Professional Documents
Culture Documents
Search
Chemistry Of Drizzle
Home
Kuliah
Praktikum
Ceritaku
Download
Produk pangan dewasa ini semakin baragam bentuknya, baik itu dari segi jenisnya
maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun seiring dengan semakin pesatnya teknik
pengolahan pangan, penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari.