You are on page 1of 45

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang kiranya
patut penulis ucapkan, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan mengenai pembuatan tablet Asam Mefenamat.
Dalam laporan ini kami membahas tentang pembuatan tablet Asam
Mefenamat serta evaluasi yang dilakukan terhadap tablet Asam Mefenamat.
Dimana pembuatan serta evaluasi dari tablet Asam Mefenamat ini telah
dilaksanakan selama semester III di laboratorium Teknologi Farmasi Tablet STIFI
Bhakti Pertiwi Palembang.
Dengan selesainya laporan tablet Asam Mefenamat ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan serta bimbingannya
kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen
2. Analis Praktek
3. Teman teman yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Palembang, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................................ 4
D. Manfaat ...................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A. Definisi Tablet ............................................................................................ 9
B. Kelebihan dan Kekurangan Tablet ...............................................................
C. Bahan Tambahan Tablet ...............................................................................
D. Metode Pembuatan Tablet.............................................................................
E. Sifat Fisik Granul ..........................................................................................
F. Evaluasi Granul .............................................................................................
G. Evaluasi Tablet ..............................................................................................
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 22
A. Preformulasi .............................................................................................. 22
B. Pembuatan Tablet Antalgin ...................................................................... 22
C. Evaluasi .................................................................................................... 25
BAB IV HASIL Evaluasi ................................................................................... 28
A. Hasil Evaluasi Granul .............................................................................. 28
B. Hasil EvaluasiTablet ................................................................................ 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 36
A. Kesimpulan .............................................................................................. 36
B. Saran ......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 37
LAMPIRAN ........................................................................................................ 38
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat banyak jenis sediaan obat dalam ilmu farmasi. Namun, dari

banyaknya jenis sediaan tersebut tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan

jenis sediaan yang popular. Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk,

berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung

pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet

digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini

dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan-lapisan dalam

berbagai jenis (Ansel, 2008 : 244).

Tablet Asam Mefenamat termasuk salah satu tablet yang sering

digunakan oleh masyarakat. Asam Mefenamat merupakan salah satu obat yang

berkhasiat analgetik non narkotik. Dosis awal Asam Mefenamat 500 mg,

dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam. Pemerian Asam Mefenamat yaitu serbuk

hablur, putih atau putih kekuningan (Depkes RI, 1995 : 538).

Dalam hal ini maka dilakukanlah pembuatan tablet Asam Mefenamat

serta evaluasi yang dilakukan terhadap tablet Asam Mefenamat. Dalam

pembuatan tablet Asam Mefenamat ini dimodifikasilah formulasi rancangan yang

terdiri dari zat aktif dan zat tambahan tablet agar dapat dibentuk tablet yang sesuai

dengan keinginan.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan tablet Asam Mefenamat dengan metode

granulasi basah?

2. Apakah tablet Asam Mefenamat yang dihasilkan dari formulasi memenuhi

syarat dan stabil?

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana cara pembuatan tablet Asam Mefenamat dengan

metode granulasi basah

2. Mengetahui apakah tablet Asam Mefenamat yang dihasilkan memenuhi

syarat dan stabil

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan Asam Mefenamat dengan

metode granulasi basah

2. Mahasiswa dapat mengetahui cara evaluasi tablet Asam Mefenamat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa – cetak, berbentuk rata,

atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2000: 210).

Tablet dapat berbeda – beda dalam ukuran, bentuk, bobot, kekerasan,

ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara

pemakaian tablet dan metode pembuatan tablet. Kebanyakan tablet digunakan

pada pemberian obat – obatan secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat

dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa, dan lapisan – lapisan dalam

berbagai jenis (Ansel, 2005: 244-245).

Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan menjadi tablet

cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan

merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat

dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan

baja (Depkes, 1995: 4). Tujuan dan desain tablet kempa adalah untuk memberikan

obat melalui mulut dalam bentuk yang memadai dalam jumlah yang tepat dan

pada waktu yang tepat, di tempat yang diingini yang juga mempunyai integritas

kimia yang dilindungi. Di samping sifat kimia dan fisika dari obat yang akan

diformulasi, desain fisik yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia
lengkap atas tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran dari obat

yang akan diberikan.

Tablet harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai

identitas sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pelunturan/pemucatan,

kontaminasi, sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi, pengepakan

serta harus mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan

kelengkapan fisiknya sepanjang waktu. Dari segi lain, tablet harus dapat melepas

zat berkhasiat ke dalam tubuh (Lachman dkk, 1994: 647-648).

B. Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Tablet

Dibandingkan kapsul, tablet mempunyai beberapa keuntungan,

diantaranya:

1. Merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan

terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta

variabilitas yang paling rendah.

2. Merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.

3. Merupakan sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.

4. Merupakan sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas

serta dikirim.

5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah.

6. Paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/

hancurnya tablet tidak segera terjadi.


7. Dapat dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti

pelepasan di usus atau produk lepas lambat.

8. Merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi

secara besar – besaran.

9. Merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,

mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. (Lachman dkk,

1994:645 )

Selain memiliki keuntungan, sediaan bentuk tablet juga mempunyai

beberapa kerugian, diantaranya:

1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung

pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

2. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukup atau tinggi,

absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi

dari sifat tersebut, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan

dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas

obat cukup.

3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,

atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu

pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)

atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat

merupakan jalan keluar yang terbaik serta lebih murah. (Lachman dkk,

1994: 645-646 )
C. Bahan Tambahan Tablet (Excipient)

Pada dasarnya bahan tambahan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya,

yaitu bahan pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pelicin, dan bahan

tambahan lain yang cocok.

