You are on page 1of 23

BAB 4

HASIL PEMBAHASAN

Saat ini PT. Harita Prima Abadi Mineral telah melakukan kegiatan penambangan
Bauksit yang dimulai dari tahun 2009, pada rencana penambangan triwuan dari
Bulan Maret sampai dengan April 2016 dengan target produksi sebesar
±43.000ton/bulan dan striping ratio maksimum ≤ 1,5:1. Dari hasil eksplorasi PT.
Harita Prima Abadi Mineral pada daerah penelitian, dijumpai Mineral Bauksit
yakni dengan kadar rata-rata 𝐴𝐿2 𝑂3 54,73; 𝑆𝑖2 𝑂 13,59; 𝐹𝑒2 𝑂3 4,68; Concresi
factor 47,81 % yang nantinya akan dilakukan perancangan teknis penambangan
pada daerah tersebut. Sebelum membuat rancangan teknis penambangan diperlukan
beberapa hal yang perlu diidentifikasi dan diamati, sehingga rencana teknis
penambangan dapat dikerjakan secara realistis dan berkesinambungan dengan
pekerjaan–pekerjaan penambangan baik yang sudah maupun yang akan
dilaksanakan.

4.1. Penaksiran Cadangan


4.1.1 Pemodelan Topografi (Kontur Grid).
Berdasarkan data koordinat lokasi WIUP PT. Harita Prima Abadi Mineral pada
blok pesanggaran dapat dibentuk suatu poligon yang membatasi wilayah
penambangan PT. Harita Prima Abadi Mineral dengan luas 181,98 Ha.

PT. Harita Prima Abadi Mineral akan melakukan penambangan di wilayah


penambangan blok pesanggaran 181,98 Ha sebanyak tiga pit; pit pesanggaran
venus, pit pesanggaran markurius, dan pit pesanggaran mars. Sedangkan batasan
wilayah penelitian hanya pada pit pesanggaran venus wilayah penambangan dengan
luas 15,25 Ha. Pemodelan permukaan topografi (kontur grid) dilakukan pada
daerah blok pesanggaran.

Rona awal kontur permukaan dari daerah penelitian berupa perbukitan


bergelombang lemah dengan ketinggian 44,5-54,5mdpl dan kemiringan lereng

58
59

5_10o. Data topografi diperoleh dengan melakukan pemetaan topografi. Hasil dari
pemetaan topografi berupa titik-titik koordinat dan ketinggian, kemudian dilakukan
interpolasi menggunakan perangkat lunak surfer 11, sehingga membentuk garis-
garis kontur (lihat Lampiran T), dilanjutkan dengan pemodelan bentuk dua dimensi,
dengan pembuatan isopach 𝐴𝐿2 𝑂3 , 𝐹𝑒2 𝑂3, 𝑆𝑖2 𝑂. kemudian di overlay dengan
kontur sehingga diketahui sebaran kadar dari bauksit.

Setelah dilakukan pemodelan dua dimensi dari bentuk surface topografi daerah
penelitian, maka diperoleh bidang yang kemudian akan digunakan sebagai
pembatas dalam penaksiran cadangan maupun proyeksi model struktur geologi
Bauksit di daerah penelitian. Penaksiran cadangan menggunakan metode influence
area berdasarkan test pit dengan jarak 50m.

4.1.2 Pemodelan Geologi Lapisan Bauksit.


Bauksit yang dilakukan pemodelan adalah bauksit yang ada pada blok pesanggaran
pada bagian yang memiliki ketebalan 0,4 -1,30 m, dengan arah umum penyebaran
Bauksit yaitu interpolasi dari kemenerusan ketinggian dari topografi, dan
kemiringan lereng berkisar antara 5_100.

PT. Harita Prima Abadi Mineral telah melakukan test pit sebanyak 61 lubang test
pit dengan jarak antar titik 50m, untuk menganalisis lapisan endapan Bauksit di pit
pesanggaran venus (lihat Lampiran R). Pemodelan dari endapan tersebut dilakukan
dengan mengkorelasi dan memproyeksikan data test pit menggunakan perangkat
lunak surfer 11. Data test pit yang dibutuhkan untuk pemodelan dibagi menjadi dua
yakni:
1) Data collar.
Data collar, meliputi: kode titik test pit, koordinat titik test pit, ketinggian titik
test pit, dan kedalaman lubang test pit. Data survei berguna untuk memberikan
informasi tentang lokasi titik-titik test pit, sehingga dapat digambarkan pada
lokasi penelitian. Data collar akan dikorelasikan dengan data pemboran litologi
dengan indeks penghubung pada kolom nama lubang bor (lihat lampiran A.1).
2) Data litologi.
60

Data litologi meliputi: kode titik test pit, batas kedalaman lapisan titik awal
(from)dan titik akhir (to), dan kode litologi. Pada data litologi test pit, terdapat
tebal lapisan serta kadar dari bauksit yang akan diinterpretasikan hingga
mendapatkan model geologi struktur endapan bauksitnya (lihat lampiran A.2).

Berdasarkan data collar dan litologi yang diperoleh, dapat ditentukan arah
penyebaran Bauksit dan dilakukan pembatasan area penaksiran cadangan Bauksit.
Dalam penelitian kali ini, pemodelan geologi Bauksit menggunakan perangkat
lunak surfer 11, dan akan dihasilkan pemodelan berupa penampang 3 dimensi dari
endapan bauksit laterit (lihat Lampiran X).

Berikut adalah salah satu contoh bentuk model endapan Bauksit yang berada di
Blok Pesanggaran (lihat Gambar 4.1).

