You are on page 1of 8

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN KAWASAN INDUSTRI BERDASARKAN


KEMAMPUAN LAHAN SERTA FASIES VULKANIK KUARTER

Bombom Rachmat Suganda, Johanes Hutabarat, Nana Sulaksana, Hendarmawan


Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
bomryn@gmail.com

ABSTRAK
Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak merupakan gunung api strato yang terdapat di Sukabumi
Bogor merupakan daerah yang subur sehingga kawasan budidaya pertanian yang sangat subur beralih
fungsi menjadi kawasan budidaya permukiman serta industri. Karakteristik batuan, kemiringan lereng,
bahaya geologi, potensi air tanah, tekstur tanah, drainase, kepekaan tanah terhadap erosi dan curah
hujan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penentuan kesesuaian lahan yang akan
mengatur tata guna lahan. pemanfaatan lahan sebagai kawasan budidaya sehingga harus diatur
pemanfaatan lahannya sehingga tidak membahayakan bagi manusia serta menjaga keseimbangan alam.
Gunung Salak daerah resapan terletak pada fasies medial dengan elevasi 600-900 meter di atas
permukaan laut dan pada lereng Gunung Pangrango daerah resapan terletak pada fasies proksimal
dengan elevasi 2058-21227 meter di atas permukaan laut. Kesesuaian lahan pada daerah lereng
gunung api vulkanik di daerah penelitian meliputi wilayah limitasi di sekitar fasies sentral dan proksimal,
kemudian wilayah kendala di sekitar ujung akhir fasies proksimal kemudian wilayah limitasi pada fasies
medial serta pada ujung akhir medial merupakan wilayah kendala dan wilayah kemungkinan di sekitar
fasies distal.

Kata Kunci : gunungapi, pengembangan kawasan, kemampuan lahan

ABSTRACT
Cicurug area and Caringin located on the border of Sukabumi and Bogor in West Java. It is a part Mount
Salak and Pangrango’s slopes, which is a volcano quarter a certainly fertile area for farming area. The
very fertile farming area is then converted into residential and industrial area. Analysis of land capability
in the form of rock characteristics, slope, geological hazards, water potential, soil texture, drainage, soil
sensitivity to erosion and rainfall are very important in determining the suitability of land that would
manage land use. Factors of natural hazards as well as water catchment areas is a limiting factor for
land use as cultivated area that should be regulated so that the land use is not harmful to people as well
as maintaining the balance of nature. Catchment areas in the region shows the slopes of Mount Salak
catchment area lies in the medial facies with elevation of 600-900 meters above sea level and on the
slopes of Mount Pangrango catchment areas located in the proximal facies with 2058-21227 meters
elevation mean sea level.

Keywords : volcano, Area Development, Land capability

Pendahuluan tentunya memerlukan pengembangan


Seiring dengan pesatnya pertumbuhan wilayah yang cukup luas sehingga
penduduk ini muncul berbagai kota-kota yang telah ada akan
persoalan sosial dan ekonomi. Salah memperluas wilayahnya juga
satu persoalan yang muncul adalah berkembang pula kota-kota baru.
urbanisasi yang merupakan suatu Paradigma pembangunan ekonomi
fenomena yang relatif baru dalam lokal (local economic development)
peradaban manusia. Saat ini lebih dari yang merupakan konsep
50 persen penduduk dunia mendiami pengembangan wilayah hasil
perkotaan, bahkan pada beberapa pengalaman pembangunan di negara-
negara maju mencapai 70 sampai 80 negara barat atau kapitalis mempunyai
persen. Pesatnya pertumbuhan pendekatan bahwa keberhasilan
penduduk beserta aktivitas pembangunan perekonomial wilayah
perekonomial dan sosial di perkotaan sangat ditentukan oleh tumbuh

