You are on page 1of 30

B. Teori Manajemen Kebidanan 1.

Pengertian
Manajemen Kebidanan Menurut Mufdlilah, Asri H & Ima K
(2010), Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (). 2. Langkah-
Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Mufdlilah, Asri H &
Ima K (2010), proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah,
yaitu : a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar Langkah
pertama merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimbau informasi
tentang klien/orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data
yang tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut
manusia yang rumit karena sifatt manusia yang komplek. Kegiatan
pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara
terus mnerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data
dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat
memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh 25
secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah
sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber data
primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah
data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain, anggota keluarga.
Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu : 1). Observasi, adalah
pengumpulan data melalui indera : penglihatan (perilaku, tanda
fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran (bunyi batuk, bunyi
nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perabaan (suhu badan,
nadi 2). Wawancara, adalah pembicaraan yang terarah yang
umumnya dilakukan paada pertemuan tatap mukan. Dalam
wawancara yang penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan
diarahkan ke data yang relefan. 3). Pemeriksaan, dilakukan dengan
memakai instrumen/alat pengukur. Tujuannya untuk memastikan
batas dimensi angka, irama, kuantitas. Misalnya : tinggi badan
dengan meteran, berat badan dengan timbangan, tekanan darah
dengan tensi meter. Secara garis besar, diklasifikasikan menjadi
data subjektif dan data objektif. Pada waktu pengumpulan data
subjektif bidan harus : mengembangkan hubungan antar personal
yang efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih
memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan 26
yang dicemaskan, berupaya mendapatkan data/fakta yang sangat
bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien. Pada waktu
pengumpulan data objektif bidan harus : mengamati ekspresi dan
perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik,
memperhatikan aspek sosial budaya pasien, menggunakan tehnik
pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang
tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang terarah dan
berkaitan dengan keluahan pasien. b. Langkah II (kedua) :
Interprestasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi
yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik. Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa
kebidanan adalah pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan
menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar
fakta. Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan denga fakta /
kenyataan. Analisa adalah proses pertimbangan tentang nilai
sesuatu dibandingkan dengan standar. Standar adalah
aturan/ukuran yang telah diterima secara umum dan digunakan
sebagai dasar perbandingan dalam kategori yang sama. Hambatan
yang berpotensi tinggi menimbulkan masalah kesehatan (faktor
resiko). Dalam bidang 27 kebidanan pertimbangan butir-butir
tentang profil keadaan dalamm hubungannya dengan status sehat-
sakit dan kondisi fisiologis yang akhirnya menjadi faktor resiko
agent yang akan mempengaruhi status kesehatan orang
bersangkutan. Pengertian masalah / diagnosa adalah “suatu
pernyataan dari masalah pasien/klien yang nyata atau potensial dan
membutuhakan tindakan”. Dalam pengertian yang lain
masalah/diagnosa adalah “pernyataan yang menggambarkan
masalah spesifik yang berkaitan denagn keadaan kesehatan
seseorang dan didasarkan pada penilaian asuhan kebidanan yang
bercorak negatif”. Dalam asuhan kebidanan kata masalah dan
diagnosa keduanya dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosa tetapi perlu tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana asuhan yang
menyeluruh. Masalah sering dihubungkan dengan bagaimana
wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosa. Diagnosa
adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Standar nomenlaktur diagnosa kebidanan : 1) Diakui
dan telah disahkan oleh profesi 2) Berhubungan langsung dengan
praktik kebidanan 3) Memiliki ciri khas kebidanan 28 4) Didukung
oleh clinical judgement dalam praktek kabidanan 5) Dapat
diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. c. Langkah
III (ketiga) : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
klien memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial inibener-benar terjadi. d. Langkah IV (keempat) :
mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera Beberapa data menunjukan situasi emergensi
diman bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi,
beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara menunggu instruksi dokter. Mungkin juga
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan
mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan yang
paling tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. e. Langkah V (kelima) :
Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh 29
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau antisipasi pada langkah ini informasi / data dasar
yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-
sama disetujui oleh bidan maupun wanita itu agar efektif, karena
pada akhirnya wanita itulah yang akan melaksanakan rencana itu
atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam langkah ini termasuk
membuat dan pendiskusian rencana dengan wanita itu begitu juga
termasuk penegasan akan persetujuannya. Semua keputusan yang
dibuat dalanm merencanakan suatu asuhan yang komprehensif
harus merefleksikan alasan yang benar, berlandaskan pengetahuan,
teori yang berkaitan dan up to date serta divalidasikan dengan
suami mengenai apa yang diinginkan wanita tesebut dan apa yang
dia tidak inginkan. Rational yang berdasarkan asumsi dari perilaku
pasien yang tidak divalidasikan., pengetahuan teoritis yang salah
atau tidak memadai, atau data dasar yang tidak lengkap adalah
tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak lengkap
adalah tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak
lengkap dan mungkin juga tidak aman. Perencaan supaya terarah,
dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut : tentukan tujuan
tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/target
dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya 30 ditentukan rencana
tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa dan tujuan yang akan
dicapai. f. Langkah VI(keenam) : Melaksanakan perencanaan dan
pelaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien,
atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien
yang mengalami komplikasi, bidan kjuga bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya
dan meningkatkan mutu asuhan. g. Langkah VII (ketujuh) :
Evaluasi Pada langkah ke 7 ini dilakukan eveluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah
dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian
belum efektif. 31 3. Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan SOAP
Model dokumentasi yang digunakan dalam askeb adalah dalam
bentuk catatan perkembangan, karena bentuik asuhan yang
diberikan berkesinambungandan menggunakan peoses yang terus
menerus (Mufdlilah, Asri H, Ima K: 2010). S : Data informasi
yang subjektif (mencatat hasil anamnesa) O : Data informasi
objektif (hasil pemeriksaan, observasi) A : Mencatat hasil analisa
(diagnosa dan masalah kebidanan) a. Diagnosa atau masalah b.
Diagnosa/masalah potensial dan antisipasinya c. Perlu tindakan
segera P : Mencatat seluruh penatalaksanaan (tindakan, antisipasi,
tindakan segera, tindakan rutin, penyuluhan, support,kolaborasi,
rujuk dan evaluasi
C. Teori Hukum Kewenangan Bidan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik Bidan BAB III: 1. Pasal 9 yang berbunyi : Bidan dalam
menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 32 2.
Pasal 12 yang berbunyi: Bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 3. Pasal
13 yang berbunyi: Bidan berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi Memberikan alat kontrasepsi suntik, alat
kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit. Dalam
menjalankan asuhan pada pasien dengan pemasangan IUD, bidan
mempunyai landasan hukum dan kewenangan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada pasien ibu dengan pemasangan IUD,
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik Bidan BAB III pada pasal 9, 12, 13 yaitu:
bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan keluarga berencana, bidan dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana berwenang untuk memberikan
penyuluhan dan konseling keluarga berencana, bidan berwenang
melakukan pelayanan kesehatan meliputi memberikan alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD). 33
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA
PEMASANGAN KB IUD
PELAYANAN KONTRASEPSI IUD / ALAT KONTRASEPSI
DALAM
RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS BANGETAYU
A. KELENGKAPAN SARANA DAN TENAGA 1. Sarana non
Medis a. Ruang konsultasi dan pemeriksaan ukuran: (3x3) m2 b.
Meja + kursi untuk konsultasi 1 set c. Bed periksa pasien: Tinggi
70cm, lebar 90cm, panjang 200cm d. Sarung bantal, sprei, duk,
karet laken e. Bed / meja ginekologi f. Meja untuk peralatan 1 buah
g. Lampu periksa h. Handuk : 5 buah i. Alat tulis : pensil, pena,
penghapus, tippex masing-masing 1 buah j. Tissue gulung : 1 buah
k. Penggaris lurus : 1 buah l. Status KB : 3500 lembar m. Buku
register KB : 1 set n. Buku pedoman standar pelayanan KB 1 buah
o. Formulir rujkan (umum, Askes, JPS) masing-masing 1 buku 34
p. Kertas resep : 1 buku q. Kamar kecil / WC ukuran minimal 2x1
m2 dengan bak / ember terisi air, gayung dan sabun r. Bahan KIE
(poster, leafet) s. Ember atau tempat sampah lain, ditempatkan
dibawah meja pemeriksaan. 2. Sarana Medis a. IUD Kit (Copper T
380 A) : 1 buah b. Bivalve Speculum : ukuran kecil, sedang, besar
masing-masing 1 buah c. Tankulum : 1 buah d. Forcep : 1 buah e.
Korentang (tang penjepit / pengambil alat) : 1 buah f. Gunting
mayo steril : 1 buah g. Sarung tangan ( handschoen) steril : 2
pasang h. Masker : 2 buah i. Larutan klorin 0,5% : 1 botol j.
Larutan povidon lodin 10% : 1 botol k. Alcohol 70% 1 botol
(200cc) l. Mangkuk kecil (untuk larutan antiseptic) : 1 buah m.
Kain kasa / kapas : 1 bungkus n. Lidi kapas dan kaca slide o.
