You are on page 1of 70

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HERNIA

1. Definisi

Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan

peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung

hernia (Robbins & Cotran : 2010 )

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005)

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak

disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga

perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu

organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari

dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan

penyebab congenital ataupun yang didapat.

2. Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :

a. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ; kehamilan,

batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan

mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat

b. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.

c. Kelemahan otot dinding perut.

d. Anulus internus yang cukup lebar.

3. Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di

sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke

rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus.


Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,

terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik

peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut

dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga

isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa hal,seringkali

kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga

terbuka.

Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. bila

prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis

lateral kongenital.

4. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia

menurut sifat atau tingkatanya.

Adapun hernia menurut letaknya adaalah :

a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)

Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral

vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut

melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil

b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)

Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika

inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.

c. Hernia femoralis

Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.

Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam

kantung.

d. Hernia umbilikalis

Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang

didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang

memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas,

asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya

yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti

infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.

e. Hernia skrotalis

Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

Menurut sifat atau tingkatannya :

a. Hernia reponibel.

Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia

reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel.

Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )

biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.

c. Hernia inkaserata.

Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak

dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis

obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa.

Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi

gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel

d. Hernia strangulata

Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam

kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga

mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat

dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.

5. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna

yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding

posterior maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.

Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna

sehingga meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri atau

mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya

akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat

dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna,

tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan

terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus

superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing

karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.

Komplikasi

a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini

disebut hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada

gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan

keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada


dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi

lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada

usu halus

b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya

usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus

diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini

disebut hernia inguinalis strangulata

pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut

kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul

akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan

pasien menjadi gelisah.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan

pembedahan.

a) Konservatif

Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,

misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset

tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan

otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti

analgetik yaitu mengurangi nyeri.

b) Pembedahan

Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit

kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia

dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat


dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan

pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas

dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik

benda paling sedikit 6 minggu.

Diagnosa keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa

nyaman nyeri teratasi.

Kriteria hasil

Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang,

Tanda – tanda vital dalam batas normal

Wajah klien rileks.

Rencana tindakan :

1) Observasi tanda – tanda vital.


2) Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat

karaktersitik.

3) Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan

seperti mengobrol, mendengarkan musik dan membaca buku.

4) Berikan posisi yang nyaman (semifowler)

5) Kolaborsi pemberian obat analgetik.

b. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka

post operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi infeksi

tidak terjadi

Kriteria hasil

Luka kering, tidak ada pus.

Tidak ada kemerahan.

Tidak ada bengkak.

Kerapatan luka tampak bagus.


Rencana tindakan :

1) Observasi tanda – tanda infeksi ( tumor, rubor, dolor, kalor,

fungsiolesa ).

2) Observasi tanda – tanda vital, perhatikan adanya peningkatan

suhu tubuh.

3) Lakukan ganti balutan tiap hari.

4) Pertahankan perawatan luka dengan tehnik steril, aseptik dan

antiseptik.

5) Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi

6) Monitor leukosits..

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan

kelemahan fisik.

Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi.

Kriteria hasil klien dapat melakukan perawatan secara mandiri.

Rencana tindakan :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan

diri bagi klien.

2) Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri sesuai kemampuan.

3) Motivasi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

klienseperti menggosok gigi, makan, minum.

4) Fasilitasi klien untuk melakukan kebersihan diri.

5) Ajarkan klien untuk melakukan pergerakan secara bertahap


d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang perawatan hernia pasca operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga

mengerti tentang hal – hal yang harus dihindari untuk

mencegah timbulnya hernia.

Kriteria hasil

Secara verbal klien mengerti perawatan selanjutnya antara lain

dalam hal mencegah terulangnya penyakit henia.

Rencana tindakan :

1) Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal-hal yang

harus di perhatikan agar tidak terjadi kekambuhan.

2) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan

yang dapat di toleransi.

3) Anjurkan klien untuk makan tinggi serat.

4) Jelaskan tentang keseimbangan istirahat dan aktifits.


5) Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

6) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara

perawatan luka di rumah.

Daftar Pustaka

Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.


Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart.
Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Diposting oleh yudha pradipta di 03.32

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

1. DEFINISI
a. Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan (R. Syamsuhidayat dan Win Dedjong, Buku Ajar Ilmu
Bedah)
b. Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek fasia dan muskuloaponeuritik dinding perut baik secara konginetal maupun
didapat. (Kapita Selecta Kedokteran)
c. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus yang
terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menyusuri kanalis inguinalis dan
keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis eksternus (Kapita Selekta
Kedokteran)
Menurut jenisnya hernia dibagi menjadi
a. Henia indirekta
Suatu kantong yang terbentuk dari selaput peritoneum yanmg berisi bagian dari saluran
pencernaan atau omentum. Hal ini sering menjadi besar dan turun ke skrotum. Diakibatkan
dari gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup setelah testis turun ke dalam skrotum.
b. Hernia direkta
Hernia yang melalui dinding inguinal posterior medial terhadap vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi oleh segitiga hasselbach.
c. Hernia femoralis
Hernia yang mana lengkung susu keluar melalui cincin umbilicus yang gagal menutup.
d. Hernia incisional
Akibat dari in adekuat dari penyembuhan luka bedah dan sering terjadi pada luka
bedah terinfeksi.
Menurut keadaannya hernia dibagi menjadi :

a. Hernia reponibilis : Isi hernia bisa dimasukkan kembali


b. Hernia irreponibilis : Isi hernia tidak bisa dimasukkan kembali
c. Hernia incaserata : Hernia ireponibilis yang terdapat gangguan pada jalannya isi
usus.
d. Hernia strangulasi : Hernia incarserata yang terdapat gangguan sirkulasi darah.

2. ETIOLOGI
a. Konginetal atau primer
b. Sekunder akibat peningkatan tekanan intra abdomen, misal disebabkan karena batuk
kronis, konstipasi, kehamilan, asites, penyumbatan jalan keluar kandung kemih, masa
abdomen yang terlalu besar, gerak yang terlalu aktif.