27
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

kembangnya perekonomian lokal yang Kusnama dkk, 1998). Aktivitas


ditunjang oleh sumberdaya alam tektonik di daerah ini dimulai pada
setempat. Pola perkembangan dan Awal Tersier, diikuti oleh aktivitas
pembangunan saat ini mengalami tektonik Plio-Pleistosen yang
banyak perubahan seiring dengan mengaktifkan kembali produk tektonik
kemajuan teknologi dan globalisasi periode Awal Tersier, membentuk
yang mengakibatkan permasalahan sesar-sesar yang berarah umum
serta tantangan baru. Perpaduan pola timurlaut – baratdaya dan baratlaut –
pembangunan ini mengakibatkan tenggara. Rekahan-rekahan yang
adanya perubahan pemanfaatan lahan terbentuk menjadi zona lemah bagi
dari kawasan budidaya pertanian kemunculan batuan-batuan vulkanik
menjadi kawasan budidaya muda berumur Kuarter.
permukiman ataupun industri serta Secara geologi daerah penyelidikan
kawasan lindung yang menjadi umumnya disusun oleh kelompok
kawasan budidaya pertanian ataupun batuan berumur Kuarter, berupa
permukiman. endapan gunung api muda tidak
Daerah vulkanik dikenal secara umum terpisahkan yang terdiri atas tufa
merupakan kawasan yang sangat batuapung pasiran, breksi lahar tufaan
subur serta melimpah akan dari endapan Gunung Pangrango,
ketersediaan sumberdaya berupa endapan ini cukup tebal. Di bawahnya
sumber daya air dan barang tambang berupa endapan vulkanik tua tak
berupa sirtu. Morfologi alamnya yang terpisahkan terdiri atas breksi
berupa perbukitan dan lereng bersusunan andesitik – basaltik, lava
memungkinkan menjadi tempat andesit, tufa dan aglomerat. Ke arah
masuknya air masuk (recharge) dan selatan berkembang sedimen klastik
keluarnya airtanah (discharge) halus sampai kasar berumur Tersier
(Hendarmawan, 2006). Kemudahan yang telah terlipatkan dan tersesarkan
ini yang mendorong manusia secara (Edi Murtianto, 1991)
alami menyukai untuk menempati
kawasan ini untuk beraktivitas. Geologi Gunung Salak
Hadian, 2016 mengemukakan Sifat- Penyebaran batuan yang terdapat di
sifat air tanah pada daerah vulkanik daerah ini berdasarkan Hadian, 2014
mempunyai kondisi yang sangat rumit adalah tuf batuapung pasiran,
dan kompleks sehingga perlu ada setempat dinamakan tras, yang
suatu pendekatan yang komprehensif ditutupi endapan lahar, breksi tufan,
serta terperinci dalam mengungkap dan lapili bersusunan andesit-basal,
suatu fenomena perkembangan suatu yang umumnya telah lapuk ,
pemanfaatan lahan yang sesuai Bedasarkan Efendi dkk, 1998 batuan
dengan fungsinya. yang tersingkap berumur Pleistosen.
Pada daerah dengan morfologi
Geologi Gunung Pangrango perbukitan tinggi hingga ke puncak
Geologi Gunung Pangrango diketahui Gunung Salak tersingkap batuan lava
dari hasil pemetaan Lab Geologi andesit. Bagian bawah daerah
lingkungan pada tahun 2014 bahwa penelitian yang tersingkap disusun
batuan tertua yang tersingkap di oleh batuan tuf berbatuapung pasiran
wilayah studi terdiri atas tufa yang tersebar secara luas dan kerap
berbatuapung yang termasuk ke dalam kali tersingkap sebagai batuan dasar
Batuan Gunungapi Tua yang terdapat pada aliran sungai. Batuan ini
di sebelah timur, utara dan selatan memiliki karakter yang kedap air,
daerah penelitian. Disusun oleh litologi susah melalukan air, tetapi memiliki
berupa lahar dan lava basal andesit rekahan-rekahan yang dapat berfungsi
yang termasuk kedalam Batuan sebagai jalur keluarnya air. Batuan ini
Gunungapi Gunung Pangrango. ditutupi oleh breksi laharik yang
Batuan-batuan ini termasuk ke dalam berwarna hitam, dengan sementasi
Batuan Gunungapi yang berumur yang terdiri dari silika dan oksida besi,
Kuarter (Gambar 2.1. Peta Geologi komponennya berupa batuan andesit
Regional Lembar Bogor, Efendi, hingga basal yang berukuran pasir (2

