Professional Documents
Culture Documents
3.1.3.1.Proses Demineralisasi
Filter water dari tangki penampungan dipompakan dengan tekanan
keluaran sebesar 5,77 kg/cm2 memasuki filter karbon. Filter karbon berisi karbon
aktif yang digunakan untuk penghilangan bau / warna dan pengikatan zat anorganik
khususnya klorin. Zat tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu karena dapat
merusak resin Cation dan Anion Exchanger. Tekanan yang terjadi pada kondisi
tekanan masuk dan keluar maksimum sebesar 1,5 kg/cm2G.
Air keluaran dari carbon filter akan masuk ke cation exchanger. Pada alat
penukar kation menggunakan resin Duolite C 225 yang digunakan untuk
menghilangkan/mengikat ion logam dari air ataupun ion-ion positif seperti K+,
Ca2+, Mg2+, Fe2+ dan Al3+. Resin kation dimasukkan melalui bagian atas bejana lalu
mengalir ke bawah dan keluar melalui pipa pengumpul internal di bagian bawah.
Air keluaran dari cation exchanger bersifat asam akan dialirkan ke alat
penukar anion melalui bagian atas. Adapun proses pada alat penukar anion ini
digunakan untuk menggantikan ion OH- dari resin anion. Resin yang digunakan
pada penukar anion adalah Duolite A-113 D yang digunakan untuk menghilangkan
ion asam dari air atau ion-ion negatif seperti karbonat, bikarbonat, sulfat, sulfit,
nitrat, nitrit, silika, dan lain-lain. Ion utama yang hendak dihilangkan pada penukar
ion adalah silika. Hal itu disebabkan karena kandungan silika pada air demin dapat
menyebabkan timbulnya kerak (scaling) atau terbentuk silica coloidal pada pompa
yang akan digunakan pada proses pembuatan steam di boiler.
Air keluaran anion tersebut disempurnakan dalam penghilangan ion di
dalam mixed bed exchanger. Pada mixed bed exchanger terjadi pertukaran ion
positif maupun ion negatif. Air keluaran mixed bed yang tidak mengandung ion
positif dan negatif kemudian dialirkan ke demin water tank sebagai tangka
penampungan untuk air yang sudah tidak mengandung mineral.
3. Anion Exchanger
Air keluaran dari proses di cation exchanger akan masuk ke anion
exchanger (3005 UA-UC) melalui bagian atas (top side). Pada bagian ini, akan
terjadi pertukaran ion negatif yang dihilangkan dengan anion resin yang memiliki
rumus kimia R-OH. Volume atau ukuran dari anion exchanger lebih besar daripada
cation exchanger. Hal itu disebabkan karena tujuan utama dari proses pertukaran
ion adalah menghilangkan ion negatif silika yang dapat mengganggu dan
menimbulkan kerak pada pompa pembuatan steam.
Resin yang digunakan pada anion exchanger juga dapat mengalami
kejenuhan sehingga harus diregenerasi dengan larutan soda kaustik (NaOH) yang
dipanaskan terlebih dahulu guna mengikat ion negatif yang terikat pada resin.
Adapun tahapan dari regenerasi anion exchanger hampir sama dengan cation
exchanger. Hal yang membedakannya adalah pada pemanfaatan resin regenerasi
yang masuk ke bed warm u guna menghangatkan resin sebelum dimasukkan ke
caustic soda.
Pemanasan diperlukan untuk mempermudah lepasya anion-anion yang telah
terikat pada resin yang akan diregenerasi dan pemanasan dilakukan hingga resin
memiliki temperatur 50 0C (temperatur operasinya 300C), hal ini berfungsi
menghilangkan silica yang terkandung. Pada unit penukar kation proses ini tidak
perlu dilakukan karena asam sulfat telah memberikan panas ke dalam resin. Air
keluaran anion exchanger akan dilarkan ke tahap akhir dari unit demin plant yaitu
penukar ion gabungan (mixed bed exchanger).
4. Mixed Bed Exchanger
Mixed bed exchanger (3006 UA-UB) dapat dikatakan sebagai kombinasi
antara cation exhcanger dan anion exchanger. Air yang telah dihilangkan
kandungan ion negatifnya didalam anion exchanger kemudian dialirkan ke dalam
mixed bed (3006 UA-UB). Mixed bed berfungsi untuk menyerap sisa kandungan
ion positif dan negatif yang terdapat pada air yang tidak terserap pada cation dan
anion exchanger. Di dalam mixed bed dilakukan pertukaran ion positif dan negatif
secara bersamaan. Oleh karena itu di dalam vessel mixed bed terdapat 2 jenis resin
yaitu resin kation dan anion.
