Professional Documents
Culture Documents
Civil Engineering”12
Tugas
PERENCANAAN LAPANGAN
TERBANG
Tugas ini diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian mata kuliah
Perencanaan Lapangan Terbang, pada Program Studi Strata Satu (S-1)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Dikerjakan Oleh:
Yuliarnis Yusup
F 111 12 146
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL (S-1)
UNIVERSITAS TADULAKO H
M
Palu – Sulawesi Tengah T
S
2015
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
i
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ______________________________________________________________ i
BAB I______________________________________________________________________ 3
PENDAHULUAN ______________________________________________________ 3
1.1. Tujuan Tugas Besar ___________________________________________________ 3
1.2. Standar yang Digunakan dalam Perencanaan ________________________________ 3
BAB II ____________________________________________________________________ 5
BAB IV ___________________________________________________________________ 99
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
3
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. Menganalisa dan menentukan arah angin dominan dalam penetapan arah landasan pacu
(runway)
2. Dapat mendesain, merencanakan komponen geometrik Bandar udara (runway, taxiway,
apron, terminal dan bangunan pelengkapnya)
3. Menentukan dan mendesain tebal perkerasan runway, taxiway, apron.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 5
BAB II
STUDI PUSTAKA
32
N
E
N
0,005
0,
4
0
00
0
00
50
31
0,
0,
10
0,011
00
,1
5
0,
0,
3
0
36
60
01
30
1,145
0,
6
W
EN
0,
9
58
WN
02
4 40
E
0,
33
290
4,320 8 3
70
0,
1
66
272
89
1,
2
21 2
2,
5
4,441
23
7
38
61
4,
1 1
280
6,
80
4
10 1
75
65
0
5,
67
0
4
4,593
2,696
0,347
0,078
0,027
0,011
0,000
3
0
0,000
0,153
0,131
0,521
0,683
4,824
7,236
270
90
W E
0
0
0
0
0
6
260
7,
100
45
35
4,
2
2
5,
3,090
31
62
2,
9
2
0,
250
110
56
2,765
45
0,
7
WS
ESE
4
0,
19
35
W
0,
0,236
7
3
24
0
0,
06
12
22
0
0,
6
5
0,
0,394
00
10
0,
23
0
0,
0
13
00
00
0
0,
0
0,290
22 0
SW
0 14
SE
210 0,210
150
200 0,121 160
SSW 190 170
180 SSE
S
20 Knot 20 Knot
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 6
Arah landasan pacu optimum dapat ditentukan dari mawar angin dengan menggunakan
suatu lembar bahan yang tembus pandang yang padanya telah dilukiskan 3 garis sejajar dan
berjarak sama. Garis tengah menyatakan garis tengah landasan pacu dan jarak antara kedua
garis yang di tepi, dengan skala adalah 2 kali komponen angin sisi yang diizinkan. Lembaran
tembus pandang itu diletakkan di atas mawar angin sedemkian rupa, sehingga garis tengah
pada lembaran melalui pusat mawar angin.
Dengan pusat mawar angin sebagai titik pusat, lembaran itu diputar di atas mawar angin
sampai jumlah dari persentase yang tercakup di antara garis tepi maksimum, apabila salah
satu garis tepi pada lembaran itu membagi suatu segmen arah angin, bagian yang terbagi itu
dihitung secara visual dengan pembulatan 0,1%. Langkah berikutnya adalah membaca arah
landasan pacu skala sebelah luar mawar angin, dimana garis tengah pada lembaran itu
memotong skala arah. Sebagai langkah pertama dalam hal ini adalah memplot data
kecepatan dan arah angin ke dalam mawar angin yaitu lingkaran yang terdiri dari berbagai
sektor arah angin dan kecepatan angin.
