Professional Documents
Culture Documents
YANE REGIYANA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Hubungan Profil
Sensori dengan Sifat Fisikokimia Produk Kecap Manis Indonesia adalah karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian
akhir tesis ini.
Yane Regiyana
NRP F251090121
ABSTRACT
Soy sauce is one of the most popular fermentation products and largely
consumed in Asia. Its popularity has reached Europe. Soy sauce in Indonesia can be
classified into to salt soy sauce and sweet soy sauce. Sweet soy sauce is used daily
as a flavor enhancer in Indonesia. The unique flavor and taste of sweet soy sauce
makes it widely accepted as one of the seasonings in Indonesian culinary culture.
As a popular and most preferred product in Indonesia most of sauce based on
Indonesian consumer’s acceptance. Although many variants of sweet soy sauces are
available in the market, there is a limited publication regarding the sensory profile
describing the characters of sweet soy sauces. Therefore it is necessary to study the
relationship between the sensory profiles and physicochemical properties of
commercial soy sauce. The sensory attributes of sweet soy sauce consist of color,
flavor, taste, and consistency or viscosity. These attributes are affected by many
factor such as the raw material, the production process, and the chemical substance
of the sweet soy sauce. Physicochemical properties that influenced by ingredients
and process will interact with human sense and form consumer preference or
acceptance. Based on that ground, physicochemical properties of soy sauce need to
be investigated in accordance to sensory profile and consumer acceptance. The
purpose of this study was to study the relationships between consumer preference,
sensory profile, and physicochemical properties of Indonesian commercial sweet soy
sauce.
The study consists of 4 stages: 1) descriptive analysis of soy sauce, including
recruitment and selection of panelists, training, attribute development and
determination phase; 2) Consumer preferences analysis; 3) Physicochemical analysis
including viscosity, pH, aw, color, moisture content, ash content, salinity, sugar
content, nitrogen content, and the levels of MSG (Mono Sodium Glutamate); 4)
Correlation of relationship between sensory profiles, preferences, and
physicochemical properties of Indonesian commercial soy sauce.
Sweet soy sauces used in this study were 13 brands of Indonesian commercial
sweet soy sauce. Descriptive sensory analysis was conducted with Focus Group
Discussion and QDA® (Quantitative Descriptive Analysis) of 12 trained assessors.
The result were five sensory attributes of soy sauce, sweet, salty, sour, savory, and
bitter and also seven flavor attributes, coconut sugar, palm sugar, sour, moromi,
caramel, smoky, and pekak flavor (star anise flavor).
Result of PCA (Principal Component analysis) for QDA data of taste attributes
showed that 31% of the sample population had unique sweet characteristics, 31% of
the sample population had sweet and savory characteristics, 23% of the sample
population had salty and sour characteristics, and 16% of the sample population had
bitter characteristics. Whereas aroma attributes of sweet soy sauce samples showed
that 31% of the sample population had palm and caramel aroma, 15% of the sample
population had aroma pekak, 8% of the sample population had palm sugar aroma,
and 31% of the sample population had sour and smoke aroma.
The consumer preference test was conducted with hedonic rating (Balanced
Incomplete Block Design) presentation technique was carried out directly to the
sauce without other foods. The result showed that there was a statistical significance
in the 13 tested samples. The Duncan post-hoc comparison means showed that the
M-coded and L-coded samples were the highest preference score group.
Consumer preference mapping for the taste attributes suggested that consumers
preferred the sweet and savory tastes but tend to dislike the sour and bitter tastes.
Whereas the mapping for aroma attributes showed that consumers preferred the
caramel and palm sugar aromas
The results of physical properties (viscosity, degree of Brix, color, and water
activity) and chemical properties (water content, ash content, sugar content, nitrogen
content, and MSG content) showed significant differences in the thirteen types of
samples sweet soy sauces. In general, physicochemical analysis showed that samples
with high moisture content had lower viscosity which, in turn, could affect the
consistency of products. The presence of organic acids in sweet soy sauces tends to
lower the pH value of the product and might to cause the sour taste. Sweet soy
sauces with high salt level tends to have high levels of total nitrogen and affect the
salty and savory flavor of the products.
The biplot graphics displayed of Principal Component Analysis for physical
properties of the samples showed that15% of the sample population had specific
characters of viscosity, color (lightness) and degrees of Brix; 54% of the sample
population had a specific character of the water activity; and 31% of samples
population did not show specific physical properties. From the chemical properties
31% of the sample population had a specific character of the ash content and
salinity; 8% of the sample population had a specific character to the parameters of
moisture and total nitrogen; 8% of the sample population had a specific character of
the parameter MSG; 23% of the sample population had the specific character of the
parameter pH and total sugar; and 38% of the sample population did not indicate any
specific attributes of the chemical properties
In general, sensory attributes highly correlated with physicochemical
characteristics. A fairly strong correlation was found between the pH and acid taste;
salty taste and salt content; and sweet taste and the total sugar. Savory taste had no
correlation with the levels of MSG, but fairly strong positive correlation with total
sugar and sufficiently strong negative correlation with salinity.
Kecap merupakan salah satu produk fermentasi yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Asia dan popularitasnya sudah mencapai masyarakat Eropa. Dalam
perkembangannya di Indonesia, kecap dikenal sebagai kecap asin dan kecap manis.
Kecap manis lebih banyak digunakan sebagai penambah citarasa makanan dan
masakan sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Aroma dan citarasa kecap manis
yang khas membuat kecap diterima luas sebagai bumbu masak dalam budaya
kuliner Indonesia sehingga kecap manis terus berkembang dan dikenal sebagai
produk tradisional Indonesia.
Sebagai produk yang popular penggunaannya dan disukai oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia, banyak produsen kecap yang berusaha untuk
memperbaiki dan mengembangkan kualitasnya sehingga menghasilkan produk
kecap yang sesuai dengan keinginan masyarakat Indonesia. Hal ini erat sekali
dengan penerimaan konsumen. Meskipun banyak variasi dan jenis kecap manis yang
dihasilkan, tetapi data tentang profil sensori untuk mengetahui karakter produk
kecap manis yang dipilih masih sedikit yang dipublikasikan. Untuk itu perlu
dilakukan kajian tentang profil sensori fisikokimia produk kecap manis yang beredar
secara komersial dan hubungannya dengan penerimaan konsumen.. Atribut sensori
kecap manis umumnya terdiri dari warna, rasa, aroma dan konsistensi/kekentalan.
Atribut sensori ini dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya bahan baku, proses
pembuatan, serta senyawa kimia yang terdapat didalamnya. Karakteristik
fisikokimia yang ditentukan oleh ingredient dan proses akan berinteraksi dengan
indra manusia membentuk preferensi atau penerimaan. Dengan dasar inilah sifat
fisikokimia kecap perlu diteliti, dan hal ini berhubungan dengan dengan profil
sensori dan penerimaan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari
keterkaitan antara preferensi konsumen, profil sensori dengan karakteristik
fisikokimia produk kecap manis komersial Indonesia.
Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu : 1) Analisis sensori deskriptif
produk kecap manis, yang meliputi tahap rekruitmen dan seleksi panelis, pelatihan
panelis dan pengembangan atribut serta tahap pengujian, 2) Analisis preferensi
konsumen terhadap produk kecap manis, 3) Analisis fisikokimia produk kecap
manis yang meliputi viskositas, pH, aw, warna, kadar air, kadar abu, kadar garam,
total gula, total nitrogen dan kadar MSG (Mono Sodium Glutamat). 4) Pengkajian
keterkaitan profil sensori deskripsi, tingkat kesukaan dan sifat fisikokimia produk
kecap manis komersial
Kecap manis yang digunakan pada penelitian ini merupakan kecap manis
komersial Indonesia yang berjumlah tiga belas jenis merk kecap baik lokal maupun
kecap nasional. Analisis sensori deskriptif dilakukan dengan metode Focus Group
Discussion dan QDA® (Quantitative Descriptive Analysis) terhadap 12 orang panelis
terlatih. Hasil yang diperoleh teridentifikasi pada kecap manis lima atribut rasa,
yaitu manis, asin, asam, gurih, dan pahit serta tujuh atribut aroma, yaitu aroma gula
kelapa, aroma gula aren, aroma asam, aroma moromi, aroma karamel, aroma pekak,
dan aroma asap.
Hasil PCA (Principal Component Analysis) pada grafik biplot untuk atribut
rasa menunjukkan terdapat 31% sampel (kode F, L, K dan M) memiliki karakteristik
spesifik rasa manis, 31% sampel (kode A, C, E dan I) rasa manis dan gurih, 23%
sampel (kode D, J, dan B) rasa asin dan asam, 16% sampel (kode G dan H) rasa
pahit. Sedangkan untuk atribut aroma terdapat 31% sampel (kode F, L, A dan I)
memiliki karakter spesifik aroma gula kelapa dan aroma karamel, 15% sampel (kode
B dan C) aroma pekak, 8% sampel (kode D) aroma gula aren, dan 31% sampel
(kode H E, G, dan J) aroma asam dan aroma smoke.
Analisis preferensi konsumen yang dilakukan dengan uji rating hedonik
rancangan Balanced Incomplete Block Design serta teknik penyajian yang dilakukan
secara langsung pada kecap tanpa mengaplikasikan pada bahan pangan lain
menunjukkan adanya signifikansi terhadap 13 jenis sampel kecap manis yang diuji.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan sampel dengan kode M dan L merupakan
sampel yang paling disukai.
Pemetaan preferensi konsumen menunjukkan preferensi terhadap atribut rasa
diperoleh konsumen lebih menyukai atribut rasa manis dan rasa gurih dan tidak
menyukai atribut rasa asam dan rasa pahit sedangkan preferensi terhadap atribut
aroma diperoleh konsumen lebih menyukai atribut aroma karamel dan aroma gula
kelapa.
Hasil analisis sifat fisik (viskositas, derajat brix, aw, warna) dan sifat kimia
(kadar air, kadar abu, kadar garam, total gula, total nitrogen, MSG) menunjukan
adanya signifikansi terhadap tiga belas jenis sampel kecap yang diuji. Secara umum
pengujian terhadap fisikokimia menunjukkan bahwa kadar air kecap yang tinggi
menurunkan nilai viskositas dan mempengaruhi kekentalan produk kecap manis.
Adanya asam-asam organik pada produk kecap manis cenderung menurunkan nilai
pH produk dan diduga mempengaruhi timbulnya rasa asam. Produk kecap manis
dengan kadar garam yang tinggi cenderung memiliki kadar total nitrogen yang
tinggi dan mempengaruhi timbulnya rasa asin dan gurih pada produk kecap manis.
Hasil PCA (Principal Component Analysi)s pada grafik biplot untuk sifat
fisik terdapat 15% sampel (kode F dan K) memiliki karakter spesifik terhadap
parameter viskositas, warna (lightnes) dan derajat brix; 54% sampel (kode A, B, C,
D, E, G dan H) memiliki karakter spesifik terhadap aw, dan 31% sampel (kode J, I,
L, dan M) tidak menunjukkan atribut spesifik sifat fisik. Sedangkan untuk sifat
kimia terdapat 31% sampel (kode G, D, A dan B) memiliki karakter spesifik
terhadap kadar abu dan kadar garam; 8% sampel (kode D) memiliki karakter
spesifik terhadap parameter kadar air dan total nitrogen; 8% sampel (kode C)
memiliki karakter spesifik terhadap parameter MSG; 23% sampel (kode E, L dan M)
memiliki karakter spesifik terhadap parameter pH dan total gula, dan 38% sampel
(kode F, K, H, I dan J) tidak menunjukkan spesifik atribut sifat kimia.
.Secara umum atribut sensori berkorelasi dengan karakteristik fisikokimia.
Korelasi yang kuat terlihat pada atribut kekentalan dengan derajat brix dan
viskositas. Korelasi yang cukup kuat terlihat antara rasa asam dengan pH, rasa asin
dengan kadar garam, dan rasa manis dengan total gula. Rasa gurih tidak mempunyai
korelasi dengan kadar MSG, tetapi berkorelasi positif cukup kuat dengan total gula
dan berkorelasi negatif cukup kuat dengan kadar garam.
Kata Kunci : kecap manis, anlisis deskriptif, preferensi konsumen, fisikokimia, PCA
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
YANE REGIYANA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Mayor Ilmu Pangan
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing,
Ketua, Anggota,
Diketahui
Yane Regiyana
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 19 Januari 1978 dari ayah Ir. H.
Achmad Dadiri dan ibu Hj. Yetty Rikayati. Penulis merupakan putri kedua dari
empat bersaudara.
Riwayat pendidikan penulis ditempuh di SDN Ibu Dewi 3 Cianjur lulus
tahun 1990, SMPN 2 Cianjur lulus tahun 1993 dan SMAN 1 Cianjur lulus tahun
1996. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pada tahun 1996
penulis menempuh pendidikan sarjana di Program Studi Teknologi Pangan, Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis mendapat
kesempatan melanjutkan program S2 pada program Studi Ilmu Pangan, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang
penulis bekerja di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR ISI
halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ........................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
Hipotesis .......................................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Kecap Manis....................................................................................................... 5
Evaluasi Sensori ................................................................................................ 7
Analisis Deskriptif ............................................................................................. 9
Preferensi Konsumen ......................................................................................... 11
Preference Mapping ............................................................................................ 13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 16
Bahan dan Alat ................................................................................................... 16
Metode Penelitian ............................................................................................... 17
Evaluasi Sensori Deskriptif Produk Kecap Manis ......................................... 17
Analisis Preferensi Konsumen (Uji Kesukaan) .............................................. 22
Analisis/Uji Fisiko-Kimia ............................................................................. 23
Analisis Keterkaitan profil Sensori Deskripsi dengan Sifat Fisikokimia
Produk Kecap Manis .................................................................................... 24
KESIMPULAN ................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 78
LAMPIRAN ...................................................................................................... 82
DAFTAR TABEL
halaman
1. Senyawa uji yang digunakan untuk uji rasa dan aroma dasar ........................ 18
2. Konsentrasi larutan uji segitiga .................................................................... 19
3. Tabel data untuk Balanced Incomplete Block Design ................................... 25
4. Bahan, konsentrasi, dan skor larutan standar atribut rasa asin dan pahit ........ 35
5. Hasil analisis Quantitative Descriptive Analysis atribut rasa......................... 36
6. Hasil analisis Quantitative Descriptive Analysis atribut aroma ..................... 39
7. Hasil analisis sifat fisika sampel kecap manis............................................... 56
8. Hasil analisis sifat kimia sampel kecap manis .............................................. 60
9. Keterkaitan atribut sensori rasa dengan aroma kecap manis ......................... 71
10. Keterkaitan karakter fisik dan kimia produk kecap manis ............................. 73
11. Keterkaitan antara atribut sensori dengan karakteristik fisikokimia kecap
manis ........................................................................................................... 74
DAFTAR GAMBAR
halaman
halaman
Latar Belakang
Kecap manis merupakan salah satu produk fermentasi berupa cairan kental
mengandung protein yang diperoleh dari perebusan kedelai yang telah diragikan
(fermentasi), ditambah gula, garam dan rempah-rempah. Kecap manis sering
digunakan sebagai penambah cita rasa makanan.
Kecap merupakan produk yang popular dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Asia dan popularitasnya sudah mencapai masyarakat Eropa. Kecap
berasal dari daratan Cina yang ditemukan kebih dari 3000 tahun yang lalu.
Selanjutnya masuk ke Jepang dan negara Asia termasuk Indonesia. Dalam
perkembangannya di Indonesia, kecap dikenal sebagai kecap asin dan kecap manis.