Berdasarkan perbedaan densitas dimana kation lebih berat daripada anion,
maka kation akan jatuh ke bawah vessel sedangkan anion di atasnya. Air keluaran
dari mixed bed yang tidak mengandung ion positif dan negatif akan ditampung di
demin water tank. Terdapat 2 buah mixed bed exchanger yang beroperasi secara
parallel, dimana salah satu vessel akan diregenerasi secara bergantian apabila salah
satu resin mengalami kejenuhan. Urutan langkah proses regenerasi pada mixed bed
exchanger adalah sebagai berikut:
a) Backwash
Tujuan utama dilakukan backwash adalah untuk merenggangkan resin
akibat adanya perbedaan densitas. Proses backwash ini dilakukan dengan cara
merenggangkan resin dan disertai dengan penyusunan ulang resin.
b) Injeksi Acid dan Caustic Soda
Proses utama dari regenerasi resin adalah menggunakan larutan asam
sulfat (H2SO4) dan larutan soda kaustik (NaOH). Resin kation akan diregenerasi
oleh larutan asam sulfat begitupun dengan resin anion akan diregenerasi deengan
larutan NaOH. Tujuan dari injeksi ini adalah untuk mengembalikan daya tukar
resin yang berkurang selama proses operasi.
c) Rinse (Pembilasan)
Tujuan dilakukan pembilasan adalah untuk mengendapkan dan menyusun
kembali media filter. Arah aliran air dari proses pembilasan ini dilakukan secara
berlawanan terhadap alira operasi proses (service) yaitu mengalirkan air dari atas.
Air keluaran dari proses ini tidak ditampung melainkan dibuang.
d) Air Mix
Air mix merupakan proses penginjeksian udara melalui bagian bawah
vessel. Hal ini dilakukan dengan disertai adanya pembuangan air. Tujuan injeksi
udara adalah agar pencampuran resin kation dan anion terjadi secara optimal.
e) Final Rinse
Tahap ini merupakan tahap akhir dari regenerasi. Hal ini ditujukan untuk
menghilangkan sisa-sisa asam sulfat dan soda kaustik yang digunakan selama
regenerasi.
5. Demineralized Storage Tank
Demineralized storage tank adalah tangki penampungan air yang sudah
tidak mengandung mineral dari mixed bed tank. Air yang sudah terbebas dari
kandungan mineral digunakan sebagai bahan baku pembuatan steam. Air yang
ditampung di dalam tangki kemudian dialirkan menuju ke deaerator untuk
kemudian digunakan sebagai boiler feed water, package boiler, amonia plant, dan
air proses pada unit urea.
filtered water dari utilitas dan kondensat dari urea plant. Cooling water biasanya
melewati heat exchanger pada bagian tubes yang mudah menyebabkan
terbentuknya kerak dan harus diminimalkan dengan penginjeksian bahan kimia.
Air pendingin dipompakan ke pabrik urea melalui distributor header
dengan kapasitas masing-masing pompa 6.960 m3/jam yang digerakkan oleh turbin
menggunakan kukus bertekanan medium 42,2 kg/cm2G pada temperatur 399 oC.
Sedangkan untuk pabrik amoniak masing-masing pompa air pendingin mempunyai
kapasitas 8.030 m3/jam yang digerakkan oleh turbin menggunakan kukus
bertekanan medium 42,2 kg/cm2G pada tempratur 275 oC.
Gambar 3.5. Menara Pendingin (Cooling Tower)
3.1.4.3.Cooling Water Chemical
Dalam menjaga optimalisasi operasi dari sistem air pendingin harus
diperhatikan baik kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu) air pendingin tersebut.
Kuantitas air pendingin ditentukan oleh kondisi mekanis perlatan yang digunakan
selama operasi seperti pompa, jenis pipa, jenis kipas ID, kerangan, dan sebagainya.
Kualitas cooling water harus dijaga sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Tujuan diinjeksikannya bahan kimia pada cooling water, yaitu:
1) Mencegah korosi (corrosion inhibitor)
Korosi merupakan peristiwa terbentuknya kerak pada logam yang
mengakibatkan kerusakan akibat adanya reaksi kimia ataupun elektrokimia. Korosi
pada cooling water system disebabkan karena adanya reaksi antara air dan logam
pada sistem pipa atau cooling tower secara terus menerus. Salah satu cara untuk
menghindari terbentuknya korosi adalah dengan injeksi bahan kimia yang
dimaksudkan untuk melapisi permukaan logam untuk membentuk lapisan passive
sehingga menghambat terjadinya oksidasi logam Fe oleh O2. Contoh corrosion
inhibitor adalah orto fosfat, poli fosfat, dan fosfonat dalam suatu perbandingan
tertentu. Proses pencegahan korosi yang digunakan adalah dengan proteksi katodik,
yaitu memperlambat reaksi pada bagian katoda dengan mengurangi konsentrasi
oksigen yang berkontak dengan permukaan logam pada cooling water system.
2) Mencegah kerak (scale inhibitor)
Pada sistem air pendingin, kerak terjadi akibat adanya endapan deposit pada
permukaan metal. Endapan yang terbentuk dapat berupa mineral scale (misal:
garam, Ca, Mg, SiO2), suspended matter (debu yang terbawa udara), atau corrosion
product. Adapun berbagai faktor yang mempengaruhi terbentuknya kerak yaitu pH
yang tinggi, temperatur tinggi yang mengakibatkan kelarutan berkurang ataupun
flow-rate yang rendah. Kerak dalam permukaan pipa dapat menyebabkan
terganggunya perpindahan panas, penyumbatan pipa dan terbentuknya korosi.
