You are on page 1of 3

Nama : Jonatan Hardiness Iman Zendrato

NIM : 141114797
Kelas : TP – B Pagi

Bisnis Start-Up PT.Djarum


Berawal dari Mr. Oei Wie Wan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum
Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek
dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran Awalnya perusahaan ini hanya dijalankan
oleh sekitar 10 orang di jalan Bitingan Baru No. 28 (Sekarang Jalan A.Yani No. 28 Kudus).

Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963 (Oei meninggal tidak lama
kemudian), Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun
1969, Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Pada tahun yang sama, Djarum
memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti
merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tanggal 21 April 1970. Saat ini Djarum dipimpin
Budi Hartono dan Bambang Hartono, yang dua-duanya merupakan putra Oei.
Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi
Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor.Kini Budi Hartono dengan Group Djarum yang
dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis,
elektronik dan multimedia, internet consumer, hiburan, dll. Diversifikasi bisnis dan investasi yang
dilakukan Group Djarum ini memperkokoh Imperium bisnisnya yang sudah dirintis sejak tahun
1951.

Grup Djarum memperluas lini bisnis Start Up-nya. Kali ini, konglomerasi usaha terbesar di
Indonesia ini masuk ke bisnis Start Up media, dengan berinvestasi di media daring kumparan.
Djarum memberikan pendanaan kepada kumparan melalui Global Digital International (GDI),
lembaga pendanaan milik GDP Venture. Namun belum dijelaskan nilai investasi yang
disuntikkan GDI ke kumparan. Sekadar informasi, GDP Venture adalah unit usaha Grup Djarum
di bisnis konsumer internet. Investor GDP sebelum ini juga ikut berinvestasi dalam pendanaan
kali ini.

kumparan akan menggunakan dana segar ini untuk perekrutan karyawan di sektor teknologi dan
divisi pengembangan bisnis. Selain itu, mereka juga berencana untuk mengenalkan beberapa
layanan baru bagi pengguna dan mitra bisnis.

"GDI merupakan mitra yang sangat cocok untuk kumparan berkat pengalaman berharga mereka
dalam bidang teknologi dan internet. Di samping itu, GDI juga memiliki keahlian dan jaringan
yang mampu mempercepat pertumbuhan," jelas Hugo Diba, CEO kumparan.

kumparan merupakan media daring yang didirikan oleh para mantan karyawan detik.com. Situs
berita ini berusaha menggabungkan konsep situs berita dengan media sosial.

Setelah sukses di media daring Kumparan Martin Hartono berinvestasi di bidang teknologi sejak
beberapa tahun lalu saat ia mendirikan Global Digital Prima (GDP) Venture, di bawah bendera
Djarum. Dua investasi yang paling terkenal milik GDP Venture ialah komunitas online Kaskus
dan situs jual beli online Blibli.

Merah Putih inkubator teknologi dan digital pertama di Indonesia, yang menanamkan
investasinya di Infokost.id, Bolalob, Mindtalk, DailySocial, Kincir, serta Opini, juga berada di
bawah naungan GDP Venture.
Awal Kisah Ferry Unardi

Ferry Unardi lahir pada 16 Januari 1988 di kota Padang. Setelah menyelesaikan pendidikan di
Sekolah Menengah, Ferry memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Universitas. Tak
tanggung-tanggung, Beliau memilih kuliah di Purdue University jurusan Computer Science dan
Engineering.

Setelah menyelesaikan pendidikan S1, Beliau memutuskan untuk bekerja di Microsoft, Seattle.
Beliau bekerja sebagai seorang software engineer. Setelah 3 tahun bekerja, Ferry berpikir bahwa
dirinya sulit menjadi terbaik di Microsoft. Pemikiran tersebut wajar untuk seorang karyawan,
karena karyawan akan memikirkan karir. Karena Ferry merasa suntuk dengan pekerjaannya,
Beliau mencoba terbang ke China untuk mencari pemikiran baru. Hasil pemikirannya adalah
industri travel dan penerbangan.

Sebagai seorang insinyur (software engineer), Ferry Unardi merasa tidak terlalu percaya diri
memulai bisnis startup. Beliau berpikir logis dan memustuskan untuk melanjutkan pendidikan
S2 Bisnis di Harvard University.

