Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Data praktik komunitas pada tahun 2013 di Desa Argomulyo diketahui jumlah pasangan usia subur (PUS) adalah
900 pasangan dan yang mengikuti KB sejumlah 533 pasangan (59,22%). Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pendidikan PUS dengan keikutsertaan KB dan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada
PUS di Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta tahun 2014. Jenis penelitian observasional analitik dengan
metode cross sectional. Populasinya adalah semua PUS di Dusun Puluhan, Kemusuk Kidul, Karang Lo, Pedes,
Surobayan, Kali Berot di Desa Argomulyo, Sedayu Bantul, Yogyakarta sebanyak 916 pasangan. Sampel diambil
menggunakan teknik total sampling dengan jumlah pasangan usia subur 907 pasangan dan 9 pasangan termasuk
dalam kriteria eksklusi. Analisis data yang digunakan adalah chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
610 pasangan (67,3%) yang mengikuti KB dan 297 pasangan (32,7%) tidak mengikuti KB. Hasil chi-square χ2
keikutsertaan KB istri 3,658 dan x2 pemilihan jenis alat kontrasepsi istri 50,194, x2 keikutsertaan KB suami 0,926
dan χ2 pemilihan jenis alat kontrasepsi suami 53,862. Kesimpulan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
pasangan usia subur dengan keikutsertaan KB dan ada hubungan antara tingkat pendidikan pasangan usia subur
dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi di Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta tahun 2014.
Info Artikel:
Artikel dikirim pada 19 April 2015
Artikel diterima pada 29 Mei 2015
DOI : http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2016.4(1).11-18
Tingkat Pendidikan PUS berhubungan dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi tetapi Tidak Berhubungan dengan Keikutsertaan KB 11
PENDAHULUAN mengikuti KB sejumlah 533 pasangan atau sekitar
59,22%. Jika dilihat dari persentase berdasarkan
Perkembangan penduduk dunia saat ini terus
data tersebut maka akseptor KB di 6 Dusun di Desa
mengalami peningkatan. Indonesia merupakan salah
Argomulyo masih rendah. Keikutsertaan KB pada
satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke 4
PUS di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
di dunia. Pada tahun 2012 urutan pertama ditempati
adalah pengetahuan, pendidikan, agama, jumlah
oleh China dengan jumlah penduduk 1.354,8 juta jiwa,
anak, sosial ekonomi dan dukungan pasangan
peringkat ke dua diduduki oleh India dengan jumlah
atau dukungan keluarga akan mempengaruhi
penduduk 1.261,0 juta jiwa, peringkat ke tiga diduduki
perkembangan dan kemajuan program KB di
oleh Amerika Serikat dengan jumlah penduduk 315,8
Indonesia. Dari hasil informasi setiap Kepala Dusun
juta jiwa dan penduduk Indonesia menempati urutan
mengatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat
ke empat dunia yaitu sebesar 244,2 juta jiwa(1).
di sana bervariasi. Dari beberapa penelitian yang
Menurut Badan Kesejahteraan Keluarga
pernah dilakukan, variabel latar belakang pendidikan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
responden merupakan variabel yang sejak lama
(BKKPPKB) dan United Nations Population Found
dianggap memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan
(UNFPA, 2005) pelaksanaan program KB masih
KB. Menurut Westoff dan Bankole dalam Ubaidiyah
mengalami beberapa hambatan sehingga jumlah
penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa variabel
kelahiran masih tinggi. Menurut Survei Demografi
latar belakang pendidikan responden berpengaruh
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, masih
signifikan terhadap keikutsertaan KB(5).
sekitar 46% Pasangan usia subur (PUS) yang belum
Menurut Rizali et al. menuliskan bahwa semakin
menjadi akseptor KB. Tingkat prevalensi pemakaian
tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi
alat kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence
pribadi seseorang berpendapat, berpikir, bersikap,
Rate (CPR), yang menunjukkan tingkat kesertaan
lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan
ber-KB di antara PUS mencapai 61,9% (suatu cara).
