Professional Documents
Culture Documents
BAB I
BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA
Definisi Bendahara
Istilah bendahara secara umum dikenal sebagai orang yang
memegang uang baik di perusahaan swasta, sebuah organisasi,
maupun di instansi-instansi pemerintah. Bendahara yang dimaksud
dalam buku ini adalah bendaharawan pemerintah. Sesuai pasal 1 ayat
14 Undang Undang Nomor 1 tahun 2004;
Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk
dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan dan
membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-
barang negara/daerah. Sedangkan bendahara pengeluaran adalah
orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja negara/ daerah dalam rangka pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/ Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada kantor/satuan kerja
kementerian negara/ lembaga/pemerintah daerah.
Bendahara pemerintah yang memiliki tugas melakukan pemotongan
dan pemungutan pajak meliputi :
1. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya yang mengeluarkan dana yang berasal dari
APBN/APBD;
2. Bendahara pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP);
3. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat
Perintah Membayar (SPM) yang diberi delegasi oleh KPA, untuk
pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS).
Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah 2
Kewajiban ber-NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak. Bendahara Pemerintah adalah Wajib Pajak
yang melakukan pemotongan dan pemungutan pajak, maka NPWP
bagi bendahara pemerintah merupakan identitas bendahara sebagai
Wajib Pajak dalam melaksanakan pemotongan/pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan Pajak. Bendaharawan pemerintah yang
telah memperoleh penunjukan dari menteri/ Ketua Lembaga/
gubernur/Walikota/Bupati diwajibkan mendaftarkan diri ke Direktorat
Jenderal Pajak/Kantor Pelayanan Pajak Pratama sesuai domisili
bendahara untuk mendapatkan NPWP.
Penggantian bendahara, tidak perlu dilakukan perubahan NPWP atau
pembuatan NPWP baru. Bendahara pengganti tersebut cukup
melaporkan secara tertulis tentang penggantiannya dengan
melampirkan foto copy Keputusan penggantian bendahara dan foto
copy identitas diri.
Penghapusan NPWP dapat dilakukan apabila terjadi perubahan
organisasi (perubahan organisasi yang mengakibatkan nama unit
organisasinya berubah). Bendahara diwajibkan melapor kepada kepala
KPP Pratama setempat guna penghapusan NPWP lama yang kemudian
diganti dengan NPWP baru, sesuai nama instansi yang baru akibat
reorganisasi.
Kewajiban Penyetoran
Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan formulir Surat
Setoran Pajak (SSP). Setelah diisi lengkap isian-isian dalam SSP, Uang
pajak disetorkan ke kas negara yaitu bank persepsi atau kantor
pos. Surat Setoran Pajak dianggap sah apabila telah divalidasi dengan
Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN).
SANKSI
NO PAJAK PENYETORAN PALING LAMA
ADMINISTRASI
Kewajiban Pelaporan
Pelaporan pajak menggunakan formulir Surat Pemberitahuan
(SPT) disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dimana
bendahara terdaftar. Khusus untuk bendahara pemerintah batas
waktu pelaporan SPT masa adalah berikut :
SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak Penghasilan
Yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:
a. 1. Orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;
b. badan; adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah 7
OBJEK PAJAK
Objek Pajak Penghasilan
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal;
2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan
kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah 12