Gambar 4.1
Bentuk Model Endapan Bauksit

4.1.3 Pembatasan wilayah penaksiran.


Dalam pembatasan wilayah daerah penelitian yang akan dilakukan penaksiran
sumberdaya dan cadangan Bauksit, dengan menggambarkan poligon yang
melingkupi subcrop line Bauksit dan daerah yang berbatasan dengan konsesi
pertambangan PT. Harita Prima Abadi Mineral. Untuk melakukan penaksiran
sumberdaya yang lebih detil, dilakukan pembatasan yang berjarak 50m dari titik
tets pit terluar. Pada jarak 50 m dari titik test pit terluar, diperoleh hasil penaksiran
sumberdaya terukur (measured bauxite resource)(lihat Lampiran T).
61

Penaksiran cadangan Bauksit, dibatasi oleh pit limit penambangan dan pit bottom
penambangan yang menghasilkan penaksiran cadangan terbukti (proved bauxite
resource). Untuk memenuhi standar sebagai cadangan terbukti harus dilakukan
kajian kelayakan terhadap semua faktor terkait dan apabila telah terpenuhi maka
hasil kajian dapat dinyatakan layak.

4.1.4 Pembagian blok penaksiran.


Pembagian blok penaksiran wilayah penelitian pertama kali dibagi menjadi satu
blok besar (hasil dari pembatasan wilayah penaksiran cadangan Bauksit). Dengan
menggunakan perangkat lunak autocad dan microsoft excel, pada daerah tersebut
dilakukan analisis tingkat striping ratio yang telah ditentukan yaitu ≤1;5:1.

Blok yang membatasi daerah penaksiran cadangan dibagi lagi menjadi blok-blok
kecil berukuran 50mx50m, untuk menghasilkan perhitungan yang lebih detil.
Penamaan blok-blok ini diurutkan dari arah barat ke timur menyesuaikan dengan
arah front penambangan untuk menuju alan hauling. Penamaan blok ini, secara
otomatis terbentuk pada saat pembuatan panel, strip dan block. Pada daerah
penelitian, penamaan panel dimulai dari P01-P10, dan penamaan strip dimulai dari
S01-S07, sedangkan block merupakan perpotongan antara strip dan panel, sehingga
nama block pertama kali ialah: S01P01, dan nama block kedua ialah S01P02 dan
seterusnya (lihat Lampiran). Penentuan elevasi batas bawah sebesar 44,5mdpl,
sedangkan batas atas pada 54,5mdpl yang merupakan topografi tertinggi. Perangkat
lunak autocad dibantu dengan microsoft excel mengakumulasi jumlah cadangan
Bauksit berdasarkan blok dan elevasi sehingga penjadwalan produksi Bauksit dapat
dibuat dengan terperinci berdasarkan blok dan elevasi (lihat lampiran P).

4.1.5 Hasil Penaksiran Cadangan Bauksit.


Pada klasifikasi sumberdaya yang mengacu pada amandemen 1- SNI 135014-1998.
Tahap eksplorasi rinci, memperhatikan aspek geologi moderat, dan dilakukan
kajian kelayakan terhadap semua faktor terkait sebagai cadangan terbukti, maka
klasifikasi sumberdaya Bauksit pada daerah penelitian dapat dinyatakan sebagai
kategori cadangan terbukti dengan relative density Bauksit rata-rata adalah
62

1,6ton/m3, diperoleh tonase Bauksit sebesar 274.000ton/unwashed, dengan jumlah


overburden sebesar 217.750bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio 1,28:1.

4.2 Rancangan Teknis Penambangan


4.2.1 Pemilihan Sistem Penambangan.
Di wilayah penelitian yang memiliki bentuk bentang alam berupa perbukitan
bergelombang lemah dengan ketinggian topografi berkisar antara 44,5 -54,5mdpl,
Pertambangan bauksit memiliki karakter yang berbeda dengan pertambangan besar
lainnya. Kandungan mineral bauksit pada umumnya terletak didalam bumi sebelah
atas pada kedalaman antara 1 -2 meter dari atas permukaan tanah,berupa lapisan
ore berbentuk undulasi dengan ketebalan bervariasi antara 1 – 4 meter dalam spot-
spot kecil dalam bentang alam tidak terlalu luas dan berada pada topografi
bergelombang. Dalam melakukan aktivitas penambangan dilakukan dengan
sistem open pit with strip mining

4.2.2 Penentuan arah penambangan.


Penentuan arah penambangan pada lokasi penelitian ini di mulai dari arah timur ke
barat yaitu dimulai dari blok tambang terjauh dari front tambang menuju jalan
hauling. Hal ini ditentukan agar pada awal hingga akhir penambangan
mempermudah dalam proses penimbunan overburden dengan metode backfilling
yang mana material overburden terletak disisi kiri dan kanan jenjang kerja
penambangan pada rancangan penambangan pit pesanggaran venus. Sehingga
ketika blok penambangan selesai ditambang langsung dilakukan penimbunan,
Kemudian tempat penumpakan material overburden sebelumnya dibuat jenjang
kerja untuk selanjutnya ditambang dan begitu seterusnya.

Ketebalan overburden pada rancangan penambangan ± 1,44m, sehingga proses


pembongkaran Bauksit dapat dilakukan lebih cepat dan target produksi pada awal
hingga akhir penambangan dapat tercapai.

