You are on page 1of 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS KOTA KECAMATAN


LUT TAWAR KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2017

FITRI ANNAL
1505195198

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a degenerative disease that continues to increase


prevalence worldwide and most classified as DM type 2. Increased cases of DM
as a result of several risk factors that are lifestyle changes and diet. Patterns of
life and habits of people in the region Lut Tawar known mostly have a pattern of
life and habits that are less good.
The purpose of this study is to determine the factors that influence the
risk factors of physical activity, diet, smoking and body mass index against the
incidence of diabetes mellitus in Public Health Center District Lut Tawar Central
Aceh District. This research is a quantitative analytic research, with cross
sectional research design. The sample of this study is 100 patients who came to
the road treatment at Public Health Center. Sampling technique by Accidental
Sampling.
The result of this research shows that the result of bivariate analysis to
select multivariate analysis modeling candidate is statistically tested by using chi
square test found that those who do not enter the modeling candidate are smoking
variable becauseThe value of p> 0,05 (p = 0,647). While the entry into
multivariate modeling is physical activity (p <0.001), diet (p <0.001) and body
mass index (p <0.001). The result of multivariate using logistic regression is
known that most influence to the happening of Diabetes Mellitus that is diet
because has the biggest regression coefficient (B) with value 4,249.
It is advisable to the Public Health Center to promote early prevention
for people who have risk factors of family history of DM by doing periodic blood
glucose laboratory examination at least every 6 months and encourage them to
adjust the diet by reducing the portion of rice and sugar to increase fiber
consumption so obtained ideal body mass index.

Keywords: Risk Factors, Diabetes Mellitus

LATAR BELAKANG dibiarkan tidak terkendali dapat


Rumah sakit adalah sebuah menjadi komplikasi metabolik akut
Diabetes mellitus (DM) merupakan maupun komplikasi vaskuler jangka
suatu penyakit menahun yang panjang baik mikroangiopati maupun
ditandai dengan kadar glukosa darah makroangiopati.(1)
melebihi normal dan gangguan DM merupakan penyakit
metabolisme karbohidrat, lemak dan kronis yang ditandai dengan
protein yang disebabkan kekurangan hiperglikemia dan intoleransi
hormon insulin secara relatif maupun glukosa yang terjadi karena kelenjar
absolut. Bila hal ini terus menerus pankreas tidak dapat memproduksi

1
2

insulin secara adekuat karena tubuh urutan ke tujuh dunia dalam sepuluh
tidak dapat menggunakan insulin negara tertinggi penderita DM
yang diproduksi secara efektif atau dengan penderita 8,5 juta orang.(6)
keduanya. (2) Indonesia menempati
Faktor-faktor yang membuat peringkat pertama di Asia Tenggara,
seseorang terkena DM adalah faktor dengan prevalensi penderita
ras atau etnis, usia, obesitas, kurang sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun
gerak badan, keturunan, kehamilan, 2000 dan diproyeksi meningkat 2,5
infeksi, stress, dan obat obatan.(3) kali lipat sebanyak 21.257.000
Penelitian lainnya menyebutkan penderita pada tahun 2030. Dari total
faktor risiko DM dikelompokkan 242 juta penduduk Indonesia 7,6 juta
menjadi dua faktor utama dan satu hidup dengan DM.(7)
faktor pendukung, yaitu yang dapat Berdasarkan hasil Riset
dimodifikasi dan tidak dapat Kesehatan Dasar tahun 2013,
dimodifikasi sebagai faktor utama, prevalensi DM dari hasil wawancara
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi responden umur ≥15 di Indonesia
adalah ras/suku/etnik, umur, jenis juga terjadi peningkatan dari 1,1%
kelamin, riwayat keluarga dengan pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada
DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg tahun 2013 dari 33 provinsi, 31
dan riwayat lahir dengan berat badan provinsi menunjukkan kenaikan
rendah <2,5 kg sedangkan faktor prevalensi DM yang cukup berarti
yang dapat di modifikasi adalah berat dan provinsi Aceh dari 1,7% menjadi
badan lebih (IMT) >25 kg/m2, 2,6%.(8)
kurang aktivitas fisik, hipertensi, Di Propinsi Aceh, Menurut
dislipidemia (gangguan lemak darah) hasil survey yang dilakukan
HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida Kementerian Kesehatan pada tahun
>250 mg/dl, prediabetes, diet yang 2011, Aceh masuk dalam daftar
tidak sehat dan kebiasaan merokok. sembilan besar daerah Indonesia
(4) yang penduduknya banyak menderita
Ada beberapa faktor risiko penyakit DM. Diperkirakan
yang menyebabkan timbulnya jumlahnya mencapai 417.600 orang
penyakit diabetes mellitus tipe 2 atau sekitar 8,7% dari total penduduk
seperti pola makan dan aktivitas Aceh, Hasil surveilans terpadu
fisik. Pola makan merupakan penyakit berbasis puskesmas untuk
determinan terjadinya obesitas yang kasus baru DM di 23 kabupaten/kota
secara tidak langsung menyebabkan di Provinsi Aceh tahun 2013,
penyakit diabetes mellitus tipe 2.(5) penyakit DM menduduki ranking ke
Menurut statistik dari studi 6 dari 35 jenis penyakit yaitu
Global Burden of Disease jumlah sebanyak 4.573 penderita.(9)
penderita DM di dunia mencapai 382 Bedasarkan data dari
juta orang pada tahun 2013 pada usia Puskesmas Kota Kecamatan Lut
antara 45-59 tahun diprediksi akan Tawar Kabupaten Aceh Tengah,
meningkat 55% atau menjadi 592 bahwa penderita DM pada tahun
juta orang pada tahun 2035, 80% 2015 yang berkunjung ke Puskesmas
diabetesi hidup di negara-negara sebanyak 415 orang (2,18%).
berpenghasilan rendah dan Sedangkan untuk tahun 2016 yang
menengah. Pada penduduk usia 20- berkunjung ke puskesmas lebih
79 tahun, Indonesia menempati meningkat sebanyak 628 orang
3