1. Bahan Pengikat ( Binders )

Kelompok bahan pengikat ini dimaksudkan untuk memberikan

kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu pengikat menjamin

penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Demikian

juga kekompakan tablet dapat dipengaruhi baik oleh tekanan pencetakan

maupun bahan pengikat. Oleh sebab itu sebaiknya bahan pengikat digunakan

sesedikit mungkin. Bahan pengikat dalam jumlah yang memadai ditambahkan

ke dalam bahan yang akan ditabletisasi melalui bahan pelarut atau larutan

bahan pengikat yang digunakan pada saat granulasi (Voigt, 1995: 202).

Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan

selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikan kekompakan

kohesi bagi tablet yang dicetak langsung (Lachman dkk,1994: 701).

Bahan pengikat harus memberikan suatu daya adesi pada massa serbuk

sewaktu proses granulasi. Bahan pengikat dapat menyatukan partikel serbuk

dalam butiran – butiran granulat. Contoh dari bahan pengikat adalah amilum,

avicel, gelatin, turunan selulosa ( Solusio Metilsellulose 5%), mucillago

gummi Arabici 10 – 20%, PVP 5 – 10% dalam air atau dalam alkohol (Anief,

2000: 211).
2. Bahan Pengisi ( Diluents )

Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk.

Obat yang berdosis cukup tinggi, bahan pengisi tidak diperlukan (misal

aspirin, antibiotik tertentu). Pengisi dapat juga ditambahkan karena alasan

kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau

untuk memacu aliran (Lachman dkk, 1994: 697).

Bahan pengisi menjamin tablet memiliki ukuran massa yang

dibutuhkan (0,1 – 0,8g). Disamping sifatnya yang harus netral secara kimia

dan fisiologi, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat dicernakan dengan

baik (Voigt, 1995: 202).

Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

a) Non toksik dan dapat memenuhi peraturan – peraturan dari Negara

dimana produk akan dipasarkan.

b) Tersedia dalam jumlah yang cukup disemua negara tempat produk itu

dibuat.

c) Harganya harus cukup murah.

d) Tidak boleh saling berkontraindikasi (misalnya sukrosa), atau karena

komponen (misalnya natrium) dalam tiap segmen/ bagian dari

populasi.

e) Secara fisiologi harus inert/ lengai.

f) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai

obat atau komponen tablet lain.

g) Bebas dari segala jenis mikroba.


h) Colour compactible (tidak boleh mengganggu warna).

i) Bila obat itu termasuk sebagai makanan (produk – produk vitamin

tertentu), pengisi dan bahan pembantu lainnya harus mendapat

persetujuan sebagai bahan aditif pada makanan.

j) Tidak boleh menggangu bioavailabilitas obat. (Lachman dkk, 1994:

698)

Contoh dari bahan pengisi antara lain adalah amilum, laktosa, kalsium

fosfat, kalsium karbonat dan zat lain yang cocok. Laktosa merupakan bahan

pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir

semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat.

Laktosa anhidrat mempunyai kelebihan karena tidak bereaksi dengan pereaksi

Millard yang dapat menimbulkan warna coklat dan perubahan warna dengan

obat – obat tertentu, tetapi bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila

terkena udara sehingga meninggalkan kelembaban tablet. Tablet seperti itu

harus dikemas dengan hati – hati untuk mencegah terkena udara lembab.

Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukan laju penglepasan obat

yang baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka

terhadap perubahan pada kekerasan tablet. Harganya murah tetapi mungkin

mengalami perubahan warna bila ada zat basa amina garam alkali (Lachman

dkk, 1994: 699).

3. Bahan Penghancur ( Disintegrant )

Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau

hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan pencernaan. Dapat berfungsi


menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah

menjadi bagian – bagian. Fragmen – fragmen itu mungkin sangat menentukan

kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapai bioavailabilitas yang diharapkan.

Kanji USP dan jenis – jenis lainnya merupakan bahan penghancur yang paling

banyak dipakai, harganya juga paling murah. Biasanya digunakan dengan

konsentrasi 5 – 20% dari berat tablet (Lachman dkk, 1994: 702).

Di dalam air, pati membengkak dengan diikuti peningkatan volume

yang sangat besar. Pati tergolong penghidrofil yaitu akan meningkatkan

porositas dan pembasahan tablet sehingga memudahkan penetrasi air melalui

pori – pori ke dalam tablet yang menyebabkan terjadinya waktu hancur yang

lebih cepat. Bahan penghancur baru memiliki efektifitas kerja tinggi jika

pembengkakan yang tinggi dan membentuk sistem pori di dalam tablet yang

menunjukan memadainya sifat pembasahannya (Voigt, 1995: 209)

4. Bahan Pelincir, Antilekat dan Pelicin ( Lubrikant, antiadherent, dan

glidant )

Ketiga bahan ini fungsinya saling tumpang tindih, suatu bahan anti

lekat juga memiliki sifat – sifat pelincir dan pelicin. Suatu pelincir diharapkan

dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die, pada saat

tablet ditekan ke luar. Antilekat bertujuan untuk mengurangi lengket atau

adhesi bubuk atau granul pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin

ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi

gesekan diantara partikel – partikel (Lachman dkk, 1994: 703).


Mg stearat merupakan lubrikan yang paling efektif dan digunakan

secara luas. Bahan berasal dari hewani yang merupakan campuran bervariasi

dari stearat dan palmitat yang menunjukkan morfologi terbaik sebagai

lubrikan jika dibuat melalui proses presipitasi. Konsentrasi efektif mg stearat

antara 0,2 – 2%. Biasa dicampur dengan serbuk atau campuran granul untuk

waktu relatif singkat (Agoes, 2006: 191).

