ِ لوفل ل,ِ هفم م اللسم منلهة لو اللشم ممههر لو املليلم ماَمْهم,ت لم م الم مهذى دلور اللوقل م ماَمْ ه م لل م الملمم مدد لهلم مهه الملمم مدد ه لم لم ه ه ه ه ه ِ لوالمشملهدد اللن دمللمددالعمبمددهد.ك لمهد لخلملق املنملسماَمْلن لولس ماَمْئهر امللنلماَمْم ِ المشلهدد المن لل الهل الل الد لومحلدهد لل لشمهريم ل,امهلمسمللهم ف امللللئهمهق لو امللنلماَمْهم ِ لاللهملم صميل وسمليم علممىَ سميِيهدنلاَمْ دملممدد المشمر ه.ورسمولده لحمل النل ماَمْس إهللم الن موهر هممن الظلللهم ل ل د ل لل م ل ل م ل لل د م د ل ل ل ِ اللماَمْ بلممعدد ! فلميِلاَمْاليمنلهاَمْ الهذيملن المندمموااتلدق االل لحلق تمدلقاَمْتههه لولل لتدموتدلن اهلل لوالنممتدمم دممسلهدممولن.صلحماَمْبههه المهكلراهم هه لولعللىَ اله لوأل م
Ma’ashiral Muslimin Wa Zumrotal Mu’minin
Rahimakumullah Pertama-tama, marilah sama-sama meningkatkan rasa taqwa kita kepada Allah SWT, dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kta sudah memasuki tahun baru Islam, 1439 H, yang berarti kita sudah memasuki fase baru dalam hitungan tahun hijrahnya baginda Rasulullah SAW. Hijrah bagi kaum Muslim memiliki makna yang sangat dalam dan mendasar, sebagai sebuah upaya mengaktualisasikan nilai-nilai akidah untuk memisahkan antara yang hak dan yang batil, demikianlah hijrah menjadi penting dilakukan. Hijrah yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW dan sahabat adalah untuk keluar dari belenggu masyarakat Jahiliyah dan berbagai unsur: budaya, fisik, mental dan bahkan spritual, dimana kaum musyrik menghalangi ibadah kaum Muslimin Makkah pada masa itu. Hijrah kemudian dilakukan oleh Rasulullah SAW menuju ketentraman sosial kaum muslim, dengan berdirinya Negara Islam di Madinah al-Munawwarah. Sejatinya, orang yang berhijrah adalah mereka yang mendapatkan pertolongan dan perlindungan dalam Islam, sebagaimana firman Allah SWT. إهملنم م ا مل مهذممي لن م آ لم مندموا لوله ماَمْ لج مدروا لولج ماَمْ له مددمموا بهم مألممم ملوا هلهم ممم م لوألمنم مدف مهسم م ه ممم م هف م م لسم مبهميِ هل م ال لم مهه م ضمض مده ممم م ألممولهميِلماَمْ ءدم بل ممع م د ك م بل ممع م د ص مدروا أمدمولمٰ ئهم ل ه لوا مل مذممي لن م آ لوموا لونلم ل “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang- orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung- melindungi”. (Q.S. al-Anfal : 72) Ma’ashiral Muslimin Wa Zumrotal Mu’minin Rahimakumullah Dari peristiwa awal hijrah inilah yang kemudian menjadi ujung tombak terbentuknya sejarah Hijriyah yang dikenal dengan “Taqwim Hijri; penanggalan Hijriyah atau tahun hijriyah” di kalangan umat Islam. Makna Hijrah mengandung cakupan yang begitu luas baik secara ruhiyah, bathiniyah maupun lahiriyah. Tahun baru Hijriyah atau makna dari kata “Hijrah” itu sendiri merupakan momentum bagi kaum Muslimin untuk mampu membentuk kehidupan yang lebih baik, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya menuju peradaban sebuah negara yang aman, sejahtera dan makmur. Sebagaimana yang dibangun oleh baginda Rasulullah SAW di kota Madinah. Hijrah dalam makna berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain sebagaimana yang dilakukan oleh Rsulullah