Kecap manis lebih banyak digunakan sebagai penambah citarasa makanan dan
masakan sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Aroma dan citarasa kecap manis
yang khas membuat kecap diterima luas sebagai bumbu masak dalam budaya
kuliner Indonesia sehingga perkembangan kecap manis terus berkembang dan
menjadi produk tradisional Indonesia.
Banyak penelitian tentang kecap telah dilakukan khususnya di Asia dan
terutama dilakukan pada produk kecap asin. Penelitian tentang kecap manis masih
sedikit dilakukan, sedangkan perkembangan kecap manis terus meningkat. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan di Indonesia diantaranya sifat mikrobiologi dan
biokimia kecap, penelitian mengenai flavor kecap manis, diawali oleh Wiratma
(1995), komposisi komponen volatile kecap manis di lakukan oleh Lie Lie (1996),
pengaruh lama fermentasi garam terhadap flavor kecap manis dilakukan oleh Husain
(1996), dan analisis deskripsi rasa dan tingkat kesukaannya pada beberapa produk
kecap manis telah dilakukan oleh Subekti (1997). Untuk itu penelitian tentang kecap
manis perlu dikembangkan, hal ini untuk menjaga kekayaan pangan Indonesia agar
kecap manis tetap menjadi produk khas tradisional Indonesia.
Produk kecap manis dikenal secara luas dapat dijumpai mulai dari tingkat
rumah tangga, pedagang kaki lima, pedagang menengah bahkan sampai restoran.
Hal ini menunjukkan tingkat konsumsi dan penyerapan pasar terhadap kecap cukup
besar. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka akan semakin meningkat pula
kebutuhan pangan dan kebutuhan masyarakat akan penyedap makanan seperti
kecap.
Sebagai produk yang populer penggunaannya dan disukai oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia, banyak produsen kecap yang berusaha untuk
memperbaiki dan mengembangkan kualitas sehingga menghasilkan produk kecap
yang sesuai dengan keinginan masyarakat Indonesia dan hal ini erat sekali dengan
penerimaan konsumen. Penerimaan konsumen terhadap suatu makanan salah
satunya ditentukan oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh indra manusia sehingga
apa yang diinginkan konsumen menjadi dasar bagi produsen dalam memperbaiki
kualitas produknya.
Kecap merupakan ekstrak dari fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan
bahan-bahan lain yang digunakan untuk meningkatkan flavor dari makanan.
Karakteristik bahan baku serta strain mikroorganisme yang digunakan akan
mempengaruhi karakteristik kecap yang dihasilkan, sehingga masing-masing kecap
yang dihasikan dari berbagai produsen kecap manis di Indonesia memiliki rasa dan
aroma tersendiri yang menyebabkan konsumen memutuskan untuk memilih dan
menggunakannya.
Seiring dengan pertumbuhan konsumsi terhadap kecap, produsen kecap
mulai dari skala kecil sampai industri besar juga semakin bertambah. Hal ini
membuat banyaknya variasi dan jenis kecap yang bisa dipilih untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Walaupun banyak masyarakat yang menggunakan kecap manis dalam
menu makanannya, tetapi data tentang profil sensori untuk mengetahui karakter
produk kecap manis yang mereka pilih masih sedikit yang dipublikasikan. Untuk itu
perlu dilakukan kajian tentang profil sensori kecap manis yang beredar secara
komersial dan hubungannya dengan penerimaan konsumen.
Preference mapping merupakan salah satu sarana sensori untuk mencapai
integrasi antara reaksi konsumen dan data deskriptif (Geel, Kinnear, dan de Kock,
2005). Dengan menghubungkan data konsumen dengan data deskriptif dalam sebuah
penelitian maka dapat diperoleh hubungan antara atribut suatu produk dengan
penerimaan konsumen (Meilgaard, et al. 2004).
Atribut sensori kecap manis umumnya terdiri dari warna, rasa, aroma dan
konsistensi/kekentalan. Atribut sensori ini dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya bahan baku, proses pembuatan, serta senyawa kimia yang terdapat
didalamnya. Karakteristik fisikokimia yang ditentukan oleh ingredient dan proses
akan berinteraksi dengan indra manusia membentuk preferensi atau penerimaan.
Dengan dasar inilah sifat fisikokimia kecap perlu diteliti, dan hal ini berhubungan
dengan dengan profil sensori dan penerimaan konsumen.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mempelajari hubungan antara preferensi konsumen, profil sensori
dengan karakteristik fisikokimia produk kecap manis komersial Indonesia.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui profil sensori deskriptif dari produk kecap manis
2. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk kecap
manis.
3. Untuk menganalisa karakteristik fisikokimia produk kecap manis
4. Untuk melihat hubungan karakter sensori deskriptif dengan karakteristik
fisikokimia produk kecap manis Indonesia dan untuk melihat hubungan
profil sensori deskriptif dengan tingkat kesukaan konsumen (melakukan
preference mapping).
Hipotesis
Manfaat Penelitian
Kecap Manis
Kecap (soybean sauce) adalah cairan kental yang mengandung protein yang
diperoleh dari hasil fermentasi dan atau cara kimia (hidrolisis) kacang kedelai
(Glycine max L.) dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan
tambahan makanan yang diizinkan (SNI 01-3543-1994). Menurut Winarno (1986),
kecap adalah cairan yang berwarna coklat gelap, dibuat dari fermentasi kacang
kedelai yang mempunyai aroma khas dan rasa asin yang biasa ditambahkan sebagai
penyedap masakan.
Secara umum kecap yang terdapat di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan, yaitu kecap manis dan kecap asin. Kecap manis memiliki viskositas
yang tinggi, pada proses pembuatannya dilakukan penambahan banyak gula merah
(26 – 61%) dan sedikit garam. Kecap asin memiliki viskositas yang rendah,
mengandung sedikit gula (4 – 19%) dan banyak garam (18 – 21%) (Judoamidjojo,
1987).
Kecap kedelai dibagi menjadi tiga tipe, yaitu kecap jepang, kecap cina, dan
kecap Asia Tenggara (Fukushima, 1989). Kecap jepang umumnya diproduksi
menggunakan bahan baku dengan perbandingan kedelai : gandum (1:1), kecap ini
disebut koikuchi. Kecap cina umumnya diproduksi menggunakan bahan baku
dengan perbandingan kedelai : gandum (60:40), kecap ini disebut usukuchi. Kecap
Asia Tenggara yang disebut tamari umumnya diproduksi menggunakan bahan baku
hampir keseluruhan dari kedelai, dalam hal ini gandum sama sekali atau sedikit
sekali dipakai. Kecap di Indonesia termasuk kedalam tipe kecap Asia Tenggara atau
tamari.
Kecap di Indonesia dibuat dari kedelai hitam yang memberi citarasa dan
aroma yang lebih baik dibandingkan dengan kecap yang dibuat dari kedelai kuning.
Selain itu warna kecap yang dibuat dari kedelai hitam lebih mantap sehingga lebih
disukai oleh konsumen. Kecap dapat dibuat dengan tiga cara berbeda, yaitu proses
fermentasi, hidrolisa asam, atau kombinasi keduanya. Dari ketiga proses tersebut,
kecap yang dihasilkan melalui proses fermentasi memiliki citarasa dan aroma yang
lebih baik dari pada kedua proses lainnya. Hal ini menyebabkan produk kecap
melalui proses hidrolisis jarang ditemukan. Pembuatan kecap secara fermentasi pada
prinsipnya memecah protein, lemak, dan karbohidrat oleh aktivitas enzim dari
kapang, ragi (khamir) dan bakteri, menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,
yang menentukan cita rasa, aroma dan komposisi kecap. Pembuatan kecap secara
hidrolisis pada dasarnya adalah pemecahan protein dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan peptida-peptida dan asam-asam amino. Pembuatan kecap
secara kombinasi merupakan gabungan kedua cara di atas, mula-mula sebagian
protein dihidrolisis dengan asam, kemudian dilanjutkan dengan fermentasi (Santoso,
2005).
Pembuatan kecap dengan cara fermentasi meliputi dua tahap fermentasi,
yaitu fermentasi kapang dan fermentasi garam (Judoamidjojo, 1987). Pembuatan
kecap dengan cara hidrolisis oleh asam memerlukan waktu yang lebih singkat.
Kecap yang dihasilkan dengan cara hidrolisis mempunyai flavor yang kurang baik
jika dibandingkan dengan kecap hasil fermentasi. Hal ini disebabkan karena selama
proses hidrolisis dapat terjadi beberapa kerusakan pada beberapa asam amino dan
gula. Selain itu dapat terbentuk senyawa off-flavor seperti H2S.
Menurut Koswara (1992), pembuatan kecap di Indonesia umumnya dilakukan
secara fermentasi. Prosesnya terdiri atas dua tahap, yaitu tahap fermentasi kapang
(solid stage fermentation) dan tahap fermentasi dalam larutan garam (brine
fermentation). Selama fermentasi kapang, mikroba yang berperan adalah Aspergillus
oryzae, A. flavus, A. niger, dan Rhizopus oligosporus. Sementara itu, selama
fermentasi garam, mikroba yang berperan adalah Zygosaccharomyces dan
Hansenula (khamir) serta Lactobacillus (bakteri). Proses pembuatan kecap manis
secara umum dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tahap fermentasi kapang diawali dengan proses pembersihan dan
perendaman kedelai hitam dalam air pada suhu kamar selama 12 jam, kemudian
direbus selama 4 – 5 jam hingga lunak. Selanjutnya kedelai ditiriskan dan
didinginkan pada tampah dan ditutup dengan lembaran karung atau lembaran
plastik, kemudian didiamkan selama 3 – 5 hari. Bahan penutup biasanya telah
digunakan berulang kali sehingga telah mengandung spora yang digunakan sebagai
inokulum. Penutupan kedelai menggunakan bahan penutup yang telah mengandung
spora merupakan tahap fermentasi kapang secara spontan. Kapang dan misselium
yang terbentuk karena fermentasi inilah yang dinamakan koji (Muramatsu et al.,
1993). Koji atau hasil fermentasi kapang dapat dilakukan dengan biakan murni.
Kedelai hasil rebusan setelah ditiriskan dan didinginkan kemudian dicampurkan
dengan tepung gandum yang diinokulasi dengan Aspergillus oryzae dan didiamkan
selama 3 -5 hari.
Koji selanjutnya direndam dalam larutan garam 20 – 30 % dan dibiarkan
terfermentasi selama 3-10 minggu. Hasil fermentasi garam yang disebut moromi
(Muramatsu et al., 1993), kemudian ditambah dengan sejumlah air, direbus, dan
disaring. Filtratnya dipasteurisasi pada suhu 60-70 °C selama 30 menit. Filtrat
tersebut dimasak bersama gula aren dan bumbu, lalu disaring. Filtrat hasil
penyaringan merupakan kecap yang sudah jadi dan siap dibotolkan. Untuk membuat
kecap manis, ke dalam filtrat ditambahkan gula merah dan bumbu-bumbu lainnya,
diaduk sampai rata dan dimasak selama 4-5 jam. Untuk membuat kecap asin, sedikit
gula merah ditambahkan ke filtrat, diaduk, dan dimasak selama 1 jam. Setelah
pemasakan kecap disaring, didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam botol.
Komponen terbesar kecap manis adalah karbohidrat, terutama sukrosa,
glukosa, dan fruktosa. Menurut Suprapti (2005), kecap manis merupakan produk
olahan yang teksturnya kental, berwarna coklat kehitaman, dan digunakan sebagai
penyedap makanan. Tingginya kadar gula dan viskositas yang tinggi pada kecap
manis ini disebabkan adanya penambahan gula dalam proses pembuatannya.
Sebagian besar dari kecap di Indonesia menunjukkan adanya perbedaan kandungan
gula, kandungan asam dan konsentrasi asam amino yang berhubungan dengan
perlakuan fermentasi
Evaluasi Sensori
Evaluasi sensori sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan untuk
mengukur, menganalisis karakteristik suatu bahan pangan dan material lain serta
menginterpretasikan reaksi yang diterima oleh panca indra manusia (penglihatan,
pencicipan, penciuman, perabaan, dan pendengaran) (Adawiyah et al. 2009).
Evaluasi sensori dapat mengukur dan mengkuantifikasi serta melihat hubungan
antara karakter sensori suatu produk pangan dan penerimaan konsumen. Teknik
analisis yang digunakan diantaranya adalah analisis deskriptif, analisis cluster dan
preference mapping (Zhang et al. 2010).
Evaluasi sensori merupakan analisis yang menggunakan manusia sebagai
instrumen, dengan kemungkinan terjadi penyimpangan sangat besar. Dasar-dasar
dari faktor fisiologi dan psikologi yang dapat mempengaruhi terhadap penilaian
sensori harus dipahami untuk meminimalisasi penyimpangan atau penilaian yang
berubah-ubah (Meilgaard et al., 2004). Evaluasi sensori digunakan untuk melihat
adanya perbedaan, melakukan karakterisasi dan mengukur atribut sensori dari
produk atau untuk melihat atribut sensori yang mempengaruhi penerimaan
konsumen (Adawiyah et al. 2009)
Dalam melakukan evaluasi sensori banyak variabel yang harus dikontrol
dengan maksud untuk mendapatkan perbedaan yang nyata antara sampel yang
diukur. Variabel tersebut terbagi kedalam tiga kelompok yaitu : (1) Pengontrolan
terhadap proses pengujian meliputi : lingkungan tempat pengujian, penggunaan
booths atau meja diskusi, pencahayaan, sistem ventilasi udara, ruang persiapan,
pintu masuk dan keluar, (2) Pengontrolan terhadap produk meliputi : penggunaan
peralatan, cara penyiapan, pemberian kode dan cara penyajian, (3) Pengontrolan
terhadap panel meliputi : prosedur yang digunakan oleh panelis dalam mengevaluasi
sampel. (Adawiyah et al. 2009)
Dalam melakukan kegiatan evaluasi sensori diperlukan sensori analis dan
peranannya sangat penting dalam berinteraksi dengan panelis. Menurut Meilgaard et
al, (2004), peran sensori analis dibagi ke dalam tujuh tahap yaitu menentukan tujuan
dari penelitian, menentukan tujuan dari uji yang dipilih, menyeleksi sampel yang
akan diuji, mendesain suatu uji atau tes, melaksanakan uji atau tes, menganalisis
data dan menginterpretasi serta melaporkan data yang diterima.
Menurut Adawiyah et al. (2009), secara garis besar metode uji sensori dibagi
atas tiga bagian yaitu uji pembedaan, uji deskriptif dan uji afektif. Uji pembedaan
dan uji deskriptif dilakukan untuk tujuan analitis dan diinginkan respon pengujian
yang objektif, sedangkan uji afektif merupakan uji yang sifatnya sangat subjektif
dan respon yang diinginkan juga merupakan respon subjektif.
Analisis Deskriptif
Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen termasuk ke dalam uji afektif, uji ini digunakan untuk
mengukur uji perilaku subjektif terhadap suatu produk berdasarkan sifat sensorinya.
Tujuan utama dari uji ini untuk menilai respon pribadi (penerimaan atau preferensi)
konsumen atau pelanggan potensial terhadap suatu produk, gagasan tentang produk
atau karakteristik tertentu suatu produk. Hasil pengujian ini memberikan indikasi
preferensi atau kesukaan antara satu produk dengan yang lain, tingkat kesukaan
(suka/tidak suka) atau penerimaan (terima atau tolak) suatu produk.