dan tindakan. Pendidikan juga akan meningkatkan
Sebanyak 57,9% di antaranya menggunakan cara KB
kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat
modern, hanya meningkat sebesar 0,5% dari 57,4%
dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit,
dalam 5 tahun terakhir. Penggunaan kontrasepsi
sehingga akan mempengaruhi dalam mengambil
didominasi oleh alat kontrasepsi jangka pendek,
keputusan dalam mengikuti program KB(6).
terutama suntikan, yang mencapai 31,9%. Tingkat
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi
pemakaian metode KB jangka panjang (MKJP), yaitu
kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi
IUD, implan, metode operasi pria (MOP/vasektomi)
juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah
target MDG’s tahun 2015 adalah 4,5% tetapi yang
memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak
baru dicapai 0,27% (2). Untuk metode operasi wanita
digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan.
(MOW/tubektomi) hanya sebesar 10,6%. Kebutuhan
Dikatakan bahwa wanita yang berpendidikan biasanya
ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) sudah
menginginkan keluarga berencana yang efektif,
berhasil diturunkan menjadi 8,5% namun masih jauh
tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait
dari sasaran yang telah ditetapkan(2).
dengan efek samping dari metode kontrasepsi(7).
Berdasarkan hasil survey BKKPPKB pada
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
tahun 2013 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
tingkat pendidikan PUS dengan keikutsertaan KB dan
jumlah PUS sebanyak 1.104.844 jiwa dan yang
pemilihan jenis alat kontrasepsi pada PUS di Desa
menjadi peserta KB aktif sebanyak 877.576 jiwa.
Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta tahun 2014.
Sedangkan khusus untuk Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, jumlah PUS sebanyak 152.793
peserta, pasangan yang menjadi peserta KB aktif BAHAN DAN METODE
pada tahun 2013 sebanyak 124.372 jiwa. Sementara Jenis penelitian ini adalah penelitian
pasangan usia subur yang bukan peserta keluarga observasional analitik dengan menggunakan
berencana (KB) ada sebanyak 28.421(3). Dari data rancangan cross sectional. Populasi penelitian semua
laporan pencapaian peserta KB dari 17 Kecamatan pasangan usia subur (PUS) yang sudah menikah di
di Kabupaten Bantul untuk persentase pencapaian Dusun Puluhan, Kemusuk Kidul, karang Lo, Pedes,
KB aktif di kecamatan Sedayu sebesar 83,46%(4). Surobayan, Kali Berot, Desa Argomulyo, Sedayu
Dari hasil data praktik komunitas yang kemudian Bantul, Yogyakarta yaitu sebanyak 916 pasangan.
dijadikan sebagai data untuk studi pendahuluan pada Sampel diambil menggunakan teknik total sampling
6 Dusun diketahui bahwa jumlah PUS pada tahun dengan jumlah pasangan usia subur 907 responden
2013 adalah 900 pasangan dan jumlah PUS yang dan 9 responden termasuk dalam kriteria eksklusi.
12 Beyna Handayani, Nur Indah Rahmawati, 2016. JNKI, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016, 11-18
Tempat penelitian dilakukan di Desa Argomulyo, karakteristik agama sebagian besar beragama Islam
Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, di yaitu sebanyak 888 (97,9%) PUS. Untuk karakteristik
Dusun Puluhan, Kemusuk Kidul, Karang Lo, Pedes, pendidikan mayoritas pendidikan istri adalah SMA/
Surobayan dan Kali Berot. Penelitian ini dilakukan sederajat yaitu sebanyak 548 (60,4%) dan pendidikan
pada bulan Juni tahun 2014. Variabel independen suami juga mayoritas adalah SMA/sederajat yaitu
dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan sebanyak 563 (60,1%) responden.