D. Metode Pembuatan Tablet

Pada dasarnya tiap bahan yang akan dibuat tablet harus memiliki dua

karakteristik, yaitu kemampuan mengalir dan dapat dicetak. Karakteristik yang

lain yang diinginkan adalah kompresibilitas yaitu sifat untuk membentuk massa

yang stabil, kompak bila diberi tekanan. Hal – hal yang menyebabkan tablet

menjadi bentuk sediaan yang popular seperti: kekompakan, dan stabilitas

kimianya terutama ditentukan oleh kualitas granulasinya. Granulasi adalah proses

yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya

menjadi bulatan – bulatan atau agregat – agregat dalam bentuk beraturan yang

disebut granul (Lachman dkk,1994: 680-681).

Tablet dibuat dengan tiga cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi

kering dan kempa langsung (Depkes RI, 1995: 5).

1. Granulasi Basah

Granulasi basah merupakan metode yang banyak digunakan dalam

memproduksi tablet kompresi. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk

dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini


membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang

biasanya ditambahkan kecampuran serbuk (Lachman dkk,1994: 690).

Pada umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk

dicampur dengan perekat dalam bentuk cair. Akan tetapi jika bahan obat

sangat dipengaruhi oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat

ditambahkan dalam keadaan kering tanpa air. Jumlah bahan pengikat yang

digunakan tergantung pada bahan lainya dalam formula. Bahan pengikat yang

ditambahkan harus memberikan kelembaban yang cukup supaya serbuk dapat

bercampur, tidak boleh terlalu basah dan tidak boleh terlalu kering karena jika

dibasahi secara berlebih akan menghasilkan granul yang terlalu keras,

sedangkan jika pembasahannya kurang akan menghasilkan tablet yang terlalu

lunak dan cenderung mudah remuk (Ansel,2008:264).

Pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut: zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur

homogen. Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu

ditambah dengan pewarna. Setelah itu diajak menjadi granul dan dikeringkan

dalam almari pengering pada suhu 40 – 50°C. Setelah kering diayak lagi untuk

memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan

pelicin kemudian dikempa menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 2000:

211).

Keuntungan granulasi basah yaitu meningkatkan fluiditas dan

kompaktibilitas, sesuai untuk tablet dosis tinggi dengan sifat

aliran/kompaktibilitas buruk, mengurangi penjeratan udara, mengurangi debu,


pembasahan granul sesuai untuk homogenitas sediaan dosis rendah,

meningkatkan keterbatasan serbuk melalui hidrofilisasi (granulasi basah), dan

memungkinkan penanganan serbuk tanpa kehilangan kualitas campuran

(Agoes, 2006: 195).

2. Granulasi Kering

Granulasi kering membutuhkan waktu yang lebih sedikit dan

karenanya lebih ekonomis daripada pembutiran lembab. Cara ini sangat tepat

untuk tabletisasi yang peka terhadap suhu atau bahan obat yang tidak stabil

dengan adanya air (Voigt, 1995: 179).

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk tanpa campuran

pelembab atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat,

tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran

serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan – pecahan

menjadi granul yang lebih kecil. Metode granulasi kering cocok untuk obat

dosis tinggi, bahan – bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi

basah karena kepekaannya terhadap uap air atau karena obatnya peka terhadap

panas. Pada pembuatan granul secara kering dikerjakan dengan cara : zat

berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dicampur dan

dibuat menjadi tablet yang lebih besar (slugging). Setelah itu tablet yang

sudah jadi dipecah menjadi granul lalu diayak. Setelah pengayakan granul

ditambah dengan bahan pelicin dan terakhir dikempa cetak menjadi tablet

yang dikehendaki dengan mesin tablet (Anief, 2000: 211).


3. Kempa Langsung

Metode kempa langsung dilakukan terutama pada keadaan dosis

efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka terhadap

pemanasan, kelembaban, atau keduanya yang dapat mengganggu dalam proses

granulasi basah. Walaupun kempa langsung mempunyai beberapa keuntungan

penting (tenaga kerja yang sedikit, proses kering, tahap proses sedikit), tapi

ada beberapa keterbatasan pada tehnik ini :

a) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara obat dengan

pengisi dapat menimbulkan stratifikasi dalam granul sehingga dapat

menimbulkan ketidakseragaman isi obat dalam tablet.

b) Obat dosis besar dapat menimbulkan masalah dengan kempa langsung

bila tidak dikempa dengan obatnya sendiri.

c) Dalam beberapa keadaan, pengisi dapat berinteraksi dengan obat.

d) Karena kempa langsung keadaannya kering, sehingga tidak terjadi

pencampuran, hal ini dapat mencegah keseragaman distribusi obat

dalam granul (Lachman dkk. 1994: 687).

Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada

granulasi basah dan granulasi kering. Meskipun demikian sifat fisik masing –

masing bahan pengisi merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat mengubah

sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk dikempa langsung

(Depkes RI, 1995: 5).


E. Sifat Fisik Granul

Pada umumnya sebelum tabletisasi dilakukan, bahan obat dan bahan

pembantu yang diperlukan digranulasi (latin granula : butiran) artinya partikel –

partikel serbuk diubah menjadi butiran granulasi. Dalam hal ini diperoleh butiran,

dimana partikel serbuknya memiliki daya lekat. Disamping itu daya alirnya

semakin baik. Dengan daya alir tersebut pengisian ulang cetak dapat berlangsung

secara kontinyu dan homogen. Keseragaman bentuk granulasi menyebabkan

keseragaman bentuk tablet. Dengan demikian akan dihasilkan massa tablet yang

tetap dan ketepatan takaran yang tinggi (Voigt, 1995: 171).

F. Evaluasi Granul

1. Kemampuan Alir dan Sudut Istirahat

Kemampuan alir diperoleh dari waktu dalam detik yang diperlukan

sejumlah tertentu serbuk untuk mengalir melewati corong. Kemampuan alir

dan sudut istirahat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah

tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul.

Jika sudut istirahat : 25 – 30 derajat sangat mudah mengalir

30 – 40 derajat mudah mengalir

40 – 45 derajat aliran cukup

>45 derajat kurang mengalir


2. Kompressibilitas

Kompresibilitas dihitung dari kerapatan serbuk, yaitu dengan memasukkan

sejumlah tertentu serbuk kedalam gelas ukur. Volume awal dicatat, kemudian

diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume.


𝐷𝑎𝑝𝑡−𝐷𝑎𝑣𝑐
%K = 𝑥 100 %
𝐷𝑎𝑝𝑡

Davc = Berat jenis nyata sebelum pemampatan

Dapt = Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x

Jika % Kompresibilitas : 5 – 10 % aliran sangat baik

11 – 20 % aliran cukup baik

21 – 25 % aliran cukup

>26 % aliran buruk

3. Uji Kelembaban

Kandungan lembab merupakan banyaknya kadar air yang ada didalam

granulat. Kadar air serbuk maupun campuran serbuk sangat dipengaruhi oleh

kelembaban relative lingkungan. Perubahan kelembaban relative lingkungan

dapat meningkatkan kadar air partikel sehingga meningkatkan pula gaya

kohesif dan adhesive. Partikel yang memiliki kadar air tinggi akan

menggangu. Kandungan lembab yang baik adalah 1-5% (Voight, 1994).

% lembab = Wo – W1 x 100%

Wo
G. Evaluasi Tablet

1. Uji Keseragaman Bobot Tablet

Keseragaman bobot dipengaruhi mesin tablet, kualitas cetakan dan punch,

sifat fisik dan homogenitas granul, keteraturan aliran granul dari corong ke

cetakan (Lachman dkk, 1994: 651). Jumlah bahan yang diisikan dalam

cetakan yang akan ditekan menentukan bobot yang akan dihasilkan (Ansel,

2008: 252).

Ditimbang 20 tablet satu per satu, kemudian dihitung bobot rata–rata tiap

tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang

masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar

dari harga yang telah ditetapkan dalam kolom A, dan tidak satu tablet pun

yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga

yang ditetapkan dalam kolom B (Depkes RI, 1995: 999).

Tabel 1. Syarat Penyimpangan Bobot Tablet (Depkes RI, 1979 : 7)

Penyimpangan Bobot Rata –

Bobot Rata – Rata Rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %

25 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 %

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5% 10%

2. Uji Keseragaman Ukuran Tablet


Ambil 20 tablet secara acak, lalu ukur diameter dan ketebalan tablet

menggunakan jangka sorong. Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak

kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet.

3. Kontrol Kekerasan Tablet

Umumnya semakin besar tekanan, semakin keras tablet yang dihasilkan

meskipun sifat dan granul juga menentukan kekerasan tablet. Dapat

menggunakan hardness tester. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk

tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara normal, tapi

tablet ini akan cukup lunak untuk melarut dan menghancur dengan sempurna

begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan diantara jari – jari bila memang

tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya. Dalam bidang industry kekuatan

kekerasan minimum yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4- 8 kgf (Ansel,

2008: 255).

4. Uji Kerapuhan Tablet (Friability)

Kerapuhan tablet merupakan gambaran lain dari ketahanan tablet dalam

melawan pengikisan dan goncangan. Untuk uji kerapuhan tablet, kehilangan

berat lebih kecil dari 0,5 – 1% masih dapat dibenarkan (Lachman dkk, 1994:

654). Tablet dianggap baik jika kerapuhan tidak lebih dari 1% (Sulaiman,

2007: 200).

Kerapuhan tablet dapat diukur menggunakan friabilator yaitu dengan cara

melepaskan tablet berputar dan jatuh dalam alat penggulir berputar. Tablet

ditimbang sebelum dan sesudah sejumlah sekian kali putaran maka berat yang

hilang pun dihitung. Ketahanan terhadap kehilangan berat, menunjukkan


tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan/kerusakan dalam

penanganan, pengemasan, dan pengapalan (Ansel, 2008 : 256)

5. Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet

dalam media yang sesuai. Tablet dinyatakan hancur jika tablet terlarut dalam

suatu medium penguji atau hancur menjadi banyak partikel (Voigt, 1995:

224).

Bagi tablet, langkah penting pertama sebelum melarut adalah pecahnya

tablet menjadi partikel kecil atau granul yang disebut disintegrasi. Tablet harus

hancur dan semua patikel harus dapat menembus saringan mesh 10 dalam

waktu yang sudah ditentukan. Bila ada sisa yang tertinggal, maka sisa itu

harus mempunyai massa yang lunak dan tidak boleh ada inti tablet yang

tumpah. Tablet tidak bersalut mempunyai standar waktu hancur paling rendah

5 menit, tapi kebanyakan tablet mempunyai waktu hancur 30 menit (Lachman

dkk, 1994: 658-659). Waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan kelima

tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Sulaiman, 2007:

206).

