You are on page 1of 4

4.1.

1 Pengamatan Suhu Kompos

Tabel . Hasil Pengamatan Suhu Kompos

Kelompo Suhu Rata-rata (oC)


Perlakuan
k 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
75% kulit
43, 28,
A1 kopi, 25% 48,8 37,2 30.2 30,6 31,8 31,6 31 28,6
8 6
tithonia
50% kulit
28,
A2 kopi, 50% 27,2 50,8 35,4 29 27,8 28,2 29,6 29 26,4
2
tithonia
25% kulit
27,
B1 kopi, 75% 40 33,8 30,6 29,8 28 27,4 27,2 27 26,8
2
tithonia
75% kulit
kopi, 25% 29, 28,
B2 28,1 30,8 32,2 35,8 28,6 29 28,4 28,2
kotoran 4 7
ayam
50 % kulit
kopi, 50% 53,
C1 34 33 35 33 35 30 35,2 43,3 41
kotoran 8
ayam
25% kulit
kopi, 75%
C2 35,2 30,8 31,4 29,6 29 28 31,4 28,2 28 28,2
kotoran
ayam
75 % kulit
29, 26,
D1 kopi, 25% 32 31 28,8 29 28,8 27,4 26,4 25,4
2 6
kotoran sapi
50% kulit
30, 25,
D2 kopi, 50% 29 32,8 29,8 29,8 28,8 28,2 27 27,2
4 2
kotoran sapi
25% kulit
29, 26,
E1 kopi, 75% 26,6 28,4 30,2 29,8 28,2 27,9 27,1 25,8
4 6
kotoran sapi
75 % kulit
kopi, 25% 28,
E2 35,2 31,4 29,2 29,4 28,2 27,4 28,3 26 25,8
limbah 3
legum
50% kulit
kopi, 50% 28, 25,
F1 27,8 46,8 32,8 32 32,2 30,4 27,2 25,6
limbah 8 6
legum
25% kulit
kopi, 75% 30, 26,
F2 42 33,2 31,8 34 28,6 31,4 29,4 27,2
limbah 6 8
legum
60

50

40
Suhu (oC)

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengamatan ke-

A1 (75% kulit kopi, 25% tithonia) A2 (50% kulit kopi, 50% tithonia)
B1 (25% kulit kopi, 75% tithonia) B2 (75% kulit kopi, 25% kotoran ayam)
C1 (50 % kulit kopi, 50% kotoran ayam) C2 (25% kulit kopi, 75% kotoran ayam)
D1 (75 % kulit kopi, 25% kotoran sapi) D2 (50% kulit kopi, 50% kotoran sapi)
E1 (25% kulit kopi, 75% kotoran sapi) E2 (75 % kulit kopi, 25% limbah legum)
F1 (50% kulit kopi, 50% limbah legum) F2 (25% kulit kopi, 75% limbah legum)