pasangan usia subur di enam Dusun di Desa
Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Variabel Keikutsertaan KB
dependen dalam penelitian ini adalah keikutsertaan Hasil analisis data mengenai jumlah
KB pada pasangan usia subur dan pemilihan jenis KB keikutsertaan KB di Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul,
pada pasangan usia subur di enam Dusun di Desa Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan istri dan
Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Instumen suami disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
penelitian menggunakan kuesioner hasil adopsi
penelitian sebelumnya(8). Analisis bivariat dalam Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Istri di Desa
penelitian ini dengan uji statistik chi-square. Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta tahun 2014
dengan Keikutsertaan KB
Tingkat Pendidikan PUS berhubungan dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi tetapi Tidak Berhubungan dengan Keikutsertaan KB 13
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Istri dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi di Desa
Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta tahun 2014
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa yang dipilih sama antara IUD dan suntik yaitu 23
distribusi frekuensi pemilihan jenis alat kontrasepsi (2,5%) responden, sedangkan yang memutuskan
berdasarkan tingkat pendidikan istri adalah sebagian untuk tidak memilih jenis KB apapun lebih banyak
besar memilih alat kontrasepsi jenis suntik yaitu yaitu 43 (4,7%) responden.
sebanyak 258 (28,4%) responden, sedangkan
yang paling sedikit memilih alat kontrasepsi jenis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan
lain-lain sebanyak 10 (1,1%) responden. Untuk keikutsertaan KB di Desa Argomulyo Sedayu
tingkat pendidikan Diploma/PT jenis alat kontrasepsi Bantul Yogyakarta
yang dipilih hampir sama antara IUD dan suntik, Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan
sedangkan yang memutuskan untuk tidak memilih antara tingkat pendidikan dengan keikutsertaan KB di
jenis KB apapun lebih banyak yaitu 42 (4,6%) Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta disajikan
responden. pada Tabel 6.
Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa
distribusi frekuensi pemilihan jenis alat kontrasepsi responden istri dengan tingkat pendidikan tamat SMA/
berdasarkan tingkat pendidikan suami adalah sederajat lebih banyak mengikuti KB yaitu sebanyak
sebagian besar memilih alat kontrasepsi jenis suntik 365 (66,6%) responden sedangkan yang tidak ikut
yaitu sebanyak 258 (28,4%) responden, sedangkan sebanyak 183 (33,4%) responden. Keikutsertaan
yang paling sedikit memilih alat kontrasepsi jenis KB paling sedikit adalah responden dengan tingkat
lain-lain sebanyak 10 (1,1%) responden. Untuk pendidikan tidak tamat SD yaitu 8 (88,9%) responden
tingkat pendidikan Diploma/PT jenis alat kontrasepsi dan yang tidak mengikuti KB 1 (11,1%) responden.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pendidikan Suami dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi di Desa
Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta tahun 2014
14 Beyna Handayani, Nur Indah Rahmawati, 2016. JNKI, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016, 11-18
Hasil perhitungan uji statistik menggunakan keikutsertaan KB. Hasil penelitian ini didukung
chi-square seperti yang disajikan pada Tabel 6 dengan penelitian Ubaidiyah bahwa tidak ada
bahwa hasil χ2hitung untuk hubungan antara tingkat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
pendidikan istri dengan keikutsertaan KB adalah dengan keikutsertaan KB(5). Sejalan dengan
3,658 dan p-value 0,454 > α (0,05) sehingga dapat penelitian Maharyani yang mengatakan bahwa tidak
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
signifikan antar tingkat pendidikan istri dengan dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor KB di
keikutsertaan KB. Wilayah Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa Kabupaten Kebumen Jawa Tengah(9).
responden suami dengan tingkat pendidikan tamat Berdasarkan pendapat Kartini, bahwa bukan
SMA/sederajat lebih banyak mengikuti KB yaitu berarti seseorang yang berpendidikan rendah maka
sebanyak 375 (66,6%) responden sedangkan yang tidak akan memiliki pengetahuan yang rendah pula, karena
ikut sebanyak 183 (33,4%) responden. Keikutsertaan peningkatan pengetahuan seseorang tidak hanya
KB paling sedikit adalah responden dengan tingkat diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi
pendidikan tidak tamat SD yaitu 7 (70%) responden dan diperoleh melalui pendidikan non formal, sehingga
yang tidak mengikuti KB 3 (30%) responden. bisa saja seseorang dengan pendidikan rendah
Hasil perhitungan uji statistik menggunakan ataupun tinggi memutuskan sesuatu berdasarkan
chi-square seperti yang disajikan pada Tabel 7 pengetahuan dan pengalaman(10).