Kemudian masing-masing arah yang ditinjau dijumlahkan, maka jumlah yang terbesar
dijadikan standar untuk menghitung dan menentukan arah landasan pacu (runway). Dengan
demikian maka diperoleh wind rose untuk masing-masing arah. Peninjauan arah angin
dilakukan pada 4 (empat) arah yaitu:
a) Arah N – S.
b) Arah NE – SW.
c) Arah W – E.
d) Arah NW – SE.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 7
Menurut Horonjeff (1994) berat pesawat terbang penting untuk menentukan tebal
perkerasan runway, taxiway dan apron, panjang runway lepas landas dan pendaratan pada
suatu bandara. Bentang sayap dan panjang badan pesawat mempengaruhi ukuran apron
parkir, yang akan mempengaruhi susunan gedung-gedung terminal. Ukuran pesawat juga
menentukan lebar runway, taxiway dan jarak antara keduanya, serta mempengaruhi jari-jari
putar yang dibutuhkan pada kurva-kurva perkerasan.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
8
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
Tabel 2.1 Klasifikasi Airport, Disain Group Pesawat dan Jenis Pesawat
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
9
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
10
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 11
a) Koreksi elevasi
Menurut ICAO bahwa panjang runway bertambah sebesar 7% setiap kenaikan
300 m (1000 ft) dihitung dari ketinggian di atas permukaan laut. Maka
rumusnya adalah:
Fe = 1 + 0.07 .(h/300) ( Pers.2.1)
b) Koreksi temperatur
Pada temperatur yang tinggi dibutuhkan runway yang lebih panjang sebab
temperatur tinggi akan menyebabkan density udara yang rendah. Sebagai
temperatur standar adalah 15˚C. Menurut ICAO panjang runway harus
dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1˚C.
Sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m dari permukaaan laut rata-rata
temperatur turun 6.5˚C.
Dengan dasar ini ICAO menetapkan hitungan koreksi temperatur dengan
rumus:
Ft = 1 + 0.01 (T –(15 - 0.0065h)) ( Pers.2.2)
Dengan Ft : Faktor koreksi temperatur
T : Temperatur dibandara, ˚C
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 12
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 13
I < 20 < 49
II 20 - < 30 49 - < 79
Dari data karakteristik pesawat diketahui panjang bentang sayap pesawat yang
paling lebar diantara pesawat rencana Sesuai dengan tabel 2.4 pesawat tersebut
masuk kategori yang telah ditetapkan, Selanjutnya data yang diperlukan telah
ditetapkan dalam tabel berikut :
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 14
Tabel 2.4 Runway design standard for aircraft approach categories C & D
AIRPLANE DESIGN GROUP
ITEM DIM 1/
I II III IV V VI
Runway Length A - Refer to paragraph 301 -
Runway Width B 100 ft 100 ft 100 ft 2/ 150 ft 150 ft 200 ft
30 m 30 m 30 m 2/ 45 m 45 m 60 m
Runway Shoulder Width 3/ 10 ft 10 ft 20 ft 2/ 25 ft 35 ft 40 ft
3m 3m 6 m 2/ 7,5 m 10,5 m 12 m
Runway Blast Pad Width 120 ft 120 ft 140 ft 2/ 200 ft 220 ft 280 ft
36 m 36 m 42 m 2/ 60 m 66 m 84 m
Runway Blast Pad Length 100 ft 150 ft 200 ft 200 ft 400 ft 400 ft
30 m 45 m 60 m 60 m 120 m 120 m
Runway Safety Area Width 4/ C 500 ft 500 ft 500 ft 500 ft 500 ft 500 ft
150 m 150 m 150 m 150 m 150 m 150 m
Runway Safety Area 600 ft 600 ft 600 ft 600 ft 600 ft 600 ft
Length Prior to Landing Threshold 5/ . 6/ 180 m 180 m 180 m 180 m 180 m 180 m
Runway Safety Area Length Beyond RW End 5/. 6/ P 1000 ft 1000 ft 1000 ft 1000 ft 1000 ft 1000 ft
300 m 300 m 300 m 300 m 300 m 300 m
Obstacle Free Zone Width and Length - Refer to paragraph 306 -
Runway Object Free Area Width Q 800 ft 800 ft 800 ft 800 ft 800 ft 800 ft
250 m 240 m 250 m 240 m 250 m 240 m
Runway Object Free Area Length Beyond RW End 7/ R 1000 ft 1000 ft 1000 ft 1000 ft 1000 ft 1000 ft
300 m 300 m 300 m 300 m 300 m 300 m
Dari tabel Runway design standards for aircraft approach diatas, maka diperoleh
dimensi runway.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 15
bahan penguat (misalnya kapur). Lapisan pondasi harus dapat memikul beban-beban yang
bekerja dan meneruskan dan menyebarkannya ke lapisan yang ada dibawahnya.