Semua tablet dalam USP harus melalui pengujian daya hancur secara

resmi yang dilaksanakan in vitro dengan alat uji khusus. Secara singkat alat ini

terdiri dari rak keranjang yang dipasang berisi 6 pipa gelas yang ujungnya

terbuka, diikat secara vertical di atas latar belakang dari kawat stainless yang

berupa ayakan dengan ukuran mesh no.10. selama waktu pengujian, tablet

diletakkan pada pipa terbuka dalam keranjang tadi dengan memakai alat
mesin, keranjang ini diturun-naikkan dalam cairan pencelup dengan frekuensi

29-32 kali turun-naik per menit, layar kawat, dipertahankan selalu berada di

bawah permukaan cairan. (Ansel, 2008 : 157)


BAB III

PEMBAHASAN

A. Preformulasi

1. Asam Mefenamat

- Sinonim : Mefenamic acid

- Rumus molekul : C15H15NO2

- Berat molekul : 241.29

- Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur pada suhu

lebih kurang 230 C disertai peruraian

- Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam

kloroform, sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, praktis tidak

larut dalam air

- Khasiat : Analgetik

- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya


2. Laktosa

- Sinonim : CapsuLac; GranuLac; Lactochem; lactosum monohydricum;

Monohydrate; Pharmatose; PrismaLac; SacheLac; SorboLac; SpheroLac;

SuperTab 30GR; Tablettose

- Fungsi : Pembawa bubuk kering ,lyophilization pembantu,pengikat

tablet,pengencer tablet dan kapsul, pengisi tablet dan kapsul

- Pemerian : Dalam keadaan padat, laktosa muncul sebagai berbagai bentuk

isomer, tergantung pada kondisi kristalisasi dan pengeringan.Partikel putih

sampai hampir putih kristal atau bubuk.Laktosa tidak berbau dan sedikit

manis.

3. PVP

- Sinonim : Kollidon, Povidon, Povipharm, polyvinylpyrrolidone

- Fungsi : Disintegran, Pengikat tablet, suspending agent

- Pemerian : warna putih hinga putih krim, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, serbuk higroskopis


- Aplikasi di bidang farmasi : Biasanya PVP digunakan dalam konsentrasi

0,5-5% sebagai bahan pengikat tablet

4. Talkum

- Sinonim : Hydrous magnesium kalsium silikat ; hydrous magnesium

silikat ; Imperial ; Luzenac Pharma ; magnesium hidrogen metasilicate ;

Magsil Osmanthus ; Magsil Bintang ; bubuk bedak ; kapur Perancis

dimurnikan ; Purtalc ; soapstone ; steatit ; Superiore ;bedak .

- Fungsi : Anticaking agen,glidant,tablet dan kapsul pengence tablet dan

pelumas kapsul.

- Aplikasi di Farmasi Perumusan atau teknologi : Talk banyak digunakan

dalam formulasi sediaan padat. Sebagai pelumas dan pengencer.Talc juga

digunakan sebagai pelumas dalam formulasi tablet. Dalam persiapan

topikal , talc digunakan sebagai bedak tabur. Talk merupakan bahan alami

; mungkin karena itu sering mengandung mikroorganisme dan harus

disterilisasi bila digunakan sebagai sediaan serbuk. Talk juga digunakan

dalam kosmetik dan produk makanan,terutama untuk sifat pelumas nya.

- Penggunaan bedak : Gunakan 90,0-99,0% untuk bedak, Glidant dan tablet

pelumas 1,0-10,0%, Tablet dan kapsul pengencer 5,0-30,0%

- Pemerian : Talk adalah sangat halus , putih keabu-abuan - putih , tidak

berbau
5. Amylum Maydis

- Sinonim : Corn Starch, Pati Jagung

- Fungsi : Pengisi tablet, Penghancur, dan pengikat

- Pemerian : tidak berbau dan tidak berasa, serbuk halus dan putih

- Aplikasi di bidang farmasi : amylum merupakan salah satu bahan yang

biasa digunakan sebagai tablet disintegran pada konsentrasi 3-25% w/w

dengan metode granulasi basah.

B. Pembuatan Tablet Asam Mefenamat

1. Formulasi

R/ Asam Mefenamat 250 mg (zat aktif)

Laktosa q.s (pengisi)

PVP 5% (pengikat)

Corn Starch 10% (pengahncur dalam)

Mg. Sterat 1% (lubrikan)

Talkum 2% (glidan)

Amylum Maydis 5% (penghancur luar)


2. Perhitungan Bahan

Berat tablet = 350 mg

Jumlah tablet yang akan dicetak = 200 tablet

Berat jumlah tablet = 350 mg x 200 tablet

= 70000 mg = 70 gr

Fase Dalam = 92% x 350 mg = 322 mg = 0.322 gr

Fase Dalam = 92% x 70 gr = 64.4 gr

Komponen Granul = Fase Dalam – Fase Luar

= 100% - (1%+2%+5%) = 92%

1. Asam Mefenamat : 250 mg x 200 tablet = 50000 mg = 50 gr


5
2. PVP 5% : 100 𝑥 70.000 𝑚𝑔 = 3500 𝑚𝑔 = 3.5 𝑔𝑟

10
3. Corn Starch 10% : 𝑥70.000 𝑚𝑔 = 7000 𝑚𝑔 = 7 𝑔𝑟
100

4. Laktosa : FD – (As. Mefenamat + PVP + C. Starch)

: 64.4 – (50+3.5+7) gr

: 3.9 gr

Jadi total bobot Fase Dalam = 50 gr + 3.5 gr + 7 gr + 3.9 gr

= 64.4 gr

3. Penimbangan Bahan (Fase Dalam)

- Asam Mefenamat : 50 gr

- PVP 5% : 3.5 gr

- Corn Starch 10% : 7 gr

- Laktosa : 3.9 gr
4. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Timbang semua bahn yang aan digunakan

3. Asam Mefenamat sebanyak 50 gr dicampurkan dengan Laktosa

sebanyak 3.9 gr, gerus hingga homogeny. (massa 1)

4. Timbang Corn Starch 7 gr, campurkan dengan massa1, gerus hingga

homogeny. (massa 2)

5. Larutkan PVP didalam Aquadest hingga larut (larutan pengikat).

Didapatkan 15 ml larutan pengikat.