(3,25%) yang mengalami DM. DM Tawar Kabupaten Aceh Tengah tahun


merupakan penyakit ke-5 paling 2017.
banyak pada tahun 2016, di
Puskesmas Kota Lut Tawar Aceh Populasi dan Sampel
Tengah. Bila dibandingkan dengan Populasi dalam penelitian ini
12 Puskesmas lainnya yang berada di adalah seluruh warga yang berada di
wilayah Kabupaten Aceh Tengah, wilayah Kecamatan Lut Tawar
diketahui bahwa penderita DM yang Kabupaten Aceh Tengah tahun 2017
paling banyak terdapat di Puskesmas yang berjumlah 19.174 orang
Kota Lut Tawar Aceh Tengah. Sampel penelitian ini adalah
Berdasarkan hasil survei awal pasien yang datang berobat jalan di
yang peneliti lakukan di puskesmas Puskesmas Kota Kecamatan Lut
(kota) Lut Tawar Aceh Tengan. Hasil Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
wawancara dengan 10 penderita DM Sampel dalam penelitian ini
6 diantaranya menyatakan penyakit ditentukan berdasarkan rumus
Diabetes Mellitus yang dideritanya penentuan sampel untuk penelitian
sudah berada pada DM tipe 2 dan survei. Besar sampel dihitung
selebihnya belum mengalami menggunakan rumus Slovin sebagai
komplikasi. Informasi yang berikut:
diperoleh dari penderita Diabetes
Mellitus cenderung kurang disiplin
dalam mengontrol gula darahnya dan Keterangan :
tidak teratur dalam melakukan n = Jumlah Sampel
aktifitas fisik sepeti berolah raga dan N = Jumlah Populasi
kurang memperhatikan asupan e = Persentasi kelonggaran
makanan, ketidaktelitian karena kesalahan
Hal inilah yang melatar pengambilan sampel yang masih
belakangi penulis tertarik untuk ditolerir (10%)
melakukan penelitian dengan judul Dengan demikian besarnya
“Faktor-faktor yang mempengaruhi sampel sebagai berikut :
kejadian Diabetes Mellitus di
Puskesmas Kota Kecamatan Lut
Tawar Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2017“ n = 99,48 dibulatkan menjadi 100
. pasien
Teknik pengambilan sampel
METODE PENELITIAN secara Accidental Sampling, dimana
Penelitian ini merupakan pengambilan sampel yang secara
penelitian analitik kuantitatif, dengan kebetulan ada atau tersedia dengan
desain penelitian cross sectional catatan orang tersebut memenuhi
untuk melakukan pengukuran saat kriteria sampel penelitian, sehingga
bersamaan dimana peneliti akan diperoleh jumlah sampel sampai
memberikan kuesioner dalam bentuk dengan 100 sampel.
pertanyaan untuk menganalisa
faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian diabetes mellitus
di Puskesmas Kota Kecamatan Lut Metode Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada
setiap variabel penelitian. Penjelasan
4

