You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

( OSILATOR)

Oleh
Intan Komala Sari
F1B1 13 015
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
EKSPERIMEN I
SINAR KATODA

A. Tujuan

Tujuan dari eksperimen sinar katoda adalah sebagai berikut.


1. Untuk menjelaskan peinsip kerja sinar katoda
2. Untuk menentukan nilai e/m dengan sinar katoda

B. Dasar Teori

Joseph John Thomson atau lebih dikenal sebagai J.J Thomson (1856-
1940) seorang Fisikawan Inggris tercatat sebagai penemu elektron yang
merupakan bagian dari atom, dia juga memperoleh nobel fisika atas
penemuannya itu.
Dalam penelitiannya dia mempelajari bahwa tabung katoda pada
kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi tegangan tinggi akan
mengeluarkan “berkas sinar” dimana Thomson menyebut sinar ini sebagai
“berkas sinar katoda” disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda (elektroda
negatif). Berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik
negatif maka akan dibelokan (berkas sinar katoda ini tertolak oleh medan
negatif), berdasarkan hal ini maka Thomson menyatakan bahwa berkas sinar
katoda itu adalah partikel-partikel yang bermuatan negatif yang ia sebut
sebagai “corpuscle”.
Dia juga meyakini bahwa corpuscle itu berasal dari atom-atom logam
yang dipakai sebagai elektroda pada tabung katoda. Dengan menggunakan
jenis logam yang berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada
tabung katoda maka percobaan Thomson tetap menghasilkan berkas sinar
katoda yang sama. Akhirnya Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti
tersusun atas corpuscle. Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini
kemudian disebut sebagai “electron” oleh G. Johnstone Stoney. Dari asumsi
tersebut dia akhirnya meyakini bahwa atom sebenarnya tidak berbentuk masif
(berbentuk bulatan yang pejal) akan tetapi tersusun atas komponen-komponen
penyususun atom (Anonim, 2011).
Penyelidikan selanjutnya terhadap sinar katoda, akhirnya ditemukan
sifat-sifat sinar katoda, yaitu:
1. Tidak bergantung pada material/bahan katoda. Sifat ini tidak berubah ketika
katoda diganti dengan bahan-bahan yang berbeda;
2. Merambat lurus. Ketika diberi penghalang, ternyata menghasilkan bayang-
bayang dibelakangnya;
3. Dapat dibelokkan oleh medan listrik;
4. Dapat dibelokkan oleh medan magnet;
5. Dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia, misalnya dapat mengubah
warna garam perak;
6. Dapat memendarkan sulfida seng dan barium platina sianida;
7. Dapat menghasilkan panas;
8. Dapat menghitamkan plat foto; dan
9. Dapat menghasilkan sinar X
(Anonim, 2013).
CRT (Cathode Ray Tube / Tabung Sinar Katoda) terdiri dari tiga bagian
utama sebagai berikut: penembak elektron, layar pendar, dan sistem
pembelok. Pada eksperimen sinar katoda, tabung sinar katoda didisain
berbentuk bola dengan jari-jari R. Medan magnet dihasilkan oleh dua
kumparan Helmholtz yang mengapit tabung sinar katoda. Tegangan
pemercepat dapat divariasikan, dan kuat medan magnet pun dapat divariasikan
dengan memvariasikan arus kumparan (Simanjuntak, 2013).
Partikel bermuatan yang bergerak di dalam medan magnet
menunjukkan bahwa gaya magnet dapat mengubah arah gerak partikel tetapi
tidak dapat menyebabkan laju partikel membesar atau mengecil. Gaya magnet
juga tidak mengerjakan kerja pada partikel yang bermuatan (Wiyanto, 2008).
Aspek terpenting dari pengukuran e/m elektron Thomson adalah bahwa
dia mendapat sebuah nilai tunggal untuk kuantitas ini. Nilai ini tidak
bergantung pada bahan katoda, gas residu dalam tabung itu, atau apapun
tentang eksperimen itu. Ketaktergantungan ini memperlihatkan bahwa partikel-
partikel dalam sinar itu, yang kita namakan sekarang elektron, adalah
pmbentuk bersama dari semua materi. Jadi Thomson diberi penghargaan atas
penemuan dari partikel subatomik pertama, yakni elektron. Dia juga
mendapatkan bahwa laju elektron dalam sinar itu adalah kira-kira sepersepuluh
laju cahaya, yang jauh lebih besar daripada setiap laju partikel material yang
diukur sebelumnya. Nilai paling teliti dari e/m adalah:
e/m = 1,7588196253 × 1011 C/Kg
(Young, 2004).

C. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen Sinar Katoda dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel. 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen Sinar Katoda
No. Alat dan Bahan Fungsi NST JU
1 Tabung sinar katoda Perangkat utama dalam
eksperimen sinar katoda
2 Power supply 6,3 Volt Sebagai pemanas elektroda 0,1 V 6,3 V
3 Power supply 300 Volt sebagai pemercepat 0,1 V 0-300 V
elektron
4 Power Supply 0-15 V, Sebagai penyuplai 0,1 V 0-15 V
5A tegangan kumparan
Helmholtz
5 Amperemeter Mengukur kuat arus 0,01 A
6 Voltmeter Mengukur tegangan 0,1 V
D. Prosedur Kerja

Tabung sinar katoda memerlukan 4 sumber tegangan , yaitu 6,3 v


merupakan sumber elemen pemana. Power supplay 0-300 v yang diberisikan
dengan power supply 0-50 V (mengatur tegangan secara halus ) sebagai
pembangkit beda potensial katode anode yang berfungsi sebahai pemercepat
electron ,dan power supply 0-15 V 10 A, pensupply arus kumparan Helmholtz
sebagai pembangkit mmedan . adapun teknik merangkainya dapat dilihat pada
diagram alat tersebut.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam eksperimen sinar katoda adalah
sebagai berikut
1. Merangkai alat sesuai dengan diagram dengan cermat, amati berulangkali
sebelum power supply di ON kan.
2. Mengatur tegangan pemercepat 300 V
3. Mengamati munculnya sinar katoda (kebiru-biruan)
4. Mengatur tegangan kumparan Helmholtz dari 0V membesar hingga sinar
katoda membelok, dan mencatat besar arus kumparannya.
5. Mengukur diameter lintas sinar.
6. Memperbesar tegangan pemercepat jika sinar belum teramati, dan
mengatur tegangan pensuplay kumparan, hingga dapat teramati sinar
katoda yang terpancar dan membelok membentuk lingkaran.
7. Mencatat, tegangan dan arus yang terjadi.
8. Mengukur diameter dan jumlah kumparan Helmholtz (15 turn).
9. Menghitung kuat medan megnet untuk setiap arus kumparan yang telah
diukur.
10. Menentukan nilai 𝑒/𝑚 berdasarkan nilai variabel pengukuran.
F. Analisis Data

1. Tanpa Ralat

a. Mencari nilai B

µ0 𝐼𝑁 8
𝐵=
𝑎 53/2
Dimana: µ0 = permeabilitas ruang hampa (4π×10-7 Wb/A.m)
I = kuat arus listrik (A)
a = jari-jari tabung sinar katoda (0,0675 m)
N = jumlah lilitan kumparan Helmholtz
𝑁 = 𝑁1 × 𝑁2
= 15 × 𝑁2
𝐿2
𝑁2 = (a)
𝑑′
𝐿1
𝑑′ =
15
0,02
=
15
= 0,00133 𝑚
Substitusi d’ ke persamaan (a)
𝐿2
𝑁2 =
𝑑′
0,01
=
0,00133
= 7,5 ≈ 7
𝑁 = 𝑁1 × 𝑁2
= 15 × 7
= 105 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
Dengan: N1 = jumlah lilitan horizontal
N2 = jumlah lilitan vertikal
L1 = tebal lilitan horizontal
L2 = tebal lilitan vertikal
d’ = diameter kawat lilitan
µ0 𝐼𝑁 8
𝐵=
𝑎 53/2
(4𝜋 × 10−7 )(1,5)(105) 8
𝐵=
0,0675 53/2
= 0,002097014 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎

b. Mencari nilai e/m berdasarkan analisa grafik

(1/B^2)(1/R^2) vs 1/2V
180000000
160000000 y = 7E+10x - 2E+07
R² = 0.9888
140000000
120000000
1/B^2R^2

100000000 (1/B^2)(1/R^2) vs 1/2V


80000000
60000000 Linear ((1/B^2)(1/R^2) vs
40000000 1/2V)
20000000
0
0 0.001 0.002 0.003
1/2V

Persamaan untuk menentukan nilai e/m:


𝑒 2𝑉
= 2 2
𝑚 𝐵 𝑅
1 𝑒 1
2 2
=
𝐵 𝑅 𝑚 2𝑉
Berdasarkan grafik dan persamaan di atas, maka gradien garis pada
grafik adalah e/m. Berdasarkan grafik, nilai gradien garis adalah 7 ×
1010 . Dengan demikian diperoleh hasil bahwa nilai dari e/m adalah 7 ×
1010 C/Kg.
2. Dengan Ralat

a. Mencari nilai ΔR

𝛴(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
∆𝑅 = √
𝑛−1

2
𝛴(𝑑𝑖 − 𝑑̅ )
=√
𝑛−1

(0,0745 − 0,07416)2 + (0,074 − 0,07416)2 + (0,074 − 0,07416)2


=√
3−1

= 0,000288675 𝑚

b. Mencari nilai ΔB

∆𝐼 ∆𝑎
∆𝐵 = {| | + | |} × 𝐵
𝐼 𝑎
0,005 0,0005
= {| |+| |} × 0,002097014
1,5 0,0675
= 2,25235 × 10−5 𝑇
Nilai medan magnet B dan ΔB pada eksperimen ini dibuat konstan.