Neerbeken / bengkok : 1 buah 35 p. Baskom perendam peralatan :
1 buah q. Sonde uterus r. Container perlatan : 1 buah s. Sterilisator
t. Emergensi kit : ambubag, suction apparatus, endotrakheal tube,
laringoskop, O2 tank + O2 , infuse set + cairannya, obat-obatan (
adrenalin, kortison, antihistamin) u. Sabun dan detergent 3. Sarana
Tenaga a. Tenaga kesehatan atau bidan yang sudah mendapat
pelatihan keluarga berencana : 2 orang b. Tenaga administrasi 1
orang
B. ANAMNESA 1. Memberikan salam pada ibu / pasangannya
dengan cara: Mengucapkan : “ Assalamualaikum / selamat pagi ”
dengan suara lembut dan disertai senyum. Kemudian mengatakan “
Apa yang dapat saya bant bu? “ 2. Menanyakan data-data pribadi
ibu / pasangannya a. Nama : b. Alamat : c. Umur : d. Pekerjaan :
36 e. Pendidikan : f. Nama suami : g. Alamat suami : h. Umur
suami : i. Pekerjaan suami : j. Pendidikan suami : 3. Menyakan
pada ibu dengan ramah tentang keluarga berencana: a. Berapa
jumlah anak sekarang ? b. Berapa usia anak terkecil ? c. Berapa
tahun sejak kelahiran anak terkeci dengan kakaknya ? d. Berapa
jumlah anak yang masih diingkan ? 4. Menanyakan riwayat
kontraepsi yang lalu: a. Apakah pernah menggunakan alat
kontrasepsi sebelumnya ? Bila “ya” alat kontrasepsi apa yang
peerrnah dipakai: b. Apakah sekarang masih memakai alat
kontrasepsi ? Bila “ya” apa yang dipakai sekarang: c. Apakah ingin
mengganti dengan alat kontrasepsi baru ? Bila “ya” mengapa: 5.
Bila ibu adalah calon akseptor baru, maka menanyakan: a.
Mengapa ingin menggunakan alat kontrasepsi IUD ? Apakah tidak
ingin punya anak dulu, Apakah ingin mengatur jarak kelahiran atau
Apakah ingin membatasi jumlah anak. b. Apakah sudah mendapat
persetujuan dari suaminya? 37 6. Menanyakan tantang kehamilan
atau persangkaan kehamilan: a. Apakah sudah melakukan
senggama sejak haid terakhir ? Bila “ya”, lihat pertanyaan
penggunaan alat kontrasepsi saat ini, bila tidak memakai maka ibu
harus melakukan tes kehamilan. b. Kapan haid terakhir ? Bila haid
terakhir lebih dari 7 hari yang lalu dan ibu tidak sedang memakai
alat kontrasepsi, maka ibu harus melakukan tes kehamilan. c.
Kapan persalinan terakhir ? Bila persalinan terakhir lebih dari 4
minggu yang lalu, dan ibu tidak sedang memakai alat kontrasepsi,
maka ibu harus melakukan tes kehamilan. d. Apakah dalam 7 hari
ini mengalami keguguran ? e. Apakah sedang menyusui dan tidak
haid ? Jika mencurigai tanda-tanda kehamilan dan tidak tersedia
tes kehamilan yang sensitive maka ibu dianjukan memakai
kontrasepsi barier (kondom) sampai haid berikutnya. 7.
Menanyakan resiko infeksi menular seksual (IMS) a. Apakah ada
duh / keputihan / cairan darialat kelamin / vagian ? Bila “ya”, sejak
kapan dan berapa banyak ? b. Apakah berlebihan, tidak seperti
biasanya ? c. Apakah berwarna putih seperti susu ? d. Apakah
berwarna kekuningan ? 38 e. Apakah berwarna kehijauan ? f.
Apakah kental seperti susu kental ? g. Apakah berbau tidak enak
(busuk) ? h. Apakah alat kelamin terasa gatal ? i. Apakah dalam
satu tahun ini pernah mengalami luka pada alat kelamin ? Bila
“ya”, apakah lukanya berupa luka lecet, atau luka seperti borok ?
sebutkan j. Apakah pernah ada tonjolan kecil atau plentingan di
alat kelamin ? k. Apakah alat kelamin terasa nyeri saat buang air
kecil ? l. Apakah alat kelamin terasa panas saat buang air kecil ?
m. Apakah alat kelamin terasa perih saat buang air kecil ? n.
Apakah ada rasa nyeri perut bagian bawah ? o. Apakah ada
perdarahan atau bercak darah banyak setelah berhubungan seksual
? 8. Sebelum pertanyaan lebih lanjut, meminta pada ibu apakah
bersedia menjawab pertanyaan yang bersifat lebih pribadi. “Bu,
kami akan menanyakan beberapa pertanyaan yang sifatnya pribadi,
ibu boleh menolak atau tidak menjawab pertanyaan tersebut bila
tidak berkenan”. a. Apakah pekerjaan ibu menetap atau berpindah-
pindah? Meminta ibu untuk menyebutkan dengan sejelas-jelasnya
pekerjaannya. 39 b. Apakah pekerjaan suaminya menetap atau
berpindah-pindah keluar daerah ? meminta ibu untuk menyebutkan
dengan sejelas-jelasnya pekerjaan suaminya.. c. Apakah suaminya
mempunyai masalah pada alat kelaminnya seperti adanya nanah
yang keluar penis dalam waktu 3 bulan ini ? d. Apakah suaminya
mengalami pembengkakan dipelipatan pahanya, disertai rasanya
nyeri pada alat kelaminnya dalam waktu 3 bula ini ? e. Apakah
suami tinggal menetap satu rumah dengan ibu ? f. Apakah ibu baru
berganti pasangan seksual dalam waktu 2 sampai 3 bulan ini ? g.
Apakah ibu punya pasangan seksual lebih dari satu ? h. Apakah
suami pernah memakai kondom pada saat berhubungan seksual
padahal ibu sudah menggunakan alat kontrasepsi lain? i. Apakah
ibu pernah menggunakan narkoba suntik ? j. Apakah suaminya
pernah menggunakan narkoba suntik ? 9. Mencatat hasil
pemeriksaan pada kartu status dan memberitahukan hasilnya pada
ibu dan menanyakan apakah ada yang ditanyakan mengenai
hasilnya. 40
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Tekanan Darah 1. Meminta ijin ibu / pengantur
untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah : “ibu bolehkan saya
memeriksa tekanan darah ibu” ? 2. Mempersilahkan ibu istirahat
kurang lebih 5 menitsebelum pengukuran bila ibu baru dating dari
tempat jauh, berjalan, atau tidak sempat duduk menunggu giliran.
3. Meminta ibu untuk membuka lengan atas yang akan diperiksa,
sehingga tidak menutupi arteri brachialis. 4. Meminta ibu untuk
duduk dengan nyaman dan santai : a. Memasang manset 2-3 cm
diatas fossa kubiti, melingkari lengan tempat pemeriksaan setinggi
jantung dan balon karet menekan tepat diatas arteri brachialis. b.
Menanyakan pada ibu apakah manset dengan sphygmomano meter
Hg, posisi tegak dan level air raksa setinggi jantung. c. Meraba
denyut arteri brachialis pada lipatan siku untuk meletakkan
stetoskop d. Meraba arteri radialis dengan jari telunjuk dan jari
tengah (memastikan tidak ada penekanan) e. Menutup katub
pengontrol pada pompa manset f. Meletakkan stetoskop ketelinga,
meraba denyut arteri brachialis g. Memopa manset sampai denyut
arteri radialis tidak teraba lagi, kemudian menambah pompa lagi
20-30 mmHg 41 h. Meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis di
fossa kubiti / lipatan siku sebelah dalam i. Melihat air raksa dengan
posisi mata sejajar air raksa, sambil melepaskan katub pengontrol
pelan, sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2-3 mmHg /
detik atau skala / detik j. Memastikan tinggi air raksa saat
terdengar perubahan detakan pertama arteri brachialis (korotkoff I)
: disebut tekanan systole k. Lanjutkan menurunkan air raksa saat
terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah (korotkoff IV) :
disebut tekanan diastole l. Melepas stetoskop dari telinga dan lepas
manset dari lengan pasien m. Bersihkan carpiece dan diaphragma
stetoskop dengan kapas alcohol 5. Menginformasikan pada pasien
hasil pengukuran, mencatat tapa kartu status pasien 6. Menanyakan
kepada pasien apakah ada yang ingin ditanyakan tentang hasil
tekanan darahnya.
Pemeriksaan Perut bagian bawah, alat kelamin dan
pemasangan IUD 1. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik pada perut bawah dan alat kelaminnya serta
pengambilan cairan alat kelaminnya untuk diperiksa adanya IMS
sebelum pemasangan IUD serta meminta persetujuan ibu dan
suaminya: “Bu, Pak, kami akan memeriksa dan mengambil cairan
pada perut bagian bawah dan alat kelamin ibu untuk diperiksa
adanya IMS 42 sebelum pemasangan IUD, dan untuk itu kami
meminta persetujuan ibu dan bapak sebelum dilakukan
pemeriksaan: a. Membacakan inform consent b. Meminta ibu dan
suaminya untuk menanda tangani formulir inform consent 2.
