You are on page 1of 56

PERAN APOTEKER DALAM

SAINTIFIKASI JAMU

OLEH: DEWIDIANASARI
Ruang Lingkup Saintifikasi Jamu

 Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu


melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
 Ruang lingkup saintifikasi jamu diutamakan untuk
upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif.
 Saintifikasi jamu dalam rangka upaya kuratif hanya
dapat dilakukan atas permintaan tertulis pasien
sebagai komplementer-alternatif setelah pasien
memperoleh penjelasan yang cukup.
Tujuan pengaturan saintifikasi jamu
 a. Memberikan landasan ilmiah (evidence based ) penggunaan jamu
secara empiris melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan.
 b. Mendorong terbentuknya jejaring dokter atau dokter gigi dan tenaga
kesehatan lainnya sebagai peneliti dalam rangka upaya preventif,
promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan jamu.
 c. Meningkatkan kegiatan penelitian kualitatif terhadap pasien dengan
penggunaan jamu.
 d. Meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata
yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk
pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan.
TAHAP PENGEMBANGAN JAMU

PENDEKATAN MEDIS REVERSE


APPROACH/PEMBUKTIAN
KONVENSIONAL TERBALIK

 Pemilihan bahan  Pemilihan ramuan


tanaman empiris
 Pembuatan ekstrak  Penyiapan sediaan
 Pengujian praklinik tradisional: rebusan,
 Fraksinasi-uji praklinik seduhan atau perasan
 Uji toksisitas  Observasi klinik
 Standarisasi  Uji klinik
 Uji klinik  Penentuan fraksi aktif
 Penentuan isolat aktif  Penentuan isolat aktif
MEMBANGUN EVIDENCE BASED JAMU
MELALUI PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU

 - Pendekatan melalui pembuktian terbalik


 - Pengujian dilakukan terhadap formula empiris yang
berasal dari buku tradisional asli seperti Serat
Primbon Jampi Jawi, Cabe Puyang Warisan Nenek
Moyang, Kloppenburg Versteegh
 - Pengujian terhadap sediaan tradisional berupa
rebusan
 - Pengujian awal dilakukan dengan observasi klinik,
kemudian dilakukan uji klinik
 - Penyusunan ramuan berdasarkan prinsip pendekatan
holistik
FILOSOFI JAMU

 Obat Tradisional Cina (Traditional Chinese Medicine) mempunyai


filosofi keseimbangan Yin-Yang
 Ayurvedha berdasarkan kekuatan 5 unsur alam yaitu air, api, tanah,
udara dan eter
 JAMU memiliki filosofi pendekatan holistik, baik yang bersifat khusus
untuk formula ramuan maupun yang bersifat umum dengan
pengertian lebih luas
Fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara Saintifikasi Jamu:
 a. Klinik pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan.
 b. Klinik Jamu.
 c. Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (SP3T).
 d. Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM)/Loka
Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM).
 e. Rumah Sakit yang ditetapkan.
Klinik Jamu
Klinik jamu tipe A harus memenuhi persyaratan:
 a. Ketenagaan yang meliputi :
 1) Dokter sebagai penanggung jawab
 2) Asisten Apoteker.
 3) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya sesuai kebutuhan.
 4) Diploma (D3) pengobat tradisional dan/atau pengobat tradisional ramuan yang
tergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui Departemen Kesehatan.
 5) Tenaga administrasi.
 b. Sarana yang meliputi:
 1) Peralatan medis
 2) Peralatan jamu
 3)Memiliki ruangan :
a) Ruang tunggu.
b) Ruang pendaftaran dan rekam medis (medical record).
c) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian.
d) Ruang pemeriksaan/tindakan.
e) Ruang peracikan jamu.
f) Ruang penyimpanan jamu.
g) Ruang diskusi.
h) Ruang laboratorium sederhana.
i) Ruang apotek jamu.
 Klinik Jamu tipe B harus memenuhi persyaratan:
 a. Ketenagaan yang meliputi :
 1) Dokter sebagai penanggung jawab
 2) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya sesuai
kebutuhan.
 3) Diploma (D3) pengobat tradisional dan/atau pengobat
tradisional ramuan yang tergabung dalam Asosiasi Pengobat
Tradisional yang diakui Departemen Kesehatan.
 4) Tenaga administrasi.

 b. Sarana yang meliputi:


 1) Peralatan medis.
 2) Peralatan jamu.
 3) Memiliki ruangan :
 a) Ruang tunggu dan pendaftaran.
 b) Ruang konsultasi, pemeriksaan/tindakan/penelitian dan
rekam medis (medical record).
 c) Ruang peracikan jamu.
Dasar kewenangan Praktik Kefarmasian

Pasal 108 UU No.36 (2009)


(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat,bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Ketentuan pelaksanaan – oleh PP cq PP 51/09
PRAKTIK KEFARMASIAN
Pekerjaan Kefarmasian saat ini
terdiri dari (PP 51/2009):
• Pengadaan
• Produksi / Pembuatan
• Distribusi atau Penyaluran
• Pelayanan
PRAKTIK KEFARMASIAN(3)
 Standar Pelayanan Kefarmasian :
• St Pelayanan Kefarmasian di Apotek ( KMK
1027/2004)
• Rumah Sakit(1197/2004),
• Cara Praktek Farmasi yang Baik(IAI)

Standar Pekerjaan di Industri / Distribusi :


• CPOTB (KKaBPOM:HK.00.05.4.1380Tahun 2005
dan HK.03.1.23.06.11.5629 TAHUN 2011 ;
• Cara Penyimpanan Obat yang baik(WHO);
• Cara Distribusi Obat Yang baik
(KKaBPOM:HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012)
PRAKTIK KEFARMASIAN
• Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien
• Sediaan farmasi terdiri dari obat, obat
tradisional, kosmetika
Basic farmasis dalam pelayanan
dengan TO
 Apoteker :  Dokter :
1. Materi perkuliahan 1. Materi tentang
tentang OT + 30 % OT < 10%
2. fitoterapi, obat bahan 2. Dikuatkan pada
alam, farmakognosi, anamnesis dan
OTI, OAI, Jamu, pra
penegakan diagnosa
klinik OT, HAYATI.
3. Sekedar teori
3. ADA PRAKTIKUM
AKTIVITAS PROGRAM SAINTIFIKASI JAMU
“Penelitian berbasis pelayanan sebagai aktivitas iptek dari
hulu ke hilir untuk membuktikan keamanan, khasiat, dan
mutu JAMU sebagai satu bentuk Indonesia Traditional
Medicine”
RISTOJA
Diseminasi Riset TO dan
simplisia

Implementasi Uji khasiat dan


Pengetahuan Teknis keamanan

Pemberdayaan
Advancement
dan kemandirian
(Pengembangan
masyarakat
dan Kajian)
berbasis TO
PENGGUNA DAN PEMAKAI
PELAYANAN
SDM KEFARMASIAN KUALITAS
PROFESIONAL BERMUTU HIDUP

INFORMASI

LEGISLASI, REGULASI & KEBIJAKAN


16
PENGELOLAAN & PELAYANAN
KEFARMASIAN DI “UPK”
PEMILIHAN
PEMANTAUAN MANFAAT
& KEAMANAN PERENCANAAN
PENGADAAN

PEMAKAIAN

PENGADAAN

PEMBERIAN
& INFORMASI
PENERIMAAN

PERACIKAN
& INFORMASI

PENYIMPANAN &
PENULISAN RESEP DISTRIBUSI
& INFORMASI17
Peran Apoteker dalam pelayanan
menggunakan Tanaman Obat
1. Industri OT
2. IKOT
3. Peneliti ( Tri darma PT)
4. Penyedia, produksi, penyalur, pelayanan jamu
 BULOG JAMU
5. Pengawasan ---- BPOM bidang OT
6. Pengelola Apotek/ griya jamu
7. Duet Dokter Apoteker dalam program
Saintifikasi Jamu (Griya jamu, pojok jamu, bulog
jamu...)
Program SJ yang telah dilaksanakan
1. Diklat dokter SJ ( sudah angkatan ke 14 )
2. Diklat Apoteker SJ ( baru 2 setengah angkatan 45)
3. Komnas SJ
4. Penelitian SJ ( terobosan UJI Klinik )
5. Pembuatan buku Vademikum untuk SJ ( 4 jilid , 5 in
proces)
6. Jejaring dokter apoteker SJ (405 dr, 30 aktif)
7. Pelaksanaan Sj : klinik, RS, Puskesmas, dr SJ.
Apoteker bertanggung jawab
terhadap bahan, penyediaan, dan
pelayanan jamu
 Memenuhi tuntutan : SJ, dr SJ,
pelayanan ke arah formal jamu

 Diperlukan pengetahuan yang mendalam tentag


perjamuan, terutama bahan tanaman obat dan
segala aspek yang menyertainya.
 Apoteker berkompetensi
TUJUAN
 Menyediakan obat tradisional yang
aman, berkhasiat dan bermutu
 Penyebarluasan hasil riset melalui
pemanfaatan TO dan OT---- luaran SJ
 Meningkatkan pengetahuan terhadap
TO dan OT ( evidend base Jamu SJ )
 Mampu menyediakan permintaan
peresepan dokter terhadap penelitian
dan pelayanan jamu (yanlit jamu )
Apa yang dipersiapkan ??