3. PATOFISIOLOGI
Prosesus inguinalis Batuk kronis, konstipasi, kehamilan

(duktus spermatikus) Retensi urin, masa abdomen membesar

Janin 8 bulan testis Peningkatan TIK

turun ke skrotum
Sirkulasi darah terganggu
Tidak dpt menutup
sempurna

Isi usus keluar Usus dan isinya, omentum terjepit skrotum

Bendungan dari pembuluh darah usus

Nyeri, mual, muntah Perdarahan Nekrose

Resti infeksi
Penonjolan peritoneum
(menekan peritoneum)

4. TANDA DAN GEJALA


1. Hernia inguinalis lateralis / indirekta
- Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan
- Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil
- Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat
- Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila terjadi
komplikasi
- Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan kadang perut
kembung
2. Hernia inguinalis medialis / direkta
- Terlihat adanya masa yang bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila tiduran
- Tetap akan terdapat benjolan meskipun tidak mengejan
- Mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia
- Bila hernia ke skrotum maka hanya akan ke bagian atas skrotum

5. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah selakangan
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri dan benjolan di lipatan paha
3. Inkontinensia usus berhubungan dengan vesika urinaria tertekan oleh hernia
4. Resti kurang pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan kondisi kesehatan

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiografi abdomen : sejumlah gas terdapat dalam usus, enema barium menunjukan
tingkat obstruksi
b. Laboratorium
- Hb dan Ht meningkat karena hemokonsentrasi
- Sel darah putih meningkat pada hernia strangulasi (<10.000 sel/mm)
- Defisiensi elektrolit, pasien akan kehilangan kalium, hydrogen, klorida, yang akan
mengakibatkan alkalis metabolic

7. PENATALAKSANAAN
Pada kasus hernia tindakan bedah adalah tindakan satu-satunya untuk pengobatan,
pembedahan ini disebut herniotomy dan herniografi. Pada hernia inguinalis lateralis
reponbilis maka dilakukan bedah afektif karena terjadi komplikasi. Pada hernia
irreponibilis diusahakan agar penderita istirahat baring dan dipuasakan/ mendapat diet
halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan missal dengan bantl pasir., baik
juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan lakukan berulang-ulang
sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan pembedahan.

8. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian fokus

1. Aktifitas
Pembatasan aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen seperti
bersin, mengangkat benda berat, batuk mengejan.
2. Istirahat
Ansietas, nyeri sebagai manifestasi obstruksi usus, pembatasan aktifitas kerja
sehubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.

3. Integritas ego
Ansietas, takut, emosi (kesal), perasaan tidak berdaya
4. Sirkulasi
Takikardi (akibat dari nyeri, infeksi, dehidrasi), hipotensi, kulit atau membran
mukosa pecah, sianosis, takipnea, asidosis berhubungan dengan hilangnya cairan
dan Na mengakibatkan syock hipovolemik.
5. Eliminasi
Pada awalnya feses dapat keluar, fase lanjut terjadi konstipasi, obstipasi, terjadi
inkontinensia uri, kebiasaan mengejan pada waktu BAB.
6. Makanan dan Cairan
Mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi hernia.
Muntah peroral mengandung makanan tak dicerna selanjutnya muntah air dan
empedu hitam dan fekal.
7. Higiene
Tidak mampu melakukan perawatan diri, bau badan berhubungan dengan
keterbataan aktifitas akibat nyeri.
8. Nyeri /kenyamanan
Nyeri pada lokasi, pada selakangan dan daerah sekitarnya.

B. Masalah keperawatan pre operasi dan post operasi


 Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah selakangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat dikurangi
Kriteria hasil :
 Klien mengatakan nyeri berkurang
 Wajah relaks
 TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skalanya (skala 1-10)
R/ : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2. Tetapkan hubungan antara flatus dan nyeri mereda
R/ : nyeri tidak hilang dengan flatus merupakan tanda obstruksi usus
3. Monitor bising usus, TTV, perhatikan peningkatan/ spasme dan nyeri
R/ : mengetahui perkembangan kondisi pasien
4. Berikan kompres dingin pada hernia yang membengkak
R/ : kompres dingin menambah vasokontriksi pembuluh darah dan mengurangi
nyeri
b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi kesehatan,
proses inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak cemas
Kriteria hasil
 Klien mengatakan sudah siap untuk dioperasi
 Klien tidak gelisah
 Wajah rileks
Intervensi
1. Catat petunjuk perilaku missal gelisah, menolak
R/ : indicator derajat ansietas
2. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/ : meningkatkan relaksasi,membantu menurunkan ansietas
3. Motivasi orang terdekat untuk menunjukan perilaku perhatian
R/ : membantu pasien merasa tenang
4. Bantu pasien belajar mekanisme koping baru
R/ : membantu menurunkan stress, meningkatkan kontrol penyakit
 Post operasi
a. Nyeri berhubungan denganluka insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat dikurangi
Kriteria hasil :
 Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang
 Wajah relaks
 TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi, skala nyeri (skala 1-10)
R/ : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2. Dorong ambulasi dini
R/: menungkatkan normalisasi fungsi organ seperti merangsang periltastik dan
kelancaran flatus.
3. Ajarkan teknik relaksasi
R/ : mengalihkan perhatian dan mengurangi ketegangan
4. Berikan analgesik sesuai indikasi
R/ : menghilangkan nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

- Dongoes, E Marylin. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1992


- Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
2000

- Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 1992


Diposting oleh singgih bayu d
http://singgihbayu77.blogspot.co.id/2015/01/laporan-pendahuluan-hernia.html

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianNya
sehingga laporan pendahuluan dan askep studi kasus “Hernia Inkarserata” tepat pada
waktunya. Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW, atas segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang setia keapadaNya.
Harapan penulis dengan diselesaikannya laporan ini, semoga memberi
manfaat baik untuk mengetahui lebih dalam mengenai Hernia Inkarserata dalam
bidang kesehatan ataupun untuk pembaca yang bisa menjadikan laporan ini sebagai
pembelajaran. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada CI dan
CT yang sudah membimbing kami dalam penyelesaian laporan studi kasus ini serta
seluruh teman-teman angkatan VI yang selalu memberikan dorongan moral.
Teriring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada kelompok
kami mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Banjarmasin, Juni2016