Meminta ibu untuk buang air kecil untuk mengosongkan kandung
kemihnya terlebih dahulu dan membersihkan alat kelaminnya
dikamar mandi 3. Mencuci tangan pemeriksa dengan sabun dan air
yang mengalir dengan cara: a. Mendekatkan bahan dan alat yang
dibutuhkan seperti sabun dan handuk bersih pengering b.
Meninggalkan semua perhiasan (jika memakai) c. Membasahi
tangan dengan air d. Menggosok dengan air secara merata pada
celah jari tangan e. Menggosok pergelangan dengan melingkar
salah satu tangan yang lain memebrsihkan kuku dan bawah kuku
sampai bersih (dapat digunakan sikat yang lembut) f. Membilas
tangan dan telapak tangan dari arah jari-jari kearah pergelangan
hingga bersih g. Mengeringkan jari tangan dan pergelangan tangan
dengan henduk bersih kering, atau membiarkan mongering dengan
sendirinya (jika handuk tidak ada) 43 4. Memasang sarung tangan
pada kedua tangan dengan cara: a. Mengambil sarung tangan steril
dari tromol / tempat steril dengan menggunakan korentang dengan
menggunakan tangan kanan b. Tangan kiri menerima sarung
tangan dengan memegang bagian dalam dari sarung tangan c.
Mengurai sarung tangan yang terlipat dari lipatannya d. Memegang
sarung tangan bagian kanan yang akan dipakai terlebih dahulu e.
Meletakkan sarung tangan kiri yang akan belakangan ditempat
yang steril f. Mengecek kebocoran sarung tangan kanan dengan
cara mnggembngkan sarung tangan tersebut hingga terisi udara
(tapi jangan ditiup), lalu tutup lubang pada bagian tangan yang
akan masuk, lalau mengempiskan sarung tangan yang sudah
menggembung tersebut. Merasakan, mendengarkan dan
mengamati apakah ada aliran udara yang keluar melalui lubanh
selain lubang pergelangan tangan dari sarung tangan tersebut.
Mendeteksi adanya suara udara ngowos atau mendesis melalui
lubang kecil dari bagian sarung tangan serta memperhatikan
volume udara di sarung tangan kian habis / berkurang. Jika ada
kebocoran, maka buang sarung tangan. g. Memakai sarung tangan
steril, caranya : meletakkan sarung tangan kiri ditempat yang steril.
Memegang sarung tangan dengan tangan 44 kiri pada bagian
dalam sarung tangan, masukkan jari-jari perlahan sampai semua
jari pas pada bagiannya, lalu dengan tangan kiri tetap memegang
bagian dalam sarung tangan, menarik sarung tangan kedalam
hingga sarung tangan terpakai dengan sempurna. h. Mengambil
sarung tangan kiri dengan tangan kanan dengan memegang bagian
luar sarung tangan i. Mengecek adanya kebocoran sarung tangan
kiri dengan dengan cara menggembungkan sarung tangan tersebut
hingga terisi udara (tapi jangan ditiup), lalu tutup lubang pada
bagian tangan yang akan masuk, lalau mengempiskan sarung
tangan yang sudah menggembung tersebut. Merasakan,
mendengarkan dan mengamati apakah ada aliran udara yang keluar
melalui lubanh selain lubang pergelangan tangan dari sarung
tangan tersebut. j. Memakai sarung tangan kiri dengan bantuan
dengan tangan kanan dengan menariknya kedalam menyesuaikan
posisi jari-jari sampai sarung tangan terpasang dengan sempurna
pada tangan kiri. 5. Mempersilahkan ibu untuk membuka celana
dalamnya dan naik ketempat periksa (meja ginekologik) dengan
posisi berbaring terlentang dengan kedua lutu ditekuk (posisi
litotomi) pada penyangga di meja ginekologik 6. Menjelaskan pada
ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan pada perut bagian bawah,
pemeriksaan alat kelamin, memasang speculum, mengambil cairan
dari alat kelamin dan memasang IUD. 45 Mempersilahkan ibu
untuk mengajukan pertanyaan bila ada keterangan yang kurang
jelas 7. Setelah ibu siap dilakukan pemeriksaan pada perut bagian
bawah dan genitalianya: “Bu, sekarang kami akan melakukan
pemeriksaan pada perut bagian bawah dan alat kelamin serta
mengambil sedikit cairan dari alat kelamin ibu untuk diperiksa
adanya penyakit IMS atau tidak, sebelum pemasangan IUD 8.
Melakukan palpasi perut bagian bawah diatas simpisis pubis,
apakah ada benjolan, dimana lokasinya, konsistensinya, apakah
ada nyeri tekan ? 9. Melakukan palpasi pada sekitar lipatan paha
apakah pembesaran kelnjar getah bening: lokasinya,
konsistensinya, perlekatan, nyeri / tidak nyeri 10. Memeriksa
adanya kelainan didaerah perineum, perianal dan anal, apakah ada
lecet, bintil-bintil atau pembengkakan 11. Mencatat hasil
pemeriksaan pada kartu status dan memberitahukan hasilnya pada
ibu dan menanyakan apakah ada yang ditanyakan mengenai hasil
pemeriksaan, melnjutkan pemeriksaan 12. Memeriksa keadaan
vulva dengan cara membuka labia mayor dan minor dengan tangan
kanan dan kiri, melihat apakah ada pembengkakan, lecet, ulkus dan
kemerahan. Melihat apakah duh tubuh / cairan keputihan
(jumlahnya, serosalmukopurulen / purulen, berbau / 46 tidak,
warnanya). Bila ada kulkus pada vulva dan sekitarnya, maka
lakukan pengambilan specimen dengan menggunakan kapas lidi
steril. Mengoleskan ujung kapas lidi, pada ulkus dan buat sediaan
hapus di atas kaca benda, berikan kepada petugas laboratorium
untuk pemeriksaan 13. Memeriksa orificium urethrae externum
(saluran vagina bagian luar) dengan cara membuka mulut vagina
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan, adakah
pembesaran pada kelenjar bartholini, bila ada, tekan sedikit dan
tanyakan pada ibu apakah terasa nyeri atau tidak. Memeriksa
apakah ada duh tubuh (jumlah, serosa / mukosa / mukopurulen /
purulen, berbau / tidak, warana) 14. Melakukan pengambilan
specimen duh tubuh dengan cara: a. Menyiapkan kaca objek untuk
specimen dan member nomor b. Mengambil kapas lidi,
mengusapkan kapas lidi pada vagina bagian luar dengan gerakan
melingkar ke kanan dan diamkan beberapa saat untuk penyerapan
cairan / secret c. Mengolekan secret yang ada diujung lidi kapas
pada kaca objek yang telah diberi nomor untuk dibuat sediaan 15.
Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemasangan speculum
dan kemungkinan akan terasa sedikit sakit, namun tidak berbahaya
16. Mengusap mulut vagina bagian luar (sisi kanan dan kiri labia
minor) dengan larutan antiseptic povidon iodine 10% 2 sampai 3
kali. Cara mengusapnya dari atas ke bawah. 47 17. Melakukan
pemasangan speculum dengan cara: Speculum dipegang dengan
tangan kiri, dimiringkan dengan posisi peganggan speculum
disamping paha kanan ibu, dan mulut speculum mengarah ke
lubang vagina, lalu dengan pelan-pelan memasukkan speculum
kedalam vagina, setelah masuk sampai leher speculum, lalu
pegangan speculum diputar mengarah ke bawah, kemuan speculum
dibuka dan di fiksasi pada kuncinya (skrupnya). Pada saat
memasukkan speculum, meminta ibu untuk menrik nafas panjang
dan menanyakan apakah ada rasa nyeri di bagian perut bawah. 18.
Memeriksa saluran vagina adakah duh tubuh, ulkus dengan cara: a.
Menyiapkan dan menyalakan lampu periksa b. Melakukan
pengambilan specimen duh tubuh pada saluaran vagina c.
Mengambil kaps lidi yang baru, mengusapkan kapas lidi pada
saluran vagina bagian dalam dengan gerakan melingkar ke kana
dan diamkan beberapa saat untuk penyerapan cairan / secret 19.
Memeriksa portio cervix : licin, eritema, erosi, duh tubuh 20.
Melakukan pengambilan specimen pada portio servix: a.
Mengambil kapas lidi yang baru dengan tangan kanan, tangan kiri
memfiksasi / memegang pegangan speculum b. Memasukkan
ujung kapas lidi dan mengoleskan pada daerah portio servix.
Gerakkan kapas lidi melingkar kekanan dan diamkan beberapa saat
untuk penyerapan cairan / sekret 48 c. Mengoleskan secret yang
ada diujung lidi kapas pada kaca objek yang telah diberikan nomer
untuk dibuat sediaan. 21. Melakukan pengambilan specimen pada
leher servix: a. Mengambil kapas lidid yang baru dengan tangan
kanan, tangan kiri memfiksasi / memegang pegangan speculum. b.
