You are on page 1of 13

PENGAUDITAN I

PENGAUDITAN DAN JASA ASURANSI

Kelompok 5

1. Made Bayu Suartama (1607532032) / 11


2. I Gusti Nyoman Sintya Adnyani (1607532036) / 12
3. Clara Yunneke Tanadi (1607532037) / 13

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Udayana

2018
1. Sejarah Perkembangan Fungsi Pengauditan
1.1.Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1900

Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari Inggris. Akuntansi sebagai
profesi diperkenalkan di bagian benua ini oleh Inggris pada paruh kedua abad ke sembilan belas.
Para akuntan di Amerika Utara mengadopsi bentuk laporan dan prosedur audit sebagaimana yang
berlaku di Inggris. Perusahaan-perusahaan publik di Inggris pada waktu itu harus tunduk pada
undang-undang yang disebut Companies Act. Menurut undang-undang tersebut semua perusahaan
publik harus diaudit. Ketika fungsi audit mulai diekspor ke Amerika Serikat, bentuk laporan model
Inggris turut diadopsi pula meskipun peraturan yang berlaku di Amerika Serikat tidak sama dengan
yang berlaku di Inggris. Keharusan untuk diaudit datang dari badan yang mengatur pasar modal
yang disebut Securities and Exchange Commission (SEC), serta dari pengakuan umum mengenai
manfaat pendapat auditor atas laporan keuangan.

1.2.Perkembangan di Abad 20

Memasuki abad XX, revolusi industri kira-kira telah berusia 50 tahun dan selama masa itu
jumlah perusahaan industri telah berkembang dengan pesat. Profesi akuntansi di Amerika
berkembang pesat setelah berakhirnya Perang Dunia I. Sementara itu kesalahpahaman tentang
fungsi pendapat auditor masih terus berlangsung, sehingga pada tahun 1917 Federal Reserve
Board menerbitkan Federal Reserve Buletin yang memuat cetak ulang suatu dokumen yang
disusun oleh American Institute of Accountant (yang selanjutnya berubah menjadi American
Institute of Certified Public Accountants atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi himbauan
tentang perlunya akuntansi yanng seragam, tetapi tulisan tersebut sesungguhnya lebih banyak
menguraikan tentang bagaimana mengaudit neraca. Pernyataan teknis ini merupakan pernyataan
pertama yang dikeluarkan oleh profesi akuntansi di Amerika Serikat.

1.3.Perkembangan Pengauditan di Indonesia

Profesi akuntansi di Indonesia masih tergolong muda. Pada masa penjajahan Belanda,
jumlah perusahaan di Indonesia belum begitu banyak, sehingga akuntansi dengan sendirinya
hampir tidak dikenal. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada
waktu itu, mengikuti model pembukuan seperti yang berlaku di negaranya. Situasi seperti itu
berlangsung hingga Indonesia merdeka. Akuntansi baru mulai dikenal di Indonesia setelah tahun
1950-an, yaitu ketika semakin banyak perusahaan didirikan. Tonggak penting perkembangan
akuntansi di Indonesia terjadi pada tahun 1973, yaitu ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
menetapkan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan
(NPA). Prinsip akuntansi dan norma pemeriksaan tersebut hampir sepenuhnya mengadopsi prinsip
akuntansi dan standar audit yang berlaku di Amerika Serikat. Pada tahun 1995 lahir Undang-
undang Perseroan Terbatas yang mewajibkan suatu perseroan terbatas menyusun laporan
keuangan dan jika perseroan merupakan perusahaan publik, maka laporan keuangannya wajib
diaudit oleh akuntan publik. Sejalan dengan perkembangan profesi akuntansi dan dunia usaha di
Indonesia, IAI telah berkali-kali melakukan penyempurnaan dan pemutahiran prinsip akuntansi
dan norma pemeriksaan akuntan agar dapat mangakomodasiperkembangan yang sangat pesat
dalam dunia usaha. Pada tahun 1994 IAI melakukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan
standar audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP). Sejalan dengan itu Dewan Standar Akuntansi yang dibentuk IAI secara
terus menerus menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang hingga saat
ini telah mencapai 56 buah.