Menurut Stephard dan Spark (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi
preferensi konsumen terhadap suatu jenis produk makanan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa faktor (1) faktor intrinsik yaitu penampakan, aroma, tekstur,
kualitas, kuantitas dan cara penyajian makanan, (2) faktor ekstrinsik yaitu
lingkungan sosial, iklan produk dan waktu penyajian (3) faktor personal yaitu
tingkat pendugaan, pengaruh orang lain, mood, selera, dan emosi (4) faktor biologis,
fisik dan psikologis yaitu umur, jenis kelamin, keadaan psikis, aspek psikologis dan
biologis (5) faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan keluarga, harga makanan dan
status sosial, (6) faktor pendidikan yaitu status pengetahuan individu dan keluarga
serta pengetahuan tentang gizi; dan (7) faktor kultur, agama dan daerah, yaitu asal
kultur, agama, kepercayaan dan tradisi.
Dalam uji preferensi, panelis mengemukakan tanggapan pribadi tentang
kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, selain itu panelis juga mengemukakan
tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala hedonik
dapat direntangkan menurut rentang skala yang dikehendaki. Skala yang umum
digunakan adalah 9, 7 dan 6 skala hedonik. Dalam pengujiannya skala hedonik
ditransformasikan menjadi skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat
kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan analisa statistik (Soekarto,
1985).
Dalam uji preferensi, penilaian kesukaan menyangkut acceptability komoditi
oleh masyarakat, oleh karena itu anggota panel harus mewakili masyarakat. Orang-
orang yang menjadi anggota panel tidak dari orang-orang yang secara berlebihan
menyukai atau membenci komoditi yang diujikan. Anggota panel sebaiknya lebih
dari 30 panelis, semakin banyak panelis akan semakin baik. Jumlah panelis yang
banyak akan menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya dan diandalkan.
Preferensi dapat ditentukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penentuan preferensi secara langsung dengan menggunakan metode uji preferensi
berpasangan dan uji rangking. Sedangkan pengukuran preferensi secara tidak
langsung dengan menggunakana uji rating hedonik.
Penerimaan konsumen dapat diukur melalui kesukaannya terhadap suatu
produk. Pengukuran penerimaan dapat dibuat dari satu produk dan memerlukan
perbandingan dengan produk lainnya. Pertanyaan yang sering diajukan dalam
preference test adalah “Sampel mana yang anda sukai?, sedangkan pertanyaan yang
sering diajukan untuk pengukuran penerimaan (acceptance test) adalah “Seberapa
besar anda menyukai produk ini?” (Meilgaard et al. 2004).
Pemilihan metode preferensi konsumen dengan jumlah sampel banyak dapat
menggunakan BIBD (Balanced In complete Block Design). Analisis ini
memungkinkan peneliti memperoleh data yang konsisten dan terpercaya walaupun
sampel yang diujikan banyak. Prinsip dari analisis ini adalah mempresentasikan
sampel dalam beberapa blok yang lebih kecil berdasarkan salah satu dari desain
Cochran dan Cox (1957).
Pada BIBD, panelis hanya mengevaluasi beberapa bagian (k) dari total
sampel (t). Bagian total sampel (k) dengan pengulangan tunggal dari BIB desain
dievaluasi sampai beberapa kali dinotasikan dengan (r) dan semua pasangan sampel
yang dievaluasi bersama beberapa kali dinotasikan dengan (λ). Keseluruhan BIB
design dinotasikan dengan (b). Karena hanya mengevaluasi beberapa bagian dari
total sampel, maka metode BIB design harus mengalami pengulangan. Jumlah
pengulangan dari penggunaan metode ini dinotasikan dengan (p). Oleh karena itu
jumlah total blok adalah (pb), total area pengulangan tiap sampel adalah (pr) dan
jumlah total pasangan sampel dalm BIB design adalah (pλ) (Meilgaard et al., 2004).
Pada analisis dengan BIBD, perhitungan bisa dilakukan dengan dua cara
tergantung jenis uji yang dilakukan. Untuk uji preferensi yang dilakukan dengan uji
peringkat, pengolahan datanya dilakukan dengan analisis Friedman. Sedangkan
untuk uji preferensi yang dilakukan dengan uji rating, dilakukan dengan Analysis of
Variance (ANOVA).
Preference Mapping
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk kecap
manis komersial Indonesia. Jumlah kecap manis yang diteliti sebanyak tiga belas
jenis. Jenis kecap yang dipilih berdasarkan pada skala industri dan lingkup
pemasaranya yaitu kecap manis yang dijual luas dipasaran secara nasional serta
kecap manis lokal yang dijual di daerah-daerah tertentu. Kecap manis yang
tergolong kecap nasional berjumlah 10 jenis kecap dan kecap manis yang tergolong
kecap lokal berjumlah 3 jenis kecap.
Bahan-bahan lain yang digunakan bahan untuk seleksi panelis yaitu sukrosa,
garam NaCl, asam cuka, MSG, dan kafein untuk pengujian rasa dasar; Cis-3-
hexenal, caramel, eugenol, pepper, dan fruity untuk pengujian aroma dasar serta
bahan lain seperti air mineral untuk penetral dan pelarut. Bahan kimia yang
digunakan untuk analisis fisikokimia diantaranya MgO, Kalium kromat, Ag Nitrat,
Indikator Penolftalein, NaOH, HCl, Asam borat, HgO, K2SO4, Na2S2O3, Indikator
Metil merah dan metil biru, pereaksi Antrone, Standar Glukosa, Asam Sulfat, Pb
Asetat, Air Bebas Ion, Aquades, Standar Asam Glutamat, Aseton, Arang aktif,
Metanol HPLC, Air untuk Kromatografi dan Asam asetat glasial.
Alat yang digunakan adalah peralatan yang digunakan untuk uji sensori dan
peralatan yang digunakan uji fisiko-kimia : spektrofotometer, aw meter, pH-meter,
viskometer, refraktometer, tanur, oven vakum, alat distilasi, termometer, oven,
pemanas listrik, buret, labu kjeldahl, peralatan gelas (tabung reaksi, Erlenmeyer,
gelas piala, labu takar, gelas ukur, pipet) dan High Performance Liquid
Chromatograph (HPLC).
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu (1) Evaluasi sensori deskriptif
produk kecap, pada tahap ini diharapkan dapat dipilih dan ditentukan karakter atau
atribut sensori pada produk kecap manis, (2) Analisis preferensi konsumen terhadap
produk kecap, melalui tahap ini diharapkan dapat diketahui produk mana yang
menjadi preferensi konsumen kecap manis dan perbedaan yang signifikan dari
produk kecap manis, (3) Analisis fisikokimia produk kecap manis, dan (4) analisis
keterkaitan profil sensori deskriptif dengan sifat fisikokimia produk kecap manis
komersial Indonesia. Ringkasan tahapan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 1. Senyawa uji yang digunakan untuk uji rasa dan aroma dasar
Deskripsi Rasa Senyawa Uji Konsentrasi
(%)
Manis Larutan sukrosa 2
Asin Larutan garam 0.2
Asam Larutan Asam cuka 0.1
Gurih Larutan MSG 0.05
Pahit Larutan Kafein 0.05
Deskripsi Aroma Senyawa Uji
Kedelai Fermentasi, moromi, langu Tauco
Karamel, gula gosong, sirup manis Essens Karamel
Cengkeh, obat gigi, pasta gigi Eugenol (Ekstrak Cengkeh)
Asam cuka Larutan Asam cuka
Minyak telon, bumbu, obat gigi Peka
b. Detection Test
Detection test pada tahap ini dilakukan dengan uji segitiga. Tahap
pertama yang dilakukan untuk uji segitiga adalah persiapan konsentrasi
larutan standar. Larutan yang digunakan untuk uji segitiga adalah campuran
larutan sukrosa dan garam serta campuran larutan garam dan MSG.
Konsentrasi larutan standar yang digunakan pada uji segitiga rasa dasar
terdapat pada Tabel 2.
Tahap terakhir dari seleksi panelis ini adalah tahap personal interview.
Tahap ini dilakukan untuk konfirmasi kepada panelis terpilih. Konfirmasi ini
meliputi konfirmasi minat, informasi beban pengujian dan untuk melihat
kemampuan penyesuaian dalam sebuah grup, kemampuan berkomunikasi serta
kepribadian secara umum.
S = K In , Keterangan :
S = Intensitas sensasi
K = konstanta
I = Intensitas Stimulus Fisik
n = Sifat Eksponensial
3. Tahap Pengujian
Tahap ini dilakukan setelah tahap pelatihan panelis selesai dan panelis siap
untuk melakukan pengujian. Tahap ini dilakukan dengan metode yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif.
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan untuk mendapatkan data deskripsi pada
masing-masing produk kecap manis (rasa dan aroma). Tahap analisis ini
dilakukan dengan teknik Focus Group Discussion yang melibatkan seluruh
panelis dan moderator (dalam hal ini peneliti). Pada tahap ini panelis
melakukan pengujian bersama dalam suatu ruangan dengan kondisi yang
telah diatur sehingga dapat menghindarkan berbagai gangguan yang dapat
mempengaruhi penilaian. Panelis dengan arahan dari moderator
mendiskusikan seluruh atribut rasa dan aroma yang dikenalinya setelah
mencicip dan membaui setiap kecap yang disajikan. Pengujian ini
berlangsung kurang lebih selama satu jam.
b. Analisis Kuantitatif
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan QDA (Quantitatif
Descriptive Analysis). Metode ini dilakukan untuk mengetahui intensitas
rasa, aroma dan kekentalan yang terdapat pada masing-masing sampel kecap
manis.
Penilaian intensitas sampel-sampel yang diujikan dilakukan
menggunakan skala tidak terstruktur (unstructured scale) atau skala garis.
Unstructured scale terdiri dari garis sepanjang 15 cm (6 inchi) dengan tanda
batas di kedua ujungnya. Masing-masing tanda batas diberi tanda label
dengan deskripsi intensitas. Tanda batas kiri menunjukkan intensitas sampel
tidak ada dan tanda batas kanan menunjukkan intensitas sampel sangat kuat.
Scoresheet uji kuantitatif kecap manis dapat dilihat pada Lampiran 9,
sedangkan worksheet uji kuantitatif dapat dilihat pada Lampiran 10.
Penilaian intensitas masing-masing atribut pada sampel dilakukan sebanyak
3 sampai 5 kali ulangan dan diambil 3 nilai ulangan yang nilainya cukup
konsisten. Pengujian dilakukan secara bertahap, dua atribut dalam satu kali
pengujian dan menggunakan bantuan reference/standar. Data nilai respon
dari setiap panelis dalam skala garis (0 – 15 cm) kemudian ditransformasi
pada skala nilai 0 – 100 dimana 0 = intensitas sampel tidak ada dan 100 =
intensitas sampel sangat kuat.
Parameter yang dinilai pada uji hedonik ini adalah kesukaan secara
keseluruhan (overall). Teknik penyajian dalam pengujian ini sampel kecap disajikan
secara langsung dengan menggunakan tahu sebagai carrier. Sampel dituangkan dan
diletakkan dalam mangkuk kecil dan diberi kode dengan menggunakan bilangan
acak (3 digit) dengan dilengkapi cracker sebagai penetral. Teknik pengujiannya satu
persatu tanpa menbandingkan dengan sampel lain.
Analisis/Uji Fisikokimia
N x V x 58.5
NaCl (g/100g) = x 100 %
W
2. Persiapan Sampel
Sampel kecap ditimbang seberat 0.5 gram, kemudian ditambahkan 1
gram CaCO3 dan 100 ml aqudes, lalu dididihkan selama 30 menit. Setelah
itu didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, ditera
menggunakan aquades kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat
diambil 10 ml kemudian ditambahkan Pb asetat jenuh, diaduk, dibiarkan
hingga jernih. Setelah itu ditambahkan 0.5 g Natrium oksalat, dicampur
merata dan disaring kembali. Larutan filtrate siap siap digunakan untuk
analisis total gula.
3. Analisis Sampel
Filtrat hasil persiapan sampel sebanyak 10 ml diencerkan 10 kali
dengan dengan akuades. Larutan hasil pengenceran sebanyak 1 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan segera ditambahkan 5 ml pereaksi
Anthrone. Tabung reaksi ditutup dan ditempatkan pada penangas 100°C
selama 12 menit. Setelah didinginkan dengan air mengalir, absorbansi
larutan dibaca pada panjang gelombang 630 nm. Nilai absorbansi
dimasukkan ke dalam kurva standar untuk mengetahui konsentrasi gula.
Perhitungan Total Gula :
glu sampel x V x FP
Total gula (g/100g) = x 100%
mg sampel
Keterangan:
[glu] sampel = Konsentrasi glukosa pada sampel yang
diperoleh dari kurva standar
V = Volume larutan sampel
FP = Faktor Pengenceran
Kecap manis yang digunakan pada penelitian ini merupakan kecap manis
komersial Indonesia yang berjumlah tiga belas jenis merk kecap yang termasuk ke
dalam kategori kecap manis lokal dan kecap manis nasional. Kecap manis nasional
berjumlah sepuluh jenis. Kecap manis lokal berjumlah 3 jenis yaitu kecap D, F, dan
K yaitu berasal dari kota Semarang, Pati dan Bandung. Sampel kecap manis yang
diteliti berasal dari delapan produsen kecap dengan kemasan yang berbeda. Tiga
produsen kecap memproduksi kecap local. Satu produsen kecap memproduksi satu
kemasan botol (kecap M) dan satu kemasan refil (kecap L). Satu produsen kecap
memproduksi dua kemasan botol (kecap I, J) dan satu kemasan refil (kecap A). Satu
produsen kecap memproduksi satu kemasan botol (kecap H) satu kemasan refill
(kecap E) dan satu kemasan sachet (G). Dua produsen kecap memproduksi 2
kemasan refiil masing-masing kecap B dan kecap C. Dari semua sampel kecap yang
diteliti, kemasan botol berjumlah enam sampel kecap yaitu kecap D, H, I, J, K dan
M, kemasan Refil berjumlah 6 sampel kecap yaitu kecap A, B, C, E, F dan L,
kemasan sachet satu sampel kecap yaitu kecap G.
Secara umum komposisi bahan baku utama dari kecap manis komersial ini
kedelai. Bahan lain yang digunakan pada pembuatan kecap manis adalah gula,
garam, air dan bumbu atau rempah-rempah. Komposisi masing-masing sampel
kecap manis dapat dilihat pada Lampiran 12. Selain komposisi bahan baku secara
umum yaitu kedelai, gula, air dan rempah rempah yang tercantum pada label
kemasan kecap yang diteliti ada yang menambahkan bahan tambahan seperti tepung
gandum, pengawet seperti Na-Benzoat, Metil p-Hidroksibenzoat, Na-metabisulfit,
penguat rasa (Monosodium Glutamat, Dinatrium Inosinat, Glutamat, Guanilat), dan
pewarna karamel.
Komposisi utama dari produk kecap manis adalah gula, garam, air dan
kedelai. Gula merah umumnya ditambahkan pada pembuatan kecap untuk
memberikan rasa manis pada kecap manis. Selain itu gula dapat memberikan tingkat
kemanisan dan karakteristik aroma, mempengaruhi warna dan flavor kecap melalui
reaksi maillard dan karamelisasi, serta menurunkan a w sehingga dapat
memperpanjang masa simpan dengan cara menghambat pertumbuhan
mikroorganisme (Judoamidjojo, 1987).