metode pengukuran masing-masing dikategorikan menjadi 2, yaitu : 0 =


variabel penelitian adalah sebagai tidak teratur, jika jumlah skor < 75%
berikut : dan 1 = teratur, jika jumlah skor skor
1. Aktivitas fisik ≥ 75%.
Alat ukur yang digunakan 3. Kebiasaan merokok
untuk menilai aktivitas fisik Alat ukur yang digunakan
penderita DM dengan menggunakan untuk menilai kebiasaan merokok
kuesioner. Hasil ukur pada variabel penderita DM dengan menggunakan
aktivitas fisik adalah: kuesioner. Jumlah rokok yang
a. 0 = Aktivitas fisik tidak dihisap dalam satuan batang perhari
teratur, jika pasien tidak terbagi kedalam tiga kelompok untuk
pernah olahraga atau olahraga menentukan jenis perokok yaitu :
ringan jika dilakukan 1-2 kali a. Perokok Ringan, apabila
per minggu dan atau durasi seorang menghisap kurang
kurang dari 30 menit setiap dari 10 batang rokok perhari
melakukan olahraga atau untuk semua jenis rokok
melakukan pekerjaan seperti b. Perokok Sedang, apabila
pegawai kantor, guru, ahli seseorang menghisap 10-20
hukum, sekretaris kantor, batang rokok perhari
memancing atau supir. c. Perokok Berat, apabila
b. 1 = Aktivitas fisik teratur, jika seseorang merokok lebih dari
pasien melakukan aktivitas 20 batang rokok perhari
baik olahraga rutin 3 kali untuk semua jenis rokok
seminggu dan tidak ada jeda Satu kelompok lagi
lebih dari 3 hari atau ditambahkan oleh peneliti yaitu
melakukan salah satu kelompok bukan perokok dengan
pekerjaan di industry ringan, kriteria tidak pernah merokok atau
mahasiswa, militer yang tidak sudah berhenti merokok lebih dari 3
sedang berperang, kerja bulan terakhir.
rumah tangga, bersepeda, Selanjutnya kelompok
bowling, jalan cepat, dikategorikan kedalam 2 kategorikan
berkebun, golf atau sepatu yaitu :
roda atau pekerjaan rumah a. 0= Merokok, jika pasien
yang dilakukan minimal 30 merokok untuk semua jenis
menit dalam sehari secara rokok
teratur. b. 1= Tidak merokok, jika
Skala ukur yang digunakan pasien tidak merokok atau
untuk variabel aktivitas fisik sudah berhenti merokok
adalah skala ordinal. sekurang-kurangnya 3 bulan
2. Pola Makan terakhir
Alat ukur yang digunakan Skala ukur yang digunakan
untuk menilai pola makan penderita untuk variabel merokok adalah skala
DM dengan menggunakan kuesioner. ordinal.
Pengukuran variabel pola makan
didasarkan pada skala ukur ordinal
dengan memberikan beberapa 4. Indeks Massa Tubuh
pertanyaan dengan bobot skor 1-2. Alat ukur yang digunakan
Selanjutnya seluruh jawaban untuk mengukur Indeks Massa
5

Tubuh adalah dengan menggunakan bahwa sebagian besar responden


metode antropometri yaitu pada kategori aktivitas fisik tidak
membandingkan berat badan (kg) teratur yaitu sebanyak 65 orang dan
dengan tinggi badan kuadrat (m). yang teratur sebanyak 35 orang.
Selanjutkan nilai IMT dikategorikan Kemudian pada variabel pola makan
menjadi 2 yaitu : didapati bahwa responden sebagian
a. 0 = IMT berisiko, jika IMT besar mempunyai riwayat pola
pasien ≥ 25,0 makan tidak teratur yaitu sebanyak
b. 1 = IMT tidak berisiko, jika 60 orang dan yang teratur sebanyak
IMT pasien < 25,0 40 orang. Kemudian pada variabel
Skala ukur yang digunakan merokok sebagian besar responden
untuk variabel IMT adalah skala tidak merokok yaitu sebanyak 74
ordinal. orang sedangkan yang merokok
5. Diabetes Mellitus sebanyak 26 orang. Pada variabel
Alat ukur yang digunakan IMT sebanyak 58 responden dengan
untuk menilai Diabetes mellitus IMT yang beresiko sedangkan yang
dengan melakukan pengukuran kadar tidak beresiko sebanyak 42 orang
gula darah. Hasil ukur pada Diabetes
Mellitus adalah: Tabel 1 Faktor resiko berdasarkan
a. 0 = Tidak Diabetes Aktivitas fisik,pola makan,
Mellitus,jika keadaan kadar merokok dan IMT
gula darah dalam batas
normal yaitu < 200mg/dl Faktor risiko n %
untuk gula darah sewaktu Aktivitas Fisik
tanpa adanya keluhan khas Teratur 35 35
berupa poliuri, polidipsi, Tidak Teratur 65 65
polifagi. Pola Makan
b. 1 = Diabetes Mellitus, jika Baik 40 40
keadaan kadar gula darah Tidak Baik 60 60
yang lebih tinggi dari normal, Merokok
yaitu ≥ 200 mg/dl untuk gula Tidak Merokok 74 74
darah sewaktu dengan Merokok 26 26
keluhan khas berupa poliuri, IMT
polidipsi, polifagi atau Tidak Beresiko 42 42
berdasarkan dari diagnosa Beresiko 58 58
dokter sesuai dengan rekam
medik pasien
Diabetes Mellitus
HASIL PENELITIAN Penilaian diabetes mellitus
Faktor resiko berdasarkan pada penelitian ini dikatakan
Aktivitas fisik,pola makan, Diabetes Mellitus, jika keadaan
merokok dan IMT kadar gula darah yang lebih tinggi
Berdasarkan hasil penilaian dari normal, yaitu ≥ 200 mg/dl untuk
terhadap Aktivitas fisik,pola makan, gula darah sewaktu dengan keluhan
merokok dan IMT dilakukan dengan khas berupa poliuri, polidipsi,
menilai kuesioner dari jawaban polifagi atau berdasarkan dari
responden. Hasil pengukuran pada diagnosa dokter sesuai dengan rekam
variabel aktivitas fisik didapati medik pasien. Hasil distribusi
6

variabel diabetes mellitus dapat


dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2 Distribusi diabetes mellitus

Kategori f (frekuensi) Persentase(%)


Diabetes Mellitus 67 67
Tidak Diabetes Mellitus 33 33
Jumlah 100 100

ANALISIS BIVARIAT merokok dan IMT ) dengan variabel


Hubungan Aktivitas fisik,pola dependen ( kejadian Diabetes
makan, merokok dan IMT Mellitus ) dengan menggunakan uji
Terhadap Diabetes Mellitus statistik chi – square.
Untuk mengetahui hubungan
antara variabel Independen
( Aktivitas Fisik, pola makan,

Tabel 3 Hubungan Aktivitas fisik,pola makan, merokok dan IMT Terhadap


Diabetes Mellitus

FaktorRisiko DM(%) Tidak DM Total p(sig)


(%)
Aktivitas Fisik
Tidak Teratur 57(57) 8(8) 65(65) <0,001
Teratur 10(10) 25(25) 35(35)
Pola Makan
Tidak Baik 58(58) 2(2) 60(60) <0,001
Baik 9(9) 31(31) 40(40)
Merokok
Tidak Merokok 50(50) 24(24) 74(74) 0,647
Merokok 17(17) 9(9) 26(26)
IMT
Beresiko 57(57) 1(1) 58(58) <0,001
Tidak Beresiko 10(10) 32(32) 42(42)
Total 67 33

Pada hasil analisis tabulasi silang diabetes mellitus didapati hasil nilai
untuk mencari hubungan antara, p=0,647 yang artinya tidak terdapat
aktivitas fisik, pola makan dan IMT hubungan yang bermakna antara
terhadap diabetes mellitus didapati merokok terhadap diabetes mellitus.
hasil nilai p<0,001 yang artimya
terdapat hubungan yang bermakna ANALISIS UNIVARIAT
antara pola makan terhadap diabetes Berdasarkan hasil uji statistik
mellitus. Sedangkan hasil analisis bivariat faktor risiko yang masuk
tabulasi silang untuk mencari dalam analisis multivariat adalah
hubungan antara merokok terhadap variabel riwayat, aktivitas fisik, pola
7

