You are on page 1of 47

 Home

 KARDIOVASKULER
o KARDIO
o VASKULER
 IMUN DAN HEMATOLOGI
o IMUN
o HEMATOLOGI
 Tutorial
o Tutorial Blog
 Peralatan
o Widget (smiley) »
 SMS Gratis
 Scrool Ajaib
 Status YM
o Kode kode Warna
 Zona Aneh
o Unik
o Gila
o Hiburan
 Link Sahabat
 [ Kontak Admin ]

Search...

kumpulan askep
makalah|tugas|laporan|tips & trik

Sabtu, 21 Januari 2012


ASKEP LEUKEMIA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mempertinggi derajat kesehatan yang besar artinya bagi pengembangan dan
pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan
pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak
membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi
lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makan, berkurangnya aktivitas fisik
dan meningkatnya pencemaran atau polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari
telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin
meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti; jantung, kanker, diabetes,
hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Demikian juga dengan pola penyakit penyebab
kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab
kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif) (Depkes RI,
2002).

Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah kanker. Kanker merupakan salah
satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World Health Organization (WHO)
mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu
2005 dan 2015.3 Pada tahun 2000 terdapat 10 juta orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta
wanita) menderita kanker di seluruh dunia dan 6,2 juta diantaranya meninggal dunia
(Case Fatality Rate/CFR 62%) (WHO, 2003).

Penelitian Jemal, et al. (2004) melaporkan bahwa terdapat 1.368.030 kasus baru kanker di
Amerika Serikat dan 563.700 orang meninggal karena penyakit tersebut (CFR 41,7%).
Sedangkan di Eropa 1.711.000 orang meninggal dari
2.886.800 kasus kanker pada tahun yang sama (CFR 59,27%).
Data Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan, kanker merupakan penyebab
utama kematian ke enam di Indonesia dan diperkirakan terdapat insiden kanker 100 per
100.000 penduduk setiap tahunnya.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) menyebutkan bahwa prevalensi kanker di Indonesia
adalah 430 per 100.000 penduduk.

Data dari Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) melaporkan bahwa pada


tahun 2005 terdapat 7 juta kematian dari 11 juta orang yang terdiagnosis kanker (CFR
63,63%). Diperkirakan pada tahun 2030 terdapat 17 juta kematian dari 27 juta orang yang
terdiagnosis kanker (CFR 62,96%).8 Salah satu jenis kanker yang ditandai oleh
penimbunan sel darah putih abnormal dalam sumsum tulang adalah leukemia. Leukemia
terjadi karena penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh
sumsum tulang (bone marrow) sehingga sel darah putih memproduksi sel yang abnormal
menjadi sel leukemia. Berbahaya karena produksi yang berlebihan tidak terkontrol
(abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer
atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat
mengganggu fungsi normal sel lainnya. Dalam tahun 2006 diperkirakan ada 35.000 orang
di Amerika Serikat yang terdiagnosis menderita leukemia, 25% di antaranya berumur di
atas 50 tahun dan sisanya menyerang anak-anak dan orang dewasa.
Menurut WHO (2002) leukemia terjadi hampir di seluruh dunia. Registrasi kanker telah
mencatat sekitar 250.000 kasus baru per tahun dengan CFR 76%. Dari 100.000 kasus
baru kanker, Leukemia Mielositik Akut (LMA) sekitar 2,5%, sementara Leukemia
Limfositik Akut (LMA) adalah sekitar 1,3% (WHO, 2002).

Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di Amerika Serikat
33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki (56,88%) dan 14.420 kasus baru
lainnya pada perempuan (43,12%). Insiden rate (IR) leukemia pada laki- laki di Canada
14 per 100.000 penduduk dan pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang
sama.

Data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) menyebutkan bahwa setiap
4 menit terdapat 1 orang meninggal karena kanker. Diperkirakan 139.860 orang di
Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma dan 53.240 orang meninggal karena
kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2 per 100.000 penduduk.

Seminar kanker pada anak (2001) di Jakarta, Djajadiman (bagian Hematologi


Anak) mengatakan leukemia merupakan kanker yang paling banyak di jumpai pada anak-
anak yaitu 30-40% dari seluruh kanker pada anak. Angka kejadian tertinggi antara usia 3-
6 tahun dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan dengan perbandingan
2: 1.

Berdasarkan data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2006 , kasus leukemia (5,93%) berada pada peringkat kelima setelah kanker
payudara, kanker leher rahim, kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, limfoma non-
Hodgkin dari seluruh pasien kanker rawat inap rumah sakit di Indonesia.

Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan 650


kasus kanker baru di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat di Jakarta.
Sebanyak 70% merupakan penderita leukemia atau kanker darah. Umumnya, pasien
kanker anak datang setelah masuk stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan.
Hasil penelitian Lubis (2004), melaporkan bahwa pada tahun 1998-2002 di RS Santa
Elisabeth Medan tercatat 84 penderita leukemia, 48 orang diantaranya menderita
leukemia limfositik (57,14%) dan 36 orang lainnya menderita leukemia mielositik
(42,86%).

Hasil penelitian Simamora (2009), melaporkan bahwa di RSUP H. Adam


Malik Medan tahun 2004-2007 tercatat 162 penderita leukemia, Leukemia Limfositik
Akut (LLA) 87%; Leukemia Granulositik/Mielositik Akut (LGA/LMA) 6,2%;
Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK) 2,5%, dan Leukemia
Limfositik Kronik (LLK) 4,3% (Depkes RI, 2007).

Data yang diperoleh dari rekam medik di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun
2005-2009 ditemukan penderita leukemia rawat inap sebanyak 116 orang. Rincian tiap
tahun yaitu pada tahun 2005 jumlah penderita 27 orang, tahun 2006 jumlah penderita 25
orang, tahun 2007 jumlah penderita 20 orang, tahun 2008 jumlah penderita 26 orang, dan
tahun 2009 jumlah penderita 18 orang.

Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita
penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya meninggal karena penyakit
tersebut, Hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa (Wikipedia,
2000).

Sementara itu berdasarkan data registrasi kanker berbasis rumah sakit di DKI Jakarta
tahun 2005, kanker pada anak usia 0-17 tahun terbanyak adalah leukemia (33,7%),
neuroblastoma (7%), retinoblastoma (5,3%), osteosarcoma (4,8%), dan Lyphoma Non
Hodgkin (4,8%) ( dinkes, 2005).