2. Jasa Asurans dan Pengauditan

2.1 Jasa Asurans (assurance service)


Jasa Assurance adalah jasa seorang profesional independen yang meningkatkan kualitas
informasi bagi para pengambil keputusan. Pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal
dan relevan sebagai dassar untuk pengambilan keputusan. Oleh karen itu mereka mencari jasa
assurance untuk meningkatkan kualitas informasi yang akan dijadikan sebagai basis keputusan
yang akan mereka lakukan. Profesional yang menyediakan jasa assurance harus memiliki
kompetensi dan independensi berkaitan dengan informasi yang diperiksanya. Salah satu jasa
assurance yang diberikan oleh profesi akuntan publik atau auditor independen adalah jasa atestasi.
2.2 Jasa Atestasi
Jasa atestasi (attestation service) adalah jenis jasa assurance di mana KAP mengeluarkan
laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain.
Jasa atestasi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
2.2.1 Audit atas Laporan Keuangan Historis
Dalam hal ini diteenegaskan bahwa laporan itu telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Audit atas laporan keuangan ini adalah
suatu bentuk jasa atestasi di mana auditor mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan
pendapat tentang apakah laporan keuangan tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.2.2 Review atas Laporan Keuangan Historis
Untuk review atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa laporan tersebut
telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Akuntan publik hanya memberikan tingkat kepastian yang moderat atau sedang
terhadap review atas laporan keuangan jika dibandingkan dengan tingkat kepastian yang tinggi
untuk audit, sehingga lebih sedikit bukti yang diperlukan.
2.2.3 Jasa Atestasi Lainnya
Akuntan publik memberikan banyak jasa atestasi lainnya, yang kebanyakan merupakan perluasan
alami dari audit atas laporan keuangan historis, karena pemakai menginginkan kepastian yang
independen menyangkut jenis-jenis informasi lainnya. Dalam setiap kasus, organisasi yang diaudit
harus menyediakan sebuah asersi sebelum akuntan dapat memberikan atestasi. Sebagai contoh,
apabila bank meminjamkan uang kepada suatu perusahaan, maka perjanjian pinjaman itu mungkin
mengharuskan perusahaan menugaskan seorang akuntan untuk memberikan kepastian tentang
ketaatan perusahaan pada ketentuan keuangan menyangkut pinjaman itu.
2.3 Jasa Asurans Lainnya
Kebanyakan jasa asurans lain yang diberikan kantor-kantor akuntan publik tidak
merupakan jasa atestasi. Jasa-jasa tersebut mirip dengan jasa atestasi yaitu akuntan publik harus
independen dan harus memberikan jaminan atau informasi yang akan dipakai para pengambil
keputusan. Perbedaannya ialah bahwa akuntas publik tidak diminta untuk menerbitkan laporan
tertulis dan asurans tidak mengenai kendalan pernyataan tertulis yang dibuat pihak lain dalam
kaitannya dengan suatu kriteria tertentu. Karakteristik umum jasa asurans, termasuk audit dan jasa
atestasi lainnya, ditititkberatkan pada perbaikan kualitas informasi yang digunakan para pengambil
keputusan.
2.4. Jasa Bukan Asurans
Kantor akuntan publik juga memberikan berbagai jenis jasa lain yang pada umumnya tidak
merupakan jasa asurans. Tiga jenis jasa bukan asurans yang sering diberikan kantor-kantor akuntan
publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen.
3. Definisi dan Jenis-jenis Pengauditan

3.1 Definisi Pengauditan


Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara
obyektif untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3.2 Jenis-jenis Audit
3.2.1 Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan sebagai
keseluruhan – yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa – dinyatakan sesuai dengan kriteria
tertentu yang telah ditetapkan. Laporan keuangan yang diperiksa biasanya meliputi neraca (laporan
posisi keuangan), laporan laba-rugi, dan laporan arus kas, termasuk catatan kaki (footnotes).
Asumsi yang mendasari suatu audit laporan tersebut akan digunakan oleh berbagai pihak untuk
berbagai tujuan. Apabila pemakai laporan keuangan berkeyakinan bahwa audit tidak cukup
memberi informasi sesuai dengan tujuan yang bersangkutan, maka pemakai bisa mencari
informasi tambahan.
3.2.3 Audit Kepatuhan
Tujuan audit kepatuhan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti
prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Audit kepatuhan untuk
suatu perusahaan swasta dapat berupa penentuan apakah karyawan-karyawan di bidang akuntansi
telah mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh kontroler perusahaan, mengkaji
ulang tarip upah untuk disesuaikan dengan tarip upah minimum yang ditetapkan Pemerintah
(UMR), atau memeriksa perjanjian yang dibuat dengan bankir atau pemberi pinjaman lainnya
untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam
perjanjian. Hasil audit kepatuhan biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak tertentu yang
lebih tinggi yang ada dalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan kepada pihak-pihak di luar
perusahaan. Manajemen biasanya merupakan pihak yang paling berkepentinganatas hasil audit
kepatuhan, dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya.
3.2.4 Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan metoda yang
diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi afisiensi dan efektivitas. Hasil akhir
dari suatu audit operasional biasanya berupa rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan
operasi. Dalam audit operasional, pengkajian tidak hanya terbatas pada akuntansi, tapi bisa
meliputi juga struktur organisasi, operasi komputer, metoda produksi, pemasaran, dan bidang-
bidang yang lain asalkan auditor menguasai bidang yang diaudit. Efisiensi dan efektivitas jauh
lebih sulit untuk dievaluasi secara obyektif bila dibandingkan dengan kesesuaian atau penyajian
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Perumusan kriteria untuk
mengevaluasi informasi kuantitatif dalam suatu audit operasional sangat bersifat subyektif. Oleh
karena itu, audit operasional lebih mirip suatu konsultasi manajemen daripada suatu pekerjaan
audit.
4. Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Jenis-jenis Auditor
 Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah merupakan auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan
negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia audit ini dilakukan oleh Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) yang dibentuk sebagai perwujudan dari Pasal 23 ayat 5 Undang-
Undang Dasar 1945. Hasil audit yang dilakukan BPK disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai alat kontrol atas pelaksanaa keuangan negara. Di Indonesia kita juga mengenal
adanya Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan internal auditor
pemerintah yang independen terhadap jajaran organisasi pemerintah. Internal auditor pemerintah
merupakan kekuatan pendorong dalam upaya peningkatan efektivitas, efisiensi, dan kehematan
penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan nasional.