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145
kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari -
Desember 2007 diperkirakan 425 penderita. Peningkatan angka kejadian Penyakit
Hernia Inguinalis Lateralis di Indoneisa khusunya Provinsi Jawa Tengah bisa
disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan
pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin
kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal
tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha
yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat
menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan
kelemahan dari berbagai organ tubuh.
Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi
kebutuhan seperti mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan
kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga mendorong mengejan
saat defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam
meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi kelemahan otot - otot
abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang dapat menjadi
hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis mencapai scrotum. Bisa juga karena
orang yang mempunyai penyakit dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke
dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat
yang merasa malu bila diketahui mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal
inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia.
Dapat juga karena sebab didapat atau anomali congenital.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Batang
jumlah kasus Hernia Inguinalis pada bulan Januari - Desember tahun 2009 - 2010
terdapat 187 kasus. Dari 187 kasus, 138 kasus sudah dilakukan operasi hernia
ingunalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan operasi. Dan dari 187 kasus 91 kasus
terjadi pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 ada 96 kasus. Berkaitan dengan
meningkatnya angka kejadian hernia inguinalis setiap tahunnya baik karena faktor
lanjut usia maupun faktor pekerjaan berat yang mempengaruhi kelemahan otot dinding
rongga perut serta kelelahan dari berbagai organ tubuh.
Penyakit hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok adalah penyakit
akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita
hernia memang kebanyakan laki-laki terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya
akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya misalnya jika anak-anak
penderitanya terlalu aktif. Berasal dari bahasa Latin, herniae yaitu menonjolnya isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga.
Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa
cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa
bagian dari usus.
Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau
buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi
dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding
perut. Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan
yang notabene yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas
tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus
dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya. Untuk itu perlu
adanya pembahasan tentang penyakit hernia agar pembaca khususnya penderita
penyakit hernia dapat lebih jelas mengenai penyakit hernia sehingga pertumbuhan
penyakit hernia dapat berkurang dengan adanya kesadaran pengetahuan tentang
penyakit hernia.
Berdasarkan latar belakang diatas, makakami tim penulis tertarik untuk
mengambil kasus pada Tn.K di Ruang Kumala Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin sebagai bentuk asuhan keperawatan pada kasus hernia
inkarserata karena menurut kami kasus hernia inkarserata sangat langka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hernia ?
2. Apakah etiologi dari Hernia ?
3. Apa klasifikasi dari Hernia ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Hernia ?
5. Bagaimana Pathway Hernia ?
6. Apa gejala klinisHernia ?
7. Bagaimana pemeriksaan fisikHernia ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjangHernia ?
9. Bagaimana terapi farmakologi Hernia ?
10. Apa komplikasi Hernia ?
11. Bagaimana pengkajian keperawatan Hernia ?
12. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan diagnosaHernia ?
13. Bagaimana bentuk perencanaan keperawatan Hernia ?

C. Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Hernia ,
diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami tentang pengertian dari Hernia
2. Memahami tentang etiologi Hernia
3. Memahami tentang klasifikasiHernia
4. Memahami tentang patofisiologi/pathway Hernia
5. Memahami tentang gejala klinis Hernia
6. Memahami tentang pemeriksaan fisik Hernia
7. Memahami tentang pemeriksaan penunjang Hernia
8. Memahami tentang terapi farmakologi Hernia
9. Memahami tentang pemerikaan diagnosa Hernia
10. Memahami tentang penatalaksanaan medis Hernia
11. Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
diagnosa Hernia
12. Memahami tentang perencanaan keperawatan Hernia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Dan Fisiologi Hernia
1. Anatomi

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang


merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-
tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh
anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya
terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan
ligamentumrotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga
herniainguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

1. Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa
hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).

B. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga
yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini
sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri
Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen
yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung
kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh
dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju
rongga lainnya (kanalis inguinalis).

C. Etiologi
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa
khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam
lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar
pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan
tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah
tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.

7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis
inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).

D. Klasifikasi
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut
dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis
kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena
tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita (Erfandi, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat,
terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses
terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni
penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui
penyebabnya (Erfandi, 2009).
a. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus (Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini
juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh
pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya
perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
b. Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia
femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira
4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu
masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi
lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen,
biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat
jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi
tidak adekuat, atau kegemukan.
3. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang
bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).
4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat
turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat
sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan
didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria,
hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar
dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam
muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar
dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada
waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi
pasien berdiri dapat timbul kembali.
b) Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior,
pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna
sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin
hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum,
maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus
spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa
bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.
Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.

E. Patosifiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali
kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih
banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan
pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut
antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis
setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).

F. Gejala Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya
mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan
hilang secara spontan.
Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia
(Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis,
terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit
yang terus menerus.
7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan
sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.
2. Palpasi
a. Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa
itu hernia inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
1. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda
sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh
ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulum pubikum.
2. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack& Gallo, 2007).

H. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
2. Herniografi.
3. USG
4. CT dan MRI
5. Laparaskopi
6. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).

I. Terapi / Tindakan Penanganan


1. Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau
sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang
mungkin dari hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal
yang diantisipasi membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat
dalam penatalaksanaan hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi
bebatan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis.
2. Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat
dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum pasien berumur dua tahun. Terapi
konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada
hernia inguinalis pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak
menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan dinding perut.Umumnya terapi operatif
merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia lanjut tidak merupakan
kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia inkarserata tidak
menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural. Jika usaha
reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari setelah
udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik. Pada hernia
inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus
dinilai saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu
operasi daya pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima
menit dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus.
Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada
hernia direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat

J. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang
lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1
persenpada pasien yang menjalani hernioraphy.