Memasukkan ujung kapas lidi dan mengoleskan dan
menggerakkan kapas lidi melingkar ke kanan sekeliling daerah
leher servix, dan diamkan beberapa saat untuk pnyerapan cairan /
secret c. Mengoleskan secret yang ada di ujung lidi kapas pada
kaca objek yang sama untuk dibuat sediaan. d. Memberikan
sediaan specimen kepada asisten untuk dikirim kelaboratorium 22.
Bila pada pemeriksaan ada gejala-gejala IMS, maka beritahukan
pada ibu hasilnya dan pemasangan IUD ditunda dan mengajurkan
ibu untuk memakai kontrasepsi barier (kondom) samapi IMS nya
selesai diobati dan sembuh 23. Melepaskan speculum dengan
melonggarkan skrupnya, menutup mulut speculum, memutar
speculum sampai pegangan mengarah ke paha kanan ibu, lalu
menarik speculum keluar dari saluran vagina 24. Mempersilahkan
ibu untuk turun dari meja ginekologi dan memakai celananya.
Kemudian mempersilahkan ibu duduk di kursi yang tersedia 49 25.
Mengkonsulkan hasil pemeriksaan pada dokter untuk diberi obat
sesuai jenis IMS nya 26. Mencatat hasil pemeriksaan pada kartu
status dan memberitahukan hasilnya pada ibu dan menyanyakan
apakah ada yang ditanyakan mengenai hasilpemeriksaan 27. Bila
pada pemeriksaan tidak ada gejala-gejala IMS, maka melakukan
persiapan untuk pemasangan IUD tanpa melepas speculum 28.
Memberitahukan pada ibu bahwa akan dilakukan pemasangan
IUD, tanyakan pada ibu, apakah ada yang ingin ditanyakan
sebelum IUD di pasang 29. Memeriksa tanggal kadaluarsa
kemasan IUD 30. Memasukkan lengan IUD kedalam kemasan
sterilnya dengan cara: a. Meletakkan kemasan diatas permukaan
datar, keras dan bersih, dengan kertas penutup yang transparan
menghadap keatas. Membuka kertas penutup dibagian ujung yang
berlawanan dari tempat IUD sampai kira-kira sepanjang setengah
jarak dengan leher biru pada inserter b. Mengangkat kemasan
dengan memegang bagian yang sudah dibuka. Kedua bagian kertas
penutup yang sudah terbuka dilipat kesetiap sisinya dan dipegang
saat mengangkat, sehingga pendorong tetap steril waktu
dimasukkan kedalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain
memasukkan pendorong kedalam tabung 50 inserter dan
mendorong dengan hati-hati sampai menyentuh ujung batang IUD.
c. Meletakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian
transparan menghadap keatas d. Memegang dan menahan kedua
ujung lengan IUD dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk
dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukur
dari ujung kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan
yang masih tertutup, sehingga lengan IUD berada diatas kertas
pengukur. Sambil tetap memegang ujung kedua lengan IUD,
dorong inserter dengan tangan kanan sampai kepangkal lengan
sehingga ke dua lengan IUD akan terlipat mendekati tabung
inserter. e. Tahan kedua lengan IUD yang sudah terlipat dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung
inserter melewati kedua ujung lengan, kemudian dorong kembali
dan putar sampai ke dua ujung lengan masuk kedalam tabung
inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada lempengan tembaga f.
Pegang leher biru pada tabung inseter dari atas penutup transparan
dan dorong tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang
terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang IUD)
sama pangjangnya dengan kedalaman kavum uteri yang telah
diukur dengan sonde. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang
51 leher biru berada pada posisi horizontal sebidang dengan lengan
IUD. g. IUD siap dipasang pada uterus. Membuka seluruh penutup
transparan dengan hati-hati 31. Menyiapkan dan menyalakan
lampu periksa untuk melihat servix. Memeriksa kembali apakah
posisi speculum tetap terfiksasi dan portio servix terlihat jelas. 32.
Menjepit servix dengan tenakulum pada posisi fertikal (pada posisi
jam 10.00 / 12.00) secara hati-hati. Jepit pada 1 posisi saja. 33.
Memasukkan sonde uterus dengan teknik denga tidak menyentuh
dinding vagina atau bibi speculum (no touch technique) secara
perlahan dan hati-hati. Menentukan posisi uterus dan kedalaman
kavum uteri dengan melihat posisi sonde yang sudah masuk
keuterus. Kemudian mengeluarkan sonde. 34. Memasang IUD
kedalam uterus dengan cara: a. Menarik tenakulum (dengan posisi
masih menjepit servix), sehingga kavum uteri, kanalis servikalis
vagina berada dalam satu garis lurus. b. Memasukkan tabung
inserter yang berisi IUD dengan pelan dan hati-hati kedalam
kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam
arah horizontal, sampai terasa ada tahanan dari vundus uteri.
Memastikan leher biru tetap dalam horizontal. 52 c. Memegang
dan menahan tenakulum dan mendorong dengan satu tangan,
sedangkan tangan yang lain menarik tabung inserter sampai
pangkal pendorong. d. Mengeluarkan pendorong dengan tetap
memegang dan menahan tabung inserter setelah pendorong keluar
dari tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan
dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Menanyakan pada
ibu apakah ada rasa sakit atau nyeri disekitar perutnya. e.
Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis.
Pada waktu benang tampang menyembulkeluar dari lubang servix
sepanjang 3-4 cm, potong benang dengan gunting mayo yang
tajam. f. Mengeluarkan seluruh tabung inserter dari kanali
servikalis. g. Melepaskan jepitan tenakulum. Bila ada perdarahan
tekan dengan kasa steril sampai perdarahan berhenti 35.
Melepaskan speculum dengan melonggarkan skrupnya, menutup
mulut speculum, memutar speculum sampai peganggan mengarah
ke paha kanan ibu, lalu menarik speculum keluar dari saluran
vagina 36. Melepaskan sarung tangan setelah memindahkan
peralatan yang telah dipakai kedalam baskom / ember yang berisi
larutan klorin 37. Memberitahukan pada ibu bahwa pemasangan
IUD sudah selesai, dan menanyakan pada ibu apakah ada rasa sakit
/ nyeri di sekitar perutnya 53 38. Mempersilahkan ibu untuk turun
dari meja ginekologi dan memakai celananya, kemudian
mempersilahkan ibu duduk di kursi yang tersedia 39. Mencatat
hasil pemasangan IUD pada kartu status dan melengkapi kartu
IUD untuk ibu. Memberitahukan hasilnya pada ibu dan
mananyakan apakah ada ditanyakan mengenai hasil pemasanga
IUD. Membuat rekam medic dan melakukan pencatatan pada buku
register / catatan akseptor 40. Mengucapkan terima kasih pada ibu
atas kunjungannya: “ Bu, terima kasih atas kunjungannya, semoga
KB nya berhasil”.
D. PENYULUHAN KEPADA IBU 1. Memberitahu kapan ibu
harus dating kembali untuk control dan mengingatkan kembali
masa pemakaian IUD. Control setelah 4-6 minggu setelah
pemasangan IUD 2. Memberitahukan pada ibu cara memeriksa
sendiri benang IUD, yaitu dengan cara memasukkan jari tangan
yang sudah dicuci sebelumnya kedalam alat kelaminnya, dan
mencari / meraba apakah ada benang seperti senar didalamnya. 3.
Menganjurkan ibu untuk kembali memeriksakan diri bila: a. Tidak
dapat meraba benang IUD b. Merasakan bagian yang keras dari
IUD c. IUD terlepas d. Siklus haid terganggu 54 e. Mengeluarkan
cairan yang berlebihan dari vagina f. Adanya gejala infeksi pada
alat kelamin yaitu cairan barbau, bengkak, kemerahan, nyeri,
panas. g. Nyeri setelah senggama h. Perdarahan setelah senggama
i. Kram / kejang pada perut bagian bawah 4. Memberitahukan pada
ibu bahwa IUD Copper T-380 A perlu dilepas setelah 10 tahun
atau kurang dari saat pemasangan 5. Menanyakan kepada ibu
apakah ada yang mau ditanyakan lagi tentang hasil penyuluhannya
E. SETELAH PEMASANGAN IUD 1. Melakukan proses
dokontaminasi pada semua peralatan yang dipakai dengan
merendam dalam larutan klorin 0,5% dan membersihkan
permukaan yang terkontaminasi dengan mengelap dengan kain
basah 2. Membuang sampah medis (kassa, sarung tangan sekali
pakai dll) dan sampah non medis ke tempat sampah yang sesuai,
tanpa melepaskan sarung tangan 3. Melepaskan sarung tangan
pakai ulang dan rendam dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi 4. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian
mengeringkan dengan kain atau henduk bersih.
B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian
Manajemen Kebidanan Menurut Mufdlilah, Asri H & Ima K
(2010), Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (). 2. Langkah-
Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Mufdlilah, Asri H &
Ima K (2010), proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah,
yaitu : a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar Langkah
pertama merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimbau informasi
tentang klien/orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data
yang tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut
manusia yang rumit karena sifatt manusia yang komplek. Kegiatan
pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara
terus mnerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data
dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber yang dapat
memberikan informasi paling akurat yang dapat diperoleh 25
secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien adalah
sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut sumber data
primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah
data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain, anggota keluarga.
Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu : 1). Observasi, adalah
pengumpulan data melalui indera : penglihatan (perilaku, tanda
fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran (bunyi batuk, bunyi
nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perabaan (suhu badan,
nadi 2). Wawancara, adalah pembicaraan yang terarah yang
umumnya dilakukan paada pertemuan tatap mukan. Dalam
wawancara yang penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan
diarahkan ke data yang relefan. 3). Pemeriksaan, dilakukan dengan
memakai instrumen/alat pengukur. Tujuannya untuk memastikan
batas dimensi angka, irama, kuantitas. Misalnya : tinggi badan
dengan meteran, berat badan dengan timbangan, tekanan darah
dengan tensi meter. Secara garis besar, diklasifikasikan menjadi
data subjektif dan data objektif. Pada waktu pengumpulan data
subjektif bidan harus : mengembangkan hubungan antar personal
yang efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih
memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan 26
yang dicemaskan, berupaya mendapatkan data/fakta yang sangat
bermakna dalam kaitan dengan masalah pasien. Pada waktu
pengumpulan data objektif bidan harus : mengamati ekspresi dan
perilaku pasien, mengamati perubahan/kelainan fisik,
memperhatikan aspek sosial budaya pasien, menggunakan tehnik
pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang
tepat dan benar, melakukan pemeriksaan yang terarah dan
berkaitan dengan keluahan pasien. b. Langkah II (kedua) :
Interprestasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi
yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik. Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa
kebidanan adalah pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan
menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar
fakta. Masalah adalah kesenjangan yang diharapkan denga fakta /
kenyataan. Analisa adalah proses pertimbangan tentang nilai
sesuatu dibandingkan dengan standar. Standar adalah
aturan/ukuran yang telah diterima secara umum dan digunakan
sebagai dasar perbandingan dalam kategori yang sama. Hambatan
yang berpotensi tinggi menimbulkan masalah kesehatan (faktor
resiko). Dalam bidang 27 kebidanan pertimbangan butir-butir
tentang profil keadaan dalamm hubungannya dengan status sehat-
sakit dan kondisi fisiologis yang akhirnya menjadi faktor resiko
agent yang akan mempengaruhi status kesehatan orang
bersangkutan. Pengertian masalah / diagnosa adalah “suatu
pernyataan dari masalah pasien/klien yang nyata atau potensial dan
membutuhakan tindakan”. Dalam pengertian yang lain
masalah/diagnosa adalah “pernyataan yang menggambarkan
masalah spesifik yang berkaitan denagn keadaan kesehatan
seseorang dan didasarkan pada penilaian asuhan kebidanan yang
bercorak negatif”. Dalam asuhan kebidanan kata masalah dan
diagnosa keduanya dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosa tetapi perlu tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana asuhan yang
menyeluruh. Masalah sering dihubungkan dengan bagaimana
wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosa. Diagnosa
adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Standar nomenlaktur diagnosa kebidanan : 1) Diakui
dan telah disahkan oleh profesi 2) Berhubungan langsung dengan
praktik kebidanan 3) Memiliki ciri khas kebidanan 28 4) Didukung
oleh clinical judgement dalam praktek kabidanan 5) Dapat
diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. c. Langkah
III (ketiga) : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
klien memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial inibener-benar terjadi. d. Langkah IV (keempat) :
mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera Beberapa data menunjukan situasi emergensi
diman bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi,
beberapa data menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara menunggu instruksi dokter. Mungkin juga
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan
mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan yang
paling tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. e. Langkah V (kelima) :
Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh 29
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau antisipasi pada langkah ini informasi / data dasar
yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus sama-
sama disetujui oleh bidan maupun wanita itu agar efektif, karena
pada akhirnya wanita itulah yang akan melaksanakan rencana itu
atau tidak. Oleh karena itu tugas dalam langkah ini termasuk
membuat dan pendiskusian rencana dengan wanita itu begitu juga
termasuk penegasan akan persetujuannya. Semua keputusan yang
dibuat dalanm merencanakan suatu asuhan yang komprehensif
harus merefleksikan alasan yang benar, berlandaskan pengetahuan,
teori yang berkaitan dan up to date serta divalidasikan dengan
suami mengenai apa yang diinginkan wanita tesebut dan apa yang
dia tidak inginkan. Rational yang berdasarkan asumsi dari perilaku
pasien yang tidak divalidasikan., pengetahuan teoritis yang salah
atau tidak memadai, atau data dasar yang tidak lengkap adalah
tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak lengkap
adalah tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak
lengkap dan mungkin juga tidak aman. Perencaan supaya terarah,
dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut : tentukan tujuan
tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/target
dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya 30 ditentukan rencana
tindakan sesuai dengan masalah/diagnosa dan tujuan yang akan
dicapai. f. Langkah VI(keenam) : Melaksanakan perencanaan dan
pelaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien,
atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan
dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien
yang mengalami komplikasi, bidan kjuga bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya
dan meningkatkan mutu asuhan. g. Langkah VII (ketujuh) :
Evaluasi Pada langkah ke 7 ini dilakukan eveluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah
dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian
belum efektif. 31 3. Model Dokumentasi Asuhan Kebidanan SOAP
Model dokumentasi yang digunakan dalam askeb adalah dalam
bentuk catatan perkembangan, karena bentuik asuhan yang
diberikan berkesinambungandan menggunakan peoses yang terus
menerus (Mufdlilah, Asri H, Ima K: 2010). S : Data informasi
yang subjektif (mencatat hasil anamnesa) O : Data informasi
objektif (hasil pemeriksaan, observasi) A : Mencatat hasil analisa
(diagnosa dan masalah kebidanan) a. Diagnosa atau masalah b.
Diagnosa/masalah potensial dan antisipasinya c. Perlu tindakan
segera P : Mencatat seluruh penatalaksanaan (tindakan, antisipasi,
tindakan segera, tindakan rutin, penyuluhan, support,kolaborasi,
rujuk dan evaluasi
C. Teori Hukum Kewenangan Bidan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik Bidan BAB III: 1. Pasal 9 yang berbunyi : Bidan dalam
menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 32 2.
Pasal 12 yang berbunyi: Bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 3. Pasal
13 yang berbunyi: Bidan berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi Memberikan alat kontrasepsi suntik, alat
kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit. Dalam
menjalankan asuhan pada pasien dengan pemasangan IUD, bidan
mempunyai landasan hukum dan kewenangan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada pasien ibu dengan pemasangan IUD,
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik Bidan BAB III pada pasal 9, 12, 13 yaitu:
bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan keluarga berencana, bidan dalam memberikan
pelayanan keluarga berencana berwenang untuk memberikan
penyuluhan dan konseling keluarga berencana, bidan berwenang
melakukan pelayanan kesehatan meliputi memberikan alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD). 33
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA
PEMASANGAN KB IUD
PELAYANAN KONTRASEPSI IUD / ALAT KONTRASEPSI
DALAM
RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS BANGETAYU
A. KELENGKAPAN SARANA DAN TENAGA 1. Sarana non
Medis a. Ruang konsultasi dan pemeriksaan ukuran: (3x3) m2 b.
Meja + kursi untuk konsultasi 1 set c. Bed periksa pasien: Tinggi
70cm, lebar 90cm, panjang 200cm d. Sarung bantal, sprei, duk,
karet laken e. Bed / meja ginekologi f. Meja untuk peralatan 1 buah
g. Lampu periksa h. Handuk : 5 buah i. Alat tulis : pensil, pena,
penghapus, tippex masing-masing 1 buah j. Tissue gulung : 1 buah
k. Penggaris lurus : 1 buah l. Status KB : 3500 lembar m. Buku
register KB : 1 set n. Buku pedoman standar pelayanan KB 1 buah
o. Formulir rujkan (umum, Askes, JPS) masing-masing 1 buku 34
p. Kertas resep : 1 buku q. Kamar kecil / WC ukuran minimal 2x1
m2 dengan bak / ember terisi air, gayung dan sabun r. Bahan KIE
(poster, leafet) s. Ember atau tempat sampah lain, ditempatkan
dibawah meja pemeriksaan. 2. Sarana Medis a. IUD Kit (Copper T
380 A) : 1 buah b. Bivalve Speculum : ukuran kecil, sedang, besar
masing-masing 1 buah c. Tankulum : 1 buah d. Forcep : 1 buah e.
Korentang (tang penjepit / pengambil alat) : 1 buah f. Gunting
mayo steril : 1 buah g. Sarung tangan ( handschoen) steril : 2
pasang h. Masker : 2 buah i. Larutan klorin 0,5% : 1 botol j.
Larutan povidon lodin 10% : 1 botol k. Alcohol 70% 1 botol
(200cc) l. Mangkuk kecil (untuk larutan antiseptic) : 1 buah m.
Kain kasa / kapas : 1 bungkus n. Lidi kapas dan kaca slide o.