makan, dan Indeks massa tubuh Tawar. Rendahnya tingkat kesegaran


karena nilai p<0,25. Selanjutnya jasmani pada penderita DM sering
ketiga variabel penelitian tersebut dikaitkan dengan pola hidup kurang
dianalisis menggunakan analisis aktif dan perilaku yang kurang sehat.
regresi logistik untuk menentukan Olahraga yang teratur terbukti dapat
apakah variabel-variabel penelitian meningkatkan kesegaran jasmani
secara bersama-sama berpengaruh penderita DM.
terhadap kasus Diabetes Melitus Tipe Hasil penelitian ini juga
II. Hasil analisis multivariat dapat sesuai dengan penelitian Manik di
dilihat pada tabel 4 berikut Rumah Sakit Umum Hadrianus
Sinaga Pangururan Kabupaten
Tabel 4 Hasil analisis uji regresi Samosir bahwa ada pengaruh yang
logistik bermakna aktivitas fisik terhadap
Variabel Β P DM Tipe II dengan OR 2,37 (95%CI
Aktivitas Fisik 3,289 0,012 1,1-5,06) hal ini berarti penderita
Pola Makan 4,249 0,002 DM Tipe II kemungkinan 2,3 kali
IMT 4,131 0,003 tidak melakukan aktivitas fisik
Constant -18,972 <0,001 dibanding kelompok kontrol. (10)
Sejalan dengan penelitian
Berdasarkan di atas dapat Rahmawati di RSUP Dr. Wahidin
diketahui tiga variabel penelitian, Sudirohusodo Makassar diperoleh uji
yaitu aktivitas fisik, pola makan dan Chi-Square didapatkan bahwa nilai
Indeks massa tubuh berpengaruh (p < p=0,002, yang berarti bahwa ada
0,05) terhadap kasus DM Puskesmas hubungan antara aktivitas fisik
Kota Kecamatan Lut Tawar. Variabel dengan kadar glukosa darah, dan
yang paling dominan memiliki nilai OR = 7,15 yang artinya
pengaruh paling besar terhadap kasus penderita DM Tipe II yang memiliki
DM adalah pola makan karena intensitas aktivitas fisik yang kurang
memiliki nilai koefisien regresi (B) kemungkinan 7,15 kali lebih besar
yang paling besar yaitu 4,249. mempunyai risiko kadar glukosa
darah tidak terkontrol. (11)
PEMBAHASAN Aktivitas fisik merupakan
Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap gerakan fisik yang dilakukan oleh
Diabetes Mellitus otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Pada hasil penelitian ini Dalam hal penyakit DM, aktivitas
didapati pada hasil analisis univariat fisik menjadi bagian penentu indek
sebagian besar responden yang glukosa. Aktivitas fisik dapat
menderita Diabetes Mellitus dilakukan dengan berolahraga.
mempunyai kebiasaan aktivitas fisik Tujuan olah raga adalah untuk
yang tidak teratur. Sedangkan pada meningkatkan kebugaran dan
responden yang tidak diabetes meningkatkan kepekaan sel terhadap
mellitus sebagian besar mempunyai insulin. Jadi olah raga disini bukan
kebiasaan aktivitas fisik yang teratur. saja untuk menurunkan berat badan
Pada analisis multivariat diperoleh bagi penderita DM tetapi juga untuk
bahwan terdapat pengaruh yang meningkatkan oksidasi glukosa.
siginifikan antara aktivitas fisik Aktivitas fisik dapat mengontrol gula
terhadap Diabetes mellitus di darah. Glukosa akan diubah menjadi
Puskesmas Kota Kecamatan Lut energi pada saat beraktivitas fisik.
8

