You are on page 1of 10

Deret reaksi Bowen adalah suatu deret reaksi pembentukan mineral yang dibuat oleh seorang

petrologis bernama Norman L. Bowen.[1] Deret ini berisi tentang urutan pembentukan mineral
yang terbentuk dari hasil pendinginan magma dan perbedaan kandungan magma, dengan asumsi
dasar bahwa semua magma berasal dari magma induk yang bersifat basa. Mineral yang terbentuk
dengan kecepatan pendinginan yang lambat akan memiliki bentuk dan ukuran kristal yang lebih
besar.
^ Tilley, C. E. (1957). "Norman Levi Bowen 1887-1956". Biographical Memoirs of Fellows of the
Royal Society 3: 6–26. JSTOR 769349. doi:10.1098/rsbm.1957.0002
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pada tahun 1922 seorang ahli yang bernama Novan Levi Bowen melakukan penelitian tentang
proses kristalisasi magma beserta urutannya. Penelitian beliau sering disebut "Deret Bowen"
dimana memiliki hasil yang menunjukan bahwa beberapa mineral akan mengkristal pertama kali
lalu sesuai dengan pengurangan suhu dan temperatur dan tekanan, maka mineral lain ikut
mengkristal. Deret Bowen menjelaskan mengenai proses pembentukan mineral.

Berdasarkan penelitian deret bowen tersebut dibagi menjadi dua proses, yaitu dinkontinu dan
kontinu.

1. Deret dikontinu merupakan pembentukan dari olivine, piroksen, amfibol, dan biotit. Pada deret
ini satu mineral atas dengan mineral bawahnya tidak terdapat hubungan dalam pembentukan
mineral tersebut. Mineral satu dapat berubah menjadi mineral lain pada suatu suhu (penurunan
suhu) tertentu karena adanya reaksi terhadap sisa larutan magma.
2. Deret kontinu merupakan pembentukan dari feldspar plagioklas. Pada deret ini feldspar
plagioklas terdiri dari mineral anortit, bitownit, labradorit, andesit, oligoklas, dan albit. Mineral
atas dengan mineral bawahnya terdapat hubungan dengan penambahan atau pengurangan dari
Kalsium (Ca) dan Natrium (Na).

Deret Bowen membagi menjadi dua mineral utama pembentukan batuan, seperti:
1.Mineral Mafic merupakan mineral-mineral utama pembentuk batuan yang berwarna gelap
karena banyak mengandung magnesium dan ferrum. Contoh: biotit, amfibol, piroksen, olivin.
2. Mineral Felsic merupakan mineral-mineral utama pembentuk batuan yang berwarna terang
karena banyak mengandung feldspar + lenad (mineral-mineral feldsparthoid) + silika. Contoh:
kuarsa, muskovit, kalium feldspar, plagioklas

Terdapat tiga proses pembekuan magma menjadi batuan beku, yaitu:


1. Diferensiasi magma merupakan proses pembekuan magma yang bersifat relatif homogen lalu
kemudian terpecah menjadi beberapa komposisi yang berbeda-beda karena perbedaan temperatur
dan tekanan. Saat magma mengalami penurunan temperatur dan tekanan, mineral dengan titik
lebur yang tinggi akan mengkristal lebih dahulu, sementara magma yang belum mencapai titik
leburnya akan terus naik ke permukaan hingga mencapi termperatur dan tekanan yang sesuai lalu
membeku.
2. Asimilasi magma merupakan proses pembekuan magma karena terjadi interaksi dengan batuan
sampingnya lalu terjadi reaksi dan pelarutan dari batuan samping tersebut sehingga komposisi
magma berubah.
3. Pencampuran magma (mixing) merupakan proses pembekuan magma magma yang memiliki
komposisi yang berbeda lalu bercampur menjadi satu magma dengan komposisi yang sudah
bercampur.

Berikut merupakan urutan pembekuan magma berdasarkan temperaturnya:


1. Tahap Orthomagmatik merupakan pembekuan magma dengan temperatur > 800o C.
2. Tahap Pegmatitik merupakan pembekuan magma dengan temperatur 600o C - 800o C.
3. Tahap Pneumatolitik merupakan pembekuan magma dengan temperatur 400o C - 600o C.
4. Tahap Hydrothermal merupakan pembekuan magma dengan temperatur 100o C - 400o C,
merupakan larutan sisa yang kaya akan gas dan cairan.
Deret Bowen ini merupakan dasar penamaan batuan beku. Kita dapat melihat jenis mineralnya,
jenis plagioklas, termasuk mafic atau felsic, dan lain sebagainya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bowen Reaction Series
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi dari mineral
pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:
Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.
Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya membeku,
tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan
tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang
sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur
telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka
Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent
Melting”; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk
Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam temperatur yang
rendah
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk
pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt.
Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan
mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan
asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisiPlagioklas ini merupakan deret :
“Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas
Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas
yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya
Na ( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar ke
mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan mineral
yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang
terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi
mineral lain.
(buku panduan praktikum petrologi 2009/2010 Prodi. Teknik Geologi, UPN "Veteran"
Yogyakarta)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rock forming mineral atau mineral-mineral pembentuk suatu batuan adalah mineral penyusun
suatu batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral. ada juga batuan
yang hanya memiliki satu mineral saja,. contohnya seperti kuarsit yang hanya terdiri dari mineral
kuarsa. seberapa banyak mineral menyusun suatu batuan tergantung dari temperatur pendinginan
serta bahan endapan dari suatu lingkungan itu sendiri.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma tersebut tidak lansung membeku akan tetapi
mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin lebih cepat. penurunan
temperatur inilah disertai mulainya pembekuan dan pengendapan mineral mineral tertentu yang
sesuai dengan temperatur pembentuknya. contohnya pada suhu 1000o terbentuk mineral A dan
pada suhu 800o terbentuk mineral B akan tetapi jumlah dari mineral A lebih besar dari jumlah
mineral B. jadi disimpulkan bahwa semakin lama batuan sampai ke permukaan tanah jumlah
mineral yang dihasilkan semakin sedikit. pembentukan mineral dalam magma karena penurunan
temperatur telah disusun oleh bowen ( seri reaksi bowen)
Seri Reaksi Bowen
Norman L. Bowen melakukan penelitian dan menemukan bahwa mineral mineral terbentuk dari
magma yang mengkristal karena suhu magma yang menurun (kristalisasi fraksional). kecepatan
pendinginan dan suhu akan menentukan ciri dan sifat mineral yang akan terbentuk. dalam
kecepatan pendinginan yang lambat, maka akan terbentuk mineral yang bentuk dan ukuran
kristalnya lebih besar dari pada mineral yang terbentuk lebih besar dari pada mineral yang
terbentuk dari magma yang mendingin dengan cepat. Dalam penemuan tersebut Normal L
Bowen membuat suatu deret reaksi pembentukan mineral yang disebut dengan deret reaksi
bowen. Deret reaksi ini berisi tentang urutan urutan pembentukan mineral dan pendinginan
magma dan perbedaan kandungan magma dengan asumsi dasar semua magma berasal dari
magma induk yang bersifat basa, Terbentuknya mineral ini biasanya terjadi pada batuan beku
karena terjadi dari pendinginan magma secara lansung.
Dari dalam deret bowen ini ada informasi yang cukup penting dalam proses terbentuknya
mineral yang pertama adalah suhu, ketika magma mengalami penurunan suhu karena perjalanan
ke permukaan bumi maka mineral mineral pada saat itu terbentuk, peristiwa terbentuknya
mineral mineral tersebut disebut dengan reaksi penghabluran. yang kedua adalah sifat mineral
terbentuk. mineral yang pertama kali terbentuk bersifat basa atau mafik yang tersusun dari unsur
unsur magnesium, ferrun dan kalsium. Misalnya olivine dan piroksen kemudian terbentuk
mineral mineral intermediet dan yang terakhir terbentuk mineral mineral yang bersifat asam atau
felsik.
Selanjutnya dari deret bowen ini dapat memberi informasi bahwa semakin rendah suhu
pembentukannya atau semakin kebawah deret reaksi ini maka mineral yang terbentuk memiliki
resisntensi yang semakin tinggi, semua hal tersebut sebenarnya hanya disebabkan karena
perbedaan suhu pada saat terbentuknya mineral dari magma yang mendingin.
Deret ini terbagi menjadi 2 yaitu continous dan discontinous.
Dalam deret discontinous terbentuk dari satu mineral yang berubah ke mineral lain dengan
melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma pada rentang suhu tertentu, Deret ini dibangun
dari mienral fero magnesium silikat. Diawali dari pembentukan mineral olivine yang merupaka
mineral satu satunya yang stabil pada atau dibawah suhu 1800oC. Apabila olivine dilanjutkan
bereaksi maka larutan magma akan membentuk piroksen pada suhu 1100oC. Jika suhu menurun
lagi pada 900oC maka akan terbentuk amphibole. Deret discontinous ini akan berakhir jika
biotite telah mengkristal pada suhu 600oC. hal ini terjadi karena semua ferrum dan magnesium
dalam larutan magma telah habis digunkaan untuk membentuk mineral sebelumnya. Bila
pendinginan yang terjadi terlalu cepat maka mineral tidak bisa bereaksi sepenuhnya dengan sisa
magma sehingga terbentuk selubung yang tersusun dari mineral mineral yang terbentuk
setelahnya contohnya olivine selubungnya piroksen. piroksen ke amphibole, begitupun
seterusnya.
Dalam deret kontinyu, mineral yang terbentuk pertama kali akan berperan dalam pembentuk
mineral selanjtnya, Deret ini disusun oleh feldspar plagioklas. Misalnya plagioklas yang kada
akan sodium tercipta terlebih dahulu baru kemudian plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa
larutan magma bersamaan dengan turunnya suhu berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap
dalam pembentukan natruim yang mengandung feldspar sampai titik kesetimbangan tercapat
pada suhu 900oC. saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion feldspar didominasi oleh
pembentukan sodium feldspar hingga suhu sekitar 600oC feldspar dengan hampir 100% sodium
terbentuk sehingga terbentuk plagioklas yang kaya akan sodium, demikian seterusnya reaksi ini
berlansung sampai semua kalsium dan sodium habis bereaksi, karena mineral awal bereaksi
secara terus menerus maka plagioklas terus ikut bereaksi hingga akhirnya pun habis, Oleh karena
itu plagioklas yang kayak sodium atau kalsium sangat sulit ditemukan dialam bebas. Akan tetapi
jika pendinginan terlalu cepat maka plagioklas yang terbentuk akan banyak mengandung kalsium
yang dikelilingi oleh plagioklas yang kaya akan sodium, mineral yang akan terbentuk pada deret
ini adlah anortite, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas dan terakhir adalah albite.
Jadi, jika kedua deret tersebut telah berakhir dan seluruh ferrum, magnesium, sodium dan
kalsium telah habis maka yang tersisa adalah pottasium, allumina, silika. semua unsur yang
tersisisa tersebut akan bergabung dan membentuk orthoclase potasium feldspar dan akan
membentuk muscovite apalagi tekanan air cukup tinggi dan sisa dari larutan magma yang
sebagian besar mengandung silika dan karena adanya campuran dari oksigen maka akan
membentuk kuarsa
Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau
beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan
beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara
keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang
sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah),
dan dacite.
II.2. Klasifikasi Batuan Beku
Berdasarkan Tempat Terjadinya
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila membeku di
bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut
juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila
magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar
atau batuan beku ekstrusif.
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku, pembagian batuan
beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut.
Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut:
a. Batuan Beku Dalam (Beku Intrusif)
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat
mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk
dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma
dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan
di sekelilingnya. Batuan beku intrusif selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi batuan beku intrusi
dalam dan batuan beku intrusi permukaan. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan
batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya disebut diskordan.
yaitu:
1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya
tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit
merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda.
Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit
mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan
penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite
tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang
sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya.
Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara
perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen
batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat
dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini
bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di
dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah
membeku dinamakan Xenolith.
2. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan
dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau
bagian atas batholit.
3. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan
batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar,
memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
4. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke
kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku
yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya
adalah sill, lakolit dan lopolit.
a. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan
yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
b. Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang
diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian
bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun
gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
c. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke
atas.
a. Batuan Beku Luar ( Beku Ekstrusif )
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan gunung
api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya
magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya
magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi
hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan
gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava
atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai
bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.Apabila magma
membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian
karena pembentukannya di bawah tekanan air.Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar
terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik.
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan
bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi
petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya:
a. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
b. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti
batang pensil.
c. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
d. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang
ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
e. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti
kalsit, kuarsa atau zeolit
f. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran.
II.3. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar batuan beku
didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan
adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan
untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin. Klasifikasi yang
didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan batuan
dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba
sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan
mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang
didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :
a. Batuan Dalam, bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan
tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan Gang, bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik
d. Batuan Lelehan , bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau
tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