28
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

mm) hingga kerakal (8-20 cm), sebagai kawasan budidaya


bersifat poros dan mudah melalukan permukiman karena mempunyai
air karena di beberapa tempat potensi bahaya alam yang tinggi
memiliki rekahan-rekahan. serta merupakan kawasan resapan
air.
Metoda
Untuk mengetahui sebaran batuan Pembahasan
digunakan metode pemetaan geologi Kemampuan lahan karakteristik
dengan melakukan pendeskripsian batuan lereng Gunung Salak
batuan pada setiap singkapan batuan Sifat batuan dasar sangat
pada sungai dengan menggunakan mempengaruhi daya dukung tanah
measure section serta kupasan tanah terhadap infrastruktur yang dibangun
akibat aktivitas manusia dengan diatasnya baik rumah, jalan ataupun
menggunakan metoda lintasan kompas jembatan. Semakin keras batuan
(Barnes JW and RJ Lisle. 2004), dasar semakin baik kemampuan
sedangkan untuk menganalisa lahannya, sebaliknya semakin lunak
kemampuan lahan dilakukan dengan batuan dasarnya semakin buruk
memberikan bobot serta nilai pada kemampuan lahnnya. Selain itu batuan
beberapa aspek fisik dasar yaitu dasar juga mempengaruhi kemampuan
karakteristik fisik batuan, tekstur batuan untuk menyimpan dan
tanah, kemiringan lereng, potensi air mengalirkan air untuk membentuk
tanah, drainase, curah hujan, suatu sistem akuifer baik akuifer
kepekaan tanah terhadap erosi dan tertekan ataupun akuifer tidak
potensi bahaya geologi. Dalam tertekan.
mengevaluasi kemampuan lahan Lava bersifat andesitis yang sangat
dilaksanakan penilaian dan keras mempunyai sifat meluluskan air
pembobotan terhadap masing-masing yang sangat baik karena memiliki
kemampuan lahan tersebut dengan rekahan (fracture system) berada
metode bobot dan skoring (Howard pada daerah sekitar puncak Gunung
dan Remson, 1978). Tingkat Salak. Ujung dari lava ini
kemampuan lahan bagi setiap memunculkan mata air yang sangat
pengguna lahan mempunyai nilai dari besar debitnya.
5 sampai 0 dimana nilai yang besar Breksi laharik mempunyai sifat yang
berarti mempunyai kecocokan yang keras akan tetapi telah mengalami
lebih baik, kemudian dilakukan pelapukan yang sangat kuat sehingga
metode superimposed sehingga akan komponen dari batuan bekunya
dapat diketahui nilai kemampuan mengalami rekahan yang sangat
masing-masing lahan. Penentuan melimpah sehingga menjadi porositas
klasifikasi kemampuan lahan dilakukan sekunder yang sangat baik bagi
dengan metode statistik distribusi jalannya air.
normal maka akan didapat : Tuff lapili mempunyai sifat keras
1. Wilayah kemungkinan, yaitu akan tetapi telah mengalami
wilayah dengan tingkat kesesuaian pelapukan yang sangat kuat serta
lahan yang baik untuk mengalami ubahan menjadi mineral
dikembangkan sebagai kawasan lempung. Batuan ini bersifat
budidaya permukiman. meluluskan air serta banyak
2. Wilayah kendala, yaitu wilayah dimanfaatkan sebagai sumur
dengan tingkat kesesuaian lahan penduduk.
yang sedang untuk dikembangkan Tuff berbatuapung mempunyai sifat
sebagai kawasan budidaya yang tidak begitu padu serta banyak
permukiman karena ada beberapa berselingan dengan paleosoil yang bisa
kendala fisik dasar akan tetapi menjadi akuifer. Dikarenakan
masih dapat ditanggulangi dengan teksturnya yang kasar dan poros
rekayasa teknologi. mengakibatkan lapisan tuff
3. Wilayah limitasi, yaitu wilayah berbatuapung ini bersifat meluluskan
dengan tingkat kesesuaian lahan air.
yang buruk untuk dikembangkan