bahwa hasil χ2hitung untuk hubungan antara tingkat Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
pendidikan suami dengan keikutsertaan KB adalah Saputra yang mengatakan bahwa ada hubungan
0,926 dan p-value 0,921 >α (0,05) sehingga dapat yang signifikan antara pendidikan suami dengan
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang partisipasi suami menjadi akseptor KB(11). Serta
signifikan antar tingkat pendidikan suami dengan pendapat Rahmanti yang menyatakan bahwa
keikutsertaan KB. ada hubungan antara tingkat pendidikan dan
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7, baik keikutsertaan melaksanakan program KB pada ibu
tingkat pendidikan istri maupun suami sama-sama nifas yang mengikuti Jampersal di Kecamatan Kemiri
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah(12).
Tabel 6. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Istri dengan Keikutsertaan KB dalam 6 Dusun di
Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta
Keikutsertaan KB
Tingkat Total
Ya Tidak χ² hitung p-value
Pendidikan
n % n % n %
Tidak Tamat SD 8 88,9 1 11,1 9 100 3,658 0,454
SD/sederajat 54 65,9 28 34,1 82 100
SMP/sederajat 107 71,3 43 28,7 150 100
SMA/sederajat 365 66,6 183 33,4 548 100
Diploma/PT 76 64,4 42 35,6 118 100
Jumlah 610 67,3 297 32,7 907 100
Sumber: Data Primer Tahun 2014
Tabel 7. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Suami dengan Keikutsertaan KB dalam 6 Dusun di
Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta
Keikutsertaan KB
Total
Tingkat Pendidikan Ya Tidak χ² hitung p-value
n % n % n %
Tidak Tamat SD 7 70 3 30 10 100 0,926 0,921
SD/sederajat 52 66,7 26 33,3 78 100
SMP/sederajat 90 70,9 37 29,1 127 100
SMA/sederajat 375 66,6 188 33,4 563 100
Diploma/PT 86 66,7 43 33,3 129 100
Jumlah 610 67,3 297 32,7 907 100
Sumber: Data Primer Tahun 2014
Tingkat Pendidikan PUS berhubungan dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi tetapi Tidak Berhubungan dengan Keikutsertaan KB 15
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan pemilihan suntik tampak dominan dimulai dari tingkat pendidikan
jenis alat kontrasepsi di Desa Argomulyo Sedayu SD, SMP, SMA sedangkan untuk tingkat pendidikan
Bantul Yogyakarta Diloma/PT tidak jauh berbeda antara IUD dan suntik.
Hasil Tabulasi silang antara tingkat pendidikan Hasil perhitungan uji statistik menggunakan chi-
suami dan istri dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi square seperti yang disajikan pada Tabel 8 bahwa
disajikan dalam Tabel 8 dan Tabel 9. hasil χ2hitung untuk hubungan antara tingkat pendidikan
Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa istri dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi adalah
responden istri dengan tingkat pendidikan tamat 50,194 dan p-value 0,021 <α (0,05) sehingga dapat
SMA/sederajat lebih banyak yang mengikuti KB dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
lebih memilih alat kontrasepsi suntik yaitu sebanyak antara tingkat pendidikan istri dengan pemilihan jenis
148 (57,4%) responden. Alat kontrasepsi jenis suntik alat kontrasepsi.