Garam merupakan salah satu komposisi utama yang terdapat pada kecap
manis, yaitu digunakan pada proses fermentasi dalam pembuatan kecap. Selain itu
air juga merupakan komposisi bahan baku kecap, karena air ditambahkan pada
proses pembuatan kecap sehingga dihasilkan kecap yang berupa cairan kental yang
berwarna gelap. Kedelai sebagai salah satu jenis bahan baku dari kecap pada proses
pengolahannya yaitu dengan proses fermentasi menghasilkan moromi (produk hasil
fermentasi kedelai). Moromi ini ditambahkan pada pembuatan kecap manis.
Bumbu atau rempah-rempah sering ditambahkan pada pembuatan kecap
manis. Bumbu yang biasa digunakan adalah: (1) bumbu yang dicampurkan secara
utuh, misalnya daun salam, daun jeruk purut, lengkuas, dan batang serai; dan (2)
bumbu yang harus disangrai dan dihaluskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan,
seperti adas india, kayu manis, ketumbar, pekak, wijen, bawang putih, dan kluwak
(Suprapti, 2005). Bahan tambahan lain yang ditambahkan pada pembuatan kecap
adalah Na-Benzoat digunakan sebagai pengawet dan Monosodium glutamate
digunakan sebagai panambah citarasa (flavor enhancer). Tambahan pengawet
seperti Na-Benzoat ditambahkan pada kecap A, C, E, G, H, I, J, L dan M, kecap ini
merupakan kecap manis yang tergolong nasional kecuali kecap B, sedangkan kecap
lokal yaitu kecap D, F dan K diketahui pada label kemasannya tidak mengunakan
pengawet. Monosodium glutamate ditambahkan sebagai penambah citarasa ada pada
kecap C, E, G dan kecap M yang merupkan kecap manis tergolong nasional.
Bahan tambahan lain yang suka ditambahkan pada pembuatan kecap adalah
tepung gandum dan pewarna karamel. Tepung gandum ditambahkan sebagai
pengental dan pewarna karamel ditambahkan untuk meningkatkan warna hitam atau
warna karamel dari kecap. Selain itu tepung gandum ini dapat digunakan sebagai
penguat aroma pada kecap yang akan terbentuk selama proses fermentasi (Anonim,
2011). Penambahan tepung gandum dilakukan pada kecap A, E, G dan J yang
merupakan kecap manis tergolong nasional. Pewarna karamel ditambahkan pada
kecap G. Pada kecap manis lokal yang diteliti pada label kemasannya tidak
ditambahkan pengawet, penambah citarasa, pengental dan pewarna.
Evaluasi Sensori Deskriptif Produk Kecap Manis Komersial
1. Seleksi Panelis
Tahap awal dalam analisis sensori deskripif adalah seleksi panelis. Seleksi
panelis dilakukan terhadap 73 orang mahasiswa dan karyawan Departemen Ilmu
dan Teknologi Pangan yang dibagi menjadi beberapa sesi seleksi. Tahap awal
seleksi dilakukan pre-screening melalui pengisian kuisioner untuk mengetahui
riwayat kesehatan serta food habit calon panelis. Kuisioner yang digunakan pada
tahap pre-screening dapat dilihat pada Lampiran 14. Dengan menyeleksi data
kuisioner hasil pre-screening dari 73 orang calon panelis semuanya terseleksi
untuk mengikuti tahap seleksi berikutnya yaitu yang terdiri dari 53 orang
mahasiswa dan 20 orang karyawan.
Tahap uji selanjutnya uji identifikasi rasa dan aroma dasar dilakukan pada
73 orang calon panelis. Hasil yang diperoleh yang dapat mengidentifikasi 100%
rasa dasar dan minimal 50% aroma dasar yang terseleksi sebanyak 30 panelis.
Panelis yang terjaring kemudian diseleksi menggunakan uji segitiga. Dari uji
segitiga yang dapat menjawab minimal 50% dari semua uji segitiga yang
dilakukan diperoleh 16 panelis terlatih. Tahap selanjutnya personal interview
untuk mengetahui keseriusan calon panelis dan untuk melihat kemampuan
penyesuaian dalam sebuah grup, kemampuan berkomunikasi diperoleh 12 orang
panelis terlatih untuk mengikuti tahap pelatihan panelis.
2. Pelatihan Panelis
Panelis yang telah diseleksi harus mengikuti pelatihan secara kontinyu.
Pelatihan panelis dilakukan empat kali dalam satu minggu pada pukul 10 – 12
WIB karena pada jam tersebut kondisi tubuh panelis masih segar sehingga
panelis dapat lebih berkonsentrasi. Pelatihan panelis bertujuan untuk kepekaan
dan konsistensi panalis sehingga diharapkan kepekaan panelis menjadi lebih
kuat lagi terutama dalam hal membedakan suatu intensitas suatu larutan rasa
atau aroma.
Pada awal pelatihan dilakukan pengenalan sampel kecap manis pada
panelis, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan terminologi flavor terutama
aroma. Pelatihan ini bertujuan untuk menyamakan konsep atau terminologi
sehingga dapat dikomunikasikan antara panelis satu sama lain.
Pada tahap pelatihan panelis juga dilakukan penetapan nilai-nilai
reference atau standar dari atribut rasa, aroma dan kekentalan. Penetapan nilai
reference dilakukan dengan pendekatan Steven’s Lab Law. Konsentrasi larutan
standar yang digunakan ditentukan secara subyektif oleh panelis dan diolah
menggunakan persamaan Steven’s Lab Law (Pham et. al. 2008). Grafik hasil
penentuan standar rasa manis menggunakan persamaan Steven’s Lab Law dapat
dilihat pada Gambar 1.
1.2
0.8
y = 4.121x + 0.280
Skor
0.6 R² = 0.998
0.4
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Konsentrasi
Grafik penentuan standar rasa dan aroma yang lainnya dapat dilihat pada
Lampiran 15. Persamaan garis yang diperoleh digunakan untuk menentukan
konsentrasi standar dan skor untuk pelatihan panelis. Pada atribut rasa asin dan
pahit, konsentrasi larutan standar dan skor untuk pelatihan panelis tidak
ditentukan dengan menggunakan persamaan Steven’s Lab Law tetapi
menggunakan standar penentuan konsentrasi rasa asin dan pahit yang sesuai
dengan reference pada Mailgaard et al (2004). Bahan, konsentrasi, dan skor
larutan standar untuk atribut rasa asin dan pahit dapat dilihat pada Tabel 4.
Konsentrasi standar dan skor serta bahan yang digunakan untuk pelatihan panelis
dapat dilihat pada Lampiran 16. Bahan-bahan yang digunakan sebagai standar
merupakan bahan-bahan yang memiliki rasa dan aroma yang mirip dengan
kecap. Standar atribut rasa manis menggunakan gula kelapa, rasa asin
menggunakan garam, rasa asam menggunakan cuka, rasa gurih menggunakan
MSG, dan rasa pahit menggunakan kafein. Atribut aroma menggunakan bahan-
bahan standar sebagai berikut: moromi untuk atribut aroma moromi dan aroma
asam, gula kelapa untuk aroma gula kelapa, gula aren untuk aroma gula aren,
furaneol untuk aroma karamel, flavor pekak cair untuk aroma pekak, dan asap
cair untuk aroma asap.
Tabel 4. Bahan, konsentrasi, dan skor larutan standar atribut rasa asin dan pahit
Atribut Rasa Bahan Konsentrasi (%) Intensitas (Skor)
Asin Garam 0.2 2.5
(dalam larutan air) 0.35 5
0.5 8.5
0.7 15
Pahit Kafein 0.05 2
(dalam larutan air) 0.08 5
0.15 10
0.2 15
Sumber: Meilgaard et al (2004)
3. Analisis Kualitatif
Deskripsi kualitatif dilakukan untuk mendapatkan respon yang fleksibel
dari panelis dalam menggambarkan kecap manis yang diuji. Analisis kualitatif
meliputi atribut rasa dan aroma yang dilakukan menggunakan metode FGD
(Focus Group Discussion). FGD dilakukan dengan diskusi panelis yang lolos
tahap seleksi panelis dan dipimpin oleh satu orang moderator dalam hal ini
peneliti. Diskusi dilakukan untuk mendeskripsikan atribut rasa dan aroma kecap
manis secara bersama-sama. Hasil yang diperoleh dari metode analisis kualitatif
ini adalah hasil kesepakatan panelis yang akan digunakan untuk metode analisis
kuantitatif .
Pada diskusi ini diperkenalkan beberapa sampel kecap yang merupakan
sampel uji dan yang bukan sampel uji yang diharapkan sudah mewakili sampel
yang akan diujikan. Saat diskusi berlangsung, penelii sebagai panel leader
(moderator) hanya berperan sebagai fasilitator dengan menyiapkan semua
keperluan panelis seperti sampel dan fasilitas lain, serta mengawasi jalannya
diskusi. Pada metode Focus Group panelis diberi kebebasan dalam berdiskusi
untuk menentukan atribut rasa dan aroma yang terdapat pada sampel yang
disajikan. Apabila ada keragamam bahasa terdapat atribut yang sama maka
dilakukan kesepakatan dengan menggunakan bahasa yang sama.
Saat diskusi sampel kecap manis disajikan langsung dengan dituangkan
pada mangkuk kecil. Saat diskusi dan pengujian berlangsung, juga disajikan
beberapa standar flavor, moromi dan beberapa larutan gula merah untuk
mengetahui dan memperkirakan komponen aroma yang ada pada sampel.
Pada deskripsi rasa tidak terdapat keragaman bahasa yang nyata. Atribut
rasa yang teridentifikasi secara umum pada sampel yang diujikan adalah rasa
manis, asin, dan gurih. Rasa pahit dan asam teridentifikasi pada beberapa sampel
tertentu selain rasa manis, asin dan gurih. Rasa manis sangat dominan pada
kecap manis dikarena penambahan gula pada saat proses pembuatan kecap
manis. Rasa asin dan gurih ditimbulkan oleh moromi, sedangkan rasa pahit dan
asam disebabkan proses fermentasi pada pembuatan kecap. Rasa asam
dipengaruhi oleh lengkap tidaknya komposisi asam organik yang paling
dominan. Atribut kekentalan tidak dapat diujikan secara kualitatif, oleh karena
itu untuk atribut kekentalan pengujian dilakukan secara kuantitatif untuk
mengetahui berapa besar kekentalan kecap manis yang diujikan.
Hasil deskripsi aroma yang diperoleh dari Focus Group cukup beragam.
Keragaman bahasa cukup terlihat ketika panelis menggambarkan aroma gula
merah dan aroma rempah. Aroma gula merah ada yang menggambarkan gula
kelapa dan ada juga yang menggambarkan gula aren. Aroma rempah ada yang
menggambarkan seperti minyak telon, obat gigi, sereh bahkan lengkuas. Dari
hasil diskusi atribut aroma yang berhasil teridentifikasi dan disepakati terdiri
dari 7 atribut, antara lain: aroma gula kelapa, aroma gula aren, aroma karamel,
aroma moromi, aroma asam, aroma asap (smoke), dan aroma rempah. Oleh
karena itu, analisis deskriptif secara kuantitatif dilakukan pada 7 atribut aroma
tersebut. Pekak ditetapkan sebagai rempah yang digunakan untuk analisis secara
kuantitatif. Hal ini dikarenakan pekak merupakan rempah yang sering
ditambahkan pada proses pembuatan kecap manis untuk menambah aroma
secara alami. Selain itu, pekak dapat teridentifikasi secara langsung pada salah
satu sampel yang digunakan pada uji kualitatif.
F1
3
F2
1
F3
F4
F5
0
Gambar 5. Hasil loading plot dari hubungan antar variabel rasa dengan F1 dan
F2
Gabungan antara loading plot dan score plot dinamakan dengan biplot.
Biplot untuk atribut rasa dapat dilihat pada Gambar 6. Pada Gambar 6,
komponen utama 1 dapat menjelaskan keragaman data sebesar 63.41% dan
komponen utama 2 dapat menjelaskan keragaman data sebesar 20.47%. Total
kumulatif persentase dari F1 dan F2 adalah sebesar 83.88%. Pada Gambar 6
terdapat empat sampel (31% sampel dari total sampel yang mewakili) yaitu
sampel F, L, K dan M berada pada kuadran 4 dan yang memiliki karakteristik
spesifik rasa manis. Sebanyak 31 % sampel dari total sampel yaitu sampel A, C,
E dan I yang mewakili memiliki karakteristik spesifik manis dan gurih dan
sebanyak 23% yaitu sampel D, J, dan B yang mewakili memiliki karakteristik
spesifik asin dan asam. Sampel G memiliki karakteristik spesifik pahit,
sedangkan sampel H memiliki karakteristik spesifik sedikit pahit.
Pada Gambar 6 terdapat satu sampel yang memiliki karakteristik paling
berbeda dari sampel yang lainnya yaitu sampel G. Sampel G ini memiliki
karakteristik dominan pahit dibandingkan sampel yang lainnya. Yang lebih
mendekati adalah sampel H yang memiliki karakteristik sedikit pahit karena
hampir mendekati titik 0 (titik pusat). Pada Gambar 6 juga dapat dilihat
perbedaan kecap manis lokal pada sampel yang diteliti memiliki karakteristik
yang khas, sampel D memiliki karakter spesifik rasa asin dan sampel F dan K
memiliki karakter spesifik manis sedangkan untuk kecap manis nasional
umumnya memiliki karakter spesifik manis dan gurih. Dilihat dari kemasannya,
kecap manis dengan kemasan botol dan refill memiliki karakter manis, gurih dan
asin dan kemasan sachet memiliki karakter spesifik rasa pahit.
Gambar 6. Biplot F1 dan F 2 hasil analisis komponen utama atribut rasa
Eigenvalues
F1
3
2
F2
1 F3
F4
F5 F6
0
Gambar 9. Hasil loading plot dari hubungan antar variabel aroma dengan F1 dan
F2
Gambar 11. Histogram hasil uji preferensi konsumen tiga belas jenis sampel
kecapa manis
Gambar 12. Biplot F1 dan F2 hasil analisis komponen utama atribut rasa dan
kesukaan
Biplot (axes F1 and F2: 65.56 %)
2.5
D
2
1.5
-- axis F2 (20.36 %) -->
1
Pekak
0.5 Gula Aren C
G B
F
0 K M Gula Kelapa
Asam Karamel
A
-0.5 H Moromi L
Smoke Kesukaan
J E
-1 I
-1.5
-2
-2.5
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5
-- axis F1 (45.20 %) -->
Gambar 13. Biplot F1 dan F2 hasil analisis komponen utama atribut aroma dan
kesukaan
Air merupakan salah satu komponen utama pada produk pangan Kecap.
Komponen yang paling banyak pada kecap adalah air sekitar 30% dan
karbohidrat sekitar 60% (Judoamidjojo, 1987).
Metode yang digunakan untuk mengukur kadar air kecap adalah metode
oven vakum. Metode oven vakum dipilih karena kandungan gula pada kecap
manis cukup tinggi sehingga penggunaan oven vakum pada suhu yang lebih
rendah diharapkan tidak mendekomposisi gula yang terdapat pada sampel
(Nielsen, 1998). Hasil analisis kadar air pada ketiga belas sampel kecap
komersial dapat dilihat pada Tabel 8.
Pada Tabel 8 ketiga belas jenis kecap manis memiliki kadar air dengan
kisaran 12.45% sampai dengan 19.5% (basis basah). Kadar air terendah pada
ketiga belas jenis kecap manis adalah jenis kecap F (12.45%) dan tertinggi kecap
manis J (19.50%). Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan (Lampiran 38)
menyatakan nilai kadar air pada ketiga belas kecap manis berpengaruh nyata
pada taraf 5% (p = 0.05)
Kadar abu merupakan kandungan total mineral yang terdapat pada bahan
pangan. Sebagian besar makanan yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik
dan air sedangkan sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral atau anorganik.