29
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

Tuff terlaskan memiliki sifat yang


padu akan tetapi memiliki sistem Kemampuan lahan kemiringan
rekahan di bagian atasnya sehingga lereng Cicurug
hanya dapat mengalirkan air dalam Kemiringan lereng berkaitan erat
jumlah terbatas. dengan kemampuan suatu lahan
Tuff pumicete terlaskan memiliki apabila dilakukan pekerjaan konstruksi
sifat yang padu sehingga kedap air serta kestabilan lereng apabila diberi
sehingga sangat sulit meluluskan air. beban bangunan dan potensi gerakan
tanah. Pedataran vulkanik (0-2%)
Kemampuan lahan karakteristik memiliki morfologi yang sangat datar
lereng gunung Pangrango sehingga memiliki kestabilan lereng
Sifat batuan dasar sangat yang sangat baik untuk diberi beban
mempengaruhi daya dukung tanah bangunan serta tidak mempunyai
terhadap infrastruktur yang dibangun potensi gerakan tanah. Pedataran
diatasnya baik rumah, jalan ataupun vulkanik landai (2-7%) memiliki
jembatan. Semakin keras batuan morfologi yang landai sehingga
dasar semakin baik kemampuan memiliki kestabilan lereng yang baik
lahannya, sebaliknya semakin lunak untuk diberi beban bangunan serta
batuan dasarnya semakin buruk relatif tidak mempunyai potensi
kemampuan lahnnya. Selain itu gerakan tanah. Perbukitan vulkanik
batuan dasar juga mempengaruhi bergelombang (8-15%) memiliki
kemampuan batuan untuk menyimpan morfologi yang bergelombang
dan mengalirkan air untuk membentuk sehingga memiliki kestabilan lereng
suatu sistem akuifer baik akuifer yang kurang baik untuk diberi beban
tertekan ataupun akuifer tidak bangunan serta memiliki potensi
tertekan. gerakan tanah. Perbukitan vulkanik
Breksi volkanik bersifat basaltis yang curam (16-40%) memiliki morfologi
sangat keras mempunyai sifat yang curam sehingga memiliki
meluluskan air yang sangat baik kestabilan lereng yang buruk untuk
karena memiliki rekahan (fracture diberi beban bangunan sehingga
system) berada pada daerah sekitar pemanfaatan lahan untuk bangunan
puncak Gunung Pangrango. Ujung dari terbatas serta apabila akan di buat
lava ini memunculkan mata air yang suatu bangunan memerlukan teknologi
cukup besar debitnya. dalam membuat konstruksi dan
Breksi tuffan, lapili, aglomerat mempunyai potensi gerakan tanah
mempunyai sifat yang keras akan yang tinggi. Perbukitan vulkanik
tetapi telah mengalami pelapukan sangat curam (>40%) memiliki
yang sangat kuat sehingga komponen morfologi yang sangat curam sehingga
dari batuan bekunya mengalami memiliki kestabilan lereng yang sangat
rekahan yang menjadi porositas buruk sehingga relatif dihindari dalam
sekunder yang sangat baik bagi pembuatan konstruksi bangunan serta
jalannya air. mempunyai potensi gerakan tanah
Breksi laharik sisipan breksi tufan yang sangat tinggi.
mempunyai sifat yang keras akan Berdasarkan 5 kelas kemampuan
tetapi telah mengalami pelapukan lahan yang ada (tabel 1) dapat
yang sangat kuat sehingga komponen ditentukan 3 wilayah kesesuaian
dari batuan bekunya mengalami lahannya yaitu :
rekahan yang menjadi porositas • Wilayah Kemungkinan (Feasible
sekunder yang sangat baik bagi Area)
jalannya air. Pada peta kesesuaian lahan
Breksi andesit piroksen sisipan ditunjukkan dengan warna hijau,
lava andesit mempunyai sifat yang wilayah ini menjelaskan memiliki
padu serta sedikit mengalami rekahan. kemampuan lahan sangat tinggi dan
tinggi untuk dikembangkan sebagai
kawasan permukiman dan industri.
Wilayah ini sebagian besar berada
pada fasies distal Gunung Salak dan