c. Mencari nilai Δe/m

𝑒 ∆𝑉 2∆𝑅 2∆𝐵 𝑒
∆ = {| | + | |+| |} ×
𝑚 𝑉 𝑅 𝐵 𝑚
0,05 2 × 0,000288675 2 × (2,25235 × 10−5 )
= {| |+| |+| |} × (7 × 1010 )
200 0,0370833 0,002097014

= 2611033425 𝐶/𝐾𝑔
Menghitung kesalahan relatif e/m:

∆ 𝑒⁄𝑚
𝐾𝑆𝑅 = 𝑒 × 100%
⁄𝑚
2611033425
= × 100%
7 × 1010
= 3,73004775%

Menghitung nilai sebenarnya dari e/m:

𝑒⁄ 𝑒 𝑒
𝑚𝑠𝑒𝑏 = ⁄𝑚 ± ∆ ⁄𝑚
= (7 × 1010 ) ± 2611033425
= (67388966575 𝑠⁄𝑑 72611033425) 𝐶/𝐾𝑔

Untuk data selanjutnya dengan cara yang sama dapat dilihat pada tabel berikut.
No. V (Volt) 𝑅̅ (m) Δe/m (C/Kg) KSR (%) e/mseb (C/Kg)

1 200 0,037083333 2611033425 3,73 67388966575 72611033425


2 230 0,041166667 2500650298 3,57 67499349702 72500650298
3 260 0,04325 3135662352 4,47 66864337648 73135662352
4 290 0,0455 1515772669 2,16 68484227331 71515772669
5 320 0,04875 1514641204 2,16 68485358796 71514641204
6 350 0,052416667 2284727911 3,26 67715272089 72284727911
G. Pembahasan

Tabung katoda pada kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi
tegangan tinggi akan mengeluarkan “berkas sinar” yang disebut sebagai
“berkas sinar katoda” disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda (elektroda
negatif). Berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik
negatif maka akan dibelokkan (berkas sinar katoda ini tertolak oleh medan
negatif). Dengan demikian diketahui bahwa berkas tersebut bermuatan negatif.
Pada akhirnya, diketahui bahwa berkas tersebut merupakan aliran elektron.
Pada eksperimen Sinar Katoda digunakan tabung sinar katoda. Tabung
ini memiliki bagian utama yaitu penembak elektron (electron gun), layar
pendar (fluorescence), dan sistem pembelok berupa medan magnet dari
kumparan Helmholtz. Dalam eksperimen ini, dilakukan pengamatan terhadap
berkas sinar katoda yang keluar dari electron gun. Power supply 0-15 V diatur
pada tegangan tetap untuk memberikan arus listrik pada kumparan Helmholtz.
Arus listrik yang masuk ke kumparan Helmholtz dibuat konstan agar medan
magnet yang dihasilkan oleh kumparan Helmholtz juga memiliki besar yang
konstan. Power supply 6,3 V berfungsi sebagai pemanas elektroda agar terjadi
eksitasi termal elektron sehingga elektron lepas dari ikatan atom. Power supply
300 V menyebabkan terjadinya beda potensial antara anoda dan katoda. Beda
potensial ini akan mempercepat aliran elektron.
Ketika power supply 6,3 V dinyalakan, elektroda akan dipanaskan.
Pada saat ini, power supply 300 V belum dinyalakan sehingga berkas sinar
katoda belum nampak. Ketika power supply 300 V dinyalakan dan tegangan
keluarannya diperbesar, maka berkas sinar katoda akan mulai nampak. Begitu
tegangan keluaran power supply semakin diperbesar, maka lintasan sinar
katoda yang semula lurus akan membelok dan kemudian membentuk lingkaran
yang kemudian diukur besar diameternya. Pengukuran diameter lintasan sinar
katoda dilakukan untuk nilai-nilai tegangan masukan tertentu, yaitu 200 V, 230
V, 260 V, 290 V, 320 V, dan 350 V. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan, semakin besar tegangan masukan pemercepat elektron yang
diberikan, maka diameter lintasan sinar katoda juga akan semakin besar.
Setelah diperoleh data pengamatan, dilakukan analisis terhadap data-
data tersebut. Pertama-tama adalah menentukan besar medan magnet. Setelah
dilakukan perhitungan, diperoleh nilai medan magnet sebesar 0,002097014
Tesla. Kemudian ditentukan nilai e/m (rasio muatan dan massa elektron)
1 1
berdasarkan analisa grafik. Grafik yang dibuat menyatakan hubungan vs
𝐵2 𝑅2
1
. Gradien garis yang diperoleh linear dan merupakan nilai dari e/m.
2𝑉