K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematismeliputipengumpulan data, analisa data
danpenentuanmasalah.Pengumpulan data diperolehdengancaraintervensi, observasi,
pemeriksaanfisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhanutama
b. Riwayatkesehatan / penyakit sekarang
c. Riwayatkesehatan / penyakit dahulu
d. Riwayatkesehatan / penyakit keluarga
e. Riwayattumbuhkembang (usia 2 tahun)
3. Pemeriksaanfisik
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
5. Pemeriksaan penunjang

L. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
anoreksi(NANDA, 2011).
M. Intervensi Keperawatan
No Dx keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
dengan - Koping (penurunan
Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan kecemasan)
situasional, Stress, asuhan Gunakan pendekatan
perubahan selama ……………klien yang
status kesehatan, kecemasan teratasi dgn menenangkan
ancaman kriteria hasil: Nyatakan dengan
kematian, perubahan  Klien mampu jelas harapan
konsep mengidentifikasi dan terhadap pelaku
diri, kurang mengungkapkan gejala pasien
pengetahuan dan cemas Jelaskan semua
hospitalisasi  Mengidentifikasi, prosedur dan
DO/DS: mengungkapkan dan apa
- Insomnia menunjukkan tehnik yang dirasakan
- Kontak mata kurang untuk mengontol selama
- Kurang istirahat cemas prosedur
- Berfokus pada diri  Vital sign dalam batas Temani pasien untuk
sendiri normal memberikan
- Iritabilitas  Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
- Takut wajah, bahasa tubuh mengurangi
- Nyeri perut dan tingkat aktivitas takut
- Penurunan TD dan menunjukkan Berikan informasi
denyut berkurangnya faktual
nadi kecemasan mengenai
- Diare, mual, kelelahan diagnosis, tindakan
- Gangguan tidur prognosis
- Gemetar Libatkan keluarga
- Anoreksia, mulut untuk
kering mendampingi klien
- Peningkatan TD, Instruksikan pada
denyut pasien untuk
nadi, RR menggunakan tehnik
- Kesulitan bernafas relaksasi
- Bingung Dengarkan dengan
- Bloking dalam penuh perhatian
pembicaraan
Identifikasi tingkat
- Sulit berkonsentrasi
kecemasan
Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
Kolaborasi
pemberian obat
anti
cemas
2. Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan sesering
- peningkatan tindakan mungkin
metabolisme keperawatan  Monitor warna dan
- aktivitas yang selama………..pasien suhu kulit
berlebih menunjukkan :  Monitor tekanan
- dehidrasi Suhu tubuh dalam batas darah, nadi dan
DO/DS: normal dengan kreiteria RR
· kenaikan suhu hasil:  Monitor penurunan
tubuh diatas rentang  Suhu 36 tingkat
normal – 37C kesadaran
· serangan atau  Nadi dan  Monitor WBC, Hb,
konvulsi (kejang) RR dalam rentang dan Hct
· kulit kemerahan normal  Monitor intake dan
· pertambahan RR  Tidak ada output
· takikardi perubahan warna kulit  Berikan anti piretik:
· Kulit teraba dan tidak ada pusing,  Kolaborasi
panas/ hangat
pemberian
Antibiotik
 Selimuti pasien
 Berikan cairan
intravena
 Kompres pasien
pada lipat paha
dan
aksila
 Tingkatkan sirkulasi
udara
 Tingkatkan intake
cairan dan
nutrisi
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi
tekanan
darah
 Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit,
kelembaban membran
mukosa)
3 Nyeri NOC : NIC :
akut berhubunga  Pain Level,  Lakukan pengkajian
n  pain control, nyeri secara
dengan:  comfort level komprehensif
Agen injuri (biologi, Setelah dilakukan termasuk lokasi,
kimia, tinfakan karakteristik, durasi,
fisik, psikologis), keperawatan selama …. frekuensi,
kerusakan Pasien tidak mengalami kualitas
jaringan nyeri, dengan kriteria dan faktor presipitasi
DS: hasil:  Observasi reaksi
- Laporan secara verbal · Mampu mengontrol nonverbal dari
DO: nyeri ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan (tahu penyebab nyeri,  Bantu pasien dan
nyeri mampu menggunakan keluarga
- Tingkah laku berhati- tehnik nonfarmakologi untukmencarida
hati untuk mengurangi nyeri, nmenemukandu
- Gangguan tidur (mata mencari bantuan) kungan
sayu, · Melaporkan bahwa  Kontrol lingkungan
tampak capek, sulit nyeri yang dapat
atau berkurang dengan mempengaruhi nyeri
gerakan kacau, menggunakan seperti suhu
menyeringai) manajemen nyeri ruangan,
- Terfokus pada diri · Mampu mengenali pencahayaan dan
sendiri nyeri kebisingan
- Fokus menyempit (skala, intensitas,  Kurangi faktor
(penurunan persepsi frekuensi dan tanda presipitasi nyeri
waktu, nyeri)  Kaji tipe dan
kerusakan proses · Menyatakan rasa sumber nyeri
berpikir, nyaman untuk
penurunan interaksi setelah nyeri berkurang
Menentukanintervensi
dengan · Tanda vital dalam  Ajarkan tentang
orang dan lingkungan) rentang teknik non
- Tingkah laku distraksi, normal farmakologi:
contoh : jalan-jalan, · Tidak mengalami napas dala, relaksasi,
menemui orang lain gangguan tidur distraksi,
dan/atau aktivitas, kompres
aktivitas hangat/ dingin
berulang-ulang)  Berikan analgetik
- Respon autonom untuk
(seperti mengurangi
diaphoresis, perubahan nyeri
tekanan darah,  Tingkatkan istirahat
perubahan  Berikan informasi
nafas, nadi dan dilatasi tentang nyeri
pupil) seperti
- Perubahan autonomic penyebab nyeri,
dalam tonus otot berapa lama
(mungkin nyeri akan
dalam rentang dari berkurang dan
lemah antisipasi
ke kaku) ketidaknyamana
- Tingkah laku ekspresif n
(contoh : gelisah, dari prosedur
merintih,  Monitor vital sign
menangis, waspada, sebelum dan
iritabel, nafas sesudah
panjang/berkeluh pemberian analgesik
kesah) pertama kali
- Perubahan dalam
nafsu
makan dan minum
4 Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan:  Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua,  Comfort Level - Determinasi efek-
kecemasan, agen  Pain Level efek medikasi
biokimia,suhu  Rest : Extent and terhadap pola tidur
tubuh, pola Pattern - Jelaskan pentingnya
aktivitas,depresi, tidur
 Sleep : Extent ang
kelelahan, takut, yangadekuat
Pattern
kesendirian. - Fasilitasi untuk
Setelah dilakukan
- Lingkungan: mempertahanka
tindakan keperawatan
kelembaban,kura n
selama …. gangguan
ngnyaprivacy/kon aktivitas sebelum tidur
pola tidur pasien teratasi
troltidur, (membaca)
dengan kriteria hasil:
pencahayaan, - Ciptakan lingkungan
 Jumlah jam tidur
medikasi yang nyaman