Para ahli kedokteran sampai saat ini masih meraba penyebab terjadinya penyakit tersebut
karena banyak faktor penyebab namun belum ada yang mendominasi hingga terjadinya
penyakit tersebut. Oleh karena itu, untuk mencegah leukemia atau kanker darah kita
harus mengenal lebih jauh tentang leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari
penyakit leukemia, cara diagnosa dan penyembuhannya.

Dari uraian di atas, penyakit leukimia ini harus ditangani dengan tepat agar penderita
tidak terjangkit penyakit lainnya karena tranfusi yang tidak steril. Berdasarkan paparan
dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk membahas kasus mengenai
penyakit leukimia ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem imun dan
hematologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
Asuhan Keperawatan Tn. I dengan Leukemia di ruang interne RSUD Raden Mattaher Jambi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari dan membahas kasus tentang Leukemia ini diharapkan mahasiswa dapat
gambaran umum asuhan keperawatan pada kasus Leukemia ini.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. I dengan Leukemia
di ruang interne RSUD Raden Mattaher Jambi.
b. Mahasiswa mampu membuat Diagnosa Keperawatan pada Tn. I dengan Leukemia di ruang
interne RSUD Raden Mattaher Jambi.

1.

1. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. I dengan


Leukemia di ruang interne RSUD Raden Mattaher Jambi.
1.

2.

3.

2. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn. I dengan Leukemia di


ruang interne RSUD Raden Mattaher Jambi.
3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn. I dengan Leukemia di ruang
interne RSUD Raden Mattaher Jambi.

4. Mahasiswa mampu membuat pendokumentasian tindakan keperawatan yang telah


dilakukan
pada Tn. I dengan Leukemia di ruang interne RSUD Raden Mattaher Jambi.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang penyakit Leukemia.
b. Mahasiswa mendapatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada penyakit Leukemia.
2. Bagi Akademik
Akademik dapat memotivasi mahasiswa tentang penyakit leukemia melalui proses pembelajaran
dan praktek di lapangan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Tinjauan Teori

 Anatomi fisiologi sistem imun dan hematologi

a. Anatomi fisiologi sistem imun

Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan


manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau
serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan
juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti
yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
(Wikipedia.com, 05 November 2011).

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu,
dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan
resiko terkena beberapa jenis kanker.

Fungsi dari sistem Imun

1. Sumsum

Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk
limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga
terdapat di tempat lain.

2. Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas
ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut
penting yang dikenal sebagai toleransi diri.

3. Getah bening

Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan


limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan
para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting
dalam pemeriksaan fisik pasien.

4. Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)

Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa,
jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan,
saluran pernafasan dan saluran urogenital.

b. Anatomi Fisiologi Sistem Hematologi


Menurut Handayani, 2008, anatomi fisiologi sistem hematologi adalah :
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan
organ lain karena berbentuk cairan.
Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersuspensi dalam plasma darah. Sel darah dibagi
menjadi eritrosit (sel darah merah, normalnya 5 ribu per nm kibek darah) dan leukosit(sel darah
putih, normalnya 5.000 sampai 10.000 per nm kibek darah). Terdapat sekitar 500 sampai 1000
eritrosit tiap satu leukosit. Leukosit dapat berada dlam beberapa bentuk : eusinofil, basofil,
monosit, netrofil, dan limfosit. Selain itu dalam suspensi plasma, ada juga fragmen-fragmen sel
tak berinti yang disebut trombosit (normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per nm kibek
darah). Komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40% sampai 45% volume darah.
Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut hematokrit. Darah terlihat sebagai cairan
merah, opakdan kental. Warnanya ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah
merah.
Volume darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
Darah bersirkulasi dalam system vaskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh,
membawa oksigen yang diabsorpsi oleh paru dan nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus
gastrointestinal ke sel tubuh untuk metabolisme sel. Darah juga mengangkut produk sampah
yang dihasilkan oleh metabolism sel ke paru, kulit, dan ginjal yang akan ditransformasi dan di
buang keluar tubuh. Darah juga membawa hormone dan antibodi ke tempat sasaran atau tujuan.
Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap berada dalam cair normal. Karena berupa
cairan, selalu terdapat bahaya kehilangan darah dari system vaskuler akibat trauma. Untuk
mencegah bahaya ini, darah memiliki mekanisme pembekuan yang sangat peka yang dapat
diaktifkan setiap saat diperlukan untuk menyumbat kebocoran dalam pembuluh darah.
Pembekuan yang berlebih juga sama bahayanya karena potensial menyumbat aliran darah ke
jaringan vital. Untuk menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme fibrinolitik yang
kemudian akan melarutkan bekuan yang terbentuk dalam pembuluh darah.

1. Darah

Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitif sampai
manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga
dapat menjalankan fungsinya sebagai: (a) pembawa oksigen (oxygen carrier); (b)
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi; dan (c) mekanisme hemostasis. Darah
terdiri atas 2. komponen utama:

1. Plasma darah: bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan
protein darah.
2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas:
3. Eritrosit: sel darah merah (SDM)-red blood cell (RBC) b. Leukosit: sel darah
putih (SDP)-white blood cell (73C) c. Trombosit: butir pembeku-platelet.
4. Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh, yaitu berfungsi
melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah putih
berkisar dari 4.000-10.000/mm3.

Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih
digolongkan menjadi 2 yaitu : granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan
agranulosit (leukosit mononuklear).

1. Granulosit

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma.


Berdasarkan warna granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat
3 jenis granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil.

1.
Neutrofil
Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap invasi
oleh bakteri,
sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan
terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau
agen penyebab infeksi lainnya.

Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan kadang-kadang


seperti terpisah- pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus
(granula). Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap
zat warna basa dan memberi warna biru atau merah muda pucat
yang dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah muda.
.Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak,
mencapai
60% dari jumlah sel darah putih.
Neutrofil merupakan sel berumur pendek dengan waktu paruh
dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari dalam
jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.

1. Eosinofil

Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan meningkat saat


terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang
kasar dan besar.
Sel granulanya berwarna merah sampai merah jingga.

Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar hanya 6-10 jam
sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat eosinofil menghabiskan sisa
8-12 hari dari jangka hidupnya.
Dalam darah normal, eosinofil jauh lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4%
dari jumlah sel darah putih.

2. Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu kurang dari
1% dari jumlah sel darah put ih. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma
yang bentuknya tidak beraturan dan berwarna keunguan sampai hitam. Basofil
memiliki fungsi menyerupai sel mast, mengandung histamin untuk
meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan heparin untuk
membantu mencegah pembekuan darah intravaskular.
1. Agranulosit

Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit terdiri dari


limfosit dan monosit.

1. Limfosit

Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah neutrofil,


berkisar 20-35% dari sel darah put ih, memiliki fungsi dalam reaksi
imunitas. Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh
pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna biru.

Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T


bergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus. Limfosit B tidak
bergantung timus, tersebar dalam folikel-folikel kelenjar getah bening.
Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan selular melalui
pembentukan sel yang reaktif antigen sedangkan limfosit B, jika dirangsang
dengan semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma yang
menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respons
kekebalan hormonal.

2. Monosit

Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-8% dari sel


darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah.
Intinya terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus, protoplasmanya melebar,
warna biru keabuan yang mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan.

Monosit memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif, membuang sel-sel


cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme.

 Hemopoesis (hematopoesis)

Hemopoesis atau hematopoesis ialah proses pembentukan darah. Tempat hemopoesis


pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur:

1. yolk sac : umur 0-3 bulan intrauterin.


2. hati & lien : umur 3-6 bulan intrauterin.
3. sumsum tulang : umur 4 bulan intrauterin-dewasa.

 Bahan-bahan pembentuk darah


Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :

1. Asam folat & vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel b. Besi
: sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
2. Cobalt, magnesium, Cu, Zn d. Asam amino.
3. Vitamin lain : vitamin C, B komples, dan lain-lain.

 Tahap pembekuan darah

1. Tahap pertama, pembentukan tromboplastin plasma intrinsic yang juga disebut


tromboplastogenesis, dimulai dengan trombosit terutama TF3 (factor trombosit 3)
dan factor pembekuan lain dengan bantuan kolagen. Factor pembekuan tersebut
ialah factor IV, V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian factor III dan VII.
2. Tahap kedua, perubahan protrombin menjadi thrombin yang di katalisasi oleh
tromboplastin, factor IV, V, VII dan X.
3. Tahap ketiga, perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator thrombin,
TF1 dan TF2.

 Definisi Leukimia

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum
tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002
: 248 ).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau
akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit (Reeves, 2001).

 Klasifikasi

Menurut Handayani, 2008 leukemia dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Leukemia Mielogenus Akut

AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.

Gambar 1. Leukemia Mielositik Akut

2. Leukemia Mielogenus Kronis

CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak
sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang
menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi
tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

a b

Gambar 2. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

1. Luekemia Limfositik Akut

ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang
dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

Gambar 3. Leukemia Limfositik Akut

1. Leukemia Limfositik Kronis

CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi
klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit lain.

a b

Gambar 4. Leukemia Limfositik Kronik

 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

1. Faktor genetik seperti virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
2. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom.
3. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya
4. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
5. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
6. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
7. Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang
memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi),
juga lebih peka terhadap leukemia.

1. Sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi.
Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177).

 Epidemiologi

1. Berdasarkan Orang
1. Umur

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di Amerika


Serikat, leukemia menyerang semua umur. Pada tahun 2008, penderita leukemia
44.270 orang dewasa dan 4.220 pada anak-anak. Biasanya jenis leukemia yang
menyerang orang dewasa yaitu LMA dan LLK sedangkan LLA paling sering
dijumpai pada anak-anak.

Menurut penelitian Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di RSUD Dr.


Soetomo LLA menduduki peringkat pertama kanker pada anak selama tahun
1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari seluruh keganasan pada anak yang
tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%) adalah LLA, 50 anak (10%)
menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus merupakan leukemia
mielositik kronik (The Leukemia and Lymphoma Society, 2009).

Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2004-2007


menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15
tahun khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60 tahun
20,4%, dan pada usia >60 tahun 1,8%.

2. Jenis Kelamin

Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki dibanding
perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus baru leukemia
pada laki-laki.10 Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology And End
Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian leukemia lebih besar pada laki-
laki daripada perempuan dengan perbandingan 57,22%:42,77%.

Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan, proporsi


penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki- laki
dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).

3. Ras

IR di negara barat adalah 4 per 100.000 anak-anak di bawah usia 15 tahun. Angka
kejadian terendah terdapat di Afrika (1,18-1,61/100.000) dan tertinggi di antara
anak-anak Hispanik (Costa Rica 5,94/100.000 dan Los Angeles 5,02/100.000). IR
ini lebih umum pada ras kulit putih (42,1 per 100.000 per tahun) daripada ras kulit
berwarna (24,3 per 100.000 per tahun) (Soegiyanto, 2004).

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009), leukemia


merupakan salah satu dari 15 penyakit kanker yang sering terjadi dalam semua ras
atau etnis. Insiden leukemia paling tinggi terjadi pada ras kulit putih (12,8 per
100.000) dan paling rendah pada suku Indian Amerika/penduduk asli Alaska (7,0
per 100.000).

2. Berdasarkan Tempat dan Waktu

Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus leukemia di Amerika
Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki (55,37%) dan 14.557 kasus lainnya pada
perempuan (44,63%). Pada tahun yang sama 21.716 orang meninggal karena leukemia
(CFR 66,58%).

Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008) menyebutkan
bahwa IR tertinggi LMK terdapat di Swiss dan Amerika (2 per 100.000) sedangkan IR
terendah berada di Swedia dan Cina (0,7 per 100.000). LMK merupakan leukemia kronis
yang paling sering dijumpai di Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. IR LMK di negara
barat adalah 1-1,4 per 100.000 per tahun. Berdasarkan data dari International
Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) penderita leukemia pada anak-anak di
RSK Dharmais terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus
leukemia pada anak dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus (Depkes RI,
2007).
Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30 penderita (18,52%), tahun
2005 terdapat 39 penderita (24,07%), tahun 2006 terdapat 35 penderita (21,61%) dan
pada tahun 2007 terdapat 58 penderita (35,8%) (Simamora, 2009).

 Patofisiologi

Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh
dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang
yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, & Yuliani
R, 2001: hal. 175).

 Manifestasi Klinis

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia,
infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme. Menurut Soedoyo,
2007, manifestasi klinis leukemia dibagi menjadi :

1. Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum


tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak,
nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksia, nyeri tulang dan
sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan
femur.

2. Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura
atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100
ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan ganggua n metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
3. Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami
gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan
kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan
atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan
perjalanan penyakitnya.

4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase
kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase
akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan
demam yang disertai infeksi.

 Komplikasi

Menurut Betz, 2000 komplikasi leukemia adalah :

1. Kelelahan
2. Perdarahan, epistaksis, ptekie
3. Splenomegali
4. Stroke
5. Infeksi

 Insiden

ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak
yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih
baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih
sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang ju ga lebih rendah.
ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia
pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempun yai kelainan
kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam ha l
menginduksiremisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan
ALL. Li ma puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki
remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).
 Pemeriksaan Diagnostik

1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit
lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.

2. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat

3. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.

4. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.

5. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.

6. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

7. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

8. Retikulosit : jumlah biasaya rendah

9. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

10. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature

11. PTT : memanjang

12. LDH : mungkin meningkat

13. Asam urat serum : mungkin meningkat

14. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik

15. Copper serum : meningkat

16. Zink serum : menurun

17. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan (Betz,
Cecily L. 2002. hal : 301-302).
 Penatalaksanaan

Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada
anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan
rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai
agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai
3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan
organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah
prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar
asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik
akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat
pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).

1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
1. Fase induksi

Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

2. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.
3. Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis


dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara
berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum
tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

 Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian
1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya

2. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal


kembar monozigot)

3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala,


anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat

4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan


atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa
pus

5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan


membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda
invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.

6. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di


sekitar rektal dan nyeri.

7. Kaji adanya :
Hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri.
8) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : takikaardia, kelemahan dan penurunan kekuatan.

9) sirkulasi

Tanda : tekanan darah sedikit menurun, denyut perifer cepat dan kuat (fase demam),
kulit hangat, divresia karena fasodilatasi ,pucat dan lembah, hipovelmia,penurunan
aliran darah.

10) Eliminasi

Gejala : diare, penurunan haluan urine

Tanda : olistensi abdomen

11) Makanan dan Cairan

Gejala : anoreksia, mual, muntah

Tanda : penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan penurunan massa
otot, penurunan haluan urine, konsentrasi urine.

12) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, pusing dan pingsan

Tanda : gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriv/koma

13) Pernapasan

Gejala : napas pendek pada istrirahat dan aktivitas.


Tanda : takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.

14) Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : maslah kesehatan kronis, misalanya: hati,ginjal, keracunan, alkohol, riwayat


splenektomi, operasi/prosedur invasif, luka traumatik

(Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 17).

1. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan (perifer) berhubungan dengan penurunan komponen
pengangkut O2.
2. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
5. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


Diagnosa
N
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
O
Tujuan : Mandiri :
Setelah
diberikan  Kaji yang mendasa  Dengan
Gangguan
tindakan ri dan banyaknya mengetahui pe
perfusi
keperawatan darah yang keluar nyebab
jaringan
selama 3 x 24 perawat dapat
(perifer)
jam, mengkaji dan
berhubungan
1. diharapkan menghilangkan
dengan
perfusi penyebab.
penurunan
jaringan Banyaknya darah
komponen
perifer kembali yang dikeluarkan
pengangkut
efektif dengan dapat diberikan
O2.
Kriteria hasil: intervensi yang
tepat
 Kulit  Untuk menentu
membr  Kaji TTV kan intervensi
an selanjutnya
mukosa  Posisi kepala
tidak lebih tinggi kira-
pucat kira 30 – 450
 Saturas  Bantu klien untuk dapat
i meninggikan posisi mempertahankan
oksigen kepala lebih tinggi masukan O2 yang
normal daripada badan adekuat, agar
(97 %) kebutuhan tubuh
 Capilla terhadap O2 dapat
ry refill terpenuhi
normal
(2 – 3 Kolaborasi :
detik) Kolaborasi :
 Intake  Pemberian O2 s
dan  Pemberian O2 sesuai esuai indikasi
output indikasi dapat memenuhi
seimba kebutuhan O2
ng klien

Tujuan : Mandiri :
Setelah
diberikan  Kaji keluhan nyeri,  Perubahan lokasi
tindakan perhatikan lokasi atau atau karakter
keperawatan karakter dan intensitas atau intensitas
selama 2 x 24 (skala 0-10) nyeri dapat
jam mengindikasikan
diharapkan terjadinya
nyeri klien komplikasi atau
terkontrol  Berikan tindakan perbaikan.
Nyeri
dengan kenyamanan dasar  Meningkatkan
berhubungan
Kriteria hasil : contoh tekhnik relaksasi.
dengan efek
2. relaksasi, perubahan
fisiologis
 Adanya posisi dengan sering.
dari
laporan  Berikan lingkungan
leukemia.
rasa yang tenang sesuai
nyeri indikasi
klien
berkura
ng
 Ekspre
si  Menurunkan re
wajah  Dorong ekspresi p aksi terhadap
klien erasaan tentang nyeri stimulasi dari luar
tidak atau sensivitas
meringi pada suara -
s suara bising dan
 Klien meningkatkan
tidak istirahat/relaksasi.
tampak
gelisah  Berikan kompres
 TTV hangat pada lokasi
dalam nyeri  Pernyataan
batas memungkinkan
normal pengungkapan e
(TD: mosi dan dapat
120/80 meningkatkan
mmHg, mekanisme
Nadi: koping.
60 –
100 Kolaborasi :
kali per
menit,  Berikan analgetik,  Meningkatkan
RR: 16 sesuai indikasi. vasokontriksi,
– 20 penumpukan
kali pe resepsi sensori
menit, yang selanjutnya
Suhu: akan menurunkan
36 - nyeri di lokasi
370C ± yang paling
0,50C) dirasakan.

Kolaborasi :

 Mungkin
diperlukan untuk
menghilangkan
nyeri yang berat
serta
meningkatkan
kenyamanan dan
istirahat. Catatan :
Narkotik
mungkin
merupakan
kontraindikasi
sehingga
menimbulkan
ketidak- akuratan
dalam
pemeriksaan
neurologis.

Setelah
dilakukan 1. Suhu 38 sampai 41,1
tindakan menujukan adanya
keperawatan infeksius akut.
selama 2 x 24 Mandiri :
jam 1. Pantau suhu tubuh pasien 2. Suhu ruangan /jumlah
diharapkan perhatikan adanya selimut harus di ubah
suhu tubuh mengiggil/diafores. untuk mempertahankan
klien kembali suhu mendekati normal.
normal dengan 2. Pantu suhu
KH : lingkungan,batasi/tambahkan
3. Dapat membantu
linen tempat tidur sesuai mengurangi demam,
indikasi.
 Tidak penggunaan air
mengal es/aklhokol
3. Berikan kompres mandi
Hipertermi ami mungkinmenyebabkan
hangat hindari penggunaan
berhubungan kompli kedinginan, peningkatan
alkohol. Pada daerah frontalis
dengan kasi suhu secara actual.
3. dan aksila.
proses yang 4. Di gunakan untuk
inflamasi berhub mengurangi demam
4. Berikan selimut pendingin. umumnya lebih besar
penyakit. ungan.
 Tanda dari 39,5°csampai 40°c
tanda 5. Anjurkan klien memakai pada waktu terjadi
vital pakaian tipis dan mudah kerusakan /gangguan
normal. pada otak.
menyerap keringat.
 S :
36,5- 5. Dengan pakaian tipis
37,5 dan menyerap keringat
0 Kolaborasi:
C. 1. Berikan antipiretik, maka akan mengurangi
 Leukos Misalnya aspirin penguapan
it : asetaminofen
5000- 1. Di gunakn untuk
10000/ memgurangi demam
ml3. dengan aksi sentral nya
kepada hipotalamus.
Tujuan: Mandiri:
Perubahan Setelah
nutrisi melakukan  Kaji kebiasaan diet,
 Pasien distress
kurang dari tindakan masukan makan saat
pernapasan akut
kebutuhan keperawatan ini. Catat derajat
4. sering menderita
tubuh selama 3 x 24 kesulitan makan
karena dispnea,
berhubungan jam
produksi sputum
dengan diharapkan
dan obat.
anoreksia. nutrisi klien
dapat  Berikan perawatan
terpenuhi oral sering
secara adekuat.
 Rasa tak enak,
bau dan
Kriteria Hasil: penampilan
adalah pencegah
 Nafsu utama terhadap
makan napsu makan dan
klien dapat membuat
mening mual dan muntah
kat  Berikan makanan dengan
 Keadaa porsi kecil dan sering. peningkatan
n kesulitan napas.
umum  Dapat
klien meningkatkan
memba Kolaborasi: masukan
ik
 Pucat  Konsul dengan ahli
hilang. diet / gizi untuk
memberi makanan
yang muda dicerna.

 Metode makanan
dan kebutuhan
kalori didasarkan
pada situasi /
kebutuhan
individu untuk
memberikan
nutrisi maksimal.

Tujuan:
Mandiri :
Setelah
Resiko melakukan  Perdarahan
 Gunakan semua
terhadap tindakan memperberat
tindakan untuk
cedera/perdar keperawatan kondisi anak
mencegah perdarahan
ahan yang selama 1 x 24 dengan adanya
khususnya pada
5. berhubungan jam anemia
daerah ekimosis
dengan diharapkan
o Cegah ulserasi
penurunan cidera tidak
oral dan rectal
jumlah terjadi.
trombosit. Kriteria Hasil :

 Klien  Kulit yang luka


tidak cenderung untuk
tampak  Gunakan jarum yang berdarah
cedera. kecil pada saat
 Klien melakukan injeksi
dapat
mobilis
asi  Mencegah
tanpa  Menggunakan sikat menimbulkan
tergang gigi yang lunak dan luka yang besar.
gu. lembut
 Laporkan setiap tanda-
tanda perdarahan
(tekanan darah  Mencegah
menurun, denyut nadi perdarahan pada
cepat, dan pucat) gusi.
 Hindari obat-obat
yang mengandung
aspirin
 Menyiapkan
kesiagaan
perawat dalam
menanggulangipe
 Ajarkan keluarga rdarahan.
untuk mengontrol
perdarahan hidung

 Memberikan
intervensi dini
dalam mengatasi
perdarahan
karena aspirin
mempengaruhi
fungsi trombosit
 untuk mencegah
perdarahan

(Doenges, Marilynn E. 1999.)


BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS PEMICU LEUKIMIA

Tn. I usia 40 tahun, agama Islam, alamat tinggal jln. Ratu Jambi, pekerjaan buruh, masuk rumah
sakit tanggal 8/11/2011, ruang isolasi, interne. Klien masuk rumah sakit dengan alasan sesak
nafas yang tidak tertahan sejak 2 hari yang lalu,klien mengatakan demam, tidak enak badan,
tidak nyaman (gerah), klien juga mengatakan tidak ada nafsu makan sejak 5 hari yang lalu, BB
sebelum sakit 60 kg. Saat pengkajian didapatkan data: klien tampak sesak, tampak menggunakan
otot bantu napas, klien tampak pucat, tampak terpasang oksigen 3 liter. Klien tampak demam,
klien tampak berkeringat, badan klien tampak kurus dan klien tampak lemah. Dari hasil
pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh : TD : 80/50 mmHg, N : 80x/I, RR : 37x/I, S :
38,60C, konjungtiva anemis, sianosis, kafilarevil 4 detik, akral teraba dingin, mukosa bibir
kering, tubuh klien teraba hangat, klien terlihat gelisah, BB klien turun 3 kg sejak sakit, BB saat
pemeriksaan 57 Kg, makan yang dihabiskan hanya ¼ porsi, mual (+), muntah (+). Dari hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab : Hb: 6,7 gr/dl, leukosit: 16.500 ml3, trombosit:
340.000 ml3.
A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama : Tn. I

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 Tahun

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jln. Ratu Jambi

Tanggal masuk : 8 November 2011

Unit : Rawat Inap

Ruang : Interne

Kelas : Iso

2. Alasan masuk rumah sakit

Klien masuk rumah sakit dengan alasan sesak nafas yang tidak tertahan sejak 2 hari yang
lalu,klien mengatakan demam, tidak enak badan, tidak nyaman (gerah), klien juga
mengatakan tidak ada nafsu makan sejak 5 hari yang lalu, BB sebelum sakit 60 kg.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian pada Tn. I didapatkan : klien tampak sesak, tampak menggunakan
otot bantu napas, klien tampak pucat, tampak terpasang oksigen 3 liter. Klien tampak
demam, klien tampak berkeringat, badan klien tampak kurus dan klien tampak lemah.
Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh : TD : 80/50 mmHg, N : 80x/I, RR
: 37x/I, S : 38,60C, konjungtiva anemis, sianosis, kafilarevil 4 detik, akral teraba dingin,
mukosa bibir kering, tubuh klien teraba hangat, klien terlihat gelisah, BB klien turun 3 kg
sejak sakit, BB saat pemeriksaan 57 Kg, makan yang dihabiskan hanya ¼ porsi, mual (+),
muntah (+).

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien pernah mengalami penyakit seperti ini.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengalami penyakit hipotensi.

f. Pemeriksaan Spritual
Istri dan anak klien mengatakan mereka juga berdoa untuk kesembuhan ayahnya.
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : sadar/compos mentis

2. TB/BB (cm) :175 cm/ 57 kg

3. Kepala :
a. Lingkar kepala : 55 cm
b. Rambut : kebersihan.(bersih) warna. (hitam) Tekstur (kasar) distribusi rambut.(merata)
Kuat/mudah tercabut
( kuat ).
4. Mata :

a. Sklera : Normal/non ikterik


b. Konjungtiva :anemis
c. Palpebra :-

d. Pupil : ukuran........2mm.........bentuk.....isokor......... reaksi cahaya........+/ normal.........


5. Telinga :

a. Simetris : iya

b. Serumen : tidak ada peningkatan sekret


c. Pendengaran : Baik
6. Hidung
Septum simetris :ya
Sekret :tidak ada peningkatan sekret
Polip :tidak

7. Mulut :
Kebersihan.(kurang) .Warna (merah) Kelembaban.(kering), gusi berdarah 3 hari yang lalu.
a. Lidah : Ada sariawan ± 1 cm

b. Gigi : caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi yang di atas)
8. Leher :

a. Kelenjer getah bening :

Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm dan di inguinal dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x
2 cm
b. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan
c. JVP 5-2 cm H2O

9. Dada/pernafasan :

a. Inspeksi : simetris,pernafasan (n),menggunakan otot bantu


b. Palpasi : tidak teraba masa,tidak ada benjolan dithorax dan aksila
c.perkusi : sonor
d,\.auskultasi : vesikuler,rhonci (+),whizeeng(+)
10. Jantung :

a. Inspeksi : iktus cordis di RIC V

b. Auskultasi :tidak terdengar bunyi tambahan


c. Palpasi :tidak ada pengbengkakan,tidak ada nyeri saat dipalpasi
d, perkusi : pekak
11. Paru-paru :

a. Inspeksi : simetris
b. Palpasi : fremitus kiri=kanan
c. Perkusi :-
d. Auskultasi : vesikuler
12. Perut :

13. Punggung : bentuk normal

14. Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot baik


15. Genitalia :-

16. Kulit :

a. Warna :sawo matang


b. Turgor :kembali dalam waktu 2 detik
c. Integritas :ada purpura di abdomen
d. Elastisitas :elastic

17. Pemeriksaan Neurologis :

1. Nervus 1 (oltautorius)

Klien dapat membau makanan,dapat membedakan aroma dan bau.

1. Nervus 2 (optikus)

Klien dapat menggerakkan bola mata,otot mata normal,penglihatan kiri dan kanan normal, jauh
jarak pandang normal

1. Nervus 3 (coculomotorus)

Klien dapat menggerakan bola mata secara bersamaan seperti mangadip,menutup,membuka


secara bersamaan.

1. Nervus 4 (troclearis)
Klien tidak mengalami kesulitan dalam menggerakkan bola mata untuk melirik bawah dan
samping.

1. Nervus 5 (trigewitis)

Untuk seluruh otot wajah dan mulut klien tidak mengalami kekakuan dan klien dapat merasakan
rangsangan

1. Nervus 6 (obdusens)

Mata kiri/kanan mampu menggerakkan bola mata ke arah tengah dan menjauhkan sumbu tubuh

1. Nervus 7 (tacialis)

Wajah klien simetris dan ketajaman pengecapan baik.

1. Nervus 8 (vortibular)

Dapat menerima rangsangan suara dan kepala mampu berorientasi

1. Nervus 9 (glesso paringeus)

Klien tidak mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan..

1. Nervus 10 (vasus)

Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan

1. Nervus 11 (asesorius)

Kemampuan mobilitas leher klien baik dan mampu mengangakat bahu

1. Nervus 12 (agpug lasus)

Lidah klien simetris dan indra pngecapan tidak mengalami kelumpuhan

1.

2.

3.

4.
5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

1. Sensasi terhadap rangsangan


1. Nyeri : baik
2. Suhu : baik
3. Raba ; baik
4. Pengecapan : baik
2. Integumen/kulit

Keadaan kulit baik, utuh, suhu dingin, tidak terdapat lesi dan edema.

1. Laboratorium :

Hb : 6,7 gr/dl, leukosit: 16.500 ml3, trombosit: 340.000 ml3.

ANALISA DATA
Nama : Tn. I
Umur : 40 Tahun
NO Sympthom Etiologi Problem
Ds :

 Klien mengatakan sesak napas


yang tidak tertahan sejak 2 hari
yang lalu.

Do :

 Klien tampak sesak


 Klien tampak menggunakan otot
bantu pernapasan
Penurunan
 RR : 37 x/menit Gangguan perfusi
1. komponen
 TD : 80/50 mmHg jaringan (perifer)
pengangkut O2.
 Wajah klien tampak pucat
 konjungtiva tampak anemis
 ujung jari klien tampak sianosis

 kafilarevil 4 detik
 akral klien teraba dingin
 Hb : 6,7 gr %
 Klien terlihat gelisah.