3) Mengendalikan laju pertumbuhan mikroorganisme (oxidizing biocide)
Pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diharapkan dapat terbentuk
adanya lendir di sekitar sistem air pendingin terutama pada bagian perpipaan. Slime
merupakan lendir berwarna coklat kehitaman yang biasanya menempel di
permukaan pipa. Slime dapat mengurangi efek pencegahan korosi dan menurunkan
efisiensi operasi dari cooling tower. Penyebab munculnya slime adalah bakteri yang
terbentuk dalam cooling water. Untuk membunuh bakteri tersebut diinjeksikan gas
Chlorine (Oxidizing Biocide) atau active brom (NaBr).
4) Mencegah pertumbuhan mikroorganisme (biocide)
5) Membunuh bakteri an-aerob (biodispersant)
Senyawa kimia yang digunakan dalam biodispersant merupakan campuran
dari polu electrolite dalam bentuk cairan. Desinfektant inni mendispersikan slime
yang terbentuk di dalam sistem.
3.1.4.4.Kualitas Cooling Water
Berikut ini kualitas cooling water yang diinginkan dans esuai dengan
parameter design yang telah ditetapkan, yaitu:
1) pH : 7-8
2) Temperatur : max 32 oC
3) Conductivity : max 2500 mmhos
4) Turbidity : max 20 NTU
5) Residual polymer : 2-5 ppm
6) Freechlorine : 0,2-0,5 ppm
7) Corrosion rate < 2 mpy
8) Slime Former Bacteria < 8000 cfu/mL
9) TCB < 10.000 cfu/mL
10) Mg alkalinity, as CaCO3 : max 200 ppm
11) Ca hardness, as CaCO3 : max 150 ppm
12) Mg hardness, as CaCO3 : max 100 ppm
13) Silica, as SiO2 : max 200 ppm
14) Cl- & SO4- : max 1000 ppm
15) NO3 : max 200 ppm
16) PO4 : 9-12 ppm
3.1.4.5.Parameter Cooling Water
Parameter SAT Pabrik dan Teknologi P-III
pH 𝜇mhos 7,4 – 7,8
Conductivity ppm < 2500
O-PO4 Filter ppm
(uf-f) < 3,0
O-PO4 Unfilter ppm
T-PO4 ppm 7,0 – 9,0
NH3 ppm < 200
NO3 ppm < 200
SiO2 ppm < 150
Zn ppm 0,5 – 2,0
Susp, Solid ppm < 15
TCB col/Ml < 10.000
Cl2 res ppm 1,0 – 1,5
Chloride ppm < 200
GTG P-2 // P-3 // P-4 // P-1B beroperasi normal secara paralel melalui
synchronzing bus. Pada kondisi tertentu yaitu saat ada pekerjaan perbaikan dapat
dioperasikan secara terpisah. Diagram alir proses pada GTG dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gas Alam
Udara Gas Buang ke WHB
REDUCTION
GEAR
LISTRIK
KOMPRESOR TURBIN
13.8 KV
GENERATOR
RUANG PEMBAKARAN 3 phase
Udara Pabrik
P= 5 kg/cm2
Udara Steam LS
dari 101-J DRYER-A DRYER-B
P= 9
kg/cm2
KOMPRESOR
UDARA Udara
STANDBY Instrumen
P = 7 kg/cm2
Gambar 3.7. Diagram Plant Air/Instrument Air
(Sumber: Buku Petunjuk Instruksi Operasi Pabrik Utilitas Pusri III ,1995)
PO4
Economizer BFW
Evaporator
Produk
Steam MS
42 kg/cm2
Superheater LS
Damper
BURNER
Gas Alam
Gambar 3.9. Waste Heat Boiler (WHB)
(Sumber: Buku Petunjuk Instruksi Operasi Pabrik Utilitas Pusri III ,1995)
3.1.7.2.Package Boiler
Proses yang terjadi pada package boiler hampir sama dengan proses di
WHB. Namun, pada package boiler panas diperoleh dari hasil pembakaran gas
alam pada burner yang berada di bagian evaporator. Udara untuk pembakaran
diperoleh dari udara di atmosfer yang dihembuskan ke package boiler
menggunakan fan jenis force draft (FD) dan keluaran gas masih mengandung
oksigen dengan kelebihan minimum sebesar 3%. Desain packed boiler yaitu:
a. Kapasitas (desain) : 100 ton/jam
b. Tekanan steam : 42,5 kg/cm2
c. Temperatur steam : 400 oC
d. Sumber panas : burner dengan bahan bakar gas alam
Stack
BFW
Economizer pH : 9.6 – 10.2
PO4 : 15 – 20 ppm Produk
Gas Alam Cond : < 100 mhos/cm Steam MS
SiO2 < 0.50 ppm 42 kg/cm2
Flash Drum
Burner Evaporator
F.D. Fan
Superheater
T
Udara