Neerbeken / bengkok : 1 buah 35 p. Baskom perendam peralatan :
1 buah q. Sonde uterus r. Container perlatan : 1 buah s. Sterilisator
t. Emergensi kit : ambubag, suction apparatus, endotrakheal tube,
laringoskop, O2 tank + O2 , infuse set + cairannya, obat-obatan (
adrenalin, kortison, antihistamin) u. Sabun dan detergent 3. Sarana
Tenaga a. Tenaga kesehatan atau bidan yang sudah mendapat
pelatihan keluarga berencana : 2 orang b. Tenaga administrasi 1
orang
B. ANAMNESA 1. Memberikan salam pada ibu / pasangannya
dengan cara: Mengucapkan : “ Assalamualaikum / selamat pagi ”
dengan suara lembut dan disertai senyum. Kemudian mengatakan “
Apa yang dapat saya bant bu? “ 2. Menanyakan data-data pribadi
ibu / pasangannya a. Nama : b. Alamat : c. Umur : d. Pekerjaan :
36 e. Pendidikan : f. Nama suami : g. Alamat suami : h. Umur
suami : i. Pekerjaan suami : j. Pendidikan suami : 3. Menyakan
pada ibu dengan ramah tentang keluarga berencana: a. Berapa
jumlah anak sekarang ? b. Berapa usia anak terkecil ? c. Berapa
tahun sejak kelahiran anak terkeci dengan kakaknya ? d. Berapa
jumlah anak yang masih diingkan ? 4. Menanyakan riwayat
kontraepsi yang lalu: a. Apakah pernah menggunakan alat
kontrasepsi sebelumnya ? Bila “ya” alat kontrasepsi apa yang
peerrnah dipakai: b. Apakah sekarang masih memakai alat
kontrasepsi ? Bila “ya” apa yang dipakai sekarang: c. Apakah ingin
mengganti dengan alat kontrasepsi baru ? Bila “ya” mengapa: 5.
Bila ibu adalah calon akseptor baru, maka menanyakan: a.
Mengapa ingin menggunakan alat kontrasepsi IUD ? Apakah tidak
ingin punya anak dulu, Apakah ingin mengatur jarak kelahiran atau
Apakah ingin membatasi jumlah anak. b. Apakah sudah mendapat
persetujuan dari suaminya? 37 6. Menanyakan tantang kehamilan
atau persangkaan kehamilan: a. Apakah sudah melakukan
senggama sejak haid terakhir ? Bila “ya”, lihat pertanyaan
penggunaan alat kontrasepsi saat ini, bila tidak memakai maka ibu
harus melakukan tes kehamilan. b. Kapan haid terakhir ? Bila haid
terakhir lebih dari 7 hari yang lalu dan ibu tidak sedang memakai
alat kontrasepsi, maka ibu harus melakukan tes kehamilan. c.
Kapan persalinan terakhir ? Bila persalinan terakhir lebih dari 4
minggu yang lalu, dan ibu tidak sedang memakai alat kontrasepsi,
maka ibu harus melakukan tes kehamilan. d. Apakah dalam 7 hari
ini mengalami keguguran ? e. Apakah sedang menyusui dan tidak
haid ? Jika mencurigai tanda-tanda kehamilan dan tidak tersedia
tes kehamilan yang sensitive maka ibu dianjukan memakai
kontrasepsi barier (kondom) sampai haid berikutnya. 7.
Menanyakan resiko infeksi menular seksual (IMS) a. Apakah ada
duh / keputihan / cairan darialat kelamin / vagian ? Bila “ya”, sejak
kapan dan berapa banyak ? b. Apakah berlebihan, tidak seperti
biasanya ? c. Apakah berwarna putih seperti susu ? d. Apakah
berwarna kekuningan ? 38 e. Apakah berwarna kehijauan ? f.
Apakah kental seperti susu kental ? g. Apakah berbau tidak enak
(busuk) ? h. Apakah alat kelamin terasa gatal ? i. Apakah dalam
satu tahun ini pernah mengalami luka pada alat kelamin ? Bila
“ya”, apakah lukanya berupa luka lecet, atau luka seperti borok ?
sebutkan j. Apakah pernah ada tonjolan kecil atau plentingan di
alat kelamin ? k. Apakah alat kelamin terasa nyeri saat buang air
kecil ? l. Apakah alat kelamin terasa panas saat buang air kecil ?
m. Apakah alat kelamin terasa perih saat buang air kecil ? n.
Apakah ada rasa nyeri perut bagian bawah ? o. Apakah ada
perdarahan atau bercak darah banyak setelah berhubungan seksual
? 8. Sebelum pertanyaan lebih lanjut, meminta pada ibu apakah
bersedia menjawab pertanyaan yang bersifat lebih pribadi. “Bu,
kami akan menanyakan beberapa pertanyaan yang sifatnya pribadi,
ibu boleh menolak atau tidak menjawab pertanyaan tersebut bila
tidak berkenan”. a. Apakah pekerjaan ibu menetap atau berpindah-
pindah? Meminta ibu untuk menyebutkan dengan sejelas-jelasnya
pekerjaannya. 39 b. Apakah pekerjaan suaminya menetap atau
berpindah-pindah keluar daerah ? meminta ibu untuk menyebutkan
dengan sejelas-jelasnya pekerjaan suaminya.. c. Apakah suaminya
mempunyai masalah pada alat kelaminnya seperti adanya nanah
yang keluar penis dalam waktu 3 bulan ini ? d. Apakah suaminya
mengalami pembengkakan dipelipatan pahanya, disertai rasanya
nyeri pada alat kelaminnya dalam waktu 3 bula ini ? e. Apakah
suami tinggal menetap satu rumah dengan ibu ? f. Apakah ibu baru
berganti pasangan seksual dalam waktu 2 sampai 3 bulan ini ? g.
Apakah ibu punya pasangan seksual lebih dari satu ? h. Apakah
suami pernah memakai kondom pada saat berhubungan seksual
padahal ibu sudah menggunakan alat kontrasepsi lain? i. Apakah
ibu pernah menggunakan narkoba suntik ? j. Apakah suaminya
pernah menggunakan narkoba suntik ? 9. Mencatat hasil
pemeriksaan pada kartu status dan memberitahukan hasilnya pada
ibu dan menanyakan apakah ada yang ditanyakan mengenai
hasilnya. 40
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Tekanan Darah 1. Meminta ijin ibu / pengantur
untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah : “ibu bolehkan saya
memeriksa tekanan darah ibu” ? 2. Mempersilahkan ibu istirahat
kurang lebih 5 menitsebelum pengukuran bila ibu baru dating dari
tempat jauh, berjalan, atau tidak sempat duduk menunggu giliran.
3. Meminta ibu untuk membuka lengan atas yang akan diperiksa,
sehingga tidak menutupi arteri brachialis. 4. Meminta ibu untuk
duduk dengan nyaman dan santai : a. Memasang manset 2-3 cm
diatas fossa kubiti, melingkari lengan tempat pemeriksaan setinggi
jantung dan balon karet menekan tepat diatas arteri brachialis. b.
Menanyakan pada ibu apakah manset dengan sphygmomano meter
Hg, posisi tegak dan level air raksa setinggi jantung. c. Meraba
denyut arteri brachialis pada lipatan siku untuk meletakkan
stetoskop d. Meraba arteri radialis dengan jari telunjuk dan jari
tengah (memastikan tidak ada penekanan) e. Menutup katub
pengontrol pada pompa manset f. Meletakkan stetoskop ketelinga,
meraba denyut arteri brachialis g. Memopa manset sampai denyut
arteri radialis tidak teraba lagi, kemudian menambah pompa lagi
20-30 mmHg 41 h. Meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis di
fossa kubiti / lipatan siku sebelah dalam i. Melihat air raksa dengan
posisi mata sejajar air raksa, sambil melepaskan katub pengontrol
pelan, sehingga air raksa turun dengan kecepatan 2-3 mmHg /
detik atau skala / detik j. Memastikan tinggi air raksa saat
terdengar perubahan detakan pertama arteri brachialis (korotkoff I)
: disebut tekanan systole k. Lanjutkan menurunkan air raksa saat
terjadi perubahan suara yang tiba-tiba melemah (korotkoff IV) :
disebut tekanan diastole l. Melepas stetoskop dari telinga dan lepas
manset dari lengan pasien m. Bersihkan carpiece dan diaphragma
stetoskop dengan kapas alcohol 5. Menginformasikan pada pasien
hasil pengukuran, mencatat tapa kartu status pasien 6. Menanyakan
kepada pasien apakah ada yang ingin ditanyakan tentang hasil
tekanan darahnya.
Pemeriksaan Perut bagian bawah, alat kelamin dan
pemasangan IUD 1. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik pada perut bawah dan alat kelaminnya serta
pengambilan cairan alat kelaminnya untuk diperiksa adanya IMS
sebelum pemasangan IUD serta meminta persetujuan ibu dan
suaminya: “Bu, Pak, kami akan memeriksa dan mengambil cairan
pada perut bagian bawah dan alat kelamin ibu untuk diperiksa
adanya IMS 42 sebelum pemasangan IUD, dan untuk itu kami
meminta persetujuan ibu dan bapak sebelum dilakukan
pemeriksaan: a. Membacakan inform consent b. Meminta ibu dan
suaminya untuk menanda tangani formulir inform consent 2.