dalam batas normal
(depresan,stimulan),ke - Kolaborasi
 Pola tidur,kualitas
bisingan. pemberian obat
dalam batas normal
Fisiologis : Demam, tidur
 Perasaan fresh
mual,
sesudah
posisi,urgensi
tidur/istirahat
urin.
 Mampumengidentifika
DS:
si halhal
- Bangun lebih
yangmeningkatkan tidur
awal/lebihlambat
- Secara verbal
menyatakan tidak fresh
sesudah tidur
DO :
- Penurunan
kemampuanfungs
i
- Penurunan proporsi
tidurREM
- Penurunan proporsi
padatahap 3 dan
4 tidur.
- Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang
darinormal sesuai
usia
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care :ADLs  Observasi adanya
· Tirah Baringatau  Toleransiaktivitas pembatasanklie
imobilisasi  Konservasienergi n dalam
· Kelemahanmenyeluru Setelah dilakukan melakukan
h tindakankeperawat aktivitas
· Ketidakseimbangan an selama  Kaji adanya faktor
antara ….Pasien yangmenyebabk
suplaioksigen bertoleransi an kelelahan
dengankebutuhan terhadap  Monitor nutrisi dan
. aktivitas dengan Kriteria sumberenergi
Gaya hidup yang Hasil : yang adekuat
dipertahankan.  Berpartisipasi dalam  Monitor pasien
DS: aktivitas fisiktanpa akan
· Melaporkan secara disertaipeningkatan adanyakelelaha
verbal tekanandarah, nadi n fisik dan
adanyakelelahan dan RR emosi
ataukelemahan.
 Mampumelakukan secaraberlebiha
· Adanya dyspneu n
aktivitassehari-hari
atau ketidaknyamanan
(ADLs)  Monitor respon
saat beraktivitas.
secaramandiri kardiovaskulerte
DO :
 Keseimbang rhadap aktivitas
· Respon abnormal
an aktivitas dan istirahat (takikardi,
dari tekanan darah atau
disritmia,
nadi terhadap aktifitas
sesak
· Perubahan ECG :
nafas,diaporesis
aritmia, iskemia
, pucat,
perubahan
hemodinamik)
 Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
 Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam
Merencanakan
pasienprogran
terapi yang
tepat.
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan
 Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengankemamp
uan fisik,
psikologi dan
sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendapatkan
alat
bantuan
aktivitasseperti
kursi roda,
krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuatjadwal
latihan diwaktu
luang
 Bantupasien/keluar
ga untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, sosial
dan spiritual
6 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan:  Fluid balance · Pertahankan catatan
- Kehilangan volume  Hydration intake
cairansecara aktif  Nutritional Status : danoutput yang
- Foodand Fluid akurat
Kegagalanmeka Intake · Monitor status
nismepengaturan Setelah dilakukan hidrasi
DS : tindakankeperawat ( kelembaban
- Haus an membran mukosa,
DO: selama…..defisit nadi
- Penurunan turgor volume adekuat,tekana
kulit/lidah cairanteratasi n darah
- Membran dengan ortostatik ), jika
mukosa/kulitkerin kriteriahasil: diperlukan
g  Mempertahankan · Monitor hasil lab
- Peningkatan denyut urineoutput sesuai yang
nadi,penurunan denganusia dan sesuaidengan
tekanan BB, BJ retensi cairan
darah,penurunan urinenormal, (BUN ,
volume/tekanan  Tekanan darah, nadi, Hmt ,osmolalitas
nadi suhu tubuh dalam batas urin, albumin,
- Pengisian vena normal totalprotein )
menurun  Tidak ada tanda tanda · Monitor vital sign
- Perubahan status dehidrasi, Elastisitas setiap 15menit –
mental turgor kulit baik, 1jam
- Konsentrasi urine membran mukosa · Kolaborasi
meningkat lembab, tidak ada rasa pemberian
- Temperatur tubuh haus yang berlebihan cairan IV
meningkat  Orientasi terhadap · Monitor status nutrisi
- Kehilangan berat waktu dan tempat baik · Berikan cairan oral
badansecara tiba- · Berikan penggantian
 Jumlah dan
tiba nasogatrik
iramapernapasan
- Penurunan urine sesuai output (50 –
dalam
output 100cc/jam)
batas normal
- HMT meningkat · Dorong keluarga
 Elektrolit, Hb, Hmt
- Kelemahan untuk
dalam batas normal
membantu
 pH urin dalam batas
pasien makan
normal
· Kolaborasi dokter
 Intake oral dan
jika tanda cairan
intravena adekuat
berlebih muncul
meburuk
· Atur kemungkinan
tranfusi
· Persiapan untuk
tranfusi
· Pasang kateter jika
perlu
· Monitor intake dan
urin
outputsetiap 8
jam
7 Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi
nutrisikurang a. Nutritional status: makanan
dari Adequacy of nutrient  Kolaborasi dengan
kebutuhantubuh b. Nutritional Status : ahli gizi
Berhubungan dengan : foodand Fluid untukmenentuk
Ketidakmampuan untuk Intake an jumlah kalori
memasukkan atau c. Weight Control dan nutrisi yang
mencernanutrisi Setelah dilakukan dibutuhkan pasien
oleh karena tindakankeperawat  Yakinkan diet yang
faktorbiologis, an dimakan
psikologis selama….nutrisi kurang mengandung
atauekonomi. teratasi dengan indikator: tinggi serat untuk
DS:  Albumin serum mencegah
- Nyeri abdomen  Pre albumin serum konstipasi
- Muntah  Hematokrit  Ajarkan pasien
- Kejang perut  Hemoglobin bagaimana
- Rasa penuh tiba-tiba
 Total iron binding membuat
setelah makan catatan makanan
capacity
DO:
 Jumlah limfosit harian.
- Diare
 Monitor adanya
- Rontok rambut yang
penurunan BB
berlebih
dan gula
- Kurang nafsu makan
darah
- Bising usus berlebih
 Monitor lingkungan
- Konjungtiva pucat
selama makan
- Denyut nadi lemah
 Jadwalkan
pengobatan
dantindakan
tidakselama jam
makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam,
total
protein, Hb dan kadar
Ht
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringanjaring
an konjungtiva
 Monitor intake
nuntrisi
 Informasikan pada
klien dan
keluarga
tentang manfaat
nutrisi
 Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan
seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan
yang
adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi
fowler atau
fowler tinggi
selama makan
 Kolaborasi
pemberan anti
emetik
 Anjurkan banyak
minum
 Pertahankan terapi
IV line
 Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonikpapila
lidah dan
cavitas oval
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuhidayat, et.al. 2004. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Tambayong, dr. Jan. 2002. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Erfandi, (2009) .Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi. [Internet], Tersedia