 Mempelajari & mengenal, mengetahui TO


 Tahu kandungan zat aktif & khasiat
 Tahu cara penggunaan
 Tepat pemilihan bahan/ramuan
 Tepat telaah informasi (buku vademicum SJ)
 Sesuai dengan indikasi penyakit
 Dapat menginterprestasikan resep herbal
dari dokter.
 Mampu melayani permintaan peresepan
dokter tentang jamu.
APOTEKER Memiliki :

1. PENGUASAAN TANAMAN OBAT ( + 200 ,


vademekum SJ 1-3 80 TO, Prosea, MMI, TBI,
Cabe puyang, serat centini )
2. MENGUASAI OT
3. STANDARISASI TO
4. TEHNIK PASCA PANEN
5. PENGOLAHAN TO
6. Farmakologi dan terapi (Fitoterapi)

farmasis / APT herbalis


KETEPATAN
PENGGUNAAN OT
KETEPATAN PENGGUNAAN

 KETEPATAN BAHAN
 KETEPATAN TAKARAN/DOSIS
 KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN
 KETEPATAN CARA PENGGUNAAN
 KETEPATAN BAHAN DENGAN TUJUAN
PENGOBATAN
KEBENARAN BAHAN
DAUN DEWA DAUN SAMBUNG NYAWA
- Gynura pseudocina - Gynura procumbens
- Tumbuh tegak, daun berbulu, - Merambat, daun tak berbulu,
tepi berombak tepi bergerigi
- Untuk berbagai penyakit - Untuk anti kanker
LEMPUYANG

EMPRIT GAJAH WANGI


- Kecil - Besar - Sedang
- Patahan kuning - Kuning - Putih
- Pahit - Pahit - Tidak pahit
- Pemacu nafsu - Pemacu nafsu - Pelangsing
makan makan
KETEPATAN TAKARAN/DOSIS

- Seledri > 400 gram Tekanandarahdrop, pingsan


- Gambir > 1 ibu jari  Diare berhenti tetapi bisa
sulit BAB/konstipasi
- Kejibeling > 8 lembar  Iritasi ginjal
- Meniran > 1 genggam  Iritasi ginjal
- Telur-Madu-Susu berlebihan  Diabetes
KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN

JAMU CABE PUYANG


- Tahun 80-an di RS. Dr.Sardjito Yogyakarta
- Ibu-ibu hamil peminum jamu cabe puyang mengalami
kesulitan persalinan
- Diteliti di laboratorium memang menghambat kontraksi
- Jika diminum di awal masa kehamilan, otot uterus kokoh,
resiko keguguran kecil
- Jika diminum terus sampai akhir masa kehamilan, otot
uterus sulit kontraksi, kesulitan persalinan
JAMU KUNIR ASEM (kental)
- Kebalikannya, mudah keguguran pada awal kehamilan
KETEPATAN CARA PENGGUNAAN

DAUN KECUBUNG
- Berkhasiat antiasma/melonggarkan pernafasan
- Cara penggunaan tradisional dengan dikeringkan
dan diserbuk untuk bumbu rokok, dihisap
- Daun segar dilumatkan dan ditempelkan di pipi
untuk mengurangi sakit gigi
- Jika diseduh dan diminum akan keracunan
dengan gejala mata membelalak/midriasis
- Jika disalahgunakan untuk mabuk sangat
berbahaya, bisa menimbulkan kematian
KETEPATAN PEMILIHAN BAHAN DENGAN
TUJUAN PENGOBATAN

DAUN TAPAK DARA

- Dapat menurunkan kadar sel darah putih/leukosit

- Fungsi sel darah putih sebagai pertahanan tubuh


terganggu, rentan thd penyakit

- Daun tapak dara hanya untuk ramuan antikanker

- Tidak tepat untuk antidiabetes, antihepatitis, dll.