Ds :

 klien mengatakan demam


 Klien mengatakan tidak enak badan
 Klien mengatakan tidak nyaman
(gerah)
Proses inflamasi
2. Do : Hipertermi
penyakit
 klien tampak demam
 klien tampak berkeringat
 tubuh klien teraba hangat
 S : 38,6 0C
 leukosit: 16.500 ml3

Ds :
Perubahan nutrisi
3.  klien mengatakan tidak ada nafsu Mual, muntah kurang dari kebutuhan
makan sejak 5 hari yang lalu tubuh
 Klien mengatakan BB sebelum
sakit 60 kg

Do :

 badan klien tampak kurus


 klien tampak lemah
 mukosa bibir klien kering
 BB klien turun 3 kg sejak sakit
 BB saat pemeriksaan 57 Kg
 makan yang dihabiskan hanya ¼
porsi
 mual (+)
 muntah (+)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


Nama : Tn. I
Umur : 40 Tahun
N Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
Gangguan Tujuan : Mandiri :
perfusi jaringan Setelah
(perifer) diberikan  Kaji yang men  Dengan
berhubungan tindakan dasari dan mengetahui pen
dengan keperawatan banyaknya darah yebab
penurunan selama 3 x 24 yang keluar perawat dapat
komponen jam,  Kaji TTV mengkaji dan
pengangkut O2 diharapkan  Bantu klien unt menghilangkan
ditandai dengan : perfusi uk meninggikan penyebab.
1.
Ds : jaringan posisi kepala lebih Banyaknya darah
perifer kembali tinggi daripada yang dikeluarkan
 Klien efektif dengan badan dapat diberikan
mengatak Kriteria hasil: intervensi yang
an sesak Kolaborasi : tepat
napas  Kulit  Untuk menentu
yang membr  Pemberian O2 kan intervensi
tidak an sesuai indikasi selanjutnya
tertahan mukosa  Posisi kepala
sejak 2 tidak lebih tinggi kira-
hari yang pucat kira 30 – 450
lalu.  Saturas dapat
i mempertahankan
Do : oksigen masukan O2 yang
normal adekuat, agar
 Klien (97 %) kebutuhan tubuh
tampak terhadap O2 dapat
sesak terpenuhi
 Klien
tampak  Capilla Kolaborasi :
menggun ry refill
akan otot normal  Pemberian O2 s
bantu (2 – 3 esuai indikasi
pernapas detik) dapat memenuhi
an  Intake kebutuhan O2
 RR : 37 dan klien
x/menit output
 TD : seimba
80/50 ng
mmHg
 Wajah
klien
tampak
pucat
 konjungti
va
tampak
anemis
 ujung jari
klien
tampak
sianosis
 kafilarevi
l 4 detik
 akral
klien
teraba
dingin
 Hb : 6,7
gr %
 Klien
terlihat
gelisah.

2. Hipertermi Setelah Mandiri :


berhubungan dilakukan 1. Pantau suhu tubuh 1. Suhu 38 sampai 41,1
dengan proses tindakan pasien perhatikan adanya menujukan adanya
inflamasi keperawatan mengiggil/diafores. infeksius akut.
penyakit ditandaiselama 2 x 24
dengan : jam 2. Pantu suhu 2. Suhu ruangan /jumlah
Ds : diharapkan lingkungan,batasi/tambah selimut harus di ubah
suhu tubuh kan linen tempat tidur untuk mempertahankan
 klien klien kembali sesuai indikasi. suhu mendekati normal.
mengatak normal dengan
an KH : 3. Berikan kompres mandi 3. Dapat membantu
demam hangat hindarimengurangi demam,
 Klien penggunaan alkohol. Pada penggunaan air
mengatak daerah frontalis dan es/aklhokol
an tidak aksila. mungkinmenyebabkan
enak  Tidak kedinginan, peningkatan
badan mengal 4. Berikan selimut suhu secara actual.
 Klien ami pendingin. 4. Di gunakan untuk
mengatak kompli mengurangi demam
an tidak kasi umumnya lebih besar
nyaman yang dari 39,5°csampai 40°c
(gerah) berhub pada waktu terjadi
ungan. 5. Anjurkan klien kerusakan /gangguan
 S : memakai pakaian tipis dan pada otak.
Do : 36,5- mudah menyerap keringat.
37,5 5. Dengan pakaian tipis
0
 klien C. dan menyerap keringat
tampak  Leukos Kolaborasi: maka akan mengurangi
demam it : 1. Berikan antipiretik, penguapan
 klien 5000- Misalnya aspirin
tampak 10000/ asetaminofen
berkering ml3.
at 1. Di gunakn untuk
 tubuh memgurangi demam
klien dengan aksi sentral nya
teraba kepada hipotalamus.
hangat
 S : 38,6
0
C
 leukosit:
16.500
ml3

Perubahan Tujuan: Mandiri:


nutrisi kurang Setelah
3.
dari kebutuhan melakukan  Kaji kebiasaan  Pasien distress
tubuh tindakan diet, masukan pernapasan akut
berhubungan keperawatan makan saat ini. sering menderita
dengan selama 3 x 24 Catat derajat karena dispnea,
anoreksia jam kesulitan makan produksi sputum
ditandai dengan :diharapkan dan obat.
Ds : nutrisi klien
dapat
 klien terpenuhi  Berikan perawatan
mengatak secara adekuat. oral sering  Rasa tak enak,
an tidak bau dan
ada nafsu penampilan
makan Kriteria Hasil: adalah pencegah
sejak 5 utama terhadap
hari yang  Nafsu napsu makan dan
lalu makan dapat membuat
 Klien klien mual dan muntah
mengatak mening dengan
an BB kat peningkatan
sebelum  Keadaa kesulitan napas.
sakit 60 n
kg umum  Berikan makanan
klien porsi kecil dan
Do : memba sering.  Dapat
ik meningkatkan
 badan  Pucat masukan
klien hilang.
tampak Kolaborasi:
kurus
 klien  Konsul dengan
tampak ahli diet / gizi
lemah untuk memberi
 mukosa makanan yang
bibir mudah dicerna.
kering  Metode makanan
 BB klien dan kebutuhan
turun 3 kalori didasarkan
kg sejak pada situasi /
sakit kebutuhan
 BB saat individu untuk
pemeriks memberikan
aan 57 nutrisi maksimal.
Kg
 makan
yang
dihabiska
n hanya
¼ porsi
 mual (+)
 muntah
(+)

(Doenges, Marilynn E. 1999.)