4.2.3 Geometri Lereng Penambangan.


Pembuatan jenjang penambangan dilakukan pada semua pit penambangan.
Geometri jenjang penambangan dibuat berdasarkan data test pit PT. Harita Prima
63

Abadi Mineral, jenjangan penambangan yaitu untuk tinggi jenjang 1m, lebar
jenjang kerja 20m, lebar jenjang tumpukan overburden 10m, tinggi tumpukan
overburden 2m, single slope ≤80o (lihat Gambar 4.2).

Gambar 4.2
Dimensi Lereng Penambangan

Rancangan teknis penambangan didasarkan pada topografi awal dan bentuk


endapan geologi Bauksit pada daerah penelitian dengan mempertimbangkan faktor
ruang kerja alat. Daerah yang direncanakan untuk ditambang harus dapat dijangkau
oleh peralatan tambang yang digunakan dan dapat bekerja secara aman dengan
mempertimbangkan adanya jalan masuk ke daerah yang akan dilakukan
penambangan.

4.2.4 Rancangan Bukaan Tambang (Pit Design).


Dalam melakukan perancangan teknis penambangan akan dipengaruhi
beberapa faktor penting antara lain:
1) Berdasarkan data test pit dengan radius 50mx50m
2) Rekomendasi untuk tinggi jenjang sebesar ±1meter mengikuti ketebalan dari
overburden.
3) Rekomendasi untuk lebar jenjang kerja sebesar 20meter.
4) Sudut lereng jenjang (single slope) sebesar ≤800.
5) Sasaran produksi Bauksit per bulan sebesar ±43.000ton/bulan.
64

6) Stripping ratio rata-rata ≤1;5:1.

Rancangan penambangan diawali dengan merancang bentuk final pit, kemudian


dilanjutkan dengan pembuatan bentuk penambangan per bulan sesuai dengan
kapasitas produksi per bulan. Rancangan bentuk penambangan yang dibuat harus
mempertimbangkan faktor ruang kerja alat. Lokasi yang direncanakan akan
ditambang harus dapat dijangkau oleh alat mekanis, sehingga diperlukan minimal
satu jalan masuk (acces road) ke lokasi penambangan.

4.2.5 Tahapan Kegiatan Penambangan.


Tahapan kegiatan penambangan dalam sistem tambang terbuka dengan metode
strip mining meliputi:
1) Pembersihan lahan (land clearing).
Kegiatan pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasi–lokasi yang
akan ditambang secara tambang terbuka, karena vegetasi yang ada merupakan
pohon-pohon dengan diameter kecil dan kebanyakan semak belukar maka
pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer untuk menggali dan
mendorong dengan memanfaatkan blade dan tenaga dorong yang besar.
2) Pengupasan tanah penutup.
Kegiatan pengupasan tanah penutup dalam kegiatan penambangan dilakukan
dalam beberapa pekerjaan antara lain :
1. Pengupasan tanah pucuk (top soil).
Pengupasan lapisan tanah pucuk yang banyak mengandung bahan–bahan
organik hasil pelapukan yang menyuburkan tanah, dilakukan setelah land
clearing. Lapisan tanah subur ini dikupas dengan menggunakan bulldozer.
Lapisan top soil didorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu dekat dengan
daerah kegiatan bulldozer. Timbunan tanah subur ini nantinya dimanfaatkan
pada saat melakukan pekerjaan reklamasi.
2. Penggalian dan pemindahan lapisan penutup.
Penggalian tanah penutup dilakukan dengan menggunakan excavator dibantu
dengan bulldozer apabila lapisannya keras. Untuk material lemah sampai
65

sedang langsung dilakukan penggalian dan penumpukan disisi kiri dan kanan
jenjang kerja setinggi maksimal 2meter.
3) Penggalian Bauksit (bauxite getting).
Penggalian Bauksit akan dilakukan pada area yang terlebih dahulu telah
dilakukan pengupasan lapisan tanah penutupnya. Penggalian Bauksit dilakukan
sesuai dengan target produksi bauksit tercuci yaitu ±43.000ton/bulan
menggunakan excavator.
4) Pengangkutan.
Pengangkutan Bauksit dilakukan dengan menggunakan dump truck yang
kemudian dibawa menuju lokasi pengolahan bauksit (Bauxite processing plant)
atau stockpile area yang berada didekat (Bauxite processing plant) milik PT
Harita Prima Abadi Mineral.

4.3 Rancangan Jalan Angkut.


Perancangan jalan angkut dalam sebuah kegiatan penambangan berperan sangat
penting, karena dengan desain jalan angkut yang benar akan sangat menunjang
kelancaran dari kegiatan penambangan tersebut.

4.3.1 Lebar Jalan Lurus.


Semakin lebar jalan angkut maka akan semakin aman dan lancar lalu lintas
alat angkut dalam kegiatan pengangkutan tetapi akan semakin besar pula biaya yang
dibutuhkan baik dalam masa konstruksi maupun perawatan. Lebar jalan angkut
minimum yang diperlukan harus disesuaikan dengan lebar dari alat angkut terbesar
yang akan melintas pada jalan tersebut serta banyaknya jalur yang akan digunakan.
Lebar jalan ini dapat memungkinkan lalu lintas dua arah dan jalur untuk dump truck
yang akan menyusul. Lebar dump truck terbesar yang akan melewati jalan tambang
akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan lebar minimum jalan angkut.
Mengacu pada spesifikasi alat angkut Hino Fm 260 Ti yang memiliki lebar
keseluruhan 2,49m, maka lebar minimal jalan angkut yang aman sebesar 9m (lihat
lampiran F).
66

4.3.2 Lebar Jalan Tikungan.


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar jalan lurus atau
juga pada kondisi khusus yang dirasa memerlukan lebar jalan yang lebih. Dalam
membuat tahapan rancangan penambangan, lebar jalan tikungan yang akan
digunakan sebesar 14m (lihat lampiran F).