Lapisan pondasi bawah dapat terdiri dari batu alam yang dipecahkan terlebih dahulu
atau yang alami. Seringkali digunakan bahan sirtu (batu-pasir) yang diproses terlebih dahulu
atau bahan yang dipilih dari hasil galian di tempat pekerjaan. Tetapi perlu diketahui bahwa
tidak setiap perkerasan lentur memerlukan lapisan pondasi bawah. Sebaliknya perkerasan
yang tebal dapat terdiri dari beberapa lapisan pondasi bawah.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 16
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 17
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 18
Gambar 2.5 Konfigurasi roda pendaratan untuk pesawat roda tandem ganda
Sumber : Yang, ( 1984 ).
Gambar 2.6 Konfigurasi roda pendaratan untuk pesawat roda ganda dobel
Sumber : Yang, ( 1984 ).
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 19
Dimana :
Tipe roda pendaratan utama sangatlah menentukan dalam perhitungan tebal perkerasan. Hal
ini dikarenakan penyaluran beban pesawat melalui roda-roda ke perkerasan.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 20
W2
Log R1 = Log R2 [W1]1/2 (Pers 2.6)
Dimana :
Karena pesawat berbadan lebar mempunyai konfigurasi roda pendaratan utama yang
berbeda dengan pesawat lainnya, maka pengaruhnya terhadap perkerasan diperhitungkan
dengan menggunakan berat lepas landas kotor dengan susunan roda pendaratan utama adalah
roda tunggal yang dikonversikan dengan nilai yang ada, Dengan anggapan demikian maka
dapat dihitung keberangkatan tahunan ekivalen (Equivalent Annual Departure, R1).
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 21
Grafik 2.1 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Tunggal
Sumber : Basuki, ( 1986 )
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 22
Grafik 2.2 Kurva Perencanaan Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda Ganda
Sumber : Basuki, ( 1986 ).
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
23
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
Grafik 2.3 Kurva Perencanaa Tebal Perkerasan Untuk Pesawat Roda tandem ganda
Sumber : Basuki, ( 1986 ).
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 24
Grafik 2.4 Kurva Perencanaa Tebal Perkerasan Untuk daerah Kritis (B-747-100, SR, 200B, C, F)
Sumber : Basuki, ( 1986 ).
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 25
1. Memplot nilai CBR subgrade dam MSTOW didapat tebal perkerasan total dari Grafik
2.1, 2.2, 2.3 dan 2.4 di atas:
2. Dari grafik yang sama dengan nilai CBR, dapat diperoleh Tebalnya, maka subbase =
Tebel total perkerasan – tebal yang diperoleh dengan nilai CBR yang di cari.
3. Annual depature melebihi annual depature yang ada dalam grafik maka tebal surface
aspal ditambah 1 inchi.
Tebal surface untuk daerah kritis = 4 inchi.
Tebal surface untuk daerah non kritis = 3 inchi
4. Tebal Base Coarse = Tebal pada CBR 20 – Tebal Surface
5. Chek tebal minimum base course dengan CBR tanah dasar dari tabel 2.5 berikut :
757
200.000 – 400.000 (90.700 – 181.000) 6 (150)
767
DC-10
400.000 – 600.000 (181.000 – 272.000) 8 (200)
L1011
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 26
Sumbu Landasan
Safety Area
Perkerasan Struktural
Bahu Runway Bahu Runway
Dimensi taxiway dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sesuai dengan Airplane Design Group
pesawat yang direncanakan yaitu IV :
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 27
Taxiway fillet dimensions dapat dilihat pada tabel berikut (ADG yang digunakan IV) :
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 28
■ Perlambatan diambil 1,5 m/dtk2 dan jarak harus ditambah 3% per 300 m (1000 ft) setiap
kenaikan dari muka air laut dan 1% setiap kenaikan 5,6 0C (10 0F) dari temperatur 15 0C –
50 0C.
■ Kecepatan touch down diambil sesuai Tipe Pesawat untuk perencanaan taxiway.
Jarak dari Threshold ke lokasi exit taxiway = jarak touch down + D dari threshold
S1 S 2
2 2
D = (Pers. 2.7)
2a
Dimana :
D = jarak dari touch down ke titik perpotongan antara runway dan taxiway
S1 = kecepatan touchdown (m/s)
S2 = kecepatan awal ketika meninggalkan landasan (m/s)
a = perlambatan
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 29
Keberangkatan sebuah pesawat tertentu yang harus ditunda karena suatu hal
padahal sudah masuk taxiway menjelang sampai ujung landasan, tidak
menyebabkan tertundanya pesawat lain yang ada dibelakangnya.