Dalam proses pembakaran zat organik akan terbakar dan zat anorganik tidak
dapat terbakar (Winarno,1997).
Garam (NaCl) merupakan senyawa ionik yang dapat dihasilkan dengan
netralisasi asam dan basa atau reaksi antara logam dengan asam. Garam pada
pembuatan kecap ditambahkan pada saat fermentasi. Hasil analisis kadar abu
dan kadar garam pada ketiga belas sampel kecap manis komersial dapat dilihat
pada Tabel 8.
Kadar abu tertinggi pada ketiga belas sampel ditunjukkan oleh sampel G
(8.11 g/100g) sedangkan kadar garam tertinggi ditunjukkan oleh sampel D (5.68
g/100g). Kadar abu yang tinggi tidak selalu menunjukkan kadar garam tinggi.
Seperti pada sampel G yang memiliki kadar abu tertinggi, pada sampel G ini
terdapat minera-mineral lain selain Na. Mineral-mineral lain yang terdapat pada
kecap diantaranya Ca dan Fe. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam kadar
garam dan kadar abu dari ketiga belas jenis kecap manis menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (berpengaruh nyata) pada p = 0.05 (Lampiran 39 dan
40).
Kadar garam diduga berpengaruh terhadap rasa asin. Semakin tinggi
konsentrasi larutan garam yang digunakan pada proses fermentasi moromi akan
meningkatkan rasa asin pada kecap. Hal ini sesuai dengan laporan Selviana
(1994) menyatakan bahwa pembuatan kecap A menggunakan larutan garam
(28%) menghasilkan kadar garam dan rasa asin yang lebih tinggi dibandingkan
kecap B yang proses pembuatannya menggunakan larutan garam (25%).
Total nitogen menggambarkan jumlah senyawa nitrogen yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Pada penelitian ini total nitrogen diukur dengan
menggunakan metode mikro Kjeldahl. Tahapan dalam metode Kjeldahl meliputi
tahap penghancuran (digestion), destilasi, dan titrasi. Total nitrogen yang
terkandung pada kecap sangat dipengaruhi oleh kondisi pemasakan kedelai,
fermentasi pada proses pembuatan koji dan konsentrasi garam. Pemasakan
kedelai yang terlalu lama mengakibatkan penurunan total nitrogen dan asam
amino. Hasil penelitian Andesta (1987) menunjukkan fermentasi koji selama tiga
hari dan tanpa pengeringan koji menghasilkan kadar total nitrogen yang lebih
besar.
Hasil analisis total nitrogen pada ketiga belas sampel kecap komersial
dapat dilihat pada Tabel 8. Kisaran total nitrogen yang diperoleh 0.17 – 0.34 %,
terendah ditunjukkan oleh sampel kode K dan teringgi sampel D. Hasil ini
menunjukkan banyaknya variasi jumlah nitrogen pada sampel kecap manis.
Total nitrogen yang di hasilkan pada kecap manis ini cukup kecil, apabila
dikonversi dan dihitung sebagai total protein kasar (faktor konversi 6.25) adalah
sebasar 1.0625 – 2.125 %. nilai ini sangat rendah sekali jika dibandingkan
dengan syarat minimal SNI kecap manis sebesar 2.5%, sehingga kadar protein
yang diperoleh tidak memenuhi standar SNI. Berdasarkan hasil analisis sidik
ragam total nitrogen dari ketiga belas jenis kecap manis menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan (berpengaruh nyata) pada p = 0.05 (Lampiran 41).
Gula merupakan karbohidrat sederhana, yang terdiri dari gula pereduksi
dan gula nonpereduksi. Jenis gula yang umum digunakan dalam pembuatan
kecap manis adalah gula merah (Apriyantono dan Wiratma, 1997). Hasil analisis
total gula pada ketiga belas sampel kecap komersial dapat dilihat pada Tabel 8.
Kisaran total gula yang diperoleh 41.4 – 53.77 %, terendah ditunjukkan oleh
sampel kode G dan tertinggi sampel L dan K. Tingginya kadar gula pada kecap
manis ini disebabkan pada proses pembuatannya ditambahkan gula. Dengan
demikian produk kecap manis yang diteliti ini telah telah memenuhi standar SNI
untuk kecap manis (SNI 01-3543-1994) yang menetapkan minimum jumlah total
gula sebesar 40% (b/b). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam total gula dari
ketiga belas jenis kecap manis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
(berpengaruh nyata) pada p = 0.05 (Lampiran 42).
Monosodium Glutamat dikenal sebagai natrium glutamate atau MSG.
MSG merupakan garam sodium dari asam glutamat yang merupakan jenis asam
amino alami non esensial. Bahan ini sering digunakan sebagai penambah rasa
gurih. Hasil analisis kadar MSG pada ketiga belas sampel kecap komersial dapat
dilihat pada Tabel 8. Kisaran kadar MSG bervariasi mulai dari tidak terdeteksi
sampai dengan 1518.147 ppm. Dari ketiga belas sampel kecap manis yang diuji,
hanya tujuh jenis kecap yang terdeteksi mengandung MSG. Kadar MSG
tertinggi ditunjukkan oleh sampel C. Pada sampel F, H, I, J, K dan M tidak
terdeteksi mengandung MSG beararti pada sampel tersebut tidak ditambahkan
MSG sebagai penambah rasa gurih. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam kadar
MSG dari ketiga belas jenis kecap manis menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan (berpengaruh nyata) pada p = 0.05 (Lampiran 43).
Eigenvalues
F1
3
1 F2
F3
F4
0
H F
1 A D
F2 (15.98 %)
C
G E
0 B
J
L
-1 MK
I
-2
-3
-4
-5
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
F1 (74.43 %)
Gambar 15. Hasil score plot dari hubungan antar sampel pada
variabel/atribut sifat fisik dengan F1 dan F2
Aw
0.5
Derajat Brix
Viskositas
F2 (15.98 %)
0 Lightness
-0.5
-1
-1 -0.5 0 0.5 1
F1 (74.43 %)
Gambar 16. Hasil loading plot dari hubungan antar variabel sifat fisik
dengan F1 dan F2
Berdasarkan dua komponen utama yaitu F1 dan F2 dan dari nilai
eigenvector dapat ditentukan hubngan secara positif atau negatif. Variabel-
variabel atau atribut yang dapat dijelaskan oleh komponen utama 1 adalah
viskositas, warna, dan derajat brix, sedangkan atribut yang dapat dijelaskan oleh
komponen utama 2 adalah a w. Hasil loading plot dari hubungan antara variabel
dengan PC1 dan PC2 dapat dilihat pada Gambar 16.
1.5
1 F
Aw
F2 (15.98 %)
D
0.5 A H
C Derajat Brix
G E Viskositas
0 B Lightness
J
-0.5 L
M
K
-1 I
-1.5
-2
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
-F1 (74.43 %)
Gambar 17. Biplot F1 dan F 2 hasil analisis komponen utama atribut sifat
fisik
Biplot merupakan gabungan antara scoreplot dan loading plot (Gambar
17). Terdapat 15.% sampel kecap manis yaitu sampel F dan K memiliki karakter
spesifik terhadap parameter viskositas, warna (lightnes) dan derajat brix.
Sebanyak 54% sampel kecap manis yaitu sampel A, B, C, D, E, G dan H
memiliki karakter spesifik terhadap a w, dan 31% sampel yaitu sampel J, I, L, dan
M tidak menunjukkan atribut spesifik sifat fisik. Dari gambar loading plot dan
biplot dapat menjelaskan korelasi antar variabel sifat fisik pada kecap manis.
Korelasi antar variabel ditunjukkan dengan arah garis pada grafik loading plot
atau biplot. Korelasi positif ditunjukkan dengan arah garis yang searah. Semakin
dekat atau semakin kecil sudut garis variabel menunjukkan korelasi yang
semakin kuat. Korelasi positif terjadi antara derajat brix, viskositas dan lightness
(warna).
Salah satu tujuan dari Principal Component Analysis adalah mereduksi
gugus data peubah ganda yang besar menjadi gugus peubah yang lebih kecil dan
hasil analisis dari sifat fisik yang diperoleh serta grafik hasil loading plot dan
biplot menunjukkan bahwa viskositas berkorelasi positif dengan derajat brix
sehingga untuk analisis sifat fisik kecap manis selanjutnya tidak perlu dilakukan
kedua parameter tersebut, tetapi cukup dipilih salah satu saja.
Analisis dengan Principal Component Analysis untuk variabel sifat kimia
menunjukkan grafik scree plot, score plot, loading plot dan biplot. Masing-
masing gambarnya untuk sifat fisik dapat dilihat pada Gambar 18, 19, 20, dan
21. Nilai eigen variabel sifat kimia diperoleh komponen utama 1 sebesar 3.934
yang dapat menjelaskan keragaman data sebesar 56.19%. Komponen utama 2
diperoleh nilai eigen 1.4 dapat menjelaskan keragaman data sebesar 20%. Total
kumulatif persentase dari F1 dan F2 adalah sebesar 86.19%.
Eigenvalues
F1
4
2
F2
1 F3
F4 F5 F6 F7
0
3 C
2
E
L
1
F2 (20.00 %)
D
0 M B
A G
H
-1 K I
F J
-2
-3
-4
-5
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
F1 (56.20 %)
Gambar 19. Hasil score plot dari hubungan antar sampel pada
variabel/atribut sifat kimia dengan F1 dan F2
1
MSG
pH
0.5
Total Gula
Total Nitrogen
F2 (20.00 %)
Kadar Air
0 Kadar Abu
Garam
-0.5
-1
-1 -0.5 0 0.5 1
F1 (56.20 %)
Gambar 20. Hasil loading plot dari hubungan antar variabel sifat kimia
dengan F1 dan F2
Hubungan antar variabel ditunjukkan dengan arah garis pada grafik loading
plot atau biplot. Korelasi positif ditunjukkan dengan arah garis yang searah.
Semakin dekat atau semakin kecil sudut garis variabel menunjukkan korelasi yang
semakin kuat. Hubungan antar variabel menunjukkan kadar garam mempunyai
hubungan yang positif dengan kadar air, kadar abu, MSG dan total nitrogen,
sedangkan total gula mempunyai hubungan yang positif dengan pH. Pada biplot
(Gambar 21) dapat dilihat sampel G, D, A dan B (31% sampel) memiliki karakter
spesifik terhadap kadar abu dan kadar garam, sampel D memiliki karakter spesifik
terhadap parameter kadar air dan total nitrogen, sampel C terhadap parameter MSG,
sampel E, L dan M memiliki karakter spesifik terhadap parameter pH dan total gula,
sedangkan sampel F, K, H, I dan J tidak menunjukkan spesifik atribut sifat kimia.
2
C
1.5
1
L E MSG
pH
0.5 Total Nitrogen
F2 (20.00 %)
Total Gula
D
Kadar Air
0 M Kadar Abu
AB
Garam G
H
-0.5
K IJ
F
-1
-1.5
-2
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
- F1 (56.20 %)
Gambar 21. Biplot F1 dan F 2 hasil analisis komponen utama atribut sifat
kimia
Tahap penelitian ini merupakan tahap interpretasi data untuk melihat adanya
keterkaitan dan hubungan antara atribut sensori dengan karakteristik fisikokimia.
Analisis korelasi antar matriks secara univariat dilakukan dengan korelasi Pearson
untuk melihat hubungan antara masing-masing atribut sensori atribut rasa, atribut
aroma, hubungan antara atribut rasa dan aroma, hubungan antara atribut fisik dan
atribut kimia serta hubungan antara atribut sensori dengan karakteristik fisikokimia.
a. Keterkaitan Atribut Sensori : Rasa dan Aroma pada Produk Kecap Manis
Tabel 10. Keterkaitan Karakter Fisik dan Kimia Produk Kecap Manis
Derajat
Aw Brix Viskositas Warna (L)
Kadar Air 0.562 -0.933 -0.907 -0.607
Kadar Abu 0.548 -0.571 -0.591 -0.558
Total Nitrogen 0.630 -0.570 -0.541 -0.610
Total Gula -0.255 0.547 0.494 0.446
Kadar Garam 0.571 -0.681 -0.690 -0.721
Kadar MSG 0.466 -0.169 -0.290 -0.516
pH -0.271 0.019 -0.047 0.149
Hasil uji sensori deskriptif secara kualitatif pada sampel kecap manis
komersial menghasilkan atribut rasa yaitu rasa manis, rasa asin, rasa asam, rasa
gurih dan rasa pahit serta atribut aroma yaitu aroma gula kelapa, aroma gula aren,
aroma asam, aroma moromi, aroma karamel, aroma pekak, dan aroma asap. Hasil uji
kuantitatif menggunakan ANOVA pada tiga belas sampel kecap manis komersial
Indonesia menunjukkan adanya signifikansi pada atribut rasa dan kekentalan. Pada
atribut aroma dihasilkan enam atribut yang signifikan dan 1 atribut yang tidak
signifikan yaitu aroma moromi. Hasil uji kuantitatif pada tiga belas jenis sampel
kecap manis lebih atribut rasa memiliki nilai yang lebih dominan daripada atribut
aroma.
Hasil PCA (Principal Component Analysis) pada grafik biplot atribut rasa
terdapat 31% sampel memiliki karakteristik spesifik rasa manis, 31% sampel
memiliki karakteristik spesifik manis dan gurih, 23% memiliki karakteristik spesifik
asin dan asam, 8% sampel memiliki karakter spesifik rasa pahit. Sedangkan pada
atribut aroma terdapat 31% sampel spesifik aroma gula kelapa dan aroma karamel,
terdapat 15% sampel memiliki karakteristik spesifik aroma pekak, 8% sampel
memiliki karakteristik spesifik gula aren, dan 31% sampel memiliki karakteristik
spesifik aroma asam dan aroma smoke.
Hasil analisis preferensi konsumen menunjukkan adanya signifikansi
terhadap 13 jenis sampel kecap manis yang diuji. Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan sampel dengan kode M dan L merupakan sampel yang paling disukai.
Pemetaan preferensi konsumen menunjukkan preferensi terhadap atribut rasa
diperoleh konsumen lebih menyukai atribut rasa manis dan rasa gurih dan tidak
menyukai atribut rasa asam dan rasa pahit sedangkan preferensi terhadap atribut
aroma diperoleh konsumen lebih menyukai atribut aroma karamel dan aroma gula
kelapa.
Hasil analisis fisikokimia menunjukan adanya signifikansi terhadap tiga
belas jenis sampel kecap manis komersial Indonesia. Secara umum pengujian
terhadap fisikokimia menunjukkan bahwa kadar air kecap yang tinggi menurunkan
nilai viskositas dan mempengaruhi kekentalan produk kecap manis. Adanya asam-
asam organik pada produk kecap manis cenderung menurunkan nilai pH produk dan
diduga mempengaruhi timbulnya rasa asam. Produk kecap manis dengan kadar
garam yang tinggi cenderung memiliki kadar total nitrogen yang tinggi dan
mempengaruhi timbulnya rasa asin dan gurih pada produk kecap manis.
