Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI
Infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksternal), saluran telinga
tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga bagian dalam (labyrinthitis). Otitis
media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah, yang
merupakan penumpukan cairan di telinga tengah. (Rahajoe, 2012)
B. MANIFESTASI KLINIK
1. Otitis Media Akut
Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, OMA dapat dibagi atas 5 stadium :
a. Stadium Radang Tuba Eustachi (Salpingitis)
Stadium ini ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negative di dalam telingan tengah, karena adanya absorbs udara.
Kadang-kadang membran timpani sendiri tampak normal atau berwarna keruh
pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. Dari penderita
sendiri biasanya mengeluh telinga terasa tersumbat (oklusi tuba), gemrebeg (tinnitus
low frequence), kurang dengar, seperti mendengar suara sendiri (otofoni) dan
kadang-kadang penderita merasa pengeng tapi belum ada rasa otalgia.
b. Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani
atau seluruh membran seluruh membran timpani. Mukosa cavum timpani mulai
tampak hiperemis atau oedem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. Pada stadium ini penderita merasakan
otalgia karena kulit di membran timpani tampak meregang.
c. Stadium Supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial
serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani, menyebabkan membran
timpani menjadi menonjol (bulging) ke arah telinga luar. Pada keadaan ini pasien
tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah
hebat. Pada anak-anak sering disertai kejang dan anak menjadi rewel. Apabila
tekanan eksudat yang purulen di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemik akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta terjadi trombophlebitis pada vena-
verna kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran
timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di
tempat ini akan terjadi rupture, sehingga bila tidak dilakukan incisi membran timpani
(miringitomi) maka kemungkinan besar membran timpani akan rupture dan
discharge keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringitomi luka incisi akan
menutup kembali karena belum terjadi perforasi spontan dan belum terjadi nekrosis
pada pembuluh darah.
d. Stadium Perforasi
Stadium ini terjadi apabila terjadi rupture pada membran timpani yang bulging pada
saat stadium supurasi. Lubang tempat rupture (perforasi) tidak mudah menutup
kembali.
e. Stadium Resolusi
Membran timpani yang utuh, bila terjadi kesembuhan maka keadaan membran
timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Sedangkan pada membran timpani
yang utug tapi tidak terjadi kesembuhan, maka akan berlanjut menjadi Glue Ear.
Pada keadaan ini sebaiknya dilakukan incisi pada membran timpani (miringitomi)
untuk mencegah terjadinya perforasi spontan. Pada membran timpani yang
mengalami perforasi, bila terjadi kesembuhan dan tidak menutup maka akan terjadi
Dry Ear (secret berkurang dan akhirnya kering). Sedangkan bila tidak terjadi
kesembuhan maka akan berlanjut menjadi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK), di
mana secret akan keluar terus-menerus atau hilang timbul.
2. Otitis Media Subakut
- Efusi 3 minggu – 3 bulan
3. Otitis Media Kronik / Menetap
- Efusi lebih dari 3 bulan
D. DISCHARGE PLANING
1. Istirahat yang cukup untuk mengatasi infeksi
2. Tidak dianjurkan mengobati sendiri sebelum konsultasi dengan dokter
3. Liang telingan dapat bersih dengan sendirinya sehingga tidak perlu dibersihkan dengan
katenbuds
4. Hindari memasukan apapun ke telinga
5. Bila kotoran terbentuk berlebih konsultasikan dengan dokter spesialis THT
6. Jagalah telinga tetap kering
7. Hindari penerbangan saat menderita infeksi telinga
Definisi :
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Batasan Karakteristik :
Konvulsi
Kulit kemerahan Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat
Temperature regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu
Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (International Association for The Study of Pain): awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan Karakteristik :
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernafasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi (mis.,berjalan monda-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas
lain, aktivitas yang berulang)
Mengekspresikan perilaku (mis.,gelisah, merengek, menangis)
Masker wajah (mis.,mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus meringis)
Sikap melindungi area nyeri
Fokus menyempit (mis.,gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari Satu
- Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri berat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala
Definisi :
Beresiko mengaiami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan berinteraksi deangan
sumber adaptif dan sumber defensif individu.
Faktor resiko :
Eksternal
- Biologis (mis.,tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme)
- Zat kimia (mis.,racun, polutan, obat, agenens farmasi, alkohol, nikotin, pengawet,
kosmetik, pewarna)
- Manusia (mis.,agens nosokomial, pola ketegangan, atau faktor koknitif, afektif,
dan psikomotor)
- Cara pemndahan /transpor
- Nutrisi (mis.,desain, struktur, dan pengaturan komunitas, bangunan, dan /atau
peralatan)
Internal
- Profil darah yang abnormal ( mis leukositosis / leukopenia, gangguan faktor
Koagulasi, trombositopenia, sel sabit, talasemia, penurunan hemoglobin)
- Disfungsi biokimia
- Usia perkembangan (fisiologis, psikososial)
- Disfungsi efektor
- Disfungsi imun-autoimun
- Disfungsi integratif
- Malnutrisi
- Fisik (mis.,integritas kulit tidak utuh, gangguan mobilitas)
- Psikologis (orientasi afektif)
- Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan
Definisi :
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Faktor-faktor resiko :
Penyakit kronis
- Diabetes melitus
- obesitas
Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjangan patogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
- Gangguan peritalsis
- Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intervena,prosedur invasif)
- Perubahan sekresi pH
- Penurunan kerja siliaris
- Pecah ketuban dini
- Pecah ketuban lama
- Merokok
- Stasis cairan tubuh
- Trauma jaringan (trauma destruksi jaringan)
Ketidak adekuatan pertahanan sekunder
- Penurunan hemoglobin
- Imunosupresi (imunitas didapat tidak adekuat,agen farmaseutikal termasuk
imunosupresan, steroid, antibodi, monoklonal, imunomudulator)
- Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap pathogen
Lingkungan meningkat
- wabah
Prosedur invasif
Malnutrisi
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada penampilan tubuh (secret berbau)
Definisi :
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu.
Batasan karakteristik :
Perilaku mengenali tubuh individu
Perilaku menghindari tubuh individu
Perilaku memantau tubuh individu
Respon nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh (mis.,penampilan, struktur,
fungsi)
Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis.,penampilan,
struktur, fungsi)
Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh
individu ( mis.,penampilan, struktur, fungsi)
Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam penampilan
Objektif :
Perubahan aktual pada fungsi
Perubahan aktual pada struktur
Perilaku mengenali tubuh individu
Perilaku memantau tubuh individu
Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan spesial tubuh terhadap
lingkungan
Perubahan dalam keterlibatan sosial
Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan
Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh
Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
Kehilangan bagian tubuh
Tidak melihat bagian tubuh
Tidak menyentuh bagian tubuh
Trauma pada bagian yg tidak berfungsi
Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh
Subjektif :
Perubahan aktual pada fungsi
Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral
Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
Penekanana pada kekuatan yang tersisa
Ketakutan terhadap reaksi orang lain
Fokus pada penampilan masa lalu
Perasaan negatif tentang sesuatu
Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
Fokus pada perubahan
Fokus pada kehilangan
Menolak memverivikasi perubahan actual
Mengungkapkan perubahan gaya hidup
6. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang pengobatan dan tindak lanjut
terapi
Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Batasan karakteristik :
Perilaku hiperboia
Ketidakakuratan mengikuti perintah
Ketidakakuratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis., histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Pengungkapan masalah