Berdasarkan nilai gradien tersebut, nilai e/m adalah 7 × 1010 C/Kg. Setelah itu
dilakukan perhitungan ralat. Ralat yang dihitung adalah ralat jari-jari lintasan
elektron (ΔR), ralat medan magnet (ΔB), dan ralat nilai e/m (Δe/m). Setelah
seluruh rangkaian perhitungan dilakukan, diperoleh nilai e/m sebesar 7 × 1010
C/Kg, dan dengan memperhitungkan ralat, diperoleh nilai e/m dengan kisaran
nilai terendah e/m sebesar 66864337648 C/Kg, sedangkan nilai tertinggi
sebesar 73135662352 C/Kg.
Sinar katoda yang teramati berwarna kebiru-biruan. Warna yang
teramati tersebut merupakan peristiwa elektron yang bertumbukan dengan
atom-atom gas di dalam tabung, dimana hal ini menghasilkan elektron yang
tereksitasi dan gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya sesuai
dengan panjang gelombang biru cahaya tampak. Lintasan elektron berbentuk
lingkaran dengan jari-jari tertentu. Hal ini terjadi karena elektron bermuatan
negatif. Sebagaimana telah diketahui, suatu partikel bermuatan akan
mengalami suatu gaya (gaya Lorentz) apabila muatan tersebut bergerak di
dalam medan listrik atau medan magnet. Dalam kasus ini, elektron bergerak di
dalam medan magnet. Medan magnet tersebut dihasilkan oleh kumparan
Helmholtz yang dialiri arus listrik konstan.
H. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik pada eksperimen Sinar Katoda adalah


sebagai berikut.
1. Sinar katoda merupakan aliran elektron yang keluar dari elektroda (katoda)
yang dipanaskan sehingga terjadi eksitasi termal. Adanya beda potensial
yang besar antara anoda dan katoda menyebabkan elektron dipercepat
menuju anoda. Semakin besar beda potensial antara anoda dan katoda,
maka akan semakin besar pula jari-jari lintasan elektron.
2. Berdasarkan analisa grafik, diperoleh nilai e/m sebesar 7 × 1010 C/Kg.

I. Tugas

1. Mengapa sinar alat tersebut disebut sinar katoda?


2. Apa fungsi power supply 6,3 V dan power supply tegangan tinggi?
3. Sebutkan koreksi/ralat yang diperlukan untuk eksperimen tersebut!
4. Sinar katoda berwarna kebiru-biruan, apakah hal itu merupakan warna
elektron? Jelaskan!
Jawaban:
1. Karena pancaran sinar yang keluar dari alat tersebut berasal dari katoda
yang dipanasi oleh elemen pemanas (heater).
2. Power supply 6,3 V berfungsi sebagai sumber elemen pemanas untuk
menghasilkan pancaran electron, sedangkan power supply tegangan tinggi
berfungsi untuk menyebabkan beda potensial yang besar antara anoda dan
katoda sehingga elektron dipercepat ke arah anoda.
3. Koreksi/ralat yang diperlukan dalam eksperimen ralat jari-jari lintasan
elektron (ΔR), ralat medan magnet (ΔB), dan ralat nilai e/m (Δe/m).
4. Warna tersebut bukan warna elektron. Warna yang teramati tersebut
merupakan peristiwa elektron yang bertumbukan dengan atom-atom gas di
dalam tabung, dimana hal ini menghasilkan elektron yang tereksitasi dan
gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya sesuai dengan
panjang gelombang biru cahaya tampak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Penemu Elektron – J. J. Thomson. http://penemu-


terkenal.blogspot.com/2011/09/penemu-elektron-jj-thomson.html, diakses
tanggal 21 April 2014.

Anonim. 2013. Sejarah Penemuan Sinar Katoda.


http://fisikanesia.blogspot.com/2013/03/sejarah-penemuan-sinar-
katoda.html, diakses tanggal 21 April 2014.

Simanjuntak, Jerri. 2013. Fisika Instrumentasi.


http://fisikainstrumentasi64.blogspot.com/2013_01_15_archive.html,
diakses tanggal 22 April 2014.

Wiyanto. 2008. Elektromagnetika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 2004. Fisika Universitas Edisi


Kesepuluh Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

You might also like