsur
sistein,dimana Cd terikat dalam gugus sulfhidril(-SH) dalam enzim seperti karboksil
sisteinil,histidil,hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar
pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga
menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh.
Plasma enzim yang diketahui dihambat Cd ialah aktivitas dari enzim alfa anti
tripsin. Terjadinya defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema dari paru dan hal
ini merupakan salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas Cd.
GEJALA TOKSISITAS Cd
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan dari pada
melalui saluran pencernaan. Kasus keracuan akut kadmuim kebanyakan dari
menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida(CdO). Dalam beberapa
jam setelah menghisap,korban akan mengeluh gangguan saluran pernafasan, nausea,
muntah,kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya
oedema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan hidup, akan terjadi emfisema atau
gangguan paru-paru dapat jelas terlihat.
Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil dalam waktu lama dan
gejalanya juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas(toksik
ginjal) yaitu gejala proteinuria,glikosuria dan aminoasiduria disertai dengan penurunan
laju filtrasi glumerulus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan
kadrdivaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan
ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu terjadi pada kasus keracunan
kronis kadmium. Selain itu, kadmium dapat menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea
karena terjadi interferensi daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam
ginjal.
INTERAKSI Cd DENGAN UNSUR NUTRISI
Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya Cd dalam tubuh
ialah seng,besi,tembaga,selenium,kalsium,piridoksin,asam askorbat dan protein yang
interaksinya bersifat antagonisme. Kebanyakan toksisitas Cd terjadi karena adanya
defisiensi unsur tersebut diatas yang mengakibatkan meningkatnya absorpsi Cd. Pada
umumnya rendahnya intake unsur nutrisi esensial mengakibatkan bertambah parahnya
toksisitas Cd, sedangkan intake yang tinggi dari unsur nutrisi esensial mengakibatkan
berkurangnya efek toksisitas Cd.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungannya
antara absorpsi Cd dengan cadangan Fe dalam tubuh. Percobaan pada orang(pria dan
wanita sukarelawan) yang diberi sarapan pagi mengandung 25 microgram Cd dalam
bentuk CdCl2, menunjukkan bahwa 8,9% orang terlihat gejala adanya deposit Fe yang
rendah, yang pada analisi serum feritin ditemukan kurang dari normal(<20
microgram/ml). Pada penelitian lain, menunjukkan baha pemberian suplemen asam
askorbat(0,5% dalam diet) dan substansi Fe dapat menurunkan konsentrasi Cd dalam hati
atau ginjal.

2.7 Dampak bagi Kesehatan Manusia dan Cara Penanggulangan/ Cara Pengobatan
1. Keracunan kadmium pada mausia
Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah
timbulnya pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan
keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang
menyebabkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya ditandai dengan ketidak-normalan tulang
dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd
adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pada pernapasan, sirkulasi darah,
penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan kerapuhan tulang.
Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama, cadmium dapat
menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual,
muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan
hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak tulang
(osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum
keracunan Kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk – batuk, dan
lemah.
Keracunan kronis terjadi bila memakan Cadmium (Cd) dalam waktu yang
lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronis seperti:
a. Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala
proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit
dimana terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat berakibat kencing
manis atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria atau
kandungan asam amino dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi
(penyaringan) glumerolus ginjal.
b. Cadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu
kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah maupun
tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena tingginya
aktifitas jaringan ginjal terhadap cadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu
dijumpai pada kasus keracunan Cadmium (Cd) krosik.
c. Cadmium dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya
diakibatkan kurangnya vitamin B yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang dikenal
dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-iatai . Kekurangan kalsium dapat
menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri dengan tegak tetapi
membungkuk.

2.8 Cara Pencegahan dan Pengobatan


Pencegahan utama dalam penanggulangan keracunan logam pada manusia
terutama terhadap bayi dan anak-anak perlu dilakukan dengan 2 hal yaitu
a. Hidup atau tinggal di lingkungan yang bersih dan bebas polusi.
b. Makan dan minum dari bahan makanan atau produk makanan yang berkadar logam
rendah. Bila terjadi kasus keracunan mak perlu segera dilakukan pengobatan.
PENGOBATAN
Pengobatan toksisitas Cd biasanya hanya bersifat suportif saja seperti pemberian
vitamin D untuk pengobatan nyeri tulang. Pengobatan dengan mengguanakan bahan kelat
tidak dianjurkan, walaupun dapat meningkatkan ekskresi Cd melalui ginjal, tetapi hal
tersebut juga dapat menyebabkan toksik pada ginjal. Kondisi tersebut terjadi karena
ikatan kompleks dari kelasi dapat menyebabkan reaksi disosiasi ginjal pada waktu terjadi
pembebasab Cd.

