Professional Documents
Culture Documents
3 Oktober 2016
ISSN 2303-2227 Hlm: 386-389
Kualitas Fisik, Mikrobiologis, dan Organoleptik Daging Ayam Broiler pada Pasar
Tradisional di Bogor
Physical Quality, Microbiology, and Organoleptic on Broiler Meat in Bogor Traditional Market
ABSTRACT
Kualitas Mikrobiologi Tabel 1. Kualitas fisik daging ayam broiler pada tiga lokasi pasar
Analisis total mikroba (TPC) pada daging. tradisional yang berbeda
Sampel ditimbang dalam cawan petri steril sebanyak Parameter Pasar A Pasar B Pasar C
25 g, ditambahkan 225 mL laruan BPW, ini merupakan
pH 6,25 ± 0,21 6,00 ± 0,18 6,37 ± 0,26
pengenceran 10-1. Suspensi pengenceran 10-1 dipindahkan
1 mL dengan pipet steril ke dalam suspensi 9 ml Buffered aw 0,84 ± 0,3 0,85 ± 0,3 0,85 ± 0,2
Peptone Water (BPW,Oxoid CM 0509) untuk mendapatkan
pH daging menurut pendapat Van Laack et al. (2000), yaitu
pengenceran 10-2 dan seterusnya pengenceran dibuat 10-3
5.96-6.07 dan hasil penelitian Prayitno dan Suryanto (2012)
sampai 10-6.
dimana pH daging ayam broiler tanpa perlakuan apapun
Suspensi pengenceran 10-4, 10-5, dan 10-6 masing-
adalah 6.11-6.25. Tetapi, hasil penelitian ini masih lebih
masing dipipet sebanyak1 mL dan dimasukkan ke dalam
rendah dari hasil penelitian Afrianti et al. (2013), dimana
cawan petri steril secara duplo lalu ditambahkam media
daging ayam broiler tanpa perlakuan apapun memiliki pH
Plate Count Agar (PCA, Oxoid CM 0325) steril sebanyak
rata-rata 6.79 dalam rentang masa simpan 6 – 12 jam.
15-20 mLyang sudah didingikan hingga temperatur 45
Berdasarkan lama waktu setelah proses
o
C ±1. Media dalam cawan yang telah berisi sampel
pemotongan, pH daging ayam mengalami penurunan.
dibiarkan hingga memadat dan diinkubasi dengan posisi
Hasil penelitian Suradi (2008) menunjukkan bahwa daging
terbalik selama 24-48 jam pada suhu 37 oC. Penghitungan
ayam broiler memiliki pH 6.31 pada saat segera setelah
total mikroba digunakan perhitungan koloni berdasarkan
pemotongan, kemudian mengalami penurunan dengan
ketentuan Standard Plate Count (SPC). Penetapan
semakin lamanya jangka waktu setelah pemotongan, yaitu
jumlah koloni dilakukan dengan menggunakan metode
2, 4, 6, 8, 10, dan 12 jam dengan pH masing-masing 6.24
Bacteriological Analitical Manual (BAM).
; 6.16; 6.10; 6.02; 5.96 dan 5.82. Bila merujuk pada hasil-
Suspensi pengenceran 10-1, 10-2, dan10-3 digunakan
hasil penelitian tersebut di atas maka daging ayam broiler
untuk menentukan jumlah E. coli. Sebanyak 1 mL dari tiap-
dari ketiga pasar memiliki kisaran pH yang masih wajar
tiap pengenceran dimasukkan ke dalam cawan petri steril
sebagai daging konsumsi. Seyogianya daging ayam yang
yang berbeda secara duplo. Kemudian cawan petri tersebut
telah lebih dari 10 jam akan memiliki pH di bawah 6.
dituang media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA, Himedia
Nilai aw hasil pengamatan pada penelitian ini
M022-500G) steril. Setelah media memadat, diinkubasi
adalah 0.84-0.85 (tabel 1). Ketiga nilai aw daging ayam
dengan posisi terbalik terbalik selama 24-48 jam pada suhu
broiler tersebut menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0.05)
37 oC .. Setelah 24-48 jam, dilakukan penghitungan koloni
berdasarkan pasar. Nilai aw pada penelitian ini lebih rendah
E. coli.
dari pada hasil penelitian Milicevic et al. (2015), yakni 0.96.
Kualitas Organoleptik
Meskipun lebih rendah dari hasil penelitian lain, nilai aw ini
Daging direbus sampai suhu 80oC diukur dengan
masih memungkinkan untuk tumbuh dan berkembangnya
menggunakan thermometer bimetal dan dilakukan uji pada
mikroba.
panelis sebanyak 30 orang. Uji organoleptik berupa hedonik,
Kualitas Mikrobiologi
terkait dengan warna, aroma, tekstur dan penampilan secara
Jumlah bakteri total dan E. coli dari ketiga pasar
umum (Arief et al. 2014).
tradisional disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut terlihat
Analisa Data
bahwa jumlah cemaran mikroba total telah melampaui
Data fisik dan mikrobilogi dinalisis variansi
jumlah yang diizinkan, yaitu 106 cfu/g. Dari ketiga pasar,
dengan rancangan acak lengkap pola searah, bila terdapat
hanya daging dari pasar C yang mengandung cemaran
perbedaan antara tiga lokasi pada selang kepercayaan 95 %
mikroba kurang dari 106, yaitu 2.9 x 105. Sedangkan
maka dilanjutkan dengan metode Duncan’s New Multiple
daging dari pasar B dan A mengandung jumlah bakteri yang
Range Test (DMRT) (Gaspersz, 1991). Data organoleptik
melebihi ambang batas yang diizinkan menurut SNI 01-
diuji dengan menggunakan Kruskal-Wallis pada selang
3924 tahun 2009. Namun demikian, hasil analisis statistik
kepercayaan 95%. Data yang tidak memenuhi kaidah
jumlah bakteri dari ketiga pasar tersebut tidak berbeda nyata
statistik diuraikan secara deskriptif.
(P>0.05). Total cemaran mikroba pada penelitian ini lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN tinggi dari rataan total mikroba pada daging ayam segar
yang diperoleh oleh (Bintoro et al. 2006) yaitu 3,3 x 105
Kualitas Fisik cfu/g.
Nilai pH dan aw merupakan merupakan indikator Berdasarkan jumlah E. coli, daging dari semua
penting dalam menilai kualitas fisik daging. Kedua indikator pasar mengandung E. coli melebihi ambang batas yang
tersebut terkait erat dengan keberadaan mikroba pada diizinkan SNI, yaitu 101. Selain itu, terdapat perbedaan
daging sehingga sangat menentukan tingkat keawetan dan
Tabel 2. Ratan Nilai TPC dan E. Coli daging ayam broiler pada
kualitasnya. Hasil penilaian kualitas daging ayam broiler
tiga lokasi pasar tradisional yang berbeda
pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Parameter Pasar A Pasar B Pasar C
Nilai pH daging daging ayam broiler dari ketiga
pasar menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0.05). CFU g -1
CFU g -1
CFU g-1
Kisaran pH daging dari ketiga pasar tersebut adalah 6.00- TPC 8,19 x 10 6 9,01 x 10 6 2,9 x 10 5
6.37. Nilai pH ini relatif lebih tinggi dari pada kisaran nilai E. Coli 5,9 x 10 2 a 1,5 x 10 3 a 1,1 x 10 2 b