30
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

Gunung Pangrango. Kendala alamiah Tabel 1. kelas kemampuan lahan


yang mungkin di hadapi sangat kecil beserta nilai kiasaran total scor
kemungkinannya sehingga aman Kelas
Kisaran
untuk dikembangkan. Kemampuan Kriteria
Total
• Wilayah Kendala (Constrain Area) Lahan
Pada peta kesesuaian lahan Sangat Tinggi > X + 1⅟₂ δx >164
ditunjukkan dengan warna kuning, (X + ⅟₂ δx) –
Tinggi 150-164
(X + 1⅟₂ δx)
wilayah ini menjelaskan memiliki
(X - 1⅟₂ δx) –
kemampuan lahan sedang untuk Sedang 137-150
(X + 1⅟₂ δx)
dikembangkan sebagai kawasan
(X - ⅟₂ δx) – (X
permukiman dan industri. Wilayah ini Rendah 123-137
- 1⅟₂ δx)
sebagian besar berada pada ujung
Sangat
akhir fasies proksimal, ujung awal dan < X - 1⅟₂ δx <123
Rendah
akhir fasies medial pada lereng
Gunung Salak serta fasies medial pada Kesesuaian Lahan
Gunung Pangrango. Kendala alamiah Penentuan dari kesesuaian lahan di
yang mungkin di hadapi cukup banyak tentukan berdasarkan perhitungan dari
sehingga harus menggunakan devariasi skor total. Standar deviasi
rekayasa teknik untuk meminimalkan dilakukan dengan menggunakan kurva
faktor kendala tersebut sehingga aman anova, hal ini dilakukan untuk
untuk dikembangkan. Kendala teknis menentukan pembagian zona peta
tersebut antara lain drainase yang kemampuan lahan. Perhitungannya
cukup buruk dikarenakan kemiringan adalah sebagai berikut :
lereng yang cukup curam serta kondisi x = Skor total per kotak
air tanah yang terbatas. X = nilai rata-rata
= ∑x = 85557
• Wilayah limitasi (Limitation Area) n 597
Pada peta kesesuaian lahan = 143.3115578
ditunjukkan dengan warna merah. = 143
Wilayah ini menjelaskan memiliki
kemampuan lahan rendah dan sangat δx= ∑(x-X)2 = 13.60295073= 13,6
rendah untuk dikembangkan sebagai n-1
kawasan permukiman dan industri. -1⅟₂ δx = -20.40442609
Wilayah ini sebagian besar berada
-⅟₂ δx = -6.801475363
pada fasies sentral dan proksimal serta
⅟₂ δx = 6.801475363
beberapa tempat pada fasies medial.
1⅟₂ δx = 20.40442609
Kendala alamiah yang mungkin cukup
banyak dan tidak dapat menggunakan
X -1 ⅟₂ δx = 122,91 = 123
rekayasa teknik untuk meminimalkan
faktor kendala tersebut sehingga X - ⅟₂ δx = 136.51 = 137
mempunyai resiko tinggi untuk X + ⅟₂ δx = 150,11 = 150
dikembangkan. Kendala teknis X + 1⅟₂ δx = 163,71 = 164
tersebut antara lain drainase yang
sangat buruk dikarenakan kemiringan Diskusi
lereng yang terjal, potensi bahaya Pada perancangan kawasan tepian air
longsor serta kondisi air tanah yang ada dua aspek penting yang
terbatas. mendasari keputusan rancangan yang
Berdasarkan pada klasifkasi yang di dihasilkan. Kedua aspek tersebut
hasilkan di atas maka di dapat : adalah faktor geografis dan konteks
kisaran kelas kemampuan lahan perkotaan. Dengan faktor-faktor
seperti tabel di bawah ini : geografis, termasuk di dalam hal ini
adalah kondisi perairan, yaitu dari segi
jenis (laut, sungai dan danau), dimensi
dan konfigurasi, daya dukung tanah,
serta kepemilikannya. Iklim yang
menyangkut musim, temperatur serta
curah hujan dan konteks perkotaan,