Jalan 1 semester di Harvard University, Ferry Unardi tertarik untuk mengembangkan perusahaan
rintisan (startup). Beliau memilih stratup di bidang mesin pencari tiket pesawat. Ferry, merasa
kesulitan saat memesan tiket Amerika – Indonesia. Berawal dari solusi untuk memecahkan
permasalahannya sendiri, Ferry mengembangkan sebuah mesin pencari tiket pesawat dengan
teknologi yang lebih modern, fleksibel dan praktis.

Berdirinya Traveloka.com

Tepat saat Ferry berusia 23 tahun, Beliau memutuskan untuk melangkah keluar dari zona
nyaman. Ferry melihat pada waktu itu, Startup di bidang reservasi tiket, adalah startup yang
masih booming dan menjadi trend. Banyak investor berlomba-lomba untuk masuk ke
industri startup reservasi tiket. Ferry berpikir bakal ketinggalan gerbong, jika tidak segera
memulainya.

Konsep bisnis Traveloka pada tahun 2012 adalah situs pencari dan pembanding tiket pesawat.
Traveloka didirikan oleh tiga orang bersahabat: Derianto Kusuma, Ferry Unardi, Albert. Singkat
cerita, Ferry meilhat bahwa orang-orang tidak hanya ingin mencari tiket yang murah, tetapi juga
ingin memesan langsung tiket. Tepat pada pertengahan tahun 2013, Traveloka berubah menjadi
situs reservasi (pemesanan) tiket pesawat.

Banyak hal yang harus dipelajari oleh Ferry saat mengawali Traveloka. Tantangan terberat
adalah bagaimana cara mengelola tim yang awalnya berjumlah 8 orang menjadi belasan, puluhan
bahkan ratusan orang. Banyak hal yang harus dilakukan sebagai perusahaan baru, termasuk
membentuk budaya perusahaan dan membangun manajemen yang solid.

Selain itu permasalahan juga hadir, karena banyak maskapai penerbangan yang tidak bersedia
bekerjasama dengan Traveloka. Ferry berusaha meyakinkan perusahaan-perusahaan maskapai
penerbangan dan juga memperbaiki sistem layanan pelanggan (customer service).

Sejauh ini Traveloka sudah mendapatkan pendanaan dari beberapa perusahaan modal ventura
(venture capital). Pendanaan pertama berasal dari East Ventures pada tahun 2012 dan Global
Founders Capital pada tahun 2013.
Adi Kusma

Anda pasti tak asing dengan Biznet, salah satu operator penyedia jasa internet tersebut didirikan
oleh Adi Kusma. Pria kelahiran 19 Juni 1976 ini memang memiliki kecintaan dan minat yang besar
terhadap dunia teknologi sehingga mendorongnya untuk menempuh pendidikan tinggi di Oregon
State Univesrity jurusan Industrial and Manufacturing Engineering di tahun 2000.

Setelah lulus dia mencari pengalaman dengan bekerja sebagai system programmer di Software
House International. Sekembalinya ke tanah air, Adi diminta untuk meneruskan bisnis keluarga
di bidang manufacturing namun karena ingin mandiri dia justru memutuskan membuka bisnis
sendiri. Dengan membangun bisnis internet karena sesuai dengan passionnya.

Berbekal tabungannya, sejumlah US$ 5 juta, Adi mendirikan PT. Supra Primatama Nusantara yang
bergerak di bidang jasa penyedia jaringan internet yang dia beri nama Biznet. Bukan lah mudah
bagi Adi untuk membuka jaringan internet di Indonesia, karena infrastruktur yang masih terbatas
dan tergantung dari Telkom. Meski begitu, Adi memutuskan untuk membangun jaringan kabel
optiknya sendiri.

Selain itu Adi juga terbilang berani dalam memutuskan harga premium yang terlampau mahal
namun dengan jaminan tersedianya akses internet yang cepat dan berkualitas.

Kini Jaringan Biznet telah tersedia di lebih dari 90 kota dan total panjang kabel Fiber Optic juga
telah mencapai 18.000 km. Pada tahun 2017, Biznet juga merencanakan untuk membangun sekitar
3.000 – 4.000 KM jaringan Biznet Fiber untuk mencakup lebih banyak area di Indonesia

You might also like