PENGGUNAAN BAHAN RAMUAN YANG
DILARANG

Kecubung (alkaloid-paralisis),
Oleander (glikosida jantung-gagal jantung),
Komfrei (alkaloid-hepatotoksik),
Dlingo (asaron-karsinogenik),
Jungrahab (teratogenik)
Kava-kava (hepatotoksik)
Tapakdara (alkaloid vinkristin-penurunan kadar
leukosit)
Artemisia annua (artemisinin-anti malaria 
resistensi)
DOSIS BAHAN OBAT ALAMI TUNGGAL
Singkatan Perpanjangan Keterangan
@ Tiap-tiap/masing-masing
bj biji Seukuran dg bendanya
bh buah idem
bt batang idem
btr butir idem
ckr cangkir 180 cc
ggm genggam 80 gram
glb gelas bir 800 cc
glm gelas minum 200 cc
glph gelas pahit 30 cc
glpr gelas port 60 cc
SINGKATAN & PERPANJANGAN UKURAN

jr jari 8 cm / jari penderita


kt kuntum Seukuran dg bendanya
lb lembar idem
lk lebih kurang Kira-kira
mngk mangkuk 250 cc
plh pelepah Seukuran dg bendanya
rt ranting idem
sdb senduk bubur 15 cc
sdm senduk makan 20 cc
sdt senduk teh 5 cc
tk tangkai Seukuran dg bendanya
tts tetes Seukuran dg kenyataan
DOSIS

 Dihitung terhadap dosis empiris yang sudah


disetarakan dengan ukuran berat dalam gram
 Berdasarkan dosis uji praklinik pada hewan untuk
dapat dikonversikan terhadap dosis pada manusia
(Lawrence Baccharack)
 Berdasarkan uji klinik yang pernah dilakukan
walaupun terhadap ekstrak yang berbeda dengan
yang akan diujikan
DOSIS ZAT AKTIF BERDASARKAN UJI
BAHAN
KLINIS BAHAN
ZAT AKTIF DOSIS ZAT AKTIF
INDIKASI
Aloe Hidroksi antrakinon 10-30 mg/hari Laksansia
Cinnamon Sinamaldehid 50-200 mg/hari
Karminatif
Plantago Arabinoksilan 0,75-2,5 g/hari Defekasi
Thymi Timol & karvakrol 12 0 mg 3x sehari Obat
batuk
Andrographis Andrografolida 500 mg 4x sehari Antidiare
Mentha M.atsiri 0,3 ml 3x sehari Sakit perut
Kava-kava* Kavapiron 60-120 mg/hari Sedativa
Sambucus Flavonoid total 150 mg 3x sehari Diuretika
Orthosiphon Polimetoksi flavon 20 mg/hari Diuretika
Curcuma Kurkuminoid 160 mg/hari
Dislipidemia
KANDUNGAN KIMIA DAN
INTERAKSI DALAM BAHAN DAN
DALAM RAMUAN
KANDUNGAN KIMIA

 TEMULAWAK:
 Kurkuminnoid = Zat aktif anti inflamasi,
antihiperkolesterol, kholagogum
 Minyak atsiri = Menambah nafsu makan, anti-
hepatitis, kholeretik
 Resin = Zat ballast  tidak terkait efek
 Amilum = Zat ballast  Tidak terkait efek
KEMUNGKINAN TERJADINYA INTERAKSI
EFEK KANDUNGAN AKTIF DALAM SATU
BAHAN
 EFEK KOMPLEMENTER
Saling mendukung menuju satu indikasi dengan
mekanisme berbeda
 EFEK SINERGISME
Saling mendukung menuju satu indikasi dengan
mekanisme sama sehingga saling menguatkan
 EFEK KONTRAINDIKASI
Dua kandungan kimia atau lebih yang memiliki efek
berlawanan
 EFEK BERLAINAN
EFEK KOMPLEMENTER

HERBA THYMI (Thymus vulgaris)

 Senyawa fenol : timol, karvakrol  Anti mikroba

 Minyak atsiri  Ekspektoran/Pengencer dahak

 Flavon polimetoksi  Spasmolitik/Meredakan batuk


EFEK SINERGISME

KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus)

 Flavon polimetoksi : Flavonoid sinensetin,


eupatorin  Diuretika
 Garam kalium  Diuretika
 Inositol  Diuretika
EFEK KONTRAINDIKASI