Meminta ibu untuk buang air kecil untuk mengosongkan kandung
kemihnya terlebih dahulu dan membersihkan alat kelaminnya
dikamar mandi 3. Mencuci tangan pemeriksa dengan sabun dan air
yang mengalir dengan cara: a. Mendekatkan bahan dan alat yang
dibutuhkan seperti sabun dan handuk bersih pengering b.
Meninggalkan semua perhiasan (jika memakai) c. Membasahi
tangan dengan air d. Menggosok dengan air secara merata pada
celah jari tangan e. Menggosok pergelangan dengan melingkar
salah satu tangan yang lain memebrsihkan kuku dan bawah kuku
sampai bersih (dapat digunakan sikat yang lembut) f. Membilas
tangan dan telapak tangan dari arah jari-jari kearah pergelangan
hingga bersih g. Mengeringkan jari tangan dan pergelangan tangan
dengan henduk bersih kering, atau membiarkan mongering dengan
sendirinya (jika handuk tidak ada) 43 4. Memasang sarung tangan
pada kedua tangan dengan cara: a. Mengambil sarung tangan steril
dari tromol / tempat steril dengan menggunakan korentang dengan
menggunakan tangan kanan b. Tangan kiri menerima sarung
tangan dengan memegang bagian dalam dari sarung tangan c.
Mengurai sarung tangan yang terlipat dari lipatannya d. Memegang
sarung tangan bagian kanan yang akan dipakai terlebih dahulu e.
Meletakkan sarung tangan kiri yang akan belakangan ditempat
yang steril f. Mengecek kebocoran sarung tangan kanan dengan
cara mnggembngkan sarung tangan tersebut hingga terisi udara
(tapi jangan ditiup), lalu tutup lubang pada bagian tangan yang
akan masuk, lalau mengempiskan sarung tangan yang sudah
menggembung tersebut. Merasakan, mendengarkan dan
mengamati apakah ada aliran udara yang keluar melalui lubanh
selain lubang pergelangan tangan dari sarung tangan tersebut.
Mendeteksi adanya suara udara ngowos atau mendesis melalui
lubang kecil dari bagian sarung tangan serta memperhatikan
volume udara di sarung tangan kian habis / berkurang. Jika ada
kebocoran, maka buang sarung tangan. g. Memakai sarung tangan
steril, caranya : meletakkan sarung tangan kiri ditempat yang steril.
Memegang sarung tangan dengan tangan 44 kiri pada bagian
dalam sarung tangan, masukkan jari-jari perlahan sampai semua
jari pas pada bagiannya, lalu dengan tangan kiri tetap memegang
bagian dalam sarung tangan, menarik sarung tangan kedalam
hingga sarung tangan terpakai dengan sempurna. h. Mengambil
sarung tangan kiri dengan tangan kanan dengan memegang bagian
luar sarung tangan i. Mengecek adanya kebocoran sarung tangan
kiri dengan dengan cara menggembungkan sarung tangan tersebut
hingga terisi udara (tapi jangan ditiup), lalu tutup lubang pada
bagian tangan yang akan masuk, lalau mengempiskan sarung
tangan yang sudah menggembung tersebut. Merasakan,
mendengarkan dan mengamati apakah ada aliran udara yang keluar
melalui lubanh selain lubang pergelangan tangan dari sarung
tangan tersebut. j. Memakai sarung tangan kiri dengan bantuan
dengan tangan kanan dengan menariknya kedalam menyesuaikan
posisi jari-jari sampai sarung tangan terpasang dengan sempurna
pada tangan kiri. 5. Mempersilahkan ibu untuk membuka celana
dalamnya dan naik ketempat periksa (meja ginekologik) dengan
posisi berbaring terlentang dengan kedua lutu ditekuk (posisi
litotomi) pada penyangga di meja ginekologik 6. Menjelaskan pada
ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan pada perut bagian bawah,
pemeriksaan alat kelamin, memasang speculum, mengambil cairan
dari alat kelamin dan memasang IUD. 45 Mempersilahkan ibu
untuk mengajukan pertanyaan bila ada keterangan yang kurang
jelas 7. Setelah ibu siap dilakukan pemeriksaan pada perut bagian
bawah dan genitalianya: “Bu, sekarang kami akan melakukan
pemeriksaan pada perut bagian bawah dan alat kelamin serta
mengambil sedikit cairan dari alat kelamin ibu untuk diperiksa
adanya penyakit IMS atau tidak, sebelum pemasangan IUD 8.
Melakukan palpasi perut bagian bawah diatas simpisis pubis,
apakah ada benjolan, dimana lokasinya, konsistensinya, apakah
ada nyeri tekan ? 9. Melakukan palpasi pada sekitar lipatan paha
apakah pembesaran kelnjar getah bening: lokasinya,
konsistensinya, perlekatan, nyeri / tidak nyeri 10. Memeriksa
adanya kelainan didaerah perineum, perianal dan anal, apakah ada
lecet, bintil-bintil atau pembengkakan 11. Mencatat hasil
pemeriksaan pada kartu status dan memberitahukan hasilnya pada
ibu dan menanyakan apakah ada yang ditanyakan mengenai hasil
pemeriksaan, melnjutkan pemeriksaan 12. Memeriksa keadaan
vulva dengan cara membuka labia mayor dan minor dengan tangan
kanan dan kiri, melihat apakah ada pembengkakan, lecet, ulkus dan
kemerahan. Melihat apakah duh tubuh / cairan keputihan
(jumlahnya, serosalmukopurulen / purulen, berbau / 46 tidak,
warnanya). Bila ada kulkus pada vulva dan sekitarnya, maka
lakukan pengambilan specimen dengan menggunakan kapas lidi
steril. Mengoleskan ujung kapas lidi, pada ulkus dan buat sediaan
hapus di atas kaca benda, berikan kepada petugas laboratorium
untuk pemeriksaan 13. Memeriksa orificium urethrae externum
(saluran vagina bagian luar) dengan cara membuka mulut vagina
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan, adakah
pembesaran pada kelenjar bartholini, bila ada, tekan sedikit dan
tanyakan pada ibu apakah terasa nyeri atau tidak. Memeriksa
apakah ada duh tubuh (jumlah, serosa / mukosa / mukopurulen /
purulen, berbau / tidak, warana) 14. Melakukan pengambilan
specimen duh tubuh dengan cara: a. Menyiapkan kaca objek untuk
specimen dan member nomor b. Mengambil kapas lidi,
mengusapkan kapas lidi pada vagina bagian luar dengan gerakan
melingkar ke kanan dan diamkan beberapa saat untuk penyerapan
cairan / secret c. Mengolekan secret yang ada diujung lidi kapas
pada kaca objek yang telah diberi nomor untuk dibuat sediaan 15.
Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemasangan speculum
dan kemungkinan akan terasa sedikit sakit, namun tidak berbahaya
16. Mengusap mulut vagina bagian luar (sisi kanan dan kiri labia
minor) dengan larutan antiseptic povidon iodine 10% 2 sampai 3
kali. Cara mengusapnya dari atas ke bawah. 47 17. Melakukan
pemasangan speculum dengan cara: Speculum dipegang dengan
tangan kiri, dimiringkan dengan posisi peganggan speculum
disamping paha kanan ibu, dan mulut speculum mengarah ke
lubang vagina, lalu dengan pelan-pelan memasukkan speculum
kedalam vagina, setelah masuk sampai leher speculum, lalu
pegangan speculum diputar mengarah ke bawah, kemuan speculum
dibuka dan di fiksasi pada kuncinya (skrupnya). Pada saat
memasukkan speculum, meminta ibu untuk menrik nafas panjang
dan menanyakan apakah ada rasa nyeri di bagian perut bawah. 18.
Memeriksa saluran vagina adakah duh tubuh, ulkus dengan cara: a.
Menyiapkan dan menyalakan lampu periksa b. Melakukan
pengambilan specimen duh tubuh pada saluaran vagina c.
Mengambil kaps lidi yang baru, mengusapkan kapas lidi pada
saluran vagina bagian dalam dengan gerakan melingkar ke kana
dan diamkan beberapa saat untuk penyerapan cairan / secret 19.
Memeriksa portio cervix : licin, eritema, erosi, duh tubuh 20.
Melakukan pengambilan specimen pada portio servix: a.
Mengambil kapas lidi yang baru dengan tangan kanan, tangan kiri
memfiksasi / memegang pegangan speculum b. Memasukkan
ujung kapas lidi dan mengoleskan pada daerah portio servix.
Gerakkan kapas lidi melingkar kekanan dan diamkan beberapa saat
untuk penyerapan cairan / sekret 48 c. Mengoleskan secret yang
ada diujung lidi kapas pada kaca objek yang telah diberikan nomer
untuk dibuat sediaan. 21. Melakukan pengambilan specimen pada
leher servix: a. Mengambil kapas lidid yang baru dengan tangan
kanan, tangan kiri memfiksasi / memegang pegangan speculum. b.