Sesuai dengan latar belakang dan kompetensi mereka di bidang akuntansi dan auditing,
para auditorr BPKP memberikan layanan audit, antara lain:

1. Audit khusus (audit investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi praktik tindak
pidana korupsi dan penyimpangan lain.
2. Audit terhadap laporan keuangan dan kinerja BUMN/BUMD/ Badan Usaha lainnya.
3. Audit terhadap pemnfaatan peminjaman dan hibah luar negeri.
4. Audit terhadap peningkatan penerimaan Negara, termasuk Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP).
5. Audit terhadap kegiatan yang dananya bersumber dari APBN.
6. Audit dalam rangka memenuhi permintaan stakeholder tertentu
 Auditor Internal

Auditor internal merupakan auditor yang bekerja pada suatu entitas (perusahaan) dan oleh
karenanya berstatus sebagai pengawal pada entitas tersebut. Pada umumnya, staf auditor wajib
memberikan laporan langsung kepada pimpinantertinggi perusahaan (direktur utama), atau ada
pula yang melapor kepada pejabat tinggi tertentu lainnya dalam perusahaan (misalnya kepada
Kotroler), atau bahkan ada pula yang berkewajiban melapor kepada komite audit yang dibentuk
oleh dewan komisaris.

Tanggung jawab auditor internal pada berbagai perusahaan sangat beranekaragam


tergantung pada kebutuhan perusahaan. Auditor internal berkewajiban memberi informasi kepada
manajemen yang berguna untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan efektifitas
perusahaan. Pihak luar perusahaan pada umumnya tidak bisa mengendalikan hasil audit yang
dilakukan oleh auditor internal karena kedudukannya yang tidak independen. Kedudukan yang
tidak independen inilah yang membedakan auditor internal dengan auditor eksteren yang
independen dari kantor-kantor akuntan publik.

 Auditor Independen (Akuntan Publik)

Melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan entitas (perusahaan
dan organisasi lainnya merupakan tanggung jawab utama auditor independen. Pengauditan ini
dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka, perusahaan-perusahaan besar, dan juga pada
perusahaan-perusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba.
Keberadaan akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.5 Tahun 2011 tentang
akuntan publik. Menurut undang-undang tersebut, akuntan publik adalah akuntan yang telah
memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia.
Bidang jasa akuntan publik meliputi:

 Jasa atestasi
a. Jasa audit umum atas laporan keuangan;
b. Jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
c. Jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
d. Jasa review atas laporan keuangan; dan
e. Jasa atestasin lainnya sebagaimana tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP).
 Jasa non-atestasi
Jasa yang berkaitan dengan akuntansi keuangan, manajemen kompilasi, perpajakan, dan
konsultasi sesuai dengan kompetensi Akuntan Publik dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang Akuntan Publik.
Jumlah kantor akuntan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan
perkembangan perekonomian dan bisnis. Kantor akuntan publik yang tergolong besar hanya
sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama dengan kantor-kantor akuntan besar yang berskala
internasional. Struktur Kantor Akuntan Publik. Bentuk usaha KAP sebagaimana diatur pada Pasal
12 Undang-Undang Akuntan Publik adalah: Perseorangan, persekutuan perdata, firma, bentuk
usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yang diatur dalam undang-
undang.