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza)

 Kurkumin dan desmetoksikurkumin


 Memacu produksi cairan empedu
 Penggunaan kholesterol tubuh meningkat
 Kadar kholesterol darah turun

 Minyak atsiri
 Memacu nafsu makan
 Masukan lemak dan kholesterol tubuh tinggi 
Kadar kholesterol darah naik
EFEK BERLAINAN
MENGKUDU (Morinda citrifolia)

 Kumarin : Skopoletin  Penurun tekanan


darah

 Alkaloid : Xeronin  Penurun kadar gula


darah

 Antrakinon : Morindon  Laksansia


KOMBINASI EFEK DALAM RAMUAN
 EFEK KOMPLEMENTER
 EFEK SINERGISME
 EFEK KONTRAINDIKASI
 PENGHAMBATAN ABSORPSI
 PENINGKATAN ABSORPSI
 PENGURANGAN WAKTU TRANSIT USUS
 PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI
PENGHAMBATAN SITOKROM P450
 PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI
PENGHAMBATAN GLUTATHION S-TRANSFERASE
EFEK KOMPLEMENTER

R/ Seledri
Kumis kucing

Seledri  Flavonoid Apiin dan Apigenin 


Vasodilator  Tekanan darah turun
Kumis kucing  Flavonoid polimetoksi :
sinensetin, eupatorin; garam kalium; dan
inositol  Diuretika
 Penurunan tekanan darah
EFEK SINERGISME

R/ Akar Valerian
Biji Pala

Akar Valerian  Valepotriate  Sedativa

Biji Pala  Miristisin  Sedativa


EFEK KONTRAINDIKASI

R/ Daun Lidah buaya


Akar Klembak

Lidah buaya  Antrakinon Aloin  Laksansia


Akar Klembak  Antrakinon Rhein  Laksansia
Tanin  Anti diare

 EFEK BERLAWANAN
PENGHAMBATAN ABSORPSI

 TANIN
 Bereaksi dengan protein
 Membentuk senyawa tak larut
 Melapisi dinding usus
 Menghambat absorpsi zat aktif
 Efek Farmakologi berkurang

Teh, Klembak, Daun Jambu Biji, Kayu Rapat


PENINGKATAN ABSORPSI

 SESKUITERPENOID
Komponen minyak atsiri

 Dapat meningkatkan absorpsi Kurkuminoid


hingga konsentrasinya dalam darah meningkat 8
kali
 Efek Farmakologi meningkat
PENGURANGAN WAKTU TRANSIT
USUS
 BIJI DAUN SENDOK
 Polisakarida
 Terkena air mengembang
 Bulk Laxative
 Meningkatkan BAB
 Mengurangi Intestinal transit time
 Kesempatan absorpsi zat aktif berkurang
 Efek Farmakologi berkurang
PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI
PENGHAMBATAN SITOKROM P450
 PIPERIN
 TERHADAP KURKUMIN
 Menghambat Aktivitas Enzim CYP
 Metabolisme Kurkumin di hepar berkurang
 Ketersediaan hayati Kurkumin meningkat
 Kadar dalam darah meningkat 10 kali lipat
 Efek farmakologi meningkat

Lada hitam, Cabe jawa


PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI
PENGHAMBATAN GLUTATHION S-TRANSFERASE

 KURKUMIN
 Menghambat aktivitas GST
 Metabolisme zat aktif lain berkurang
 Ketersediaan hayatinya meningkat
 Konsentrasi dalam darah meningkat
 Efek Farmakologi meningkat

Temulawak, kunyit, bangle, temugiring


CARA PEMBUATAN JAMU YANG BAIK

- Semua bahan harus dicuci bersih


- Jika membuat perasan harus digunakan air matang
- Jika membuat rebusan
- gunakan air yang bersih
- hindari penggunaan panci aluminium atau besi
(lebih baik stainless still, enamil, periuk tanah)
- sebelum 24 jam harus dimasak kembali
- jika berbau minyak menguap panci harus terus
tertutup
PANCI INFUSA
Terdapat dua panci :
A. Panci sebelah dalam
berisi bahan dan air
B. Panci sebelah luar berisi
air sebagai penangas
A
Pemanasan 15 menit
B dihitung penangas
mulai mendidih (infusa)
atau 30 menit (dekokta)
PANCI INFUSA

 STAINLESS STEEL  TERLAPISI ENMEL

You might also like