You are on page 1of 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Pengertian Ferro
Besi merupakan logam transisi yang sangat berguna dan logam yang
sangat reaktif. Dalam keadaan murni, besi tidak terlalu keras, tetapi jika
ditambahkan dengan sedikit karbon dan logam lainnya maka akan terbentuk alloy
baja yang kuat. Kadar besi dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri UV-
Vis. Besi yang akan dianalisis, direduksi terlebih dahulu kemudian dikomplekskan
dengan senyawa pengompleks, sehingga menghasilkan warna spesifik. Senyawa
besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe2+ (ferro) dan Fe3+ (ferri).
Pengompleksan besi dengan menggunakan 1,10-fenantrolin akan menghasilkan
pewarnaan merah jingga, yang disebabkan pembentukan kation kompleks
[Fe(C12H8N2)3]2+. Selain itu dalam penentuan larutan standar besi dengan 1,10-
fenantrolin secara spektrofotometri absorbansi tidak berubah dalam waktu tertentu
(Dianawati, 2013).
Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi
penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen
zat aktif dalam sediaan penambah darah adalah besi (II) sulfat, yaitu bentuk besi
bervalensi dua atau ferro. Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang
mudah menyerap besi dua daripada besi bervalensi tiga. Sifat kimia besi yang
sangat dikenal adalah mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara dan oksidator
lainnya, sehingga besi umumnya dijumpai sebagai besi bervalensi tiga. Pada
kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan udara, besi berada sebagai besi
bervalensi dua (Vogel, 1961).
Nama lain dari zat besi adalah ferrum atau disingkat Fe. Zat besi dalam
tubuh manusia sebagian besar terdapat dalam sel darah merah yaitu sekitar 65%
dalam jaringan hati, limfa dan sumsung tulang belakang, dan sekitar 5% terdapat
dalam inti sel. Sebagian kita ketahui dalam sel darah merah terdapat hemoglobin
yaitu molekul protein yang mengandung zat besi dan merupakan pigmen darah
berwarna merah (Minarno,2008).

II-1
II - 2
Bab II Tinjauan Pustaka
Zat besi merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan tubuh
manusia. Fungsi dari zat besi adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh. Zat besi bergabung dengan oksigen di dalam paru-paru dan melepaskan
oksigen dalam darah yang memerlukan. Zat besi digunakan dalam pembuatan
hemoglobin dan berperanan penting dalam fungsi normal daya tahan tubuh
(Minarno,2008).

II.1.2 Pengertian Spektrofotometri


Spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisis berdasarkan interaksi
antara radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer dengan suatu materi
(senyawa). Metode ini berdasarkan penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar
tampak yang menyebabkan terjadinya transisi elektron (perpindahan elektron dari
tingkat energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi). Beberapa sumber
radiasi polikromatik yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis adalah lampu
deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri. Sumber radiasi tersebut akan
mengeksitasi benda ke tingkat energi yang lebih tinggi (Octaviani, 2014).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang
digunakan ialah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan suatu
berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam
hubungan ini disebut juga spektrofotometri adsorbs atomic (Harjadi, 1990).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu. Suatu spectrometer tersusun dari sumber spectrum tampak
yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko
dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbs antara sampel dan blanko
ataupun pembanding (Khopkar, 2002).

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 3
Bab II Tinjauan Pustaka
Metode analisis besi yang sering digunakan saat ini adalah dengan
spektrofotometri sinar tampak, karena kemapuannya dapat mengukur konsentrasi
besi yang rendah.Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotomteri dikenal dua
metode, yaitu metode orto-fenantrolin dan metode tiosianat.Besi bervalensi dua
maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu
reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang dibentuk dapat diukur
dengan spektrofotometer sinar tampak (Kartasasmita, 2008).

II.1.3 Jenis-jenis Spektrofotometri


Menurut Underwood (1986), spektrofometer terdiri dari beberapa jenis
berdasarkan sumber cahaya yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Spektrofotometer Vis (Visible)
Pada spektrofotometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 –
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar
tersebut termasuk kedalam sinar tampak (visible).
2. Spektofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380
nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut
juga heavy hidrogen yang merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat
berlimpah di laut dan di daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan
satu neutron, sementara hydrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki
neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti “dua”,
mengacu pada intinya yang menjadi dua partikel. Karena sinar UV tidak dapat
dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini
merupakan senyawa yang tidak memiliki warna bening dan transparan.
3. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible
yang menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Spektrum absorpsi dalam

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 4
Bab II Tinjauan Pustaka
daerah-daerah ultraviolet dan sinar tampak terdiri dari satu atau beberapa pita
absorpsi. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling
popular digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk
sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna seperti senyawa organik yang
berdasarkan transisi -* atau -* dan karena itu memerlukan kromofor di dalam
molekulnya. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum kira – kira 200-700 nm.
Spektrokopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis
atau UV/Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini
berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV)
dan dekat dengan inframerah (NIR) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang
terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di
wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik.
Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan
transisi dari ground state ke eksited state. Semua molekul dapat mengabsorpsi
radiasi daerah UV-Vis karena mengandung elektron, baik sekutu maupun
menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Cahaya
yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata
manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-
hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila
menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna
hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:
Tabel II.1.3 Spektrum Cahaya Tampak dan Warna-Warna
Komplementer
Panjang Gelombang (mm)
Warna Warna Komplementer

400-435 Violet Kuning-Hijau


435-480 Biru Kuning
480-490 Hijau-Biru Orange
490-500 Biru-Hijau Merah
500-560 Hijau Ungu
560-580 Kuning-Hijau Violet
580-595 Kuning Biru

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 5
Bab II Tinjauan Pustaka
595-610 Orange Hijau-Biru
610-750 Merah Biru-Hijau
(Sumber: Underwood, 1986)
4. Spektrofotometri Infra Red (IR)
Spektrofometri ini berdasarkan kepada penyerapan panjang gelombang Inframerah.
Cahaya inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh.
Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahanya yang
mempunyai panjang gelombang 2,5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya
berupa signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang.
Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard. Pada
spektro Infra Red (IR) meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun
biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik.
Setiap serapan pada panjang gelombang menggambarkan adanya suatu gugus
fungsi spesifik.

II.1.4 Cara Kerja Spektrofotometri


Metode spektrofotometri ultra-violet dan sinar tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Prinsip
kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.
Metode spektrofotometri ultra-violet dan sinar tampak berdasarkan pada hukum
Lambert-Beer (Triyati, 1985).
Cara kerja spektroskopi serapan tom ini adalah berdasarkan atas penguapan
larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi
atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang
dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur
yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada
panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).
Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya
tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran
suatu zat tertentu, dan setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang
maksimum yang berbeda. Dari monokromator tadi, cahaya atau energi radiasi

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 6
Bab II Tinjauan Pustaka
diteruskan dan diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet.
Jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan menghasilkan sinyal elektrik pada
detektor, yang mana sinyal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh
larutan tersebut. Besarnya sinyal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat
sebagai angka (Triyati, 1985).
Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk
daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara
pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor
pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali
sebelum dipakai (Skoog dan West, 1971).
Menurut Lestari (2010), prinsip kerja dari metode spektrofotometri ini adalah
jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi
kontaminan dalam larutan. Prinsip ini dijabarkan dalam Hukum Beer-Lambert, yang
menghubungkan antara absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan
yang mengabsorpsi, berdasarkan persamaan berikut:
A = log (Iin / Iout) = (1/T) = a x b x c
Keterangan:
A = Absorbance
Iin = Intensitas cahaya yang masuk
Iout = Intensitas cahaya yang keluar
T = Transmittansi
a = tetapan absorpsivitas molar
b = panjang jalur
c = konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorpsi
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya yang
diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang mikro
(Marzuki Asnah, 2012).
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak
umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul
dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka
mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 7
Bab II Tinjauan Pustaka
ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi
tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam
satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau
panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya (Wunas, 2011).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung
dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang
sudah diregresikan (Yahya S, 2013). Secara sederhana instrument spektrofotometeri
yang disebut spektrofotometer terdiri dari :
Sumber cahaya – monokromatis – sel sampel – detector- read out

Gambar II.1.4 Pembacaan Spektrofotometer


Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh
larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca
(Sastrohamidjojo, 1992).