5. Organisasi Profesi Akuntan di Indonesia

Di Indonesia hanya terdapat satu organisasi profesi akuntansu yaitu Ikatan Akuntan
lndonesia (IAI) yang didirikan pada tanggal 23 Desesmber 1957. Organisasi ini beranggotakan
mereka yang bergelar akuntan dan memiliki nomor register akuntan sesuai dengan Undang undang
No 34 tahun 1954. Untuk menampung kegiatan para anggota yang berbeda tersebut, pada tahun
1994 IAI membentuk empat kompartemen sesuai dengan bidang kegiatan para anggotanya, yaitu:
Kompartemen Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Manajemen, Kompartemen Akuntan
Pendidik, dan Kompartemcn Akuntan Sektor Publik. Kompartemen Akuntan Publik juga
membentuk Badan Peradilan Profesi Akuntann Publikk (BPPAP) yaitu suatu badan peradilan yang
bertugas mengadili kasus-kasus pengaduan yang melibatkan para anggotanya.
Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan lndonesia, pada tanggal 24
Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi akuntan publik
yang independen dan mandiri dengan berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum
Anggota Luar Biasa IAI - Kompartemen Akuntan Publik. IAPI diharapkan dapat memenuhi
seluruh persyaratan International Federation of Accountants (IFAC) yang berhubungan dengan
profesi dan etika akuntan publik, sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC
sebagaimana tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO). Pada tanggal 4 Juni 2007,
secara resmi IAPI diterima sebagai anggota asosiasi yang pertama oleh IAI.

 Akuntan Beregister Negara

Untuk melindungi kepentingan publik, pemakaian gelar "akuntan" di Indonesia diatur


dalam sebuah undang-undang, yaitu Undang-undang Nomor 34 tahun 1954. Sejak
diberlakukannya undang-undang tersebut, palaksanaan pendaftaran dalam ragister negara
mengalami berbagai perubahan sesuai dengan perkembangan jaman. Persyaratan utama untuk
menjadi akuntan publik adalah memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
(USAP) yang sah yang diterbitkan oleh IAPI. Dalam hal keanggotaan IAPI, tidak terdapat
ketentuan bahwa anggotanya memiliki nomor registrasi akuntan.

6. Mengenai Organisasi IFAC

Saat ini IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia merupakan anggota IFAC (International
Federation of Accountants), organisasi profesi akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 2,5
juta akuntan yang bernaung dalam 167 asosiasi profesi akuntan yang tersebar di 127 negara. IFAC
didirikan pada tanggal 7 Oktober 1977 di Munich, Jerman pada saat berlangsungnya World
Congress of Accountants yang ke XI. Misi dan visi IFAC adalah sebagai berikut:

Misi IFAC
Ialah melayani kepentingan umum dengan memberi sumbangan untuk pengembangan,
pengadopsian, dan penerapan standar serta pedoman internasional berkualitas tinggi, memberi
sumbangan bagi pengembangan profesi akuntansi dan kantor akuntan yang kuat, dan bagi
praktik yang berkualitas tinggi oleh akuntan profesional, mendorong nilai-nilai profesi
akuntan seluruh dunia, menyuarakan persoalan-persoalan kepentingan umum dimana
kepakaran profesi akuntan sangat relevan.
Visi IFAC
Adalah menjadikan profesi akuntansi global diakui kepemimpinannya dalam
pengembangan organisasi, pasar uang dan modal, dan perekonomian yang kuat dan
berkesinambungan.
7. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Organisasi profesi bertugas menyusun standar dan aturan yang wajib dilaksanakan oleh
para anggota dan praktisi lainnya. Pada tahap awal perkembangannya (sekitar tahun 1973), standar
ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang diberi nama
Norma Pemeriksaan Akuntansi. Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade
tahun sembilan-puluhan, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit
atas laporan keuangan historis jasa atestasi dan jasa akuntansi & review. Hal tersebut ditanggapi
oleh IAI dengan mengambil dua keputusan penting yaitu:
1) Mengubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjai Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik
2) Mengubah Norma Pemeriksaan Akuntansi menjadi Standar Profesional Akuntan Publik.

Pada tanggal 1 Agustus 1994 lahirlah SPAP yang pertama yaitu;

1) Standar Auditing
2) Standar Atestasi
3) Standar Jasa Akuntansi dan Review
4) Pedoman Audit Industri Khusus

Masing-masing standar dirinci dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) diterbitkan PSA No.1
samapi No.60 , Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) PSAT No.1 sampai 5 dan Pernyataan Standar
Akuntan & Review (PSAR) PSAR No.1.