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pupuk kelompok A1 dengan


komposisi (75% kulit kopi, 25% tithonia), pada pengamatan pertama diperoleh suhu
48,8°C, pengamatan berikutnya rata-rata suhu terus mengalami penurunan hingga
pengamatan ke 10 yaitu 28,6°C. Sedangkan pada pupuk dengan komposisi (50% kulit
kopi, 50% tithonia) kelompok A2 diperoleh suhu tertinggi dari keseluruhan suhu, suhu
tertinggi dperoleh pada pengamatan kedua yaitu sebesar 50,8°C dan pada pengamatan
berikutnya suhunya tidak stabil sampai didapat suhu terendah yaitu pada pengamatan
10 yaitu sebesar 26,4°C. Pada pupuk dengan perlakuan (25% kulit kopi, 75% tithonia)
pada kelompok B1 diperoleh suhu tertinggi pada pengamatan pertama yaitu sebesar
40°C kemudian pada pengamatan berikut suhu terus mengalami penurunan sampai
diperoleh suhu terendah pada pengamatan 10 yaitu sebesar 26,8°C. Sedangkan pada
pupuk dengan komposisi (75°C kulit kopi, 25°C kotoran ayam) pada kelompok B2
didapatkan suhu tertinggi 35,8°C dan suhu terendah sebesar 28,1°C.
Pada pupuk dengan komposisi (50% kulit kopi, 50% kotoran ayam) pada
kelompok C1 diperoleh suhu terendah pada pengamatan 6 yaitu sebesar 30°C dan suhu
tertinggi pada pengamatan 9 sebesar 53,8°C. Sedangkan pada pupuk dengan komposisi
(25% kulit kopi, 75% kotoran ayam) pada kelompok C2 diperoleh suhu pada
pengamatan pertama sebesar 35,2°C dan suhu terus mengalami penurunan sampai
pengamatan terakhir. Pada pupuk dengan komposisi (75% kulit kopi, 25% kotoran
ayam) pada kelompok D1 diperoleh suhu tertinggi pada pengamatan pertama sebesar
32°C dan pada pengamatan berikutnya terus mengalami penurunan sampai didapatkan
suhu terendah pada pengamatan terakhir sebesar 25,4°C. Sedangkan pada perlakuan
pupuk dengan komposisi (50% kulit kopi, 50% kotoran sapi) pada kelompok D2
didapatkan suhu tertinggi sebesar 32,8°C dan suhu terendah sebesar 25,2°C.
Pada pupuk dengan komposisi (25% kulit kopi, 75% kotoran sapi) pada kelompok
E1 pada pengamatan ketiga didapatkan suhu tertinggi sebesar 30,2°C dan suhu
terendah pada pengamatan terakhir sebesar 25,8°C. Sedangkan pada perlakuan pupuk
dengan komposisi (75% kulit kopi, 25% limbah legume) pada kelompok E2 pada
pengamatan pertama didapatkan suhu tertinggi sebesar 35,2°C dan terus mengalami
penurunan sampai pada pengamatan terakhir dan didapat suhu terendah sebesar
25,8°C. Pada pupuk dengan komposisi (50% kulit kopi, 50% limbah legume) pada
kelompok F1 didapatkan suhu tertinggi sebesar 32,8°C dan suhu terendah sebesar
25,6°C. Sedangkan pada pupuk dengan komposisi (25% kulit kopi, 75% limbah
legume) pada kelompok F2 pada pengamatan pertama didapatkan suhu sebesar 42°C
dan pada pengamatan berikutnya suhu terus mengalami penurunan sampai pada
26,8°C.
Berdasarkan grafik dapat dilihat suhu tertinggi diperoleh kelompok A2 dengan
komposisi (50% kulit kopi, 50% tithonia) yaitu sebesar 50,8oC. Untuk suhu terendah
terdapat pada kelompok D1 dengan komposisi (75% kulit kopi, 25% kotoran sapi) yaitu
sebesar 25,4oC. Menurut Ardiningtyas (2013) semakin tinggi suhu, maka akan semakin
banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat proses penguraian. Tingginya
oksigen yang dikonsumsi akan menghasilkan CO2 dari hasil metabolisme mikroba
sehingga bahan organik makin cepat terurai. Menjaga kestabilan suhu ideal
(40OC-50OC) sangat penting dalam pembuatan kompos. Pada saat proses pengomposan
suhu tumpukan kompos akan meningkat sangat cepat hingga mencapai 70OC. Suhu
akan tetap tinggi selama fase pematangan. Suhu yang kurang akan menyebabkan
bakteri pengurai tidak bisa berkembang biak atau bekerja secara wajar, sedangkan suhu
yang terlalu tinggi bisa membunuh bakteri pengurai.

Bibliography
Ardiningtyas, T. R. (2013). Pengaruh Penggunaan Effective Microorganisms 4 (EM4) dan
Molase Terhadap Kualitas Kompos Dalam Pengomposan Sampah Organik RSUD DR.
R. Soetrasno Rembang . Skripsi.

You might also like