dari semua tingkat pendidikan diikuti sebanyak 258 Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa
responden, pada tingkat pendidikan tidak tamat SD responden suami dengan tingkat pendidikan tamat
tidak tampak perbedaan yang besar dalam pemilihan SMA/sederajat lebih banyak yang mengikuti KB dan
jenis alat kontrasepsi, pemilihan alat kontrasepsi jenis lebih memilih alat kontrasepsi suntik yaitu sebanyak
Tabel 8. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Istri dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi dalam 6 Dusun di
Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta
Tabel 9. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Suami dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi dalam 6 Dusun
di Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta
16 Beyna Handayani, Nur Indah Rahmawati, 2016. JNKI, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016, 11-18
162 (62,8%) responden. Alat kontrasepsi jenis suntik Selama waktu penelitian bagi PUS di Desa
dari semua tingkat pendidikan diikuti sebanyak 258 Argomulyo Sedayu Batul Yogyakarta tahun 2014
responden, pada tingkat pendidikan tidak tamat SD dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan
tidak tampak sedikit perbedaan dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi yang efektif. Sebagai referensi
alat kontrasepsi, pemilihan alat kontrasepsi jenis dalam penyusunan program, khususnya pada
suntik tampak dominan dimulai dari tingkat pendidikan pelayanan KB bagi tenaga kesehatan agar lebih
SD, SMP, SMA sedangkan untuk tingkat pendidikan memperhatikan kualitas pelayanan program yang
Diloma/PT tidak ada perbedaan antara jumlah yang baik dan dapat meningkatkan keikutsertaan KB pada
memilih IUD dan suntik yaitu sebanyak 23 responden. pasangan usia subur serta lebih meningkatkan dan
Hasil perhitungan uji statistik menggunakan chi- mengembangkan program sosialisasi tentang efek
square seperti yang disajikan pada Tabel 9 bahwa samping berbagai macam jenis alat kontrasepsi.
hasil χ2hitung untuk hubungan antara tingkat pendidikan Sumbangan aplikatif bagi tenaga kesehatan
suami dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi adalah khususnya bidan, sehingga profesi Bidan khususnya
53,862 dan p-value 0,009 <α (0,05) sehingga dapat dapat memberikan perhatian khusus dalam
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan membuat program khusus untuk mempromosikan
antar tingkat pendidikan istri dengan pemilihan jenis tentang berbagai macam jenis alat kontrasepsi
alat kontrasepsi. pada PUS dengan berbagai tingkatan pendidikan
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9, baik tingkat agar dapat meningkatkan cakupan KB. Sebagai
pendidikan istri maupun suami sama-sama memiliki bahan informasi yang meningkatkan kinerja lintas
hubungan yang signifikan dengan pemilihan jenis program terkait dengan KB, guna membantu
alat kontrasepsi. Penelitian ini sejalan dengan hasil keberhasilan program KB wilayah setempat serta
penelitian Ismail dan Febryani yang menyatakan mengembangkan sikap positif terhadap info tentang
bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan KB, serta bagi perangkat desa dapat bekerja
PUS dengan pemilihan alat kontrasepsi mantap di sama dengan petugas kesehatan untuk lebih
Desa Karangampel Kidul Kecamatan Karangampel meningkatkan sosialisasi tentang KB dan macam-
Kabupaten Indramayu(13). Didukung juga oleh hasil macam jenis alat kontrasepsi.
penelitian Kusumaningrum yang menyatakan bahwa
tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna RUJUKAN
dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan
pada PUS(14). Serta pendapat Lontaan yang 1. BPS. Perkiraan Penduduk Beberapa Negara
menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan 2008-2012. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik;
dengan pemilihan kontrasepsi(15). 2013.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian 2. BKKPPKB. Siaran pers BkkbN. Jakarta:
Grestasari yang menyatakan tidak ada hubungan BKKPPKB; 2013.
antara tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis 3. BKKPPKB. Data Laporan Bulanan, Kantor KB
kontrasepsi(16). Adyani juga menyatakan hal yang Yogyakarta. DIY: BKKPPKB; 2013.
sama bahwa faktor tingkat pendidikan tidak memiliki 4. BKKPPKB. Data Hasil Kegiatan Program KB
hubungan yang signifikan dengan pemilihan jenis Nasional Kabupaten Bantul. Bantul: BKKPPKB;
kontrasepsi pada akseptor wanita usia 20-39 tahun(17). 2013.