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An. X
Umur : 10 Tahun
Diagnosa
N Hari/Tangg
Keperawat Implementasi Evaluasi
O al
an
1 November  Mengkaji TTV S : Klien mengatakan sesak
1. Dx 1
2011 o TD : 100/60 berkurang
mmHg
o N : 110x/I O : RR = 24 x/i
o RR : 29x/I N : 100x/I
o S : 37,50C Terpasang O2 3 liter
 Membantu klien A : Masalah belum teratasi
untuk meninggikan
posisi kepala lebih P : Intervensi dilanjutkan
tinggi daripada
badan. 1. Mengkaji TTV
2. Membantu klien untuk
Hasil : klien mengatakan meninggikan posisi
sesak sedikit berkurang. kepala lebih tinggi dari
Kolaborasi : pada badan.
3. Memberikan O2 sesuai
 Memberian O2 indikasi (3 liter).
sesuai indikasi(3
liter)

S : Klien mengatakan nyerinya


 Mengkaji keluhan
sedikit berkurang
nyeri, perhatikan
O : Klien tampak meringis
lokasi atau karakter
Skala nyeri 4
dan intensitas
A : masalah teratasi sebagian
(skala 0-10).
P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : klien mengatakan
 Mengkaji keluhan nyeri,
nyeri dibagian sirkumsisi
perhatikan lokasi atau
dengan skala 4.
karakter dan intensitas
(skala 0-10)
 Memberikan
1 November  Memberikan tindakan
2. Dx 2 tindakan
2011 kenyamanan dasar
kenyamanan dasar
contoh tekhnik relaksasi,
contoh tekhnik
perubahan posisi dengan
relaksasi,
sering.
perubahan posisi
o Memberikan
dengan sering.
kompres hangat
pada lokasi nyeri
Hasil : klien
tampak sering
Kolaborasi :
merubah posisinya.
 Memberikan analgetik,
 Memberikan
sesuai indikasi.
kompres hangat
pada lokasi nyeri.

Hasil : klien
mengatakan nyeri
sedikit berkurang
setelah dikompres
dengan air hangat.

Kolaborasi :

 Berikan analgetik,
sesuai indikasi.

 Mengkaji
riwayat
nutrisi
termasuk
makanan
yang
disukai. S :Klien mengatakan nafsu
makan nya meningkat
Hasil : klien
mengatakan O :Nafsu makan klien
suka meningkat
makanan Klien menghabiskan porsi
yang lunak. makan klien.
A : Masalah teratasi
 menganjurk P : Intervensi dipertahankan
1 November
3. Dx 3 an klien
2011
makan  Berikan makanan porsi
sedikit- kecil dan sering.
sedikit tapi  Berikan perawatan oral
sering dan sering
bervariasi.  Konsul dengan ahli diet
/ gizi untuk memberi
Hasil : klien makanan yang muda
tampak dicerna.
sudah ada
peningkatan
nafsu
makan.

 Berikan
perawatan
oral sering

Hasil : klien
tamapk
menbersihk
an mulut
sebelum
dan sesudah
makan

 Timbang
BB setiap
hari.

Hasil : BB 24,5 kg
Kolaborasi:

 Mengkonsul
dengan ahli diet /
gizi untuk memberi
makanan yang
muda dicerna.

BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah mempelajari dan membahas kasus tentang Hemofilia ini diharapkan


mahasiswa dapat gambaran umum asuhan keperawatan pada kasus Hemofilia ini.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian asuhan keperawatan pada An. X dengan
Hemofilia di ruang Anak RSUD Raden Mattaher Jambi.

1.

Mahasiswa mampu menjelaskan Diagnosa Keperawatan, melaksanakan rencana asuhan


keperawatan,

1.
2.

melaksanakan implementasi, melaksanakan evaluasi, mendokumentasikan tindakan


keperawatan yang telah dilakukan pada An. X dengan Hemofilia di ruang Anak RSUD
Raden Mattaher Jambi.

1. Saran

Setelah mempelajari dan mendalami konsep tentang penyakit Hemofilia ini,


hendaknya dan sudah seharusnya mahasiswa mampu menerapkannya dalam
praktik klinik dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit Hemofilia yang meliputi diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan sebaik mungkin sesuai kebutuhan
pasien untuk menekan tingginya angka kematian akibat penyakit Hemofilia ini.

Namun, semua ini tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya bimbingan dan
petunjuk dari para pembimbing. Oleh karena itu, pembimbing hendaknya
memberikan dukungan baik secara moril dan materil agar mahasiswa mampu
melakukan kewajibannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit Hemofilia sehingga para penderita Hemofilia dapat ditangani
dengan tepat dan angka kematiannya pun dapat ditekan.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily. 2002. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. EGC : Jakarta.

Depkes RI, 2003. Kanker Penyebab Kematian Keenam Terbesar di


Indonesia. http://www.depkes.go.id

Depkes RI, 2007. Leukemia Mengintai Anak http://www.litbang.depkes.go.id

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC : Jakarta.
Handayani, W., Haribowa, A. S., 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Salemba Medika. Jakarta
Jemal, et al., 2004. Cancer Statistics 2004. A Cancer Journal Clinicians. 54(1).

Lubis, T., 2004. Karakteristik Penderita Leukemia Rawat Inap di Rumah


Sakit Santa ElisabethMedan Tahun 1998-2002. Skripsi FKM USU
Mansjoer, Arief., et al., 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius
FKUI. Jakarta.
POI-ISO, 2007. Data Kanker. Jakarta http://www.iso-poi.org

Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta :
Salemba Medika; 2001

Simamora, I., 2009. Karakteristik Penderita Leukemia Rawat Inap di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2004-2007. Skripsi FKM USU

Smeltzer, S. C., Bare, B.G., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.


Edisi 8. EGC. Jakarta

Soegijanto, S., 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di


Indonesia. Airlangga. Surabaya

The Leukemia & lymphoma Society, 2009. Fact and Statistics. http://www.leuk emia-
lymphoma.org

WHO, 2003. Global Cancer Rates Could Increase by 50% to 15 Million by


2020. http://www.who.int

Wikipedia.2000.Pengertian Sistem Imun dan Hematologi. http://www.wikipedia.com. Diakses


pada tanggal 05 November 2011 jam 10.00 pm.

Diposting oleh dhikar di 19.14


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: IMUN

1 komentar:

1.

Ace Maxs5 Juni 2015 20.59

terimakasih banyak udah share... :)

http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-serviks/

Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Mengenai Saya
dhikar
Lihat profil lengkapku

Entri Populer
 ASKEP LEUKEMIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur


kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita ban...

 Yang mau Pulsa Rp 5000 MASUK!!

Cuma mau share aja yah :D ane uda dapet Rp. 5000 :D bneran dah :D no HOAXX 1.
Pergi ke http://unik.co.id 2. Lihat ke kanan ada form ...

Pengikut
Arsip Blog
 ▼ 2012 (2)
o ▼ Januari (2)
 Yang mau Pulsa Rp 5000 MASUK!!
 ASKEP LEUKEMIA

Statistik

Free counters
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like