Memasukkan ujung kapas lidi dan mengoleskan dan
menggerakkan kapas lidi melingkar ke kanan sekeliling daerah
leher servix, dan diamkan beberapa saat untuk pnyerapan cairan /
secret c. Mengoleskan secret yang ada di ujung lidi kapas pada
kaca objek yang sama untuk dibuat sediaan. d. Memberikan
sediaan specimen kepada asisten untuk dikirim kelaboratorium 22.
Bila pada pemeriksaan ada gejala-gejala IMS, maka beritahukan
pada ibu hasilnya dan pemasangan IUD ditunda dan mengajurkan
ibu untuk memakai kontrasepsi barier (kondom) samapi IMS nya
selesai diobati dan sembuh 23. Melepaskan speculum dengan
melonggarkan skrupnya, menutup mulut speculum, memutar
speculum sampai pegangan mengarah ke paha kanan ibu, lalu
menarik speculum keluar dari saluran vagina 24. Mempersilahkan
ibu untuk turun dari meja ginekologi dan memakai celananya.
Kemudian mempersilahkan ibu duduk di kursi yang tersedia 49 25.
Mengkonsulkan hasil pemeriksaan pada dokter untuk diberi obat
sesuai jenis IMS nya 26. Mencatat hasil pemeriksaan pada kartu
status dan memberitahukan hasilnya pada ibu dan menyanyakan
apakah ada yang ditanyakan mengenai hasilpemeriksaan 27. Bila
pada pemeriksaan tidak ada gejala-gejala IMS, maka melakukan
persiapan untuk pemasangan IUD tanpa melepas speculum 28.
Memberitahukan pada ibu bahwa akan dilakukan pemasangan
IUD, tanyakan pada ibu, apakah ada yang ingin ditanyakan
sebelum IUD di pasang 29. Memeriksa tanggal kadaluarsa
kemasan IUD 30. Memasukkan lengan IUD kedalam kemasan
sterilnya dengan cara: a. Meletakkan kemasan diatas permukaan
datar, keras dan bersih, dengan kertas penutup yang transparan
menghadap keatas. Membuka kertas penutup dibagian ujung yang
berlawanan dari tempat IUD sampai kira-kira sepanjang setengah
jarak dengan leher biru pada inserter b. Mengangkat kemasan
dengan memegang bagian yang sudah dibuka. Kedua bagian kertas
penutup yang sudah terbuka dilipat kesetiap sisinya dan dipegang
saat mengangkat, sehingga pendorong tetap steril waktu
dimasukkan kedalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain
memasukkan pendorong kedalam tabung 50 inserter dan
mendorong dengan hati-hati sampai menyentuh ujung batang IUD.
c. Meletakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan bagian
transparan menghadap keatas d. Memegang dan menahan kedua
ujung lengan IUD dari atas penutup transparan dengan jari telunjuk
dan ibu jari tangan kiri. Tangan kanan mendorong kertas pengukur
dari ujung kemasan yang sudah dibuka sampai ke ujung kemasan
yang masih tertutup, sehingga lengan IUD berada diatas kertas
pengukur. Sambil tetap memegang ujung kedua lengan IUD,
dorong inserter dengan tangan kanan sampai kepangkal lengan
sehingga ke dua lengan IUD akan terlipat mendekati tabung
inserter. e. Tahan kedua lengan IUD yang sudah terlipat dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung
inserter melewati kedua ujung lengan, kemudian dorong kembali
dan putar sampai ke dua ujung lengan masuk kedalam tabung
inserter dan terasa ada tahanan yaitu pada lempengan tembaga f.
Pegang leher biru pada tabung inseter dari atas penutup transparan
dan dorong tabung inserter sampai jarak antara ujung lengan yang
terlipat dengan ujung leher biru bagian depan (dekat batang IUD)
sama pangjangnya dengan kedalaman kavum uteri yang telah
diukur dengan sonde. Putar tabung inserter sampai sumbu panjang
51 leher biru berada pada posisi horizontal sebidang dengan lengan
IUD. g. IUD siap dipasang pada uterus. Membuka seluruh penutup
transparan dengan hati-hati 31. Menyiapkan dan menyalakan
lampu periksa untuk melihat servix. Memeriksa kembali apakah
posisi speculum tetap terfiksasi dan portio servix terlihat jelas. 32.
Menjepit servix dengan tenakulum pada posisi fertikal (pada posisi
jam 10.00 / 12.00) secara hati-hati. Jepit pada 1 posisi saja. 33.
Memasukkan sonde uterus dengan teknik denga tidak menyentuh
dinding vagina atau bibi speculum (no touch technique) secara
perlahan dan hati-hati. Menentukan posisi uterus dan kedalaman
kavum uteri dengan melihat posisi sonde yang sudah masuk
keuterus. Kemudian mengeluarkan sonde. 34. Memasang IUD
kedalam uterus dengan cara: a. Menarik tenakulum (dengan posisi
masih menjepit servix), sehingga kavum uteri, kanalis servikalis
vagina berada dalam satu garis lurus. b. Memasukkan tabung
inserter yang berisi IUD dengan pelan dan hati-hati kedalam
kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru dalam
arah horizontal, sampai terasa ada tahanan dari vundus uteri.
Memastikan leher biru tetap dalam horizontal. 52 c. Memegang
dan menahan tenakulum dan mendorong dengan satu tangan,
sedangkan tangan yang lain menarik tabung inserter sampai
pangkal pendorong. d. Mengeluarkan pendorong dengan tetap
memegang dan menahan tabung inserter setelah pendorong keluar
dari tabung inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan
dan hati-hati sampai terasa ada tahanan fundus. Menanyakan pada
ibu apakah ada rasa sakit atau nyeri disekitar perutnya. e.
Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis.
Pada waktu benang tampang menyembulkeluar dari lubang servix
sepanjang 3-4 cm, potong benang dengan gunting mayo yang
tajam. f. Mengeluarkan seluruh tabung inserter dari kanali
servikalis. g. Melepaskan jepitan tenakulum. Bila ada perdarahan
tekan dengan kasa steril sampai perdarahan berhenti 35.
Melepaskan speculum dengan melonggarkan skrupnya, menutup
mulut speculum, memutar speculum sampai peganggan mengarah
ke paha kanan ibu, lalu menarik speculum keluar dari saluran
vagina 36. Melepaskan sarung tangan setelah memindahkan
peralatan yang telah dipakai kedalam baskom / ember yang berisi
larutan klorin 37. Memberitahukan pada ibu bahwa pemasangan
IUD sudah selesai, dan menanyakan pada ibu apakah ada rasa sakit
/ nyeri di sekitar perutnya 53 38. Mempersilahkan ibu untuk turun
dari meja ginekologi dan memakai celananya, kemudian
mempersilahkan ibu duduk di kursi yang tersedia 39. Mencatat
hasil pemasangan IUD pada kartu status dan melengkapi kartu
IUD untuk ibu. Memberitahukan hasilnya pada ibu dan
mananyakan apakah ada ditanyakan mengenai hasil pemasanga
IUD. Membuat rekam medic dan melakukan pencatatan pada buku
register / catatan akseptor 40. Mengucapkan terima kasih pada ibu
atas kunjungannya: “ Bu, terima kasih atas kunjungannya, semoga
KB nya berhasil”.
D. PENYULUHAN KEPADA IBU 1. Memberitahu kapan ibu
harus dating kembali untuk control dan mengingatkan kembali
masa pemakaian IUD. Control setelah 4-6 minggu setelah
pemasangan IUD 2. Memberitahukan pada ibu cara memeriksa
sendiri benang IUD, yaitu dengan cara memasukkan jari tangan
yang sudah dicuci sebelumnya kedalam alat kelaminnya, dan
mencari / meraba apakah ada benang seperti senar didalamnya. 3.
Menganjurkan ibu untuk kembali memeriksakan diri bila: a. Tidak
dapat meraba benang IUD b. Merasakan bagian yang keras dari
IUD c. IUD terlepas d. Siklus haid terganggu 54 e. Mengeluarkan
cairan yang berlebihan dari vagina f. Adanya gejala infeksi pada
alat kelamin yaitu cairan barbau, bengkak, kemerahan, nyeri,
panas. g. Nyeri setelah senggama h. Perdarahan setelah senggama
i. Kram / kejang pada perut bagian bawah 4. Memberitahukan pada
ibu bahwa IUD Copper T-380 A perlu dilepas setelah 10 tahun
atau kurang dari saat pemasangan 5. Menanyakan kepada ibu
apakah ada yang mau ditanyakan lagi tentang hasil penyuluhannya
E. SETELAH PEMASANGAN IUD 1. Melakukan proses
dokontaminasi pada semua peralatan yang dipakai dengan
merendam dalam larutan klorin 0,5% dan membersihkan
permukaan yang terkontaminasi dengan mengelap dengan kain
basah 2. Membuang sampah medis (kassa, sarung tangan sekali
pakai dll) dan sampah non medis ke tempat sampah yang sesuai,
tanpa melepaskan sarung tangan 3. Melepaskan sarung tangan
pakai ulang dan rendam dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi 4. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian
mengeringkan dengan kain atau henduk bersih.

You might also like