4.3.3 Jari-Jari Tikungan.


Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya jari-jari pada tikungan jalan angkut
antara lain dimensi dari alat angkut yang digunakan, radius belokan dari alat
mekanis yang melewati jalan tersebut dan kecepatan rencana dari alat tersebut,
dengan kecepatan rencana 40km/jam maka didapat nilai jari-jari tikungan sebesar
27m (lihat lampiran F).

4.3.4 Cross Slope.


Maksud dari pembuatan cross slope adalah agar jika terdapat air pada badan jalan,
baik itu yang berasal dari air hujan, maupun air yang digunakan untuk perawatan
jalan, maka air tersebut akan mengalir pada tepi jalan, sebab jika air tersebut
menggenang dapat mengakibatkan kerusakan jalan. Dengan jalan yang selalu
dalam kondisi baik maka proses pengangkutan baik Bauksit maupun overburden
tidak terganggu. Besarnya cross slope yang digunakan adalah 40mm/m (untuk jalan
angkut tambang) (Hustrulid, 1995) dengan lebar jalan angkut 9m, maka ketinggian
melintang 0,18m (lihat lampiran F).

4.3.5 Superelevasi.
Superelevasi merupakan kemiringan jalan yang terbentuk oleh batas antara tepi
jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan ketinggian. Berdasarkan
pada kondisi jalan kering, nilai superelevasi merupakan angka maksimum yaitu
90mm/m (lihat lampiran F).

4.3.6 Kemiringan Jalan.


Jalan kendaraan tambang memiliki kemiringan tertentu yang bertujuan untuk
bergerak ke ketinggian yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah, agar kendaraan
67

yang melewati jalan yang menanjak dapat melaju dengan baik maka besarnya
kemiringan jalan maksimum yang digunakan adalah 10% (lihat lampiran F).

4.4 Penjadwalan Produksi Bauksit dan Overburden


Cadangan Bauksit tertambang di pit pesanggaran venus sebesar 274.000,00ton
dengan volume lapisan tanah penutup (overburden) sebesar 130.988,99bcm. Umur
tambang ditentukan berdasarkan perhitungan cadangan tertambang yakni
274.000,00ton dibagi dengan target produksi Bauksit per bulan yaitu 43.000ton,
sehingga umur tambang pit pesanggaran adalah 3 bulan.

Nilai stripping ratio (SR) maksimum yang ditetapkan untuk penambangan Bauksit
PT Harita Prima Abadi Mineral adalah 1,5:1. Nilai ini ditentukan berdasarkan
perhitungan break even stripping ratio (BESR) yang dilakukan PT. Harita Prima
Abadi Mineral.

Penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi jumlah produksi Bauksit


berdasarkan target produksi tiap bulan. Penjadwalan produksi Bauksit antara lain
meliputi: perencanaan jumlah Bauksit tertambang, jumlah overburden yang harus
di bongkar, waktu pelaksanaan, batas wilayah bukaan tambang (pit limit), arah
kemajuan tambang, jalan angkut pada bukaan tambang (ramp), desain geometris
penambangan.

Penjadwalan dilakukan dengan cara membagi daerah pit limit penambangan


menjadi blok-blok dengan ukuran 50mx50m. Pembagian blok tersebut bertujuan
untuk mempermudah sequence atau pushback pengupasan overburden dan
sequence atau pushback produksi Bauksit. Tahap pembuatan jenjang awal
penambangan bulan pertama dimulai dari S01P01 (bagian Barat) hingga S07P03
(bagian Timur) pit pesanggaran venus mengarah ke Timur, selanjutnya penggalian
sesuai dengan urutan penambangan yang telah ditentukan (lihat Lampiran P).
Rencana penambangan akan diterangkan secara bulanan (lihat Tabel 4.1).
68

Tabel 4.1
Penjadwalan Produksi Bauksit dan Overburden
THICK (m) VOL OB ORE TONNES (Ton)
LUAS
BULAN PIT
AREA
OB ORE (Bcm) ORE MGB

MARET Pesanggaran Venus 5.50 1.54 1.07 84,750 94,400 43,613

CUMMULAT4E MARET 2016 5.50 1.54 1.07 84,750 94,400 43,613

APRIL Pesanggaran Venus 4.50 1.39 1.26 62,500 90,400 43,630

CUMMULAT4E APRIL 2016 4.50 1.39 1.26 62,500 90,400 43,630

MEI Pesanggaran Venus 5.25 1.38 1.06 72,500 89,200 43,746

CUMMULAT4E MEI 2016 5.25 1.38 1.06 72,500 89,200 43,746

CUMMULAT4E MARET-MEI
15.25 1.44 1.13 219,750 274,000 130,989
2016
*Keterangan : MGB (Metallurgical grade bauxite)

4.4.1 Rencana Penambangan Bulan 1.


Luas area batas penambangan (pit limit) pada bulan pertama sebesar 5,50Ha,
dengan elevasi topografi awal memiliki ketinggian maksimum 51,5mdpl, dan
elevasi topografi minimum sebesar 45,5mdpl, kegiatan penambangan dilakukan
hingga elevasi 42,4mdpl (lihat Lampiran U.1)

Jumlah rencana produksi Bauksit tertambang pada bulan pertama sebesar


92.400ton/unwashed, dengan jumlah volume overburden yang harus dibongkar
sebesar 84.750bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio 1,28:1