dalam: http://forbetterhealth.wordperss.com/2009/04/19 Pengetahuan-dan-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi

Asep Subarkah, 2008. Klasifikasi untuk Hernia. Jakarta : EGC

Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Arief Mansjoer.2004 .Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Medica Aesculaplus FK UI

Jennifer, 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA


A. PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah
burut lipat paha pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman,
2002, hal 153).
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis
pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai
scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 1996, hal 235).

B. ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi
pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,
disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan
di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia
inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus
vaginalis.
2. Kerja otot yang terlalu kuat.
3. Mengangkat beban yang berat.
4. Batuk kronik.
5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:
obesitas dan kehamilan.
(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal 706; Sachdeva, 1996, hal 235).

C. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke
daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam
beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat,
mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk
ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut
juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).

D. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila
terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi
ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan
berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan
dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis
yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus
pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung
jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka
itu adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314).
1. Subyektif :
Biasanya pasien mengatakan terasa ada yang turun atau kelingsir atau
mengatakan adanya benjolan diselangkangan atau dikemaluan.
2. Obyektif :
Terdapat benjolan diselangkangan/kemaluan dan benjolan tersebut bisa
mengecil/menghilang pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan, mengangkat benda
berat atau bila pasien berdiri dapat timbul kembali, bila telah terjadi komplikasi dapat
ditemukan nyeri.
Keadaan umum pasien biasanya baik.

Bila benjolan sudah tampak, diperiksa apakah benjolan tersebut dapat


dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan intraabdominal. Kemudian scrotum diangkat perlahan-lahan.
A. FOKUS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah
akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar
syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan
riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau
retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri
tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin
memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
(Doenges, 1999, hal 320 – 321)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal.

2. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu

3. Resti infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan

4. Perubahan eliminasi urinaria berhubungan dengan rasa takut nyeri setelah operasi
C. TUJUAN/RENCANA TINDAKAN (NOC/NIC)
DIAGNOSA
No.
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Dx
KOLABORASI
1 Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan iritasi, tekanan,  Pain Level Pain Management
dan sensitifitas pada area  Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
rektal.  Comfort Level secara komprehensip
termasuk lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas, dan
(tahu penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi
menggunakan teknik 2. Observasi reaksi nonverbal
nonfarmakologi untuk dari ketidaknyaman
mengurangi nyeri, mencari 3. Gunakan teknik
bantuan) komunikasi terapeutik
2. Melaporkan bahwa nyeri untuk mengetahui
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen 4. Kaji kultur yang
nyeri mempengaruhi respon nyeri
3. Mampu mengenali nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri
(skala, intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) 6. Evaluasi bersama pasien
4. Menyatakan rasa nyaman dan tim kesehatan lain
setelah nyeri berkurang tentang ketidakefektivan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakoligi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang managemen nyeri

Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dsari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
7. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Ansietas berhubungan NOC: NIC:
dengan rencana  Anxiety Control Anxiety Reduction (Penurunan
pembedahan dan rasa  Coping Kecemasan)
malu  Impulse Control 1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan jelas
1. Klien mampu harapan terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien
mengungkapkan gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur
2. Mengidentifikasikan, dan apa yang dirasakan
mengungkapkan, dan selama prosedur
menunjukkan teknik untuk 4. Pahami prespektif pasien
mengontrol cemas terhadap situasi stres
3. TTV dalam batas normal 5. Temani pasien untuk
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan keamanan dan
bahasa tubuh, dan tingkat mengurangi takut
aktivitas menunjukan 6. Berikan informasi faktual
kekurangan kecemasan mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
7. Dorong keluarga untuk
menemani anak
8. Lakukan back/neck rub
9. Dengarkan dengan penuh
perhatian
10. Identifiksi tingkat
kecemasan
11. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
14. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
3 Resti infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan  Immune Status Infection Control (Kontrol
insisi pembedahan  Knowledge : Infection Control Infeksi)
 Risk Control 1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik isolasi
1. Klien bebas dari tanda dan 3. Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
2. Mendeskripsikan proses 4. Instruksikan pada
penularan penyakit, faktor pengujung untuk mencuci
yang mempengaruhi penularan tangan saat berkunjung dan
serta penatalaksanaannya setelah berkunjung
3. Meunjukan kemampuan meninggalkan pasien
untuk mencegah timbulnya 5. Gunakan sabun
infeksi antimikroba untuk cuci
4. Jumlah leokosit dalam batas tangan
normal 6. Cuci tangan setiap sebelum
5. Menunjukan perilaku hidup dan sesudah tindakan
sehat keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasanan
alat
9. Ganti letak IV perifer san
line cental dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan katete intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Infection Protection
(Proteksi Terhadap Infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemikdan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
6. Pertahankan teknik aspirasi
pada pasien yang berisiko
7. Pertahankan teknik isolasi
k/p
8. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan membran
mukossa terhadap
kemerahan, panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
11. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
4 Perubahan eliminasi NOC: NIC:
urinaria berhubungan  Urinary Eleimination Urinary Retention Care
dengan rasa takut nyeri  Urinary Contiunence 1. Monitor intake dan output
setelah operasi 2. Monitor penggunaan obat
Kriteria Hasil : antikolinergik
1. Kandung kemih kosong secara 3. Monitor derajat distensi
penuh bladder
2. Tidak ada residu urine >100- 4. Instruksikan kepada pasien
200 cc dan keluarga untuk
3. Intake cairan dalam rentang mencatat output urine
normal 5. Sediakan privasi untuk
4. Bebas dari ISK eliminasi
5. Tidak ada spasme bladder 6. Stimulasi reflek bladder
6. Balance cairan seimbang dengan kompres dingin
pada abdomen
7. Kateterisasi jika perlu
8. Monitor tanda dan gejala
ISK (panas,hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urien)
aporan pendahuluan hernia

KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi di
salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia adalah protusi (penonjolan)
ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan atau lubang abnormal. Menurut Ester (2001) hernia adalah protrusi
abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal
berisi..Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis,di daerah
lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu hernia
masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol dan keluar dari anulus
inguinalis eksternum.lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda.
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior
didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.

2. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id adalah:
a. Batuk
b. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
e. Kehamilan multi para dan obesitas.

3. Patofisiologi
Patofisiologi hernia inguinalis menurut Suster Nada
dalam http://susternada.blogspot.com yaitu bahwa kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal
tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei pada bayi
yang sudah lahir, umumnya prosessus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun beberapa hal, sering kali
kanalis ini belum menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga
terbuka .Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan.Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia
Inguinalis lateralis kongenital. Pada ortu kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie,maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkatkan kanal tesebut dapat terbuka kembali dan timbul hermiaingunalis
lateralis akuisita.Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat
defekasi & mengejan saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat. Kanal yang tertutup
dapat membuka kembali dan timbulah hernia inguinalis lateralis akvista karena
terdorongnya suatu alat tubuh dan keluar melalui defek tersebut.akhirnya menekan
dinding rongga yang telah melemas oleh trauma,kehamilan,obesitas.

4. Manifestasi Klinis
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) dalam
www.indopos.co.id yaitu:
a. penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi hernia
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
c. Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul benjolan
kembali
d. Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi komplikasi.
e. Benjolan tidak berwarna merah
f. Bila di raba terdapat benjolan
Sedangkan menurut Long (1996),gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan
operasi :
a. Nyeri
b. Peradangan
c. Edema
d. Pendarahan
e. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f. Retensi urin
g. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha

5. Komplikasi
Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id yaitu:
a. Hernia ireponibel (inkarserata)
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hermia tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini belum terjadi gangguan
penyaluran isi usus .
b. Hernia strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya usus yang masuk .
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan vaskuler
(proses strangulasi)

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) www.indopos..co.id dengan
tindakan sebagai berikut:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi
(pengembalian kembali organ pada posisi normal) .Reposisi ini tidak dilakukan pada
hernia stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi
tetap mengancam.

b. Definitf
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif mengatasi
hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang
hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:
1) Herniorafi
Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka atau
laparoskopik
2) Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai
lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan
kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kalau di potong .
Menurut Oswari penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan
jalan menutup lubang hernianya. Bila bagian dinding perut yang lemah dipotong
dan dijahit maka di sebut herniorhapy,bila seluruh kantong hernia di
potong misalnya pada hernia inkarserata yang telah menjadi gangren maka di
sebut herniorapy .Bila dinding perut yang lemah itu ditempati dengan fasia ,
misal di ambil dari fasia otot perut maka disebut hernioplastik.
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN

1. Fokus Pengkajian
Menurut Suster Nada dalam www.susternada.blogspot.com fokus pengkajian yang di
lakukan antara lain:
a. Data subyektif
1) Sebelum operasi
a) Adanya benjolan di selangkangan
b) Nyeri
c) Mual muntah
d) Konstipasi
e) Pada saat bayi menangis atau mengejang dan batuk-batuk kuat
timbul benjolan
2) Sesudah operasi
a) Nyeri
b) Mual
c) Muntah
b Data objektif
1) Sebelum operasi
a) Nyeri bila benjolan di sentuh
b) Dehidrasi
c) Gelisah
d) Pucat
2) Sesudah operasi
a) Terdapat luka pada selangkangan
b) Puasa
c) Selaput mukosa mulut kering
d) Rewel
c Pemeriksaan diagnostik
1) Rontgen
Pemeriksaan foto abdomen : terdapat gambaran distensi usus
2) Tes laboratorium
a) Darah
b) Sel darah putih >10000-18000/mm3
c) Sel darah merah mungkin meningkat (N=13-16 9/dl)
d) Elektrolit serum : hipolkasemia mungkin ada (N=3,5 - 5,5
mmol)
e) Kultur : Organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah
eksudat, sekret / cairan asites
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut carpenito (2000) ,Daengoes,dkk (1999),Ester (2001) dan NANDA (2005)
diagnosa Kep.yang muncul antara lain :
a. Pre operasi
1) Nyeri akut bd.kondisi hermia antara intervensi pembedahan
2) Ansietas bd.prosedur pra operasi post operasi
3) Kurang pengetahuan bd.kurangnya informasi
b. Post operasi
1) Resiko terhadap konstipasi kolonik bd. Penurunan peristaltik
2) Nyeri akut bd.trauma jaringan
3) Resiko terhadap infeksi bd.prosedur invasik
4) Resiko berkurangnya volume cairan bd.haluaran urine berlebih
3. Intervensi
Pre operasi

DX I
NOC : Kontrol Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan Pain management selama proses
keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang
KH :
a. Mengenali faktor penyebab.
b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.
c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.
d. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.
e. Mengenali gejala-gejala nyeri.
f. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.
Keterangan skala :
1. Tidak dilakukan sama sekali.
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. selalu dilakukan.
NIC : Pain Management
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi,
kualitas)
b. observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.
c. kaji pengalaman individu terhadap nyeri.
d. ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik,
masase, dan lain-lain).
e. berikan analgesik sesuai anjuran.
f. anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

DX II
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan penurunan kecemasan selama proses
keperawatan cemas dapat hilang/berkurang
KH :
a. Monitor intensitas kecemasan.
b. Mencari informasi untuk menurunkan cemas.
c. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.
d. Menyingkirkan tanda kecemasan.
Keterangan skala :
1. Tidak dilakukan sama sekali.
2. Jarang dilakukan.
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan.
5. Selalu dilakukan
NIC : Penurunan Kecemasan
Intervensi :
a. Jelaskan seluruh prosedur tidakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan.
b. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipnea, ekspresi cemas non verbal).
c. Temani pasien untuk mendukung keaman dan menurunkan rasa takut.
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

DX III
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan mengajarkan proses penyakit pasien
dapat mengerti tentang proses penyakit
KH :
a. Familier dengan proses penyakit.
b. Mendeskripsikan proses penyakit.
c. Mendeskripsikan tandan dan gejala.
d. Mendeskripsikan faktor penyebab.
e. Mendeskripsikan komplikasi.
f. Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah komplikasi.
Keterangan skala :
1. Tidak dilakukan sama sekali.
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Mengajarkan proses penyakit.
Intervensi :
a. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
b. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar.
c. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda, gejala, komplikasi)
d. Diskusikan tentang pilihan terapi/perawatan.
e. instruksikan pasien mengenal tanda gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.
Post Operasi

DX IV
NOC : Bowel Konstipation
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan bowel management Konstipasi sistemik
tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a. Pola eliminasi dalam batas normal
b. Konstipasi tidak ada
c. Kontrol perubahan eliminasi BAB

Keterangan Skala :
1. Berat
2. Baik
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Bowel Management
a. Monitor tanda gejala dari konstipasi
b. Catat data terakhir perubahan eliminasi BAB
c. Instruksikan pasien unuk makan makanan tinggi serat
d. Monitor perubahan BAB ( frekuensi,konsisten,volume,warna )
DX V
NOC : Kontrol Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan pain managemen selama tindakan
keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang
KH :
a. Mengenali faktor penyebab.
b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.
c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.
d. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.
e. Mengenali gejala-gejala nyeri.
f. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.
Keterangan skala :
1. Tidak dilakukan sama sekali.
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. selalu dilakukan.
NIC : Pain Management
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi,
kualitas)
b. observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.
c. kaji pengalaman individu terhadap nyeri.
d. ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik,
masase, dan lain-lain).
e. berikan analgesik sesuai anjuran.
f. anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

DX VI
NOC : Risk kontrol
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan infection protection infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukan perilaku hidup sehat
Keterangan Skala
1. Tidak menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC : infektion protection
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap penyakit menular
c. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
d. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
e. Ajarkan cara menghindari infeksi

DX VII
NOC : Keseimbangan asam basa
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fluid monitoring selama proses
keperawatan kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil
a. Nadi dalam batas normal
b. Irama jantung dalam batas normal
c. Pernapasan dalam batas normal
d. Irama pernapasan dalam batas normal

Keterangan Skala
1. Berat
2. Baik
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Fluid monitoring
a. Monitor intake dan output
b. Monitor status nadi,,pernapasan
c. Jaga catatan akurat intake cairan
d. Administrasi cairan,bila perlu

4. Evaluasi
DX I Skala
a. Mengenali faktor penyebab. 4
b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk
mengurangi nyeri. 4
c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan. 4
d. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan. 4
e. Mengenali gejala-gejala nyeri. 4
f. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya 4
DX II
a. Monitor intensitas kecemasan. 4
b. Mencari informasi untuk menurunkan cemas. 4
c. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas. 4
d. Menyingkirkan tanda kecemasan 4
DX III
a. Familier dengan proses penyakit. 4
b. Mendeskripsikan proses penyakit. 4
c. Mendeskripsikan tandan dan gejala. 4
d. Mendeskripsikan faktor penyebab. 4
e. Mendeskripsikan komplikasi. 4
f. Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah
Komplikasi 4
DX IV
a. Pola eliminasi dalam batas normal 2
b. Konstipasi tidak ada 2
c. Kontrol perubahan eliminasi BAB 2
DX V
a. Mengenali faktor penyebab. 4
b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk
mengurangi nyeri. 4
c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan. 4
d. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan. 4
e. Mengenali gejala-gejala nyeri. 4
f. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya. 4
DX VI
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4
b. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 4
c. Jumlah leukosit dalam batas normal 4
d. Menunjukan perilaku hidup sehat 4
DX VII
a. Nadi dalam batas normal 2
b. Irama jantung dalam batas normal 2
c. Pernapasan dalam batas normal 2
d. Irama pernapasan dalam batas normal 2
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.L. 1997. Terapi Bedah Mutakhir. Edisi 4. Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Doenges, M.E. Moorhouse, M.F.Geissles A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.


Edisi 3. Alih Bahasa : I Made Karrasa N, Made Sunarwati. Jakarta : EGC.

Engram, B. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Alih


Bahasa : Sumaryati Sembu. Jakarta : EGC.

Http://jambi_independent.co.id/home/modules;Diakses tanggal 20 juni 2008

Http://susternada.blogspot.com/2007/07/hernia.html;Diakses tanggal 20 juni 2008

Http://www.balita_anda.indoglobal.com/balita_412_hernia.html;Diakses tanggal 20
juni 2008

Http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=323247;Diakses tanggal 20 juni


2008

Johnson, Marion, 1997, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Outcome


Classification ( NOC ), St. Louis: Mosby.
Mc. Closkey, Joanne C., 1996, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing
Intervention Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.
Nanda, A. 2000. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :P
Prima Medika.

Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.


Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC. Jakarta.

Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan

(terjemahan).PT EGC, Jakarta.

Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York Chicago.

Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan), PT EGC. Jakarta.

San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul,

Singapore Sydney Toronto.

Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat, buku kedua.

EGC. Jakarta.

www.laporan-pendahuluan-askep.com/

You might also like