Pemeriksaan altimeter (alat pengukur tinggi) sebelum terbang,
memprogram alat bantu Navigasi Udara, apabila tidak bisa dilaksanakan di
apron.
Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas. Sebagai titik pemeriksaan
aerodrome untuk VOR (Very High Omny Range), karena untuk
pemeriksaan itu pesawat harus berhenti untuk menerima sinyal yang benar.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 30
Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan oleh frekwensi
pemakaiannya.
Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani.
Cara-cara/kelakuan pesawat masuk dan meninggalkan holding bay.
Pada umumnya, kebebasan ujung sayap pesawat (Wing Tip Clerance)
antara pesawat yang sedang parkir, dan pesawat yang berjalan melewatinya
tak boleh kurang dari 15 m (50 feet) apabila pesawat yang bergerak adalah
tipe Turbo Jet, dan 10 m (33 feet) bila pesawat yang bergerak adalah tipe
Propeler.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 31
Noise In
Pesawat diparkir tegak lurus gedung terminal, hidung pesawat menghadap
terminal.
Angied Noise In
Pesawat diparkir menyudut dan hidung pesawat menghadap ke gedung
terminal.
Paralel
Konfigurasi parkir dengan badan pesawat/sayap pesawat menghadap gedung
terminal dengan sudt 90o
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 32
Macam-macam tipe parkir tersebut dapat dilihat seperti yang tercantum pada gambar
Berikut:
TERMINAL
BAGIAN DEPAN
TERMINAL
BAGIAN DEPAN
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 33
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 34
Code Forward
Air Craft Wing Span
Letter roll
A Up to but including 15 m (49 ft) 3,0 m (10 ft)
B 15 m (49 ft) up to but not including 24 m (79 ft) 3,0 m (10 ft)
C 24 m (79 ft) up to but not including 36 m (118 ft) 4,5 m (15 ft)
D 36 m (118 ft) up to but not including 52 m (171 ft) 7,5 m (25 ft)
E 52 m (171 ft) up to but not including 60 m (197 ft) 7,5 m (25 ft)
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 35
Rigid pavement biasanya dipilih untuk ujung landasan. Pertemuan antara landasan
pacu dengan taxiway, apron, dan daerah-daerah lain yang dipakai untuk parkir pesawat
atau daerah-daerah yang mendapat pengaruh panas blass jet dan limpasan minyak. Dalam
merencanakan tebal slab beton digunakan metode PCA (Portland Cement Asphalt) yang
didasarkan pada faktor keamanan.
Bahan Harga K
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 36
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 37
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 38
0,64 L . L . H
2. As = metrik unit (Pers. 2.13)
FS
Dimana:
As = Luas penampang melintang besi untuk setiap ft atau meter
lebar atau panjang slab beton dalam inch atau cm2.
L = Lebar slab (ft atau meter).
H = Tebal slab (inch atau mm)
Fs = Tegangan tarik baja (Psi atau MN/m2).
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 39
■ Metode ACN
Nilai ACN adalah nilai yang dimiliki oleh pesawat dengan konfigurasi
tertentu yang mempunyai efek terhadap perkerasan. Nilai ACN diperoleh
pada table yang dikeluarkan oleh ICAO atau pabrik pesawat tersebut.
■ Metode PCN (Pavement Classification Number)
Nilai PCN adalah nilai kekuatan permukaan landasan pacu, taxiway dan
apron.