Peralatan mekanis yang digunakan pada bulan pertama ini adalah 1 unit excavator
PC 400LCSE-7 dan 1 unit bulldozer Komatsu D85 ESS untuk keperluan
pengupasan dan penggusuran overburden pada area tumpukan overburden disisi
samping jenjang kerja, 1 unit excavator PC 400LCSE-7 melayani 7 dump truck
Hino Fm260Ti untuk penggalian serta pengangkutan Bauksit, dan 1 unit bulldozer
Komatsu D85 ESS untuk keperluan backfilling overburden (lihat Tabel 4.13). Jarak
angkut rata-rata menuju bauxite processing plant / stockpile milik PT. Harita Prima
Abadi Mineral adalah 8,8km.
69

Tabel 4.2
Jumlah Bauksit dan Overburden Terbongkar pada Bulan 1

Nama Elevasi Bauskit Overburden


Blok Awal Akhir (ton) (bcm)
S01P01 48,5 46,2 6400 3250
S01P02 50,5 47,6 6400 3250
S01P03 50,5 47,8 4800 3750
S01P04 49,5 47 5200 3000
S02P01 48,5 46,2 3200 3750
S02P02 49,5 47,1 3600 3750
S02P03 49,5 47,3 4400 2750
S02P04 49,5 47,1 3200 4000
S03P01 48,5 46,3 2000 4250
S03P02 49,5 46 3600 4000
S03P03 48,5 45,7 4800 4000
S03P04 49,5 47,1 3200 4000
S04P01 45,5 42,7 2400 5500
S04P02 48,5 45,8 3600 4500
S04P03 48,5 45,9 5200 3250
S04P04 49,5 46,8 4800 3750
S05P01 45,5 42,4 4400 5000
S05P02 47,5 44,9 3200 4500
S05P03 48,5 45,6 4800 4250
S05P04 51,5 49 5600 2750
S06P01 49,5 46,8 3600 4500
S06P02 50,5 47,8 6000 3000
TOTAL 94400 84750

4.4.2 Rencana Penambangan Bulan 2


Luas area batas penambangan (pit limit) pada bulan kedua sebesar 4,50Ha, dengan
elevasi topografi awal memiliki ketinggian maksimum 54,5mdpl, dan elevasi
topografi minimum sebesar 49,5mdpl, kegiatan penambangan dilakukan hingga
elevasi 46,8mdpl.

Jumlah rencana produksi Bauksit tertambang pada bulan pertama sebesar


88.000ton/unwashed, dengan jumlah volume overburden yang harus dibongkar
sebesar 58.750bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio 1,07:1
70

Peralatan mekanis yang digunakan pada bulan kedua ini adalah 1 unit excavator PC
400LCSE-7 dan 1 unit bulldozer Komatsu D85 ESS untuk keperluan pengupasan
dan penggusuran overburden pada area tumpukan overburden disisi samping
jenjang kerja, 1 unit excavator PC 400LCSE-7 melayani 7 dump truck Hino
Fm260Ti untuk penggalian serta pengangkutan Bauksit, dan 1 unit bulldozer
Komatsu D85 ESS untuk keperluan backfilling overburden. Jarak angkut rata-rata
menuju bauxite processing plant / stockpile milik PT. Harita Prima Abadi Mineral
adalah 8,8km.
Tabel 4.3
Jumlah Bauksit dan Overburden Terbongkar pada Bulan 2

Nama Elevasi Bauskit Overburden


Blok Awal Akhir (ton) (bcm)
S01P05 50,5 48,2 7600 1000
S01P06 51,5 49,4 2800 3500
S01P07 52,5 49,8 4800 3750
S02P05 51,5 48,9 4800 3500
S02P06 52,5 50,5 6400 1000
S02P07 53,5 50,6 6800 3000
S03P05 49,5 46,8 3600 4500
S03P06 53,5 50,6 6800 3000
S03P07 54,5 51,4 6000 4000
S04P05 52,5 49,8 4800 3750
S04P06 53,5 51 5600 3750
S05P05 52,5 49,7 4400 4250
S05P06 54,5 51,6 3600 5000
S06P05 52,5 49,8 4000 4250
S06P06 54,5 51,1 8800 3000
S06P07 54,5 51,5 4400 4750
S07P06 54,5 52,8 2000 3000
S07P07 54,5 52,3 3200 3500
TOTAL 90400 62500

4.4.3 Rencana Penambangan Bulan 3


Luas area batas penambangan (pit limit) pada bulan ketiga sebesar 5,25Ha, dengan
elevasi topografi awal memiliki ketinggian maksimum 54,5mdpl, dan elevasi
71

topografi minimum sebesar 49,5mdpl, kegiatan penambangan dilakukan hingga


elevasi 47,1mdpl.
Jumlah rencana produksi Bauksit tertambang pada bulan pertama sebesar
89.200ton/unwashed, dengan jumlah volume overburden yang harus dibongkar
sebesar 73.250bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio 1,31:1

Tabel 4.4
Jumlah Bauksit dan Overburden Terbongkar pada Bulan 3

Nama Elevasi Bauskit Overburden


Blok Awal Akhir (ton) (bcm)
S01P08 51,5 49,2 5200 2500
S01P09 50,5 47,8 2000 5500
S01P10 49,5 47,1 2800 4250
S02P08 53,5 50,6 7600 2500
S02P09 51,5 49,1 3600 3750
S02P10 50,5 48,5 6000 1250
S03P08 53,5 50,9 4000 4000
S03P09 52,5 50 4400 3500
S03P10 50,5 48 3600 4000
S04P07 54,5 51,4 5200 4500
S04P08 53,5 50,8 6400 2750
S04P09 51,5 49 4000 3750
S04P10 51,5 49,7 2400 3000
S05P07 54,5 51,8 4800 3750
S05P08 53,5 51,2 6400 3250
S05P09 52,5 50,1 6800 1750
S05P10 51,5 49,2 2800 4000
S06P08 54,5 51,3 5200 4750
S06P09 53,5 51,9 1600 3000
S06P10 52,5 50,8 2000 3000
S07P10 53,5 51,4 2400 3750
TOTAL 89200 72500