SAW, mungkin tidaklah bisa diulang masa sekarang, namun hijrah secara ruhiyah dalam makna berpindah dari kondisi kebathinan yang tidak baik menuju kondisi kebathinan yang baik, itulah yang sangat relevan dalam keadaan kehidupan Muslim sekarang, atau disebut juga dengan hijrah Qalbiyyah. Yakni hijrah dimana kaum muslimin menata fikiran, hati dan diri mereka dengan penataan kepribadian yang sebaik-baiknya. Hijrahnya baginda Rasulullah SAW dan kaum Muhajirin memberikan teladan dalam jihad melawan hawa nafsu (mujahadah an-nafs), bersungguh melawan jiwa, nafsu dan diri. Yakni perjuangan bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Menurut al-Qur’an, ada tiga macam nafsu : Pertama, nafsu al-ammarah bi as-suu’, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan. Mendorong manusia melakukan kemaksiatan, yang bisa menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. Kedua, an-nafsu lawwamah, yaitu nafsu atau jiwa yang menyesali setiap perbuatan buruk yang dilakukan. Biasanya manusia melakukannya dalam muhasabah , usaha merenungi diri atas apa yang telah dilakukan dalam setiap waktu dan perjalanan hidupnya. Ketiga, an-nafsul muthmainnah yaitu nafsu yang tenang, teduh sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah SWT: ( فلماَمْمددخهليِ هفم28) ك لراهضميِلةد لممرهضميِلةد ( ارهجهعيِ إهلل ربي ه27) ياَمْ أليلمتدمهاَمْ النلممفس الممطممئهنلةد ل م د د ل ل ل (30) ( لوامددخهليِ لجنلهت29) ِهعبلاَمْهدي “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30) Ma’ashiral Muslimin Wa Zumrotal Mu’minin Rahimakumullah Firman Allah SWT di atas juga menyadarkan kita, bahwa di dalam diri manusia terdapat dua energi : energi negatif dan energi positif. Jika manusia bisa memanfaatkan energi positifnya, maka ia akan menjadi hamba yang beruntung, dan jika sebaliknya manusia yang malah dikendalikan oleh energi negatifnya, maka ia termasuk yang manusia yang merugi. Sebagaimana contoh, su’udzzon adalah energi negatif yang ada dalam diri manusia yang melahirkan sikap pesimis, mudah curika, suka mencari kesalahan saudaranya, hal sebaliknya dengan husnudzzon, energi positif yang ada dalam diri manusia yang melahirkan sikap optimis, mampu mengedalikan diri dan memberi energi perubahan di dalam masayarakat. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman :
عن أهب دهلريمملرلة لرضليِ اللهد لعمنهد قلاَمْلل لقاَمْلل النله ن بم ل ِألنلاَمْ هعمنلد ظلين لعمبهديِ هب لوألنلاَمْ لملعهد إهلذا ذللكلرهن فلهإمن ذللكلرهن هف نلممفهسهه ذللكمرتدهد هف نلممفهسي “Dari abu hurairah r.a. ia berkata rasulullah saw.bersabda: "Allah berfirman: 'Aku berada pada sangkaan hamba-Ku, Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku pada dirinya maka Aku mengingatnya pada diri-Ku” (H.R. Imam Bukhori)
Akhirnya, mari kita sama-sam berdoa kepada Allah SWT,
semoga kita tetap dalam semangat ketaqwaan kepadaNya, menjadi hamba-hambaNya yang terus berusaha menata kepribadian, fikiran dan hati, mengalirkan energi positif untuk ketiganya dengan tetap berpegang teguh kepada pedoman agama, yakni al-Qur’an al- Karim. Aminn ya Rabbal Alamin