2.9 Dampak Bagi Lingkungan


Dalam strata lingkungan, logam cadmium(Cd) dan persenyawaannya ditemukan
dalam banyak lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd
akan dapat dijumpai di daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan,selain dalam air
buangan. Logam Cd juga membawa sifat racun yang dapat sangat merugikan semua
organisme hidup termasuk manusia.
Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh
biota perairan. Biota-biota yang tergolong crustacea akan mengalami kematian dalam
waktu 24-504 jam bila dalam badan air dimana rentang konsentrasi Cd dalam perairan
adalah 0,005-0,15 ppm. Untuk biota yang tergolong insecta akan mengalami kematian
24-672 jam dimana rentang konsentrasi Cd adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan untuk
perairan tawar,seperti ikan emas akan mengalami kematian dalam waktu 96 jam dengan
rentang konsentrasi Cd dalam perairan yaitu 1,092-1,104 ppm (Sumber : Murphy
P.M.,Unv. Of Wales Ins. Of tech and Sciences, 1974)
Logam kadmium atau Cd juga akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup. Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama
makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan tersebut telah terkontaminasi oleh logam Cd
dan atau persenyawaannya. Dalam tubuh biota perairan, jumlah logam yang terakumulasi
akan mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan air. Di
samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd
yang terakumulasi. Dimana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan
akumulasi Cd yang lebih banayak, sedangkan pada biota top level merupakan tempat
akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang
batas maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan
bahkan kemusnahan. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu tatanan
sistem lingkungan(ekosistem) ,karena salah satu mata rantainya telah hilang.
Pada hewan yang hidup di tanah dan bangssa mamalia, dimana dalam tubuh
mereka telah terakumulasi oleh Cd, maka Cd yang terakumulasi akan ditransfer oleh got
wall (celah dinding/kulit).
Logam atau persenyawaan Cd yang terdapat di udara dalam bentuk partikular,
akan dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuhan yang menyerap partikular Cd
akan mengalami peristiwa terjadinya hambatan terhadap penyerapan zat besi yang sangat
dibutuhkan oleh klorofil(zat hijau daun) tumbuhan.
CARA PENCEGAHAN
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan
menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses
pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta
beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis
dan reverse osmosis. Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia
(dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau bioremoval),
menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen
logam berat di lingkungan perairan tersebut.
Penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas
dua mekanisme yang melibatkan proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake
(bioakumulasi).
a. Proses aktif uptake
Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini
secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan
sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat
juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses
ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter
yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan
melibatkan sianobakteria dapat dilakukan dengan proses pertama, sianobakteria
pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang
tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka
waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat,
selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir,
biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk
digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan.
b. Proses pasif uptake
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben.
Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara
pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan
kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan
gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-
karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp.
dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi
Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui proses pertukaran kation.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B table berkala
dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2.Kadmiun merupakan racun bagi tubuh manusia.
Sifat Kadmium bisa berupa fisik maupun kimia. Kadmium telah digunakan secara meluas
pada berbagai industri antara lain pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai,
minyak pelumas, bahan bakar. Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan
timbal-tembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan
perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. Upaya penanganan pencemaran logam
berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan
senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar
ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan
karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis.

3.2 Saran
Saya sebagai penulis menyarankan kepada seluruh stakeholder agar mengawasi dan
menggunakan cadmium ini secara arif dan bijak.

Mengingat bahaya dan pencemaran yang ditimbulkan oleh kromium pada industri melalui
pemaparan terhadap manusia maupun limbah yang dihasilkan yang berdampak pada lingkungan,
maka pihak industri diharuskan untuk mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan. Kenyataan ini mendorong pihak industry untuk memilih cara pengolahan yang
efektif yang diharapkan akan mendapatkan kualitas limbah krom yang memenuhi syarat. Selain
itu, penggunaan APD juga diharapkan mampu mengurangi resiko pemaparan terhadap senyawa
bahaya dalam industry.

You might also like