Peralatan mekanis yang digunakan pada bulan ketiga ini adalah 1 unit excavator
PC 400LCSE-7 dan 1 unit bulldozer Komatsu D85 ESS untuk keperluan
pengupasan dan penggusuran overburden pada area tumpukan overburden disisi
samping jenjang kerja, 1 unit excavator PC 400LCSE-7 melayani 7 dump truck
72

Hino Fm260Ti untuk penggalian serta pengangkutan Bauksit, dan 1 unit bulldozer
Komatsu D85 ESS untuk keperluan backfilling overburden. Jarak angkut rata-rata
menuju bauxite processing plant / stockpile milik PT. Harita Prima Abadi Mineral
adalah 8,8km.

4.5 Kebutuhan Peralatan Mekanis


4.5.1 Jenis Peralatan Tambang.
Dasar pertimbangan dalam pemilihan jenis peralatan tambang salah satunya adalah
target produksi Bauksit dan overburden, jarak angkut dan kapasitas peralatan yang
akan digunakan. Peralatan mekanis yang akan digunakan dalam rancangan
penambangan ini dapat dilihat pada (Tabel 4.5).

Tabel 4.5
Jenis Peralatan Tambang

Jenis Alat Merk Tipe Jenis Pekerjaan

Bulldozer Komatsu D 85 ESS Penggusuran top soil dan overburden,


backfilling
Backhoe Komatsu PC 400LCSE-7 Pembongkaran overburden,
Penggalian dan pemuatan bauksit
Dump Truck Hino FM 260 Ti Pengangkutan Bauksit

4.5.2 Waktu Kerja Tambang.


Waktu kerja tambang adalah jumlah dari seluruh waktu yang tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif (lihat Tabel 4.6). Berdasarkan hasil perhitungan
waktu kerja tambang (lihat lampiran H), didapat jam kerja alat sebesar
376,96jam/bulan.
73

Tabel 4.6
Waktu Kerja Alat/Bulan
Parameter Satuan Hasil
Jam Kerja
Jumlah hari/bulan hari/bulan 28
Jumlah shift/hari shift/hari 2
Jumlah jam/shift jam/shift 11
Total jam kalender/bulan 616
Kehilangan jam kerja direncanakan
Istirahat makan jam/hari 0.5
Persiapan kerja jam/hari 0,5
Sholat jum’at jam/bulan 4
Total kehilangan jam kerja direncanakan/bulan 32

Total jam kerja direncanakan/bulan 587


Kehilangan jam kerja tidak direncanakan
Hujan lebat (20% x jam kerja jam/bulan 44,2
direncanakan)
Jam kerja efektif/bulan 471.2
Ketersediaan mekanis 98%
Ketersediaan fisik 98%
Kombinasi factor 0,8
Jam kerja alat/bulan 376,96

4.5.3 Produksi Alat Muat dan Alat Angkut


Besarnya produksi alat muat dan alat angkut dihitung secara teoritis (lihat Lampiran
L dan Lampiran M). Hasil dari perhitungan secara teoritis tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.7.
74

Tabel 4.7
Produksi dan Kebutuhan Peralatan Mekanis
Bauksit Bulan Maret April Mei
Komatsu PC 400LCSE-7

a. Produksi alat muat ton/jam 373,42 373,42 373,42


b. Kebutuhan alat muat unit 1 1 1
Hino Fm 260 Ti

c. Produksi alat angkut ton/jam 34,96 34,96 34,96


d. Kebutuhan alat angkut unit 7 7 7
Overburden Bulan 1 2 3
Komatsu PC 400LCSE-7

a. Produksi alat muat bcm/jam 245,8 245,8 245,8


b. Kebutuhan alat muat unit 1 1 1
Overburden (Back filling) Bulan 1 2 3
Buldozer D 85 ESS

c. Produksi alat gusur bcm/jam 68,76 68,76 68,76

4.5.4 Kebutuhan Alat.


Untuk dapat mengestimasikan jumlah alat yang diperlukan, maka harus diketahui
terlebih dahulu target produksi dan produksi alat sehingga dapat dirumuskan (lihat
rumus 4.1) :

N = TVp………..............……………………………………………..…. (4.1)
Kp
keterangan :
N = jumlah alat
Tvp = target volume pekerjaan
Kp = kapasitas produksi alat

Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran K) maka didapatkan jumlah kebutuhan


alat muat dan alat angkut Bauksit seperti terlihat pada Tabel 4.7.
75

4.6 Perancangan Penambangan

Perancangan penambangan dalam penelitian ini menggunakan sistem tambang


terbuka dengan metode strip mining, arah kemajuan penambangan mengikuti arah
dari front penambangan bagian sebelah barat ke arah timur. Berdasarkan
pengolahan data yang dilakukan diperoleh sebuah rancangan penambangan Bauksit
dengan cadangan sebesar 274.000ton/unwashed yang akan dilakukan penambangan
selama tiga bulan dengan produksi rata-rata per bulan 91.333,33ton/unwashed,
sesuai dengan target produksi yang ditentukan PT. Harita Prima Abadi Mineral
yakni sebesar 43.000ton bauksit tercuci per bulan. Rancangan penambangan yang
dihasilkan dalam penelitian ini memiliki nilai stripping ratio 1,28:1 kurang dari
batas maksimal stripping ratio yang ditentukan PT. Harita Prima Abadi Mineral
yaitu 1,5:1. Berdasarkan rencana produksi per bulan dan geometri kemajuan
penambangan per bulan maka dapat dilakukan perhitungan kebutuhan peralatan
mekanis, kebutuhan peralatan mekanis terbanyak sesuai rancangan penambangan
yaitu 2 bulldozer Komatsu D85 ESS, 2 backhoe PC 400LCSE-7, dan 7 dumptruck
Hino Fm 260Ti .