Hasil PCA (Principal Component Analysi)s pada grafik biplot untuk sifat
fisik terdapat 15% sampel memiliki karakter spesifik terhadap parameter viskositas,
warna (lightnes) dan derajat brix; 54% sampel memiliki karakter spesifik terhadap
aw, dan 31% sampel tidak menunjukkan atribut spesifik sifat fisik. Sedangkan untuk
sifat kimia terdapat 31% sampel memiliki karakter spesifik terhadap kadar abu dan
kadar garam; 8% sampel memiliki karakter spesifik terhadap parameter kadar air
dan total nitrogen; 8% sampel memiliki karakter spesifik terhadap parameter MSG;
23% sampel memiliki karakter spesifik terhadap parameter pH dan total gula, dan
38% sampel tidak menunjukkan spesifik atribut sifat kimia.
.Secara umum atribut sensori berkorelasi dengan karakteristik fisikokimia.
Korelasi yang terjadi korelasi yang kuat dan korelasi cukup kuat. Korelasi yang kuat
terlihat pada atribut kekentalan dengan derajat brix dan viskositas. Korelasi yang
cukup kuat terlihat antara rasa asam dengan pH, rasa asin dengan kadar garam, dan
rasa manis dengan total gula. Rasa gurih tidak mempunyai korelasi dengan kadar
MSG, tetapi berkorelasi positif cukup kuat dengan total gula dan berkorelasi negatif
cukup kuat dengan kadar garam
DAFTAR PUSTAKA
Achinewhu, S.C., Oboh C.A. et al. 2002. Chemical, Microbiological, and Sensory
Properties of Fermented Fish Products from Sardinella sp. In Nigeria. J
Aquatic Food Product Tech 11(2):53 – 59.
Adawiyah, D.R., dan Waysima. 2009. Evaluasi Sensori Produk Pangan (edisi 1).
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Apriyantono A dan Wiratma E. 1997. Pengaruh jenis gula terhadap sifat sensori dan
komposisi kimia kecap manis. Bul Teknol dan Industri Pangan 8: 8-14.
Brereton, R. 2007. Apllied Chemometrics for Scientist. West Sussex. John Wiley &
Sons Ltd.
Buckle, K.A., Edwards R.A., Flect G.H dan Wooton M. 1985. Ilmu Pangan.
Purnomo H. dan Adiono (Penerjemah). Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta
Jollife, I.T. 2002. Principal Component Analysis. Second edition. Springer Verlag,
New York.
Judoamidjojo, R. M., Itoh, T., Tomomatsu, A., Matsuyama, A. 1984. The Analytical
Study of Kecap - An Indonesian Soy Sauce. Makalah pada International
Symposium on Agricultural Product, Processing and Technology. Tanggal 31
Juli - 2 Agustus, Bogor.
Martinez, C. et al. 2002. Preference mapping of cracker type biscuits. Food Quality
and Preference, 13:535 – 544.
Murray, J.M., C.M. Delahunty, dan I.A. Baxter. 2001. Descriptive sensory analysis:
past, present, and future. Journal Food Research International, 34:461-471.
Meilgard, M., Civille G.V., dan Carr B.T., 2004. Sensory Evaluation Techniques,
Fourth edition. CRC Press LLC, Florida.
Pham, A.J., Schilling M.W., Yoon Y., Kamadia V.V., dan Marshall D.I. 2008.
Characterization of Fish Sauce Aroma-Impact Compounds Using GC-MS,
SPME-Osme-GCO, and Stevens’ Power Law Exponents. J Food Sci 73(4) :
C268 – 274.
Rahayu A, Suratno, dan Purwoko T. 2005. Analisis karbohidrat, protein, dan lemak
pada pembuatan kecap lamtorogung (Leucaena leucocephala) terfermentasi
Aspergilus oryzae. Bioteknologi 2 (1): 14-20.
Setiawati B. 2006. Kedelai hitam sebagai bahan baku kecap tinjauan varietas dan
lama fermentasi terhadap mutu kecap. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 2: 2.
Setyaningsih, D., Anton A., dan Maya P.S., 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. IPB Press, Bogor.
Stepherd, R. and P. Sparks. 1994. Modelling Food Choice. Di dalam : MacFie, H.J.H
and D.M.H. Thomson (eds). Measurement of Food Preference, pp 202 – 223.
Blackie Academic and Profesional, Glasgow.
Stone, H.J., Sidel, J.L., dan Bloomquis, J., 1980. Quantitatif descriptive Analysis Di
dalam : Gacula, JR., M.C., 1997. Descriptive sensory analysis in Practice.
Food and Nutrition Press.Inc., Trumbull, Connecticut.
Stone, H.J. and Sidel, J.L. 2004. Sensory Evaluation Practices third edition. New
York. Academic Press.
Stone, H.J. and Sidel, J.L. 1998. Quantitative Descriptive Analysis (QDA) :
Development, Aplications, and The Future. Food Tech 52(8):48-52.
Suliyanto. 2005. Analisa Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor.
Supranto, J., 2004. Analisis Multivariat : Arti dan Interpretasi. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Yackinous, C., Charlene. W., and Jean-Xavier Guinard. 1999. Internal Preference
Mapping of hedonics ratings for Ranch salad dressings varying in fat and
garlic flavor. Food Quality Reference, 10 : 401-409
Whistler RL dan Daniel JR. 1985. Carbohydrates. In: Fennema, O. R., (eds).
Food Chemistry. Marcel Dekker Inc., New York.
Wiratma, E. 1995. Analisis Flavor Kecap Manis. [skripsi] Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Zhang, X.Y., et al. 2011. Sensory profile and Beijing youth preference of seven
cheese varieties. Food Quality and Preference, 22:101-109.
82
Pengeringan
Perebusan
Penyaringan
Penambahan gula
aren, bumbu Filtrate
Penyaringan
Penambahan
gula merah Filtrat
Pemasakan 3 – 4 jam
Penyaringan
filtrat
83
4. Personal
Interview
Analisis fisiko- Uji Viskositas Uji ketelitian dari 1. Diperoleh data hasil
kimia Fisiko-kimia pH masing-masing uji fisiko-kimia
aw analisis (± SD)
warna
Kadar Air ANOVA
Kadar Abu
Kadar Garam PCA 2. Karakteristik
Total Nitrogen Komponen Utama
Total Gula
MSG
Instruksi
Lakukan pencicipan sampel larutan yang ada di hadapan Anda satu persatu secara berurutan dari
kiri ke kanan. Ambil satu sendok sampel larutan, tempatkan pada sendok pencicip, dan masukkan ke
dalam mulut Anda (ke atas lidah). Rasakan selama 5 detik, kemudian telan.
Tulis kode sampel yang tertera di wadah sampel dan deskripsikan rasa yang teridentifikasi pada
tabel yang tersedia di bawah ini. Setelah mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air
tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum memulai pencicipan pada sampel berikutnya.
Instruksi
Lakukan penciuman sampel satu persatu dengan cara membuka botol sampel dan mengibaskan
bagian atas botol menggunakan tangan menuju hidung. Tulis kode sampel yang tertera di wadah sampel
dan deskripsikan bau/aroma yang teridentifikasi dalam bentuk verbal (kata-kata) pada tabel yang tersedia
di bawah ini. Istirahatkan hidung Anda selama 30 detik sebelum melakukan pengujian pada sampel
berikutnya.
Tanggal Pengujian :
Jenis Sampel : Larutan Gula
Penyajian
Booth Panelis Sampel
I 1, 6 A 532 C 399 B 618 D 375 E 472
II 2, 7 B 618 D 565 E 774 A 869 C 372
III 3, 8 C 624 E 514 B 487 D 471 A 193
IV 4, 9 D 396 A 642 C 741 E 654 B 165
V 5, 10 E 632 A 134 C 924 B 726 D 587
Tanggal Pengujian :
Jenis Sampel : Larutan Bau/Aroma
Penyajian
Booth Panelis Sampel
I 1, 6, 11, dst. P 298 S 554 R 728 Q 635 T 813
II 2, 7, 12, dst. Q 163 T 127 S 869 R 593 P 549
III 3, 8, 13, dst. R 759 P 488 T 487 S 854 Q 187
IV 4, 9, 14, dst. S 946 Q 743 P 741 T 711 R 252
V 5, 10, 15, dst. T 822 R 675 Q 259 P 448 S 665
86
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat 3 set sampel dimana pada setiap set sampel terdapat dua sampel yang
sama dan satu sampel berbeda. Cicipi sampel secara berurut dari kiri ke kanan dengan cara mengambil
sampel larutan menggunakan sendok sampel dan meletakkannya pada sampel pencicip untuk selanjutnya
dilakukan pengujian. Pencicipan dimulai dari set 1 (paling dekat dengan Anda) hingga set 3 (paling jauh
dari Anda).
Pencicipan hanya diperbolehkan satu kali dan tidak diperkenankan mengulang pencicipan.
Identifikasi sampel mana yang BERBEDA dengan menuliskan kode sampel yang berbeda pada tabel di
bawah ini.
Tanggal Pengujian :
Jenis Sampel : Larutan Campuran Gula dan Garam
Penyajian
Booth Panelis Set Sampel
I 1, 11, 21, dst. 1 M 688 N 655 N 663
2 M 746 M 996 N 478
3 M 122 N 242 M 946
II 2, 12, 22, dst. 1 N 595 M 164 M 237
2 N 873 N 932 M 159
3 N 214 M 466 N 314
III 3, 13, 23, dst. 1 M 937 M 841 N 582
2 M 451 N 659 M 821
3 M 369 N 773 N 795
IV 4, 14, 24, dst. 1 N 557 N 317 M122
2 N 788 M 584 N 875
3 N 232 M 195 M439
V 5, 15, 25, dst. 1 M 441 N 228 M258
2 M 969 N 275 N 786
3 M 123 M 941 N 644
VI 6, 16, 26, dst. 1 N 615 M 863 N 361
2 N 896 M 692 M513
3 N 132 N 784 M442
VII 7, 17, 27, dst. 1 M 855 N 537 N 367
2 M 969 M 426 N 564
3 M 313 N 119 M195
VIII 8, 18, 28, dst. 1 N 576 M 774 M756
2 N 791 N 585 M971
3 N 444 M 223 N 313
IX 9, 19, 29, dst. 1 M 228 M 841 N 278
2 M 687 N 397 M889
3 M 427 N 152 N 461
X 10, 20, 30, dst. 1 M 879 N 919 M695
2 N 755 M 636 N 249
3 N 318 M 468 M374
88
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Cicipilah
standar satu per satu dan berilah nilai sesuai dengan intensitasnya.
Tidak Sangat
Kuat Kuat
Instruksi
Dihadapan Anda terdapat standar aroma dengan konsentrasi yang berbeda. Baui standar aroma satu per
satu, kemudian tentukan nilainya dengan memberikan garis vertikal pada garis horizontal dibawah ini.
Tidak Sangat
Kuat Kuat
Instruksi
Dihadapan Anda terdapat beberapa kecap manis yang berbada. Identifikasi kekentalan kecap manis satu
per satu, kemudian tentukan nilainya dengan memberikan garis vertikal pada garis horizontal dibawah
ini.
Tidak Sangat
Kuat Kuat
89
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa larutan gula dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
larutan gula memiliki skor yang berbeda-beda. Cicipi sampel satu per satu dan cocokkan dengan skor
yang terdapat pada skala garis.
0 2 5 10 15
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa larutan garam dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
larutan garam memiliki skor yang berbeda-beda. Cicipi sampel satu per satu dan cocokkan dengan skor
yang terdapat pada skala garis.
0 2.5 5 8.5 15
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa larutan cuka dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
larutan cuka memiliki skor yang berbeda-beda. Cicipi sampel satu per satu dan cocokkan dengan skor
yang terdapat pada skala garis.
0 2.5 5 8.5 15
90
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa larutan MSG dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
larutan MSG memiliki skor yang berbeda-beda. Cicipi sampel satu per satu dan cocokkan dengan skor
yang terdapat pada skala garis.
0 2.5 5 8.5 15
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa larutan kafein dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
larutan kafein memiliki skor yang berbeda-beda. Cicipi sampel satu per satu dan cocokkan dengan skor
yang terdapat pada skala garis.
0 2 5 15
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa standar aroma dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
standar aroma memiliki skor yang berbeda-beda. Baui satu per satu dan cocokkan dengan skor yang
terdapat pada skala garis.
0 2 5 10 15
91
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa standar aroma dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
standar aroma memiliki skor yang berbeda-beda. Baui satu per satu dan cocokkan dengan skor yang
terdapat pada skala garis.
0 2.5 5 7.5 15
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa standar aroma dengan konsentrasi yang berbeda. Tiap konsentrasi
standar aroma memiliki skor yang berbeda-beda. Baui satu per satu dan cocokkan dengan skor yang
terdapat pada skala garis.
0 2.5 5 8.5 15
92
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa sampel kecap manis dengan konsentrasi yang berbeda. Disediakan
pula 2 larutan reference sebagai pembanding. Cicipi sampel satu per satu dari kiri ke kanan, beri tanda
berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal. Setelah
mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum
memulai pencicipan pada sampel berikutnya.
R1 R2
Tidak Sangat
Manis Manis
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa sampel kecap manis dengan konsentrasi yang berbeda. Disediakan
pula 2 larutan reference sebagai pembanding. Cicipi sampel satu per satu dari kiri ke kanan, beri tanda
berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal. Setelah
mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum
memulai pencicipan pada sampel berikutnya.
R1 R2
Tidak Sangat
Asin Asin
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa sampel kecap manis dengan konsentrasi yang berbeda. Disediakan
pula 2 larutan reference sebagai pembanding. Cicipi sampel satu per satu dari kiri ke kanan, beri tanda
berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal. Setelah
mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum
memulai pencicipan pada sampel berikutnya.
R1 R2
Tidak Sangat
Asam Asam
93
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa sampel kecap manis dengan konsentrasi yang berbeda. Disediakan
pula 2 larutan reference sebagai pembanding. Cicipi sampel satu per satu dari kiri ke kanan, beri tanda
berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal. Setelah
mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum
memulai pencicipan pada sampel berikutnya.
R1 R2
Tidak Sangat
Gurih Gurih
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa sampel kecap manis dengan konsentrasi yang berbeda. Disediakan
pula 2 larutan reference sebagai pembanding. Cicipi sampel satu per satu dari kiri ke kanan, beri tanda
berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal. Setelah
mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum
memulai pencicipan pada sampel berikutnya.
R1 R2
Tidak Sangat
Pahit Pahit
R1 R2
R1 R2
R1 R2
R1 R2
R1 R2
R1 R2
Instruksi
Di hadapan Anda terdapat beberapa sampel kecap manis dengan konsistensi yang berbeda. Disediakan
pula 2 reference sebagai pembanding. Lihat konsistensi sampel satu persatu, kemudian beri nilai berupa
garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal.
R1 R2
Tidak Sangat
Kental Kental
97
Tanggal Pengujian :
Jenis Sampel : Kecap manis
Reference
Atribut Rasa Konsentrasi (%)
R1 R2
Manis 19.26 31.47
Asin 0.7 1.7
Asam 0.026 0.055
Gurih 0.128 0.206
Pahit 0.05 0.08
Konsentrasi (%)
R1 R2
Atribut Kekentalan 1302.50 3305.00
Penyajian
Booth Panelis Sampel
I 1, 6 A 849 C 914 B 337 D 993 E 375 F 869
II 2, 7 B 556 D 628 A 843 C 725 F 618 E 372
III 3, 8 C 624 B 396 D 562 A 134 E 399 F 193
IV 4, 9 D 923 A 282 C 924 B 842 F 532 E 471
V 5, 10 A 487 C 741 B 259 D 476 E 565 F 487
98
BIODATA
Nama :
Alamat :
No. telepon :
Umur :
Jenis kelamin : (L/P)
Pekerjaan :
KUISIONER
1. Merk kecap apakah yang anda gunakan?
2. Biasanya Anda mengkonsumsi kecap dalam bentuk makanan apa?
3. Seberapa sering Anda mengkonsumsi kecap dalam seminggu…..kali dan dalam
sehari…..kali
Petunjuk
Dihadapan Anda disajikan 6 sampel kecap manis satu per satu. Tulis kode dari masing-masing
sampel dan cicipi masing-masing sampel satu per satu. Lalu, berilah penilaian berdasarkan
tingkat kesukaan Anda terhadap sampel tersebut berupa tanda cek list (√) dalam kolom atribut
yang telah disediakan. Jangan membandingkan antara sampel satu dengan yang lainnya.