6. Pada massa 2 tambahkan sedikit demi sedikit massa pengikat, campur

hingga massa terbentuk sesuai yang diinginkan (bisa dikepal). Jika

perlu tambahkan Aquadest sebagai pembasah.

7. Setelah itu massa basah diayak dengan ayakan mesh no.14 dan

ditimbang granul basah yang didapat.

8. Keringkan didalm oven pada suhu 50-60 C selama 1 jam

9. Setelah kering ditimbang dan diayak lagi menggunakan ayakan mesh

no 16. Kemudian dirimbang kembali.

10. Setelah didapatkan granul kering, campurkan granul kering dengan

fase luar (Mg. stearat, Talkum, Amylum Maydis).

11. Kemudian granul dievaluasi.

12. Dilakukan pencetakan tablet

13. Kemudian tablet dievaluasi.


Setelah pengeringan diperoleh granul = 55.76 gr

Kadar lembab = 0.64%


99.36
= 𝑥55.76 𝑔𝑟 = 55.40𝑔𝑟
100

Komponen granulat teoritis adalah 64.4gr / 200 tablet

55.40 𝑔𝑟 𝑥 200 𝑡𝑎𝑏


Dalam praktek diperoleh tablet = = 172 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
64.4 𝑔𝑟

Komponen Fase Luar yang ditimbang:


1
- Mg. Stearat 1% : 92 𝑥 55.76 𝑔𝑟 = 0.64 𝑔𝑟

2
- Talkum 2% : 92 𝑥 55.76 𝑔𝑟 = 1.21 𝑔𝑟

5
- Amylum Maydis : 92 𝑥 55.76 𝑔𝑟 = 3.03 𝑔𝑟

Secara teoritis:

Maka bobot 1 tablet yang akan dicetak

= 55.76 + 0.64 + 1.21 + 3.03

172

= 0.35gr

Jumlah tablet yang dicetak yaitu

= 55.76 + 0.64 + 1.21 + 3.03

0.35 gr/tab

= 173 tablet
C. Evaluasi

1. Evaluasi Granul

- Kecepatan Alir

a. Granul Asam Mefenamat ditimbang sebanyak 10 gram

b. Dimasukkan kedalam corong, bagian bawahnya ditutup dan

permukaan granul diratakan

c. Buka tutup corong lalu catat waktu yang diperlukan untuk mengalir

hingga habis

d. Lalu hitung kecepatan alir granul dengan rumus :


𝑚
V= 𝑡

- Sudut Diam

a. Granul Asam Mefenamat ditimbang 10 gram

b. Granul dimasukkan kedalam corong yang bagian bawahnya ditutup

terlebih dahulu

c. Dibagian bawah granul telah diletakkan kertas grafik, buka bagian

bawah corong lalu biarkan granul mengalir dan membentuk sebuah

kerucut

d. Ukur tinggi kerucut yang dihasilkan dan diameternya

e. Lalu hitung dengan rumus

𝒉
Tan α = 𝒓
- Kompresibilitas

a. Gelas ukur 100 ml kosong ditimbang (W1)

b. Diisi dengan granul Asam Mefenamat hingga volume 100 ml (v0) lalu

ditimbang (W2)

c. Dihentakkan sebanyak + 500 kali atau tidak terjadi lagi pengurangan

volume

d. Baca volume yang dihasilkan oleh gelas ukur (v1)

e. Lalu hitung dengan persamaan :


𝑤2−𝑤1 𝑤2−𝑤1
ρu = dan ρb =
𝑣0 𝑣1

ρb−ρu
C= 𝑥 100%
ρb

- Uji Kelembaban

a. Timbang granul basah yang didapatkan

b. Timbang granul setelah dilakukang pengeringan didalam oven selama

1 jam pada suhu 50- 60 C

c. Lalu hitung % kelembabannya

% lembab = Wo – W1 x 100%

Wo
2. Evaluasi Tablet Jadi

- Keseragaman Ukuran

Ambil 20 tablet masing-masing diukur diameter dan tebalnya

menggunakan jangka sorong.

- Keseragaman Bobot

Ambil 20 tablet ditimbang satu per satu kemudian dihitung bobot rata-

ratanya

- Kekerasan Tablet

Ambil 20 tablet satu persatu diletakkan pada alat hardness tester kemudian

dihancurkan kemudian dibaca angka yang menunjukkann sejauh mana

terjadi penekanan pada alat.

- Kerapuhan Tablet

Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas

debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam

friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran. Tablet tersebut selanjutnya

ditimbang kembali, dan dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan

sesudah perlakuan.

- Uji Waktu Hancur

Masukkan 18 tablet ke dalam keranjang (terdapat pada alat uji waktu

hancur), turun naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet

dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di dalam

keranjang.
BAB IV

HASIL EVALUASI

A. Hasil Evaluasi Granul

1. Kecepatan Alir Granul

Uji kecepatan alir granul bertujuan untuk mengetahui kecepatan alir

massa granul dari hopper ke ruang cetak (die) sehingga ruang cetak terisi

dengan sempurna dan menghasilkan bobot tablet yang seragam. Sifat alir

granul yang akan dikempa sangat penting karena berhubungan dengan

keseragaman pengisian ruang cetak (die) yang akan mempengaruhi

keseragaman bobot tablet dan keseragaman zat aktif (Sulaiman, 2007: 149).

Pengukuran dilakukan secara langsung dengan metode corong. Metode

corong merupakan metode pengukuran yang sangat sederhana dan dapat

langsung diketahui waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir.

Serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram granul yang

diuji mempunyai waktu alir ≤ 10 detik (Sulaiman, 2007: 150).

Dari pengujian yang dilakukan didapatkan :


𝑚
V= 𝑡

10 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2,6 𝑠

Serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 10 gram granul

diuji mempunyai waktu alir kurang dari 1 detik sementara granul yang

dihasilkan pada praktikum kali ini 2,4 detik.


2. Sudut Istirahat Granul

Sudut Istirahat digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah

tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul.

Jika sudut istirahat: 25 – 30 derajat sangat mudah mengalir

30 – 40 derajat mudah mengali

40 – 45 derajat aliran cukup

>45 derajat kurang mengalir

Setelah pengujian dilakukan didapatkan hasil yaitu :

h = 2.3 cm

r = 7.5 cm

Dengan didapatkannya hasil tersebut kita dapat menghitung derajat

sudut istirahat dengan menggunakan rumus :

𝒉
Tan α = 𝒓

𝟐.𝟑
Tan α = 𝟕.𝟓 = 0.3

α = 16.690

3. Kompressibilitas

Kompresibilitas dihitung dari kerapatan serbuk, yaitu dengan

memasukkan sejumlah tertentu serbuk kedalam gelas ukur. Volume awal

dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume.

Jika % Kompresibilitas: 5 – 10 % aliran sangat baik

11 – 20 % aliran cukup baik

21 – 25 % aliran cukup

>26 % aliran buruk


Dari pengujian didapatkan hasil :

Berat gelas ukur (W1) = 101,99 gram

Berat granul setelah dimasukkan ke dalam gelas ukur (W2) = 142,86 gram

Lalu dihitung dengan menggunakan rumus :


𝑤2−𝑤1 142,86−101,99
ρu = = = 0,4048
𝑣0 100

𝑤2−𝑤1 142,86−101,99
ρb = = = 0,4808
𝑣1 85

ρb−ρu 0,4808−0,4048
C= 𝑥 100% = 𝑥100 % = 15,806 %
ρb 0,4808

Granul yang dihasilkan mempunyai aliran cukup baik dengan persentase

15,806. Kompressibilitas granul yang baik sangat dibutuhkan agar granul

dapat dikempa dengan baik.

B. Hasil Evaluasi Tablet

1. Keseragaman Bobot

Uji keseragaman bobot bertujuan agar tablet yang dihasilkan memiliki

bobot yang seragam. Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal

keseragaman kadar atau kandungan zat aktif (Sulaiman, 2007: 203).

Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil berikut :

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝟏𝟐𝟖𝟐𝟎


Rata-rata bobot tablet = = = 𝟔𝟒𝟏
𝟐𝟎 𝟐𝟎
Tabel . Data keseragaman bobot tablet Asam Mefenamat ( mg )

No. Tablet Bobot (mg) % Penyimpangan

1. 647 0,93 %

2. 641 0%

3. 638 0,46 %

4. 643 0,31 %

5. 642 0,15 %

6. 642 0,15 %

7. 642 0,15 %

8. 644 0,46 %

9. 633 1,2 %

10. 643 0,31 %

11. 642 0,15 %

12. 644 0,46 %

13. 643 0,31 %

14. 642 0,15 %

15. 641 0%

16. 641 0%

17. 639 0,31 %

18. 633 1,2 %

19. 638 0,46 %

20. 641 0%
Berdasarkan tabel diatas, keseragaman bobot tablet Asam Mefenamat

tidak ada yang menyimpang dari bobot rata – ratanya sebesar 5% dan 10%.

Jadi semua formula tersebut memenuhi keseragaman bobot yang ditetapkan

dalam Farmakope Indonesia edisi IV yaitu untuk tablet yang bobotnya lebih

dari 300 mg, maka persentase penyimpangan bobotnya yaitu tidak boleh lebih

dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata –

ratanya lebih besar dari 5% dan tidak satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari 10% (Depkes RI, 1995: 999).

Hal ini disebabkan oleh adanya sifat alir granul yang baik. Keseragaman bobot

tablet sangat dipengaruhi oleh sifat alir massa tablet. Sifat alir yang baik

menyebabkan volume tablet yang masuk dalam die akan seragam sehingga

variasi berat tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar.

2. Keseragaman Ukuran

Table Data Keseragaman ukuran tablet Asam Mefenamat (cm)

No. Tablet Diameter (cm) Ketebalan (cm)

1. 2 0,8

2. 2 0,8

3. 2 0,8

4. 2 0,8

5. 2 0,8

6. 2 0,8

7. 2 0,8
8. 1,2 0,8

9. 2 0,8

10. 2 0,8

11. 2 0,8

12. 2 0,8

13. 2 0,8

14. 2 0,8

15. 2 0,8

16. 2 0,8

17. 2 0,8

18. 2 0,8

19. 2 0,8

20. 2 0,8

Rata - rata 2 0,8

Menurut Farmakope Indonesia diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan

tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet. Setelah dilakukan pengujian,

semua diameter tablet melebihi ketebalan tablet. Namun, rata-rata diameter

tablet antalgin lebih 2,5 kali dari tebalnya tablet. Sehingga dikatakan bahwa

tablet Asam Mefenamat memenuhi persyaratam. Diameter dan ketebalan

tablet ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya alir granul dan alat

pencetak tablet.
3. Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet menggambarkan kekompakkan tablet, dinyatakan sebagai

daya tahan terhadap tekanan, pukulan, tekukan dan patahan (Voigt, 1995:

220). Uji kekerasan tablet bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat tablet

dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, benturan dan terjadi

keretakan selama pengemasan, penyimpanan dan transportasi. Tablet yang

bagus memiliki kekuatan kekerasan minimum 4- 8 kg (Ansel, 2008: 255).