5. Ubaidiyah. Hubungan antara umur, pendidikan,
jumlah anak masih hidup dengan kejadian unmet
SIMPULAN DAN SARAN
need KB pada pasangan usia subur (PUS) di Kota
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan Yogyakarta. STIKES Alma Ata Yogyakarta; 2013.
dapat ditarik kesimpulan tingkat pendidikan responden 6. Rizali, Ikhsan, Ummu. Faktor yang berhubungan
di Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta, dengan pemilihan metode kontrasepsi suntik di
khususnya di Dusun Puluhan, Kemusuk Kidul, Karang kelurahan Mattoangin kecamatan Mariso kota
Lo, Pedes, Surobayan dan Kaliberot mayoritas lulusan Makasar tahun 2013. Universitas Hasanuddin
SMA/sederajat, keikutsertaan KB 67,3% ikut KB, Makassar; 2013.
pemilihan jenis alat kontrasepsi terbanyak adalah 7. Handayani S. Buku ajar Pelayanan Keluarga
suntik, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama;
pasangan usia subur dengan keikutsertaan KB, dan 2010.
ada hubungan antara tingkat pendidikan pasangan usia 8. Hadi H. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
subur dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi di Desa terjadinya Unmet Need KB pada PUS di Kota
Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta tahun 2014. Yogyakarta Tahun 2013. Yogyakarta; 2013.
Tingkat Pendidikan PUS berhubungan dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi tetapi Tidak Berhubungan dengan Keikutsertaan KB 17
9. Maharyani HW, Handayani S. Hubungan Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Mantap
Karakteristik Suami Dengan Keikutsertaan Suami (Kontap) Di Desa Karangampel Kidul Kabupaten
Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Indramayu. J Gema Wiralodra [Internet].
Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan 2012;6(8):1–7. Available from: http://ejournal.
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. J Kesehat unwir.ac.id/file.php?file=preview_jurnal&id=563
Masy UAD [Internet]. 2010;4(1):49–58. Available &cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&nam
from: http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/ e=ismail_no8.pdf
article/view/1102 14. Kusumaningrum R. Faktor-Faktor yang
10. Kartini LI. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi
pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada yang digunakan pada Pasangan Usia Subur.
keluarga miskin. Universitas Diponegoro; 2009. Universitas Diponegoro; 2009.
11. Saputra AM. Hubungan antara Pengetahuan, 15. Lontaan A, Kusmiyati, Dompas R. Faktor–Faktor
Pendidikan dan Persepsi Suami Tentang Keluarga yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi
Berencana dengan Partisipasi Suami Menjadi Pasangan Usia Subur di Puskesmas Damau
Akseptor Keluarga Berencana di Indonesia. J Kabupaten Talaud. J Ilm Bidan. 2014;2(1):1–6.
Poltekkes Palembang [Internet]. 2014;1(13):1–14. 16. Grestasari LE. Hubungan antara Tingkat
Available from: http://jurnal.poltekkespalembang. Pendidikan, Pengetahuan, dan Usia Ibu Pus
ac.id/wp-content/uploads/2015/11/2.pdf dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi di Desa
12. Rahmanti R. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Jetak Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.
dan Keikutsertaan Melaksakan Program KB pada Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
Ibu Nifas yang Mengikuti Jampersal di Kecamatan 17. Adhyani AR. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Kemiri Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. dengan Pemilihan Kontrasepsi Non IUD pada
Universita Muhammadiyah Surakarta; 2014. Akseptor KB Wanita Usia 20-39 Tahun. Universitas
13. Ismail, Febryani S. Hubungan Tingkat Pendidikan Diponegoro; 2012.
dan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS)
18 Beyna Handayani, Nur Indah Rahmawati, 2016. JNKI, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016, 11-18