Aktivitas fisik mengakibatkan insulin dengan food model atau makanan


semakin meningkat sehingga kadar dalam piring. Dengan prinsipnya
gula dalam darah akan berkurang. adalah makan yang teratur dalam
Pada orang yang jarang berolahraga, Jadwal, Jumlah dan Jenisnya. (12)
zat makanan yang masuk ke dalam Berdasarkan hasil di lapangan
tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun bahwa adanya pengaruh pola makan
dalam tubuh sebagai lemak dan gula. terhadap kejadian DM dikarenakan
Jika insulin tidak mencukupi untuk responden yang pola makannya tidak
mengubah glukosa menjadi energi teratur lebih tinggi menderita DM
maka akan timbul DM. (8) dibanding yang pola makannya
teratur. Penderita yang memiliki pola
5.1. Pengaruh Pola Makan makan yang tidak teratur disebabkan
terhadap Diabetes Mellitus karena tingginya mengkonsumsi
Pada hasil penelitian ini karbohidrat, gula dan rendah serat.
didapati pada hasil analisis univariat Mereka juga sering mengonsumsi
sebagian besar responden yang fast food dan mengemil yang
menderita Diabetes Mellitus berkalori tinggi atau makanan yang
mempunyai kebiasan pola makan tinggi karbohidrat, sementara mereka
yang tidak teratur. Sedangkan pada tidak melakukan aktivitas fisik untuk
responden yang tidak diabetes pembakaran kalori yang dimasukkan.
mellitus sebagian besar mempunyai Masyarakat Kota Lut Tawar juga
kebiasaan pola makan yang teratur. memiliki kebiasaan tetap
Kemudian pada analisis multivariat mengkonsumsi nasi 3 kali sehari
diperoleh bahwa ada pengaruh pola bahkan lebih dengan tidak
makan terhadap Diabetes Mellitus di mengurangi porsi yang biasa mereka
Puskesmas Kota Kecamatan Lut konsumsi walaupun disela-sela
Tawar. jadwal makan tersebut telah
Sejalan dengan penelitian mengkonsumsi mie aceh atau
Rahmawati di RSUP Dr. Wahidin makanan berat lainnya. Mie aceh
Sudirohusodo Makassar diperoleh uji yang sangat mudah didapat hampir
Chi-Square menunjukkan bahwa ada disetiap warung biasanya dikonsumsi
hubungan antara pola makan dengan sekaligus dengan kopi aceh yang
kadar glukosa darah penderita DM juga mengandung gula. Dan
Tipe II. Nilai OR = 3,02 artinya kebiasaan untuk mengemil ini sering
penderita DM Tipe II yang memiliki dilakukan pada malam hari dengan
pola makan tidak seimbang sambilan minum kopi.
kemungkinan 3,02 kali lebih besar Karbohidrat dapat
mempunyai risiko kadar glukosa dimetabolisme menjadi glukosa
darah tidak terkontrol.(11) dalam waktu yang singkat kedalam
Konsumsi makanan yang darah dibanding dengan serat dan
tidak seimbang, tinggi gula dan lemak, sehingga karbohidrat sangat
rendah serat juga merupakan faktor berperan dalam meningkatkan kadar
risiko Diabetes Mellitus, gula darah dan menjadi faktor risiko
perencanaan makanan yang DM Tipe II, secara umum dinegara
dianjurkan seimbang dengan berkembang makanan pokok adalah
komposisi energi yang dihasilkan nasi, yang dikonsumsi 3 kali sehari
oleh karbohidrat, protein, dan lemak. sebanyak satu atau dua piring setiap
Secara sederhana dapat diukur kalinya, sehingga dengan satu atau
9