II.4. Struktur Batuan Beku


Struktur Batuan Beku adalah pembagian batuan beku berdasarkan bentuk batuan beku dan
proses kejadiannya, yang terbagi menjadi:
a. Struktur Bantal (pillow structure)
Struktur Bantal adalah struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu yang dicirikan oleh
massa batuan yang berbentuk bantal, berukuran antara 30 – 60 cm dan biasanya jarak antar
bantal berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan dari sedimen klastik, terbentuk di dalam air dan
umumnya terbentuk di laut dalam.
b. Struktur Vesikular
Struktur Vesikular adalah struktur pada batuan ekstrusi yang terdapat rongga-rongga yang
berbentuk elip, silinder maupun tidak beraturan. Terbentuknya rongga-rongga terjadi akibat
keluarnya/dilepaskannya gas-gas yang terkandung di dalam lava setelah mengalami penurunan
tekanan.
c. Struktur Aliran
Struktur Aliran terjadi akibat lava yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan
homogen, karena saat lava menuju ke permukaan selalu terjadi perubahan komposisi, kadar gas,
kekantalan, dan derajat kristalisasi. Struktur aliran dicerminkan dengan adanya goresan berupa
garis-garis yang sejajar, perbedaan warna dan teksturnya.
d. Struktur Kekar
Struktur Kekar adalah bidang-bidang pemisah/retakan yang terdapat dalam semua jenis batuan,
biasanya disebabkan oleh proses pendinginan tetapi ada yang disebabkan oleh gerakan-gerakan
di dalam bumi yang berlaku sesudah batuan mengalami pembekuan.
Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan permukaan bumi menghasilkan struktur
perlapisan, sedang yang tegak lurus dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur
bongkah.
Retakan dapat pula membentuk kolom-kolom yang dikenal dengan struktur kekar meniang
(columnar jointing), hal ini disebabkan karena adanya pendinginan dan penyusutan yang merata
dalam magma dan dicirikan oleh perkembangan retakan membentuk segi empat, segi lima atau
segi enam, umumnya terdapat pada batuan basal.

You might also like