II.1.5 Kalibrasi
Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of
International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk
hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem
pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 8
Bab II Tinjauan Pustaka
kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap
standar ukur yang mamputelusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan
ukuran dan/atau internasional. Kalibrasi yang dimaksud ini adalah men-seting blank
alat spektrofotometer, sebelum digunakan untuk analisis. Secara umum sbb:
1. Nyalakan alat spektrofotometer
2. Isi kuvet dengan larutan blanko (aquades)
3. Diatur panjang gelombang untuk kalibrasi.
Keterangan : 0%T itu diukur saat kuvet dalam keadaan kosong. 100%T itu diukur
saat kuvet dalam keadaan terisi larutan. Kuvet berisi larutan blanko dimasukkan ke
spektrofotometerlalu tekan tombol 0 ABS 100%T, tunggu sampai keluar kondisi
setting blank (dalam bentuk teks).
II.1.6 Baku Mutu Air Limbah dan Air Minum
Parameter untuk kandungan sulfat dalam air yang ditetapkan pemerintah
antara lain :
a) Dep. Kes. R.I untuk SO4, konsentrasi standar maksimum yang masih diperbolehkan
dalam air adalah sebesar 00-400 mg/L.
b) P.P No. 8 Tahun 001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, onsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 400 mg/L.
c) Permenkes No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum, konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 250 mg/L.
d) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MenKes/PER/IV/2010 tentang Prsyaratan Kualitas Air Minum.
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

1 Seng mg/L 3

2 Sulfat mg/L 250

3 Tembaga mg/L 2

4 Amonia mg/L 1,5

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 9
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1.7 Dampak Ferro Terhadap Lingkungan

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018
II - 10
Bab II Tinjauan Pustaka
II.2 Jurnal Aplikasi Industri
Penentuan Kadar Besi Selama Fase Pematangan
Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Novi Dianawati dan R. Djarot Sugiarso
2015
Mineral dibagi menjadi dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Salah satu
mineral mikro yang sangat penting bagi tubuh manusia adalah zat besi karena
berfungsi dalam pembentukan sel darah merah dan sel oto. Zat besi yang dimaksud
adalah ion-ion besi seperti ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Tanaman padi memerlukan
waktu 110 – 125 hari dalam proses pertumbuhannya. Proses pertumbuhan pada
tanaman padi terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap vegetatif (awal pertumbuhan
sampai pembentukan bakal malai), tahap reproduktif (primordia sampai
pembungaan), dan tahap pematangan (pembungaan sampai gabah matang). Mineral
besi juga terkandung dalam beras. Beras merupakan butir padi yang telah dibuang
kulit luarnya (sekam). Kandungan besi pada setiap jenis butir padi berbeda–beda
tergantung dengan varietas padi tersebut. Persebaran mineral besi pada butir padi
juga tidak merata dimana semakin ke dalam bagian dari butir padi, maka semakin
besar kandungan mineral besi tersebut. Metode yang sering digunakan dalam
penentuan kadar besi adalah spektrofotometri ultra violet-visual yang diawali
dengan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ menggunakan natrium tiosulfat (Na2SO3) lalu
dikomplekskan dengan 1,10-fenantrolin sehingga terbentuklah ion kompleks besi
berupa larutan berwarna jingga. Pengoptimasian proses dibantu dengan EDTA
yang bertindak sebagai agen penopang sehingga ion logam berat lain tidak akan
mengganggu pengukuran sampel. Selain itu, larutan buffer asetat pH 4,5 yang
bertujuan untuk mengatur dan menjaga pH lingkungan. Berdasarkan hal tersebut,
dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pola kadar besi
selama fase pematangan padi dan mengetahui kaitannya dengan kadar besi pada
lingkungan sekitar seperti tanah dan air. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara kadar besi dalam padi
dengan kadar besi dalam tanah yang digunakan untuk menanam padi dan tidak
terdapat korelasi antara kadar besi dalam padi dengan kadar besi dalam air yang
digunakan untuk mengairi padi tersebut. Padi memiliki kadar besi tertinggi saat
berumur 77 hari yaitu sebesar 0,565 mili gram (564,325 ppm) dan memiliki kadar
besi terendah saat berumur 90 hari yaitu sebesar 0,306 mili gram (305,983 ppm).

Laboratorium Analisa Instrumen


Departemen Teknik Kimia Industri FV-ITS
2018

You might also like