Berilah komentar jika diperlukan.
Kode sampel
Atribut
Sangat tidak suka sekali
Sangat tidak suka
Tidak suka
Agak tidak suka
Netral
Agak suka
Suka
Sangat suka
Sangat suka sekali
Komentar :
99
Apakah anda sudah pernah mengikuti program sejenis? Jika ya, kapan?
WAKTU
1. Dalam jam kantor, kapan bisa melakukan pengujian (internal)?
a. 09.00 – 11.00
b. 14.00 – 16.00
KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan :
Diabetes
Hipoglikemia
Alergi makanan (sebutkan) …………………….
Hipertensi
Gangguan rongga mulut dan gigi
Gangguan saluran pernafasan
2. Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang mempengaruhi
kepekaan dan penciuman?
FOOD HABITS
1. Apakah anda sedang melakukan diet atau pembatasan makanan tertentu? Jika
ya, jelaskan!
7. Apakah anda biasa mengkonsumsi kecap manis? Jika ya, sebutkan dalam
makanan apa?
QUIZ RINGAN
1. Apa yang anda ketahui cara untuk menghilangkan bias dalam uji sensori?
2. Bahan apa yang biasa ditambahkan untuk menimbulkan rasa gurih pada
makanan?
4. Sebutkan semua sifat sensori yang terdapat pada produk kecap manis!
5. Jelaskan menurut anda kecap manis yang berkualitas baik itu seperti apa!
Nama :………………………………………………….
Telp/HP :………………………………………………….
Bogor, …………………..
( )
103
KEMAMPUAN MENSKALA
104
Lampiran 15. Kurva Standar Penentuan Standar Atribut Rasa, Aroma, dan Kekentalan
1
0.5
0
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5
Konsentrasi
1.5
y = 1.467x + 1.705
Skor
R² = 0.999 1
0.5
0
-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2
Konsentrasi
105
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2
Konsentrasi
0.4 R² = 0.982
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Konsentrasi
106
0.6
0.4
0.2
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5
Konsentrasi
0.6000
y = 0.977x + 1.150
0.4000
R² = 0.996
0.2000
0.0000
-0.8000 -0.6000 -0.4000 -0.2000 0.0000 0.2000
Konsentrasi
107
Aroma Smoke
Standar: Asap Cair
Skor Konsentrasi (%) Ket
2.5 0.17 R1
5 0.32 R2
8.5 0.46
15 0.86
110
Lampiran 17. Hasil uji sidik ragam atribut rasa manis sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7
G 8 24.0275
D 8 42.1950
J 8 47.1137 47.1137
E 8 52.9712 52.9712
B 8 53.9725 53.9725 53.9725
M 8 55.0288 55.0288 55.0288 55.0288
A 8 58.4725 58.4725 58.4725
C 8 59.2225 59.2225 59.2225
H 8 60.0000 60.0000 60.0000
L 8 61.9375 61.9375 61.9375 61.9375
I 8 63.3612 63.3612 63.3612
K 8 64.1250 64.1250
F 8 71.0838
Sig. 1.000 .253 .094 .073 .060 .068 .052
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
111
Lampiran 18. Hasil uji sidik ragam atribut rasa asin sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7
M 8 26.2775
L 8 32.5388 32.5388
K 8 35.4437 35.4437
F 8 39.0275 39.0275
G 8 41.1950 41.1950
C 8 48.1100 48.1100
H 8 49.0000 49.0000
A 8 52.5550 52.5550
J 8 55.7762 55.7762 55.7762
I 8 57.8050 57.8050 57.8050 57.8050
E 8 61.0988 61.0988 61.0988
B 8 64.7788 64.7788
D 8 66.9162
Sig. .084 .115 .069 .085 .120 .101 .097
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
112
Lampiran 19. Hasil uji sidik ragam atribut rasa asam sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3
L 8 12.6400
K 8 13.2212
M 8 15.3050 15.3050
E 8 15.9738 15.9738
C 8 16.8062 16.8062
A 8 17.1387 17.1387
B 8 17.1950 17.1950
I 8 17.4712 17.4712
H 8 19.1950 19.1950 19.1950
F 8 19.8062 19.8062 19.8062
D 8 21.1112 21.1112 21.1112
J 8 23.7788 23.7788
G 8 27.2225
Sig. .076 .074 .072
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
113
Lampiran 20. Hasil uji sidik ragam atribut rasa gurih sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4
G 8 15.7238
D 8 18.0275 18.0275
B 8 20.2638 20.2638 20.2638
J 8 21.7500 21.7500 21.7500
H 8 22.6125 22.6125 22.6125
F 8 24.9025 24.9025 24.9025 24.9025
K 8 24.9437 24.9437 24.9437 24.9437
A 8 26.0550 26.0550 26.0550 26.0550
L 8 26.1825 26.1825 26.1825 26.1825
M 8 27.3613 27.3613 27.3613
C 8 27.8462 27.8462 27.8462
I 8 30.0013 30.0013
E 8 33.7212
Sig. .053 .072 .074 .101
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
114
Lampiran 21. Hasil uji sidik ragam atribut rasa pahit sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3
F 8 3.5275
M 8 4.3488
L 8 4.7500
A 8 5.7775
B 8 6.1525
E 8 6.9738
I 8 7.1100
D 8 7.3900
K 8 7.6950
C 8 7.9025
H 8 13.7488
J 8 16.7488
G 8 32.9175
Sig. .195 .284 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
115
Lampiran 22. Hasil uji sidik ragam atribut aroma asam sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2
K 8 4.9162
L 8 5.2762
F 8 5.9162
B 8 6.5288
M 8 7.3875
E 8 7.4712
A 8 8.2500
H 8 8.5838
I 8 8.6950
D 8 8.9150
C 8 10.1675
J 8 15.8900
G 8 16.6675
Sig. .114 .777
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
116
Lampiran 23. Hasil uji sidik ragam atribut aroma moromi sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1
G 8 6.8888
D 8 7.0838
F 8 7.4450
L 8 8.0825
B 8 8.0838
M 8 8.4162
K 8 9.0275
I 8 9.5825
A 8 9.5838
J 8 9.7775
E 8 10.5000
H 8 11.3325
C 8 11.6650
Sig. .196
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
117
Lampiran 24. Hasil uji sidik ragam atribut aroma gula aren sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7
F 8 1.2225
L 8 5.0562 5.0562
A 8 5.6950 5.6950 5.6950
G 8 8.9988 8.9988 8.9988
I 8 10.9712 10.9712
H 8 12.3600 12.3600
M 8 13.5012 13.5012
J 8 20.1375 20.1375
B 8 21.1675 21.1675
E 8 21.8888 21.8888 21.8888
K 8 26.5838 26.5838 26.5838
D 8 28.4712 28.4712
C 8 29.3337
Sig. .050 .073 .055 .069 .106 .066 .061
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
118
Lampiran 25. Hasil uji sidik ragam atribut aroma gula kelapa sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5
J 8 3.5275
D 8 6.3325
G 8 6.7775
E 8 8.3612
B 8 9.1938
H 8 9.5838
I 8 23.6387
A 8 28.5275 28.5275
C 8 33.3600 33.3600
L 8 39.0837 39.0837
F 8 42.8325 42.8325
M 8 42.8325 42.8325
K 8 45.9737
Sig. .263 .295 .301 .064 .181
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
119
Lampiran 26. Hasil uji sidik ragam atribut aroma karamel sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5 6
G 8 7.6112
J 8 14.1388 14.1388
H 8 15.9700 15.9700 15.9700
D 8 16.1388 16.1388 16.1388
A 8 16.6388 16.6388 16.6388
E 8 16.6950 16.6950 16.6950
C 8 18.8875 18.8875
K 8 22.3875 22.3875 22.3875
B 8 22.5275 22.5275 22.5275
I 8 24.2788 24.2788 24.2788
M 8 30.5000 30.5000 30.5000
L 8 33.1675 33.1675
F 8 35.4975
Sig. .064 .097 .100 .085 .051 .274
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
120
Lampiran 27. Hasil uji sidik ragam atribut aroma smoke sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Ulangan
Duncan
Sampel N 1 2 3 4
D 8 2.6112
F 8 3.5262
L 8 4.2500
B 8 5.8600 5.8600
M 8 6.0262 6.0262
A 8 6.1938 6.1938
C 8 6.3338 6.3338 6.3338
K 8 7.3325 7.3325 7.3325
I 8 8.0262 8.0262 8.0262
G 8 9.8350 9.8350 9.8350
E 8 11.2500 11.2500 11.2500
H 8 11.6663 11.6663
J 8 14.0288
Sig. .056 .055 .051 .112
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
121
Lampiran 28. Hasil uji sidik ragam atribut aroma pekak sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3
E 8 4.1100
I 8 4.2225
L 8 5.4175 5.4175
G 8 5.4725 5.4725
J 8 5.7212 5.7212
K 8 6.0000 6.0000
A 8 6.9438 6.9438 6.9438
B 8 7.5000 7.5000 7.5000
H 8 8.2225 8.2225 8.2225
F 8 8.3612 8.3612 8.3612
M 8 8.6950 8.6950 8.6950
C 8 9.9162 9.9162
D 8 11.5562
Sig. .093 .097 .080
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
122
Lampiran 29. Hasil uji sidik ragam atribut kekentalan sampel kecap manis
ANOVA
ulangan
ulangan
Duncan
Sampel N 1 2 3 4 5 6
E 8 26.1388
B 8 30.7775 30.7775
A 8 31.4150 31.4150
C 8 32.7788
H 8 35.0012 35.0012
I 8 35.2512 35.2512
J 8 35.8600 35.8600
G 8 38.8338
D 8 45.0538
K 8 53.7238
M 8 57.8063
L 8 57.9450
F 8 73.4162
Eigenvalues:
F1 F2 F3 F4 F5
Eigenvalue 3.170 1.023 0.447 0.269 0.090
% variance 63.410 20.468 8.944 5.373 1.805
Cumulative
% 63.410 83.878 92.822 98.195 100.000
Eigenvectors:
F1 F2 F3 F4 F5
Manis -0.506 0.019 -0.298 0.703 0.401
Asin 0.141 0.953 -0.003 -0.073 0.258
Asam 0.514 0.114 0.046 0.678 -0.510
Gurih -0.452 0.127 0.855 0.132 -0.174
Pahit 0.504 -0.250 0.422 0.153 0.694
124
Eigenvalues:
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Eigenvalue 3.041 1.455 0.732 0.379 0.230 0.163
% variance 50.685 24.256 12.193 6.309 3.834 2.722
Cumulative % 50.685 74.942 87.135 93.444 97.278 100.000
Eigenvectors:
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Aroma Asam -0.475 -0.019 -0.452 0.560 -0.187 0.470
Gula Aren -0.178 0.597 0.701 0.155 -0.117 0.288
Gula Kelapa 0.483 -0.127 0.171 0.768 -0.152 -0.329
Pekak 0.155 0.705 -0.430 0.131 0.491 -0.189
Karamel 0.520 -0.183 0.058 0.020 0.420 0.718
Smoke -0.463 -0.311 0.294 0.234 0.715 -0.192
125
Lampiran 32. Hasil uji sidik ragam preferensi konsumen kecap manis (uji hedonik)
Dependent Variable:Skor
Skor
Duncan
Subset
Sampel N 1 2 3 4 5 6
G 54 2.81
D 54 3.50
E 54 4.28
J 54 4.74 4.74
C 54 4.78 4.78
H 54 4.81 4.81
K 54 4.87 4.87
I 54 5.39 5.39
F 54 5.43 5.43
A 54 5.59
B 54 5.59
L 54 6.00 6.00
M 54 6.59
Lampiran 33. Hasil uji sidik ragam atribut viskositas sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
J 4 1.1000E3
H 4 1.2775E3
A 4 1.3025E3
B 4 1.4400E3
I 4 1.4450E3
E 4 1.5100E3
G 4 1.5375E3
C 4 1.7475E3
D 4 1.8800E3
K 4 3.2000E3
M 4 3.3000E3
L 4 3.3050E3
F 4 6.7500E3
Sig. 1.000 .067 .708 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 .708 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
127
Lampiran 34. Hasil uji sidik ragam atribut total padatan terlarut (°brix) sampel kecap
manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Ulangan
Duncan
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8
I 4 75.0500
J 4 75.1000
A 4 75.8000
G 4 76.0000 76.0000
E 4 76.1000
H 4 76.1500 76.1500
D 4 76.2000 76.2000
C 4 76.3750 76.3750
B 4 76.4750
M 4 77.3250
K 4 77.4750 77.4750
L 4 77.7000
F 4 80.1000
Sig. .672 .096 .127 .076 .398 .208 .062 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
128
Lampiran 35. Hasil uji sidik ragam atribut warna (L) sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5
B 4 26.7425
A 4 26.7875 26.7875
I 4 26.7875 26.7875
D 4 26.7950 26.7950
G 4 26.8825 26.8825 26.8825
C 4 26.8925 26.8925 26.8925
M 4 27.0400 27.0400 27.0400 27.0400
H 4 27.1025 27.1025 27.1025
J 4 27.1600 27.1600
E 4 27.2000 27.2000
K 4 27.3000 27.3000
L 4 27.3050 27.3050
F 4 27.5450
Sig. .075 .060 .055 .109 .110
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
129
Lampiran 36. Hasil uji sidik ragam atribut Aw sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Ulangan
Duncan
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8
K 4 .6432
M 4 .6435
L 4 .6565
I 4 .6678
F 4 .6795
J 4 .7048
B 4 .7092 .7092
E 4 .7152 .7152
G 4 .7210
C 4 .7215
D 4 .7325
H 4 .7372
A 4 .7375
Sig. .954 1.000 1.000 1.000 .306 .174 .181 .284
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
130
Lampiran 37. Hasil uji sidik ragam atribut pH sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Ulangan
Duncan
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8 9
F 4 4.8300
J 4 4.8400
G 4 4.8550
D 4 4.9750
A 4 5.0025 5.0025
B 4 5.0250
I 4 5.3000
K 4 5.3575
H 4 5.5050
M 4 5.5200
C 4 5.5800
E 4 5.7350
L 4 5.8525
Sig. .251 .182 .273 1.000 1.000 .463 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
131
Lampiran 38. Hasil uji sidik ragam atribut kadar air sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8
F 4 12.4418
L 4 15.3822
M 4 15.7173
B 4 16.4581
K 4 16.5922
D 4 17.5922
C 4 17.6125
E 4 18.1412
H 4 18.3194
I 4 18.8938
G 4 19.2418 19.2418
J 4 19.4969
A 4 20.1661
Sig. 1.000 .069 .459 .910 .326 .059 .162 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
132
Lampiran 39. Hasil uji sidik ragam atribut kadar abu sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 4 4.5474
K 4 4.8024
M 4 5.1598
A 4 5.2390 5.2390
L 4 5.3178 5.3178
C 4 5.4116
H 4 5.8737
J 4 6.0455
I 4 6.1284
E 4 6.3313
B 4 6.4289
D 4 7.1691
G 4 8.1058
Sig. 1.000 1.000 .127 .129 .073 1.000 .111 .062 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
133
Lampiran 40. Hasil uji sidik ragam atribut kadar garam sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 4 2.5947
K 4 3.2978
M 4 3.3023
L 4 3.3290
C 4 3.6460
H 4 3.7769
E 4 4.1113
A 4 4.1235
I 4 4.3648
J 4 4.5908
B 4 4.8011
G 4 5.3382
D 4 5.7124
Sig. 1.000 .574 1.000 1.000 .814 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
134
Lampiran 41. Hasil uji sidik ragam atribut total nitrogen sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8