31
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

faktor yang nantinya akan pada fasies medial serta wilayah


memberikan ciri khas tersendiri bagi kemungkinan pada fasies distal.
kota yang bersangkutan serta Daerah yang merupakan wilayah
menemukan hubungan antara limitasi harus dijadikan kawasan
kawasan water front yang di lindung. Daerah medial yang
kembangkan dengan bagian kota yang merupakan daerah resapan air
terkait. merupakan kawasan lindung
Diperlukan Konsep Sustainable resapan air mutlak harus dijadikan
Development memberikan wacana hutan lindung.
baru mengenai pentingnya 2. Di daerah Cicurug secara eksisting
melestarikan lingkungan alam di masa memperlihatkan bahwa pada
depan, generasi yang akan datang umumnya telah terjadi pengalihan
“pembangunan yang memenuhi pemanfaatan lahan yang telah
kebutuhan sekarang tanpa merubah fungsinya dimana daerah
mengkompromikan kemampuan yang seharusnya berfungsi
generasi mendatang untuk memenuhi sebagai kawasan lindung telah
kebutuhannya sendiri”. Untuk berubah menjadi kawasan
mevalidasi penentuan zona konservasi budidaya. Pemanfaatan lahan
diperlukan penelitian isotop. pada kawasan yang seharusnya
menjadi kawasan lindung telah
Ucapan terimakasih terjadi perubahan pemanfaatan
Penulis juga telah dibantu oleh lahan yang sangat besar dimana
sahabat-sahabat yang telah rela kawasan hutan secara
membantu siang dan malam keseluruhan telah banyak berubah
membantu dalam penyusunan menjadi kawasan budidaya
disertasi ini. Oleh sebab itu penulis pertanian berupa ladang, kebun,
ingin menyampaikan penghargaan dan sawah tadah hujan, sawah irigasi
terima kasih kepada Dr. M. Sapari Dwi dan peternakan serta
Hadian ST, MT, Dr. Teuku Yan Waliana permukiman, sebagian berupa
Muda Iskandarsyah ST, MT, M. semak belukar.
Nursiyam Barkah, ST, MT, Mulyono SE, Perubahan fungsi lahan ini
Willy Ananta SSos, Rama Baiquni ST, tentunya akan merubah neraca air
MT, Yudhi Listiawan ST, Ciria Humanis yang kemudian akan berakibat
Brilian, ST, Rina Rosmawati ST, Faishal pada supply air tanah pada akuifer
Aziz ST, Yayan Cuharyana dan Iyep sumber air kubang. Tanah ladang
merupakan pemanfaatan lahan
Kesimpulan yang mendominasi daerah yang
Berdasarkan analisa kesesuaian lahan menjadi kawasan resapan
berdasarkan kemampuan lahannya (recharge) diikuti oleh sawah
dan fasies vulkanik : tadah hujan, semak belukar,
1. Kesesuaian lahan pada daerah kebun, sawah irigasi, permukiman
lereng Gunung Salak di daerah dan peternakan.
penelitian mempunyai pola
bergantian antara wilayah limitasi Saran
di sekitar fasies sentral dan Diperlukan analisa kesesuaian
proksimal, kemudian wilayah lahan dengan validasi isotop ini
kendala di sekitar ujung akhir dapat diperkuat dengan kajian
fasies proksimal kemudian wilayah struktur geologi detail sehingga
limitasi pada fasies medial serta daerah yang paling intensif
pada ujung akhir medial memiliki kekar dan patahan dapat
merupakan wilayah kendala dan di ketahui. Selain itu kajian
wilayah kemungkinan di sekitar hidrokimia akan memperkuat
fasies distal. Kesesuaian lahan tentang kandungan kimia air,
pada Lereng Gunung Pangrango fasies air tanah serta pengaruh
mempunyai pola wilayah limitasi di batuan terhadap kualitas airtanah.
sekitar fasies sentral dan
proksimal, wilayah kemungkinan