Tabel Data hasil uji kekerasan tablet Asam Mefenamat (Newton)

No. Tablet Kekerasan

1. 199.9

2. 199.9

3. 199.9

4. 199.9

5. 199.9

6. 199.9

7. 199.9

8. 199.9

9. 199.9

10. 199.9

11. 199.9

12. 199.9

13. 199.9

14. 199.9
15. 199.9

16. 199.9

17. 199.9

18. 199.9

19. 199.9

20. 199.9

Rata - rata 199.9

Tabel diatas menunjukkan bahwa tiap formula memiliki kekerasan tablet

antara 199.9 N, yang apabila dikonversikan kedalam kg yakni 20.38 kg. Hal

ini menunjukkan bahwa kekerasn tablet tidak memenuhi persyaratan

kekerasan menurut Sulaiman (2007).

4. Kerapuhan Tablet

Uji kerapuhan tablet sangat penting yaitu bertujuan untuk menggambarkan

kekompakan permukaan tablet yang dinyatakan sebagai daya tahan terhadap

guncangan, guliran, gosokan dan jatuhan (Voigt, 1995: 220). Kerapuhan

dinyatakan dalam persen sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari

tablet akibat adanya beban penguji mekanis yang mengacu kepada massa

tablet awal sebelum pengujian (Voigt, 1995: 223). Semakin besar harga

persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.

Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/ kadar zat aktif yang

masih terdapat dalam tablet. Tablet dianggap baik jika kerapuhan tidak lebih

dari 1% (Sulaiman, 2007: 200).


Tablet Asam Mefenamat yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih

dahulu dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya

dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran. Tablet

tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung persentase kehilangan

bobot sebelum dan sesudah perlakuan.

Tablet sebelum ditimbang = 12900

Tablet setelah diputar 100x = 12870


12900−12870
Persentase Kehilangan Bobot = 𝑥 100 %
12900

= 0,23 %

Persentase kehilangan bobot tablet antalgin adalah 0,23% dimana tablet

dianggap baik karena kerapuhannya tidak melebihi 1 %, kerapuhan yang baik

sesuai dengan persyaratan menurut Sulaiman (2007).

Kerapuhan tablet dipengaruhi oleh nilai kekerasan tablet. Semakin besar

konsentrasi bahan pengikat yang ditambahkan, maka kekerasannya akan

semakin bertambah dan kerapuhannya akan semakin kecil. Selain itu

kerapuhan juga dapat dipengaruhi oleh kekuatan bahan pengikat yang akan

meningkatkan pengikatan granul sehingga menjadi kuat. Granul yang kuat

akan menghasilkan tablet yang keras. Nilai kerapuhan berbanding terbalik

dengan nilai kekerasan tablet yaitu tablet yang keras memiliki nilai kerapuhan

yang kecil.

5. Waktu Hancur Tablet

Waktu hancur tablet penting agar tablet melarut dan pecah menjadi

partikel – partikel sehingga dapat diabsorbsi oleh tubuh (Lachman, 1994:


658). Uji waktu hancur tablet bertujuan untuk mengetahui lamanya tablet

hancur dalam cairan tubuh. Tablet dinyatakan hancur jika terlarut dalam suatu

medium penguji atau hancur menjadi banyak partikel. Hancurnya tablet

didahului dengan penetrasi air melalui pori – pori tablet yang terbentuk karena

penambahan bahan penghancur yang mempunyai sifat menyerap air. Adanya

penetrasi air ke dalam tablet menyebabkan tablet pecah menjadi granul dan

partikel yang lebih kecil.

Tabel Data Hasil uji waktu hancur tablet Asam Mefenamat (menit)

No. Tablet Waktu Hancur

1. 9

2. 9

3. 9

4. 8

5. 9

6. 9

7. 8

8. 9

9. 9

10. 9

11. 9

12. 9

13. 9

14. 9
15. 9

16. 9

17. 8

18. 8

19. 9

20. 8

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tablet Asam Mefenamat

memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu kurang dari 15 menit untuk tablet tidak

bersalut (Sulaiman, 2007: 206). Cepatnya waktu hancur tablet disebabkan

karena faktor zat aktif dan amylum maydis serta explotab sebagai bahan

penghancur.

Adanya amylum maydis yang mempunyai suatu daya tarik besar terhadap

air melalui kerja kapiler yang menyebabkan pemuaian dan disintegrasi tablet

serta dengan adanya explotab yang sangat cepat mengabsorbsi air, menjadikan

tablet antalgin mempunyai waktu hancur yang memenuhi syarat.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa tablet

Asam Mefenamat yang dihasilkan dari formulasi modifikasi memenuhi

persyaratan.

B. Saran

Pada pengembangan selanjutnya disarankan memodifikasi formula Asam

Mefenamat menggunakan bahan pengikat atau zat tambahan tablet yang lain

lalu hasilnya dibandingkan dengan menggunakan bahan yang sesuai dengan

formulasi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM.

Press.

Ansel, H. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke 4. Penerjemah: Farida.

Jakarta : UI Press. Terjemahan dari : Introduction to Pharmaceutical

Dosage Form.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Ed ke 3. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke 4. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Lachman, L., Lieberman, HA. Kanig J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Ed ke 3. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.

Terjemahan dari: The Teory and Practice of Industrial Pharmacy.

Voigt, R. 1995. Pelajaran Teknologi Farmasi. Ed ke 5. Penerjemah: Noerono.

Yogyakarta : UGM Press.


LAMPIRAN

You might also like