K 4 .1666
F 4 .1964
M 4 .2093
B 4 .2196
L 4 .2204
H 4 .2387
E 4 .2459 .2459
A 4 .2541
I 4 .2776
J 4 .2794
C 4 .3197
G 4 .3296
D 4 .3418
Sig. 1.000 1.000 .093 .242 .182 .768 .113 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
135
Lampiran 42. Hasil uji sidik ragam atribut total gula sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Ulangan
Duncan
Sampel N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
G 4 41.4012
I 4 43.7980
H 4 46.6761
K 4 47.6365
J 4 47.7367
D 4 48.2192
B 4 49.4906
C 4 50.8392
A 4 50.8995
E 4 52.7872
F 4 53.3422
M 4 53.6966
L 4 53.7716
Sig. 1.000 1.000 1.000 .305 1.000 1.000 .536 1.000 1.000 .441
Lampiran 43. Hasil uji sidik ragam atribut kadar MSG sampel kecap manis
ANOVA
Ulangan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Sampel N 1 2 3 4
A 4 4.0948E2
L 4 5.3386E2
E 4 5.5690E2
B 4 5.9043E2
D 4 7.0145E2
G 4 7.3239E2
C 4 1.5185E3
Sig. 1.000 .170 .421 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
137
Eigenvalues:
F1 F2 F3 F4
Eigenvalue 2.977 0.639 0.360 0.023
% variance 74.432 15.984 9.004 0.581
Cumulative % 74.432 90.415 99.419 100.000
Eigenvectors:
F1 F2 F3 F4
Aw -0.402 0.889 0.192 0.105
Derajat Brix 0.533 0.395 -0.350 -0.662
Viskositas 0.557 0.228 -0.297 0.742
Lightness 0.494 0.040 0.868 -0.036
138
Eigenvalues:
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7
Eigenvalue 3.934 1.400 0.760 0.377 0.304 0.175 0.049
% variance 56.197 20.003 10.863 5.391 4.339 2.504 0.705
Cumulative % 56.197 76.199 87.062 92.453 96.792 99.295 100.000
Eigenvectors:
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7
pH -0.235 0.539 0.618 -0.450 0.052 0.206 0.158
Kadar Air 0.368 0.029 0.653 0.582 0.104 -0.214 -0.205
Kadar Abu 0.464 0.005 -0.060 -0.511 0.312 -0.001 -0.650
Total Nitrogen 0.431 0.278 -0.172 0.244 -0.129 0.791 0.071
Total Gula -0.386 0.342 -0.242 0.336 0.729 0.068 -0.165
Garam 0.475 -0.009 -0.065 -0.146 0.477 -0.210 0.690
MSG 0.181 0.717 -0.309 0.061 -0.337 -0.487 -0.046
Lampiran 46. Data hasil analisis fisikokimia
Manis Pahit Asin Gurih Asam Kekentalan Aromaasam Moromi Karamel Pekak Smoke Gulaaren Gulakelapa
** * ** ** ** *
Manis Pearson Correlation 1 -.817 -.212 .646 -.743 .334 -.763 .376 .725 .023 -.281 -.170 .643
Sig. (2-tailed) .001 .487 .017 .004 .265 .002 .206 .005 .940 .352 .578 .018
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * ** ** ** *
Pahit Pearson Correlation -.817 1 -.005 -.645 .821 -.281 .850 -.149 -.722 -.234 .554 -.044 -.538
Sig. (2-tailed) .001 .986 .017 .001 .352 .000 .627 .005 .442 .049 .886 .058
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Asin Pearson Correlation -.212 -.005 1 -.071 .302 -.700** .220 .174 -.508 .119 .187 .424 -.753**
Sig. (2-tailed) .487 .986 .817 .316 .008 .471 .569 .077 .699 .541 .149 .003
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Gurih Pearson Correlation .646* -.645* -.071 1 -.687** -.046 -.435 .562* .411 -.298 .044 .033 .436
Sig. (2-tailed) .017 .017 .817 .009 .880 .137 .046 .163 .323 .887 .916 .136
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** ** ** ** * *
Asam Pearson Correlation -.743 .821 .302 -.687 1 -.185 .856 -.283 -.639 .084 .356 -.077 -.652
Sig. (2-tailed) .004 .001 .316 .009 .545 .000 .349 .019 .785 .232 .802 .016
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Kekentalan Pearson Correlation .334 -.281 -.700** -.046 -.185 1 -.394 -.544 .749** .222 -.550 -.408 .693**
Sig. (2-tailed) .265 .352 .008 .880 .545 .183 .055 .003 .467 .052 .166 .009
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** ** ** ** * *
Aromaasam Pearson Correlation -.763 .850 .220 -.435 .856 -.394 1 .002 -.725 -.110 .584 .068 -.606
Sig. (2-tailed) .002 .000 .471 .137 .000 .183 .996 .005 .721 .036 .824 .028
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
*
Moromi Pearson Correlation .376 -.149 .174 .562 -.283 -.544 .002 1 -.221 -.093 .524 .312 -.052
Sig. (2-tailed) .206 .627 .569 .046 .349 .055 .996 .468 .762 .066 .299 .866
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Karamel Pearson Correlation .725** -.722** -.508 .411 -.639* .749** -.725** -.221 1 .066 -.589* -.387 .758**
Sig. (2-tailed) .005 .005 .077 .163 .019 .003 .005 .468 .830 .034 .191 .003
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Pekak Pearson Correlation .023 -.234 .119 -.298 .084 .222 -.110 -.093 .066 1 -.532 .294 .075
Sig. (2-tailed) .940 .442 .699 .323 .785 .467 .721 .762 .830 .061 .330 .807
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Smoke Pearson Correlation -.281 .554* .187 .044 .356 -.550 .584* .524 -.589* -.532 1 .116 -.532
Sig. (2-tailed) .352 .049 .541 .887 .232 .052 .036 .066 .034 .061 .705 .061
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Gulaaren Pearson Correlation -.170 -.044 .424 .033 -.077 -.408 .068 .312 -.387 .294 .116 1 -.250
Sig. (2-tailed) .578 .886 .149 .916 .802 .166 .824 .299 .191 .330 .705 .410
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Gulakelapa Pearson Correlation .643* -.538 -.753** .436 -.652* .693** -.606* -.052 .758** .075 -.532 -.250 1
Sig. (2-tailed) .018 .058 .003 .136 .016 .009 .028 .866 .003 .807 .061 .410
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Sig. (2-tailed) .898 .357 .296 .260 .266 .102 .047 .556 .282 .048
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** ** *
TPT Pearson Correlation -.040 1 -.159 .814 .479 -.813 -.366 -.271 .582 -.499 -.021
Sig. (2-tailed) .898 .603 .001 .098 .001 .219 .371 .037 .083 .947
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
aw Pearson Correlation .278 -.159 1 -.555* -.509 .562* .548 .630* -.255 .571* .466
Sig. (2-tailed) .357 .603 .049 .076 .045 .053 .021 .400 .042 .108
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Viskositas Pearson Correlation -.314 .814** -.555* 1 .732** -.907** -.591* -.541 .494 -.690** -.290
Sig. (2-tailed) .296 .001 .049 .004 .000 .033 .056 .086 .009 .337
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * * * **
Warna Pearson Correlation -.337 .479 -.509 .732 1 -.607 -.558 -.610 .446 -.721 -.516
Sig. (2-tailed) .260 .098 .076 .004 .028 .048 .027 .127 .005 .071
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Air Pearson Correlation .333 -.813** .562* -.907** -.607* 1 .547 .570* -.570* .640* .159
Sig. (2-tailed) .266 .001 .045 .000 .028 .053 .042 .042 .019 .603
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * ** * **
Abu Pearson Correlation .473 -.366 .548 -.591 -.558 .547 1 .736 -.682 .922 .307
Sig. (2-tailed) .102 .219 .053 .033 .048 .053 .004 .010 .000 .307
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * * * ** ** *
Nitrogen Pearson Correlation .559 -.271 .630 -.541 -.610 .570 .736 1 -.479 .753 .578
Sig. (2-tailed) .047 .371 .021 .056 .027 .042 .004 .098 .003 .039
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Gula Pearson Correlation -.180 .582* -.255 .494 .446 -.570* -.682* -.479 1 -.635* .053
Sig. (2-tailed) .556 .037 .400 .086 .127 .042 .010 .098 .020 .863
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Garam Pearson Correlation .323 -.499 .571* -.690** -.721** .640* .922** .753** -.635* 1 .309
Sig. (2-tailed) .282 .083 .042 .009 .005 .019 .000 .003 .020 .304
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
MSG Pearson Correlation .556* -.021 .466 -.290 -.516 .159 .307 .578* .053 .309 1
Sig. (2-tailed) .048 .947 .108 .337 .071 .603 .307 .039 .863 .304
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
Manis Pahit Asin Gurih Asam Kekentalan pH aw TPT Viskositas Warna Air Abu Garam Gula Nitrogen MSG
** * ** ** ** *
Manis Pearson Correlation 1 -.817 -.212 .646 -.743 .334 .295 -.424 .445 .476 .428 -.484 -.863 -.810 .546 -.660 -.371
Sig. (2-tailed) .001 .487 .017 .004 .265 .328 .149 .127 .100 .145 .094 .000 .001 .054 .014 .213
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * ** ** * **
Pahit Pearson Correlation -.817 1 -.005 -.645 .821 -.281 -.363 .354 -.381 -.382 -.182 .488 .714 .554 -.750 .505 .115
Sig. (2-tailed) .001 .986 .017 .001 .352 .223 .235 .199 .198 .552 .090 .006 .049 .003 .079 .707
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * * * *
Asin Pearson Correlation -.212 -.005 1 -.071 .302 -.700 -.314 .666 -.550 -.578 -.590 .482 .537 .667 -.258 .488 .245
Sig. (2-tailed) .487 .986 .817 .316 .008 .297 .013 .051 .039 .034 .095 .058 .013 .394 .090 .419
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * ** * * *
Gurih Pearson Correlation .646 -.645 -.071 1 -.687 -.046 .593 -.332 .018 .097 .230 -.051 -.602 -.566 .550 -.320 -.055
Sig. (2-tailed) .017 .017 .817 .009 .880 .033 .268 .954 .752 .449 .868 .030 .044 .052 .287 .858
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** ** ** * ** * * *
Asam Pearson Correlation -.743 .821 .302 -.687 1 -.185 -.650 .552 -.239 -.222 -.222 .347 .725 .642 -.641 .650 .132
Sig. (2-tailed) .004 .001 .316 .009 .545 .016 .050 .432 .466 .466 .245 .005 .018 .018 .016 .667
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * ** ** * ** *
Kekentalan Pearson Correlation .334 -.281 -.700 -.046 -.185 1 -.035 -.664 .864 .921 .670 -.843 -.533 -.584 .381 -.483 -.374
Sig. (2-tailed) .265 .352 .008 .880 .545 .910 .013 .000 .000 .012 .000 .061 .036 .199 .094 .208
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* *
pH Pearson Correlation .295 -.363 -.314 .593 -.650 -.035 1 -.271 .019 -.047 .149 -.119 -.366 -.447 .456 -.284 .195
Sig. (2-tailed) .328 .223 .297 .033 .016 .910 .370 .950 .880 .628 .700 .218 .126 .117 .347 .523
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * * * * *
aw Pearson Correlation -.424 .354 .666 -.332 .552 -.664 -.271 1 -.440 -.555 -.505 .562 .548 .571 -.255 .630 .466
Sig. (2-tailed) .149 .235 .013 .268 .050 .013 .370 .133 .049 .078 .046 .053 .041 .400 .021 .108
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** ** ** ** * * *
TPT Pearson Correlation .445 -.381 -.550 .018 -.239 .864 .019 -.440 1 .967 .688 -.933 -.571 -.681 .547 -.570 -.169
Sig. (2-tailed) .127 .199 .051 .954 .432 .000 .950 .133 .000 .009 .000 .042 .010 .053 .042 .580
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* ** * ** ** ** * **
Viskositas Pearson Correlation .476 -.382 -.578 .097 -.222 .921 -.047 -.555 .967 1 .732 -.906 -.591 -.690 .494 -.541 -.290
Sig. (2-tailed) .100 .198 .039 .752 .466 .000 .880 .049 .000 .004 .000 .033 .009 .086 .056 .337
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * ** ** * * ** *
Warna Pearson Correlation .428 -.182 -.590 .230 -.222 .670 .149 -.505 .688 .732 1 -.609 -.553 -.718 .444 -.608 -.513
Sig. (2-tailed) .145 .552 .034 .449 .466 .012 .628 .078 .009 .004 .027 .050 .006 .128 .027 .073
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * ** ** * * * *
Air Pearson Correlation -.484 .488 .482 -.051 .347 -.843 -.119 .562 -.933 -.906 -.609 1 .548 .640 -.569 .571 .159
Sig. (2-tailed) .094 .090 .095 .868 .245 .000 .700 .046 .000 .000 .027 .053 .019 .042 .042 .604
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** ** * ** * * * ** * **
Abu Pearson Correlation -.863 .714 .537 -.602 .725 -.533 -.366 .548 -.571 -.591 -.553 .548 1 .922 -.682 .736 .307
Sig. (2-tailed) .000 .006 .058 .030 .005 .061 .218 .053 .042 .033 .050 .053 .000 .010 .004 .308
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * * * * * * * ** ** * ** * **
Garam Pearson Correlation -.810 .554 .667 -.566 .642 -.584 -.447 .571 -.681 -.690 -.718 .640 .922 1 -.636 .753 .307
Sig. (2-tailed) .001 .049 .013 .044 .018 .036 .126 .041 .010 .009 .006 .019 .000 .020 .003 .307
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
** * * * *
Gula Pearson Correlation .546 -.750 -.258 .550 -.641 .381 .456 -.255 .547 .494 .444 -.569 -.682 -.636 1 -.479 .053
Sig. (2-tailed) .054 .003 .394 .052 .018 .199 .117 .400 .053 .086 .128 .042 .010 .020 .097 .863
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
* * * * * * ** ** *
Nitrogen Pearson Correlation -.660 .505 .488 -.320 .650 -.483 -.284 .630 -.570 -.541 -.608 .571 .736 .753 -.479 1 .577
Sig. (2-tailed) .014 .079 .090 .287 .016 .094 .347 .021 .042 .056 .027 .042 .004 .003 .097 .039
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
*
MSG Pearson Correlation -.371 .115 .245 -.055 .132 -.374 .195 .466 -.169 -.290 -.513 .159 .307 .307 .053 .577 1
Sig. (2-tailed) .213 .707 .419 .858 .667 .208 .523 .108 .580 .337 .073 .604 .308 .307 .863 .039
N 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).