dua piring satu kali makan jika penderita DM perempuan hanya 1


dikalikan satu hari bisa sampai 4-6 orang yang merokok dikarenakan
piring, sehingga karbohidrat dapat faktor budaya dan adat dimana tidak
dikatakan sebagai penyumbang lazim bagi perempuan aceh untuk
terhadap kejadian DM Tipe II. (13). merokok. Sesuai dengan adat istiadat
di Aceh bahwa merokok itu tidak
Pengaruh Kebiasaan Merokok sesuai dengan norma dan kebiasaan
terhadap Diabetes Mellitus masyarakat Aceh. Pada umumnya
Pada hasil penelitian ini kebiasaan hidup seseorang laki-laki
didapati pada hasil analisis univariat dengan konsumsi kopi yang
sebagian besar responden yang mengandung gula, kegemukan atau
menderita Diabetes Mellitus tidak makan berlebihan, stress atau
mempunyai kebiasaan merokok. ketegangan jiwa memicu terjadinya
Kemudian pada responden yang DM.
tidak diabetes mellitus juga sebagian
besar tidak mempunyai kebiasaan Pengaruh Indeks Massa Tubuh
merokok. Pada analisis bivariat terhadap Diabetes Mellitus
diperoleh tidak terdapat hubungan Pada hasil penelitian ini
yang signifikan terhadap kejadian didapati pada hasil analisis univariat
diabetes mellitus sehingga merokok sebagian besar responden yang
tidak berpengaruh terhadap Diabetes menderita Diabetes Mellitus
mellitus di Puskesmas Kota mempunyai Indeks massa tubuh
Kecamatan Lut Tawar. yang beresiko. Sedangkan pada
Penelitian ini sejalan dengan responden yang tidak diabetes
penelitian Fikasari yang berjudul mellitus sebagian besar mempunyai
hubungan antara gaya hidup dan indeks massa tubuh yang beresiko.
pengetahuan pasien mngenai DM Pada analisis multivariat diperoleh
dengan kejadian DM tipe 2 di RSUD bahwan terdapat pengaruh yang
Dr.Moewardi Berdasarkan hasil siginifikan antara IMT terhadap
analisis dengan menggunakan uji Diabetes mellitus di Puskesmas Kota
Chi square diketahui nilai p=0,202 > Kecamatan Lut Tawar.
0,05 artinya, tidak ada hubungan Sejalan dengan hasil
antara perilaku merokok dengan penelitian Manik menunjukkan
kejadian DM tipe 2. Hal tersebut faktor risiko yang bisa dimodifikasi
terjadi karena sebanyak 58% mempunyai hubungan yang
responden adalah perempuan bermakna terhadap DM, hubungan
sehingga banyak yang tidak merokok IMT terhadap DM (p:0,000 dan
dibandingkan yang merokok. (14). OR=5,2). Faktor risiko IMT
Berdasarkan hasil di lapangan berpengaruh terhadap DM Tipe II
bahwa tidak adanya pengaruh adalah IMT ≥ 23 kg/m². Pada
kebiasaan merokok terhadap penelitian Kaban, dkk (2005) juga
kejadian DM disebabkan karena terdapat hubungan obesitas dengan
lebih banyak responden yang tidak DM diperoleh nilai (p;0,000) dengan
merokok namun mereka juga banyak nilai OR=4,6 yang artinya orang
yang tidak menderita DM. Penderita yang obesitas kemungkinan 4,6 kali
DM laki-laki memiliki kebiasaan menderita DM Tipe II dibandingkan
merokok dengan mengkonsumsi 10- dengan yang tidak. (10)
20 bantang per hari, sedangkan
10

Pada penelitian National diperlukan untuk kesadaran orang-


Health and Nutrition haminations orang dengan faktor risiko DM untuk
Surveys (NHANES) tahun 1992- mengubah gaya hidup.
2002 didapatkan 80% dari responden
dengan IMT ≥18,5 kg/m2 menderita KESIMPULAN
DM dibanding dengan responden Berdasarkan hasil penelitian
dengan IMT <18,5 kg/m2(ADA, yang telah dilakukan dapat
2007). DM Tipe II cenderung disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
meningkat seiring dengan 1. Terdapat pengaruh faktor
peningkatan lemak yang diukur risiko Aktivitas Fisik
dengan IMT, setiap peningkatan 1 kg terhadap kejadian Diabetes
berat badan meningkatkan risiko Mellitus.
sebesar 4,5% untuk menderita DM 2. Tidak terdapat pengaruh
Tipe II. (15) faktor risiko kebiasaan
Berdasarkan hasil di lapangan merokok terhadap kejadian
sebagian besar ditemukan orang Diabetes Mellitus.
dengan IMT >25,0 atau dapat kita 3. Terdapat pengaruh faktor
artikan sebagian besar penderita risiko Pola makan terhadap
memiliki berat badan lebih kejadian Diabetes Mellitus.
(kegemukan). Adanya pengaruh 4. Terdapat pengaruh faktor
indeks masa tubuh terhadap DM ini risiko Indeks masa tubuh
disebabkan oleh kurangnnya terhadap kejadian Diabetes
aktivitas fisik karena sebagian besar Mellitus.
responden berprofesi sebagai 5. Faktor risiko paling dominan
wiraswasta dimana tidak berpengaruh terhadap
pekerjaannya tidak menentu, begitu kejadian Diabetes Mellitus di
juga yang berprofesi sebagai Guru Puskesmas Kota Kecamatan
dan Pegawai Negeri Sipil Lut Tawar adalah Pola
dikarenakan kesibukannya sehingga Makan..
tidak sempat melakukan olahraga
secara teratur. mengkonsumsi SARAN
makanan yang berkalori tinggi Berdasarkan kesimpulan
seperti fast food yang sangat mudah yang diambil dari hasil pembahasan
didapatkan di Kecamatan Lut Tawar terhadap hasil penelitian, diberikan
saat ini, sehingga mengakibatkan beberapa saran sebagai berikut:
glukosa tidak berubah menjadi energi 1. Bagi Puskesmas Kota Kecamatan
dan tertimbun dalam tubuh sebagai Lut Tawar agar mempromosikan
lemak dan gula yang merupakan penanggulangan DM dengan
faktor risiko dari obesitas. melaksanakan kegiatan
DM dapat dicegah dan penimbangan berat badan,
ditunda dengan deteksi dini dan pengukuran tinggi badan terhadap
pengelolaan yang baik terhadap penderita dengan faktor risiko
mereka yang menderita DM dan DM yang kemudian dilakukan
mempunyai faktor risiko DM. konseling oleh konselor terlatih
pencegahan dan pengobatan pada penderita tersebut terutama
hendaknya dilakukan bersama baik mengenai konsultasi makanan,
pemerintah maupun masyarakat olah raga dan penetapan satu hari
secara luas. Edukasi sangat dalam seminggu..
11