4.7 Penaksiran Cadangan dan Penentuan Arah Penambangan.


PT. Harita Prima Abadi Mineral telah melakukan pemboran sebanyak 61 test pit
untuk menganalisis lapisan endapan Bauksit di pit pesanggaran venus. Pemodelan
endapan Bauksit dilakukan dengan mengkorelasi dan memproyeksikan data test pit
tersebut menggunakan perangkat lunak surfer. Hasil berupa model endapan dengan
penyebaran iso Bauksit, dengan ketebalan 0,4 – 1,30m.

Pemodelan Bauksit yang dihasilkan kemudian dibagi menjadi blok-blok ukuran


50mx50m guna menghitung sumberdaya dan didapat sumberdaya Bauksit sebesar
274.000ton/unwashed.
Penaksiran cadangan dilakukan dengan membatasi daerah persebaran sumberdaya
yang nantinya baik secara ekonomis maupun teknik dapat dilakukan penambangan.
76

Batasan ekonomis dari rancangan ini merujuk dari nilai maksimal stripping ratio
yang ditentukan PT. Harita Prima Abadi Mineral yaitu sebesar 1,5:1.

Secara teknis penambangan bauksit dapat dilakukan pada seluruh wilayah yang
menjadi area penambangan. Setelah dilakukan penentuan blok-blok yang dapat
dilakukan penambangan, maka didapat batasan daerah penaksiran cadangan dan
diperoleh total cadangan Bauksit sebesar 274.000ton/unwashed, dengan jumlah
overburden sebesar 219.750bcm, dengan stripping ratio 1,28:1.

Berdasarkan model endapan Bauksit, penambangan direncanakan akan dimulai dari


blok S01P01 sampai blok S07P03 dengan arah kemajuan penambangan mengikuti
arah dari front penambangan bagian sebelah barat ke arah timur. Alasan pemilihan
arah penambangan dari bagian barat ke timur antara lain:
1) Menambang dari ujung lokasi penambangan, sehingga proses pembongkaran
bauksit dapat dilakukan lebih cepat dan target produksi pada awal penambangan
dapat tercapai. Dan memudahkan untuk melakukan backfilling secara
berkesinambaungan.
2) Penambangan untuk optimalisasi sehinggga semua cadangan tertambangan dan
sekaligus lebih memudahkan dalam penutupan tambang sehingga reklamasi
bisa dilaksanakan sesegera mungkin.

4.7 Pengaruh Rancangan Penambangan Pada Rencana Produksi


Berdasarkan hasil dari rancangan desain geometris penambangan yang telah
dilakukan menggunakan software autocad (lihat Gambar 4.2), didapat nilai
produksi per bulan bervariasi (lihat Tabel 4.8) dengan rata-rata produksi per bulan
sebesar 91.333,33ton/unwashed Bauksit dan 73.250,00bcm overburden.
77

Tabel 4.8
Rencana Produksi Bauksit dan Overburden

VOL OB Spesifik Bauksit SR


BULAN PIT
(Bcm) gravity (Bcm) (m3/m3)
MARET Pesanggaran Venus 84,750 1.60 94,400 1.44
CUMMULATIVE MARET 2016 84,750 1.60 94,400 1.44
APRIL Pesanggaran Venus 62,500 1.60 90,400 1.11
CUMMULATIVE APRIL 2016 62,500 1.60 90,400 1.11
MEI Pesanggaran Venus 72,500 1.60 89,200 1.30
CUMMULATIVE MEI 2016 72,500 1.60 89,200 1.30
CUMMULATIVE MARET - MEI
219,750 1.60 274,000 1.28
2016

Rencana produksi Bauksit dan overburden tiap bulannya bervariasi, hal ini
dipengaruhi oleh nilai topografi awal, kedalaman Bauksit dan ketebalan Bauksit
pada blok yang dilakukan penambangan. Seperti terlihat pada (Tabel 4.8) rencana
produksi bulan ke-1 dan bulan ke-3 terdapat, hal ini dikarenakan:

1) Bulan ke-1 Luas area batas penambangan (pit limit) pada bulan pertama sebesar
5,50Ha, dengan elevasi topografi awal memiliki ketinggian maksimum
51,5mdpl, dan elevasi topografi minimum sebesar 45,5mdpl, kegiatan
penambangan dilakukan hingga elevasi 42,4mdpl. Kegiatan penambangan
dilakukan di 22 blok penambangan dari mulai S01P01– S01P04, S02P01-
S02P04, S03P01-S03P04, S04P04-S04P04, S05P01-S05P04, S06P01-S06P02.
Jumlah rencana produksi Bauksit tertambang pada bulan pertama sebesar
94.400ton/unwashed, dengan jumlah volume overburden yang harus dibongkar
sebesar 84.750bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio 1,28:1. Ketebalan rata-
rata overburden sebesar 1,54m dan Bauksit 1,07m. Bulan ke-1 memiliki jumlah
Bauksit relatif besar yaitu 94.400ton/unwashed. Jika dikalikan dengan concresi
factor rata-rata yaitu 46,20% akan menghasilkan bauksit tercuci sebesar
43.613ton sehingga didapat jumlah Bauksit yang melebihi dari target produksi.