32
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

DAFTAR PUSTAKA Publishing, 389 p.


Akhmad Zaennudin; Igan S doi:10.1017/S0016756806263052.
Sutawidjaja; Dani Aswin, 1993 Peta Kevin H. 2005. Hydrogeology
Geologi gunung Salak, Direktorat Principles and Practice. Blackwell
Vulkanologi bandung Publishing Company, Australia, pp.
Barnes JW and RJ Lisle. 2004. Basic 389.
Geological Mapping, fourth edition, IWACO–WASECO (1990) Bandung
John Wiley and Sons, England, pp hydrological study. West Java
43-49. provincial waters sources master
Bogie, I. and MacKenzie, K.M, 1998.: plan, Jakarta, 111p.
The Application of a Volcanic Facies Kumai, H dan Hendarmawan, 2003,
Model to an Andesitic Ground water local in volcanic slope
StratovolcanoHosted Geothermal ; acase study on the bandung city
System at Wayang Windu, area, Indonesia. Consortium
Java,Indonesia, Proceeding, 20th corporation Institute of
New Zealand Geothermal Workshop Groundwater Physic-chemistry,
Effendi AC. 1974. Geological map of Japan, vol 11 march, 2003.
Bogor sheet, scale. 1:100.000.Pusat Kusdaryanto dan Wazil Efendi, 2000,
Penelitian dan Pengembangan. Pemetaan Geomorfologi Gunung
Geologi, Bandung (in Indonesian). Salak, Direktorat Volkanologi
Hadian, M. S., Mardiana, U., Bandung
Abdurahman, O., & Iman, M. I. Van Bemmelen, R.W., 1949. The
(2006). Sebaran akuifer dan pola geology of Indonesia, volume 1A
aliran air tanah di Kecamatan U.I.A. The Hague.
Batuceper dan Kecamatan Benda Wilson J, Guan H (2004) Mountain-
Kota Tangerang, Propinsi block hydrology and mountain front
Banten. Indonesian Journal on recharge. In: Phillips FM, Hogan J,
Geoscience,1(3), 115-128 Scanlon B (eds) Groundwater
Hadian, S. D., & Rahmat, B. (2015). recharge in a desert environment:
MANAJEMEN AIRTANAH PADA the southwestern United States.
ENDAPAN ALUVIUM RAWA LAKBOK, AGU, Washington, DC
JAWA BARAT. Bulletin of Scientific
Contribution, 13(3)
Hadian, Mohamad Sapari Dwi Hadian,
Hendarmawan, Nana Sulakasana,
2016 Hydrogeology of Volcanic
Characterization Based on Volcanic
Facies, Ground Water Chemical
Content, and Stable Isotope of
Groundwater nternational
Proceedings of Chemical, Biological
and Environment Engineering
Volume of IPCBEE (2016) DOI:
10.7763/IPCBEE. 2016. V94. 22
p.142-149
Hendarmawan and Satrio, 2011,
Recharge area on the slopes of
volcano based on geological setting,
content of deuterium and oxygen
isotopes of ground water chemistry
:case study on the slope of Salak
Mountain, West Java. J Trop Soil,
Vol. 16, No 3, 2011 : 247-258.
Hiscock K. 2005. Hydrogeology,
Principles and Practice. Malden,
Oxford, Carlton: Blackwell

33
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 15, Nomor 1, April 2017 : 27 – 34

34

You might also like