2. Mempromosikan pencegahan Kaki. Gramedia Pustaka Utama,


sejak dini bagi masyarakat yang Jakarta, 2014.
memiliki faktor risiko riwayat
keluarga DM dengan melakukan 4. PERKENI, Konsensus
pemeriksaan laboratorium kadar Pengelolaan dan Pencegahan
gula darah secara berkala minimal Diabetes Melitus Tipe 2 di
setiap 6 bulan sekali terutama Indonesia PB. PERKENI,
yang mempunyai riwayat keluarga Jakarta, 2015.
DM Tipe II.
3. Mempromosikan budaya hidup 5. Kaban, S.M.S, Irnawati, Sari,
sehat dengan melakukan senam W.A. Pengembangan Model
khusus DM, olahraga atau Kejadian Diabetes Mellitus Tipe
aktivitas fisik lainnya secara 2 di Kota Sibolga Tahun 2005.
teratur yang disesuaikan dengan Majalah Kedokteran Nusantara.
jadwal kesibukan sehari-hari 2007 Vol 40 No 2.
minimal 3 kali per minggu dengan
durasi sekurang kurangnya 30 6. International Diabetes
menit setiap kali olahraga secara Federation (IDF). IDF Clinical
berkesinambungan dan Guidelines Task Force. Global
menjalankan perilaku hidup sehat guideline for Type 2 diabetes,
lainnya. 2013.
4. Pembentukan yayasan kesehatan
yang bergerak membantu 7. Prihaningtyas, R, A. Hidup
penyandang DM atau membentuk Manis Dengan Diabetes,
perkumpulan penyandang DM di Yogyakarta : Media Pressindo,
Puskesmas Kota Kecamatan Lut 2013.
Tawar untuk bertukar informasi
dan memotivasi sesama penderita 8. Kemenkes RI, Situasi dan
serta melakukan penyuluhan Analisis Diabetes Infodatin
kepada masyarakat lain dalam hal Pusat data dan Informasi,Jakarta
mencegah risiko DM. Selatan, 2014

DAFTAR PUSTAKA 9. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh,.


1. Hasdianah, HR., Mengenal Profil Dinas Kesehatan Aceh,
Diabetes Melitus pada Orang SP2TP Bidang Program, Aceh,
Dewasa dan Anak-anak dengan 2013.
Solusi Herbal, Yogjakarta :Nuha
Medika. 2012. 10. Manik, R, H, Pengaruh Faktor
Risiko yang Bisa Dimodifikasi
2. Kurniawaty, Evy. Faktor-Faktor terhadap Diabetes Mellitus Tipe
yang Berhubungan dengan 2 di Rumah Sakit Umum
Kejadian Diabetes Melitus Tipe Hadrianus Sinaga, Pangurusan
II, 2016. Kabupaten Samosir. Medan :
FKM USU, 2012.
3. Tandra, H. Strategi
Mengalahkan Komplikasi 11. Rachmawati. O, Hubungan
Diabetes Dari Kepala sampai Latihan Jasmani Terhadap Kadar
Glukosa Darah Penderita
12

Diabetes Melitus Tipe-2,


Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2010

12. Depkes RI. Petunjuk Teknis


Pengukuran Faktor Risiko
Diabetes Melitus, Ditjen PP &
PL, Jakarta. 2008.

13. Kemenkes RI, Pedoman Gizi


Seimbang, Jakarta 2014.

14. Fikasari, Yeni. Hubungan antara


gaya hidup dan pengetahuan
pasien mngenai DM dengan
kejadian DM tipe 2 di RSUD
Dr.Moewardi. Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat,
Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012.

15. American Diabetes Associations,


Standards of Medical Care for
Patients With Diabetes Mellitus,
Diabetes Care 2, 2011.

You might also like