HIMPUNAN PERNYATAAN (PRONOUNCEMENTS) INTERNATIONAL AUDITING


AND ASSURANCE STANDARDS BOARD (IAASB)

IAASB menerbitkan sejumlah pernyataan (pronouncements) yang berkaitan dengan audit,


review, jasa asuran lain dan penugasan jasa lainnya yang dilakukan sesuai standar Internasional
tetapi standar tersebut tidak mengesampingkan undang-undang atau peraturan local yang mengatur
audit laporan keuangan historis atau penugasan asurans atas informasi lain di suatu negara yang
harus diikuti sesuai satndar akuntansi yang bersangkutan. Himpunan pernyataan yang diterbitkan
oleh IAASB terdiri dari:

1) International Standards on Auditing (ISAs) yang diterapkan dalam audit atas informasi
keuangan histotis.
2) International Standards on Review Engagements (ISREs) yang diterapkan dalam review
atas informasi keuangan historis.
3) International Standards on Assurance Egagement (ISAEs) yang diterapkan dalam
penugasan asurans selain audit atau review atas informasi keuangan historis
4) International Standards on Related Service (ISRSs) yang ditetapkan dalam penugasan
kompilasi, penugasan yang menerapkan prosedur yang disepakati (Agreed upon
procedures) atas informasi dan penugasan yang ditetapkan IAASB.
5) International Standards on Quality (ISQs) yang diterapkan untuk semua jasa dalam
lingkup Standar penugasan IAASB.
8. Standar Pengendalian Mutu

Sebagai upaya untuk menjaga mutu pekerjaan kantor akuntan publik (KAP), organisasi
profesi mewajibkan setiap KAP untuk melakukan suatu sistem pengendalian mutu. Sebagai
pedoaman IAASB menerbitkan International Standard on Quality Control (ISQC) No.1 yang
berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009. Secara garis besar struktur ISQC sebagai berikut:

1) LINGKUP ISQC
 ISQC berhubungan dengan tanggungjawab KAP untuk sistem pengendalian mutu untuk
audit dan review atas laporan keuangan dan penugasan asurans serta jasa lain yang
bersangkutan. ISQC harus dibaca dalam kaitannya dengan kententuan etik dan relevan.
 Menetapkan standar dan pedoman lain mengenai tanggungjawab personel KAP tentang
prosedur pengendalain mutu untuk tipe penugasan spesifik.
 Sistem pengendalian mutu terdiri dari kebijakan yang dirancang untuk mencapai tujuan
serta prosedur untuk mengimplementasikan dan memantau kesesuaian dengan kebijakan.
2) OTORITAS ISQC
 ISQC berlaku bagi semua KAP akuntan profesional dalam kaitannya dengan audit dan
review laporan keuanagn dan penugasan asurans dan jasa lain yang berhubungan. Sifat
dan luas kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh seorang individu KAP agar
sesuai dengan ISQC akan tergantung pada berbagai faktor seperti besarnya dan
karakteristik operasi KAP.
3) TUJUAN
 Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalain mutu adalah untuk
memberikan asurans yang layak bahwa:
a. KAP dan personalianya mematuhi stnadar profesional serta ketentuan perundang-
undangan dan peraturan yang berlaku.
b. Laporan yang diterbitkan KAP atau patnernya sudah tepat sesuai dengan situasi
yang dihadapi.
4) KETENTUAN

ISQC memuat 47 ketentuan (ISQC1.13 – ISQC 1.59) yang tebagi dalam beberapa kategori:

 Penerapan dan kepatuhan dengan ketentuan yang relevan


 Elemen sistem pengendalian mutu
 Tanggungjawab kepemimpinan untuk mutu dalam KAP
 Kententuan etika yang relevan
 Penerimaan klien dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta penugasan khusus
 Sumberdaya manusia
 Pelaksanaan penugasan
 Dokumen sistem pengendalian mutu.
5) ELEMEN SETIAP PENGENDALIAN MUTU

KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu yang mencakup
kebijakan dan prosedur yang mengatur setiap elemen sebagai berikut:

 Tanggungjawab kepemimpinan untuk mutu dalam KAP


 Ketentuan etika yang relavan
 Penerimaan dan keberlanjutan hubungan klien serta penugasan tertentu.
 Sumberdaya manusia
 Pelaksanaan penugasan
 Pemantuan
REFRENSI:

Auditing/Al.Haryono Jusup,-Ed.2-Yogyakarta, Bagian Penertbit Sekolah Tinggi Imlu Ekonomi


YKPN,2011 xxii,941 hlm.

You might also like