2) Bulan ke-2 Luas area batas penambangan (pit limit) pada bulan kedua sebesar
4,50Ha, dengan elevasi topografi awal memiliki ketinggian maksimum
78

54,5mdpl, dan elevasi topografi minimum sebesar 49,5mdpl, kegiatan


penambangan dilakukan hingga elevasi 46,8mdpl. Kegiatan penambangan
dilakukan di 18 blok penambangan dari mulai S01P05– S01P07, S02P05-
S02P07, S03P05-S03P07, S04P05-S04P06, S05P05-S05P06, S06P03-S06P05,
S07P01-S07P02. Jumlah rencana produksi Bauksit tertambang pada bulan
pertama sebesar 90.400ton/unwashed, dengan jumlah volume overburden yang
harus dibongkar sebesar 62.500bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio 1,11:1.
Ketebalan rata-rata overburden sebesar 1,39m dan Bauksit 1,26m. Bulan ke-2
memiliki jumlah Bauksit relatif besar yaitu 90.400ton/unwashed. Jika dikalikan
dengan concresi factor rata-rata yaitu 48,26% akan menghasilkan bauksit
tercuci sebesar 43.630ton sehingga didapat jumlah Bauksit yang melebihi dari
target produksi.

3) Bulan ke-3 Luas area batas penambangan (pit limit) pada bulan pertama sebesar
5,25Ha, dengan elevasi topografi awal memiliki ketinggian maksimum
54,5mdpl, dan elevasi topografi minimum sebesar 49,5mdpl, kegiatan
penambangan dilakukan hingga elevasi 47,1mdpl. Kegiatan penambangan
dilakukan di 21 blok penambangan dari mulai S01P08– S01P10, S02P08-
S02P10, S03P08-S03P10, S04P07-S04P10, S05P07-S05P10, S06P06-S06P08,
S07P03. Jumlah rencana produksi Bauksit tertambang pada bulan pertama
sebesar 89.200ton/unwashed, dengan jumlah volume overburden yang harus
dibongkar sebesar 72.500bcm, maka diperoleh nilai stripping ratio 1,31:1.
Ketebalan rata-rata overburden sebesar 1,38m dan Bauksit 1,06m. Bulan ke - 3
memiliki jumlah Bauksit relatif besar yaitu 89.200ton/unwashed. Jika dikalikan
dengan concresi factor rata-rata yaitu 49,04% akan menghasilkan bauksit
tercuci sebesar 43.746ton sehingga didapat jumlah Bauksit yang melebihi dari
target produksi.
79

4.8 Kebutuhan dan Keserasian Alat Mekanis.

Berdasarkan hasil perancangan penambangan didapatkan rencana penggalian


overburden dan Bauksit per bulan serta geometri penambangan (terutama panjang
jalan angkut), maka dapat dilakukan perhitungan produksi, kebutuhan (lihat
lampiran K) dan keserasian alat muat dan alat angkut untuk penggalian dan
pengangkutan Bauksit (lihat lampiran O).

Tabel 4.9
Hubungan Kebutuhan Alat Mekanis dan Match Factor

Bauksit

Rencana
Bulan Alat Alat
Produksi MF
Muat Angkut
(ton)

1 94.400 1 7 0,80

2 90.400 1 7 0,76

3 89.200 1 7 0,75

Seperti terlihat pada Tabel 4.9 yang merupakan hasil perhitungan produksi dan
kebutuhan peralatan (lampiran K) menunjukkan kebutuhan alat muat dan angkut
Bauksit dari awal hingga akhir penambangan tidak ada perubahan, hal ini
dikarenakan jumlah produksi dan jarak angkut tiap bulannya relatif seragam
sehingga tidak terdapat perubahan jumlah kebutuhan alat. untuk jarak angkut tiap
bulannya relatif seragam jadi tidak terlalu berpengaruh pada kebutuhan alat.

Hasil perhitungan Alat muat (Komatsu PC 400LCSE-7) dan alat angkut (dumptruck
Hino Fm 260Ti) untuk penggalian dan pengangkutan Bauksit didapatkan nilai
match factor (MF) seragam antara 0,75-0,80 Nilai MF<1 ini artinya dumptruck
Hino Fm 260 Ti bekerja 100%, sedangkan Komatsu PC 400LCSE-7 bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu pada alat muat Komatsu PC 400LCSE-
7. Hal ini disebabkan produksi dari alat muat berupa Komatsu PC 400LCSE-7
80

sebesar 373,42ton/jam, dengan jumlah jam kerja/bulan 376,48jam maka diperoleh


140.584,16ton/bulan, jauh lebih besar dari rata-rata rencana produksi Bauksit/bulan
sebesar ±91.333,33ton/unwashed per bulan atau ±43.000ton/washed per bulan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh nilai MF yang lebih baik dapat
dilakukan dengan melakukan pengurangan jam kerja pada alat muat sehingga nilai
produksinya sesuai dengan rencana produksi Bauksit/bulan, tapi hal ini akan
menyebabkan jumlah kebutuhan alat angkut meningkat. Peningkatan produksi juga
dapat dilakukan agar target produksi mendekati atau sama dengan produksi dari
Komatsu PC 400LCSE-7 sehingga nantinya diharapkan nilai MF akan meningkat.

You might also like