Sistem ACN/PCN berlaku untuk pesawat dengan ALL UP MASS > 12.500 Lbs
atau 5.700 Kg → ACN ≤ PCN
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 40
• Tipe pergerakan dan demand penumpang menentukan kebutuhan ruang suatu fasilitas
di terminal
• Tipe dan demand juga mempengaruhi jam-jam puncak pergerakan penumpang seperti:
jenis penerbangan, tujuan perjalanan, jenis pergerakan dan moda akses
• Idealnya, mengestimasi volume penumpang dikategorikan ke dalam jadwal
penerbangan domestik, internasional, carter, transfer atau transit, bisnis atau perjalanan
santai
• Di sini akan dihitung banyaknya penumpang pada masing-masing fasilitas pada jam-
jam puncak (volume desain)
• dan volume desain ini digunakan untuk menghitung luasan fasilitas pada tingkat
pelayanan tertentu
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
41
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG
Standar desain ruang terminal menurut FAA sebagai berikut :
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 42
No Jenis Fasilitas
1 Terminal Penumpang
2 Terminal Kargo
3 Pelataran Parkir
4 Bangunan Administrasi B.U
5 Pelataran Parkir
6 Sentra Medika
7 Pelataran Parkir
8 Stasiun Tenaga Parkir
9 Pelataran Parkir
10 Dapur Katering Penerbangan
11 Pelataran Parkir
12 Stasiun PP - PPK
13 Pelataran Parkir
14 Fasilitas Pangisian Bahan Bakar Pesawat
15 Pelataran Parkir
16 Pelataran Parkir
17 Kantin Pegawai
Keterangan :
= HUBUNGAN FUNGSIONAL LEMAH
= HUBUNGAN FUNGSIONAL ERAT
No Jenis Fasilitas
1 Runway
2 Taxiway
3 Apron
Keterangan :
= HUBUNGAN FUNGSIONAL LEMAH
= HUBUNGAN FUNGSIONAL ERAT
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 43
Yang ketiga menurut FAA adalah basic runway, memang antara keduanya (FAA
dan ICAO) mengatur marking sama, hanya istilah yang kadang berbeda.
Landasan non presisi dioperasikan di bawah kondisi VFR (Visual Flight Rule).
Landasan approach non presisi, adalah landasan yang dibantu dengan peralatan VOR
(Very High Frequency Omny Radio Range) bagi pesawat yang mendarat ke landasan
dengan VOR sebagai pedoman. Landasan instrument presisi adalah landasan yang
dilengkapi dengan ILS (Instrument Landing System).
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 44
c. Marking threshold.
Ditempatkan di ujung landasan, sejauh 6 m dari tepi ujung landasan
membujur landasan, panjang paling kurang 30 m, lebar 1,8 m.
Banyaknya strip tergantung lebar landasan.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 45
18 m 4
23 m 6
30 m 8
45 m 12
60 m 16
Sumber:Heru Basuki .Hal 233
< 90 m 1
900 – 1200 m 2
1200 – 1500 m 3
1500 – 2100 m 4
> 2100 m 6
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 46
g. Marking Taxiway
Marking sumbu taxiway adalah sebagai garis pedoman dari sumbu
landasan untuk masuk ke taxiway, berbentuk garis selebar 15 cm
berwarna kuning, Untuklebih mendetail lihat gambar 5.3 Berikut.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 47
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 48
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 49
path harus diberi tanda yang menyolok, misalnya diberi warna putih
oranye bergant–ganti atau kotak-kotak.
Lebar hangar
L = (2 x Turning radius) + (2 x clearance) (Pers. 2.15)
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 50
2.6.2.3. Fasilitas Air Dan Listrik Kebutuhan air bersih untuk Bandar udara pada
sat ini dipenuhi dari sumber sumur alam yang terdapat di daerah perumahan
Bandar udara yang operasionalnya menggunakan sub mersible pump.
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 51
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 52
Mulai
Pengumpulan Data
Lebar Runway
Konfigurasi Runway
Selesai
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 53
Hitung R2
Hitung W2
1
W2 = MTOW x 0,95 x
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎
Hitung W1
0,95 𝑥 𝑀𝑇𝑂𝑊 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
W1 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎
Hitung R1
𝑊2 1/2
Log R1 = Log R2 𝑊1
Hitung 𝑅1
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 54
Kontrol
Tbc min < Tbc Ya
Tidak
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 55
Perencanaan Geometrik
Taxiway
𝑆12 − 𝑆22
𝐷=
2𝑎
Menentukan Dimensi Tabel Airplane Design
Taxiway Group (ADG)
T − Tstandar
𝐽𝑇𝑆 = 𝐷 . 1 + 1%
5,6
Koreksi Elevasi
ℎ
𝐽𝑇𝐸 = 𝐷 . 1 + 0,03 .
300
Dimensi Taxiway
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 56
Ri = 0,5 x (w+z+d)
Li = 0,5 . π . R2
Dimensi Apron
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 57
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146
PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG 58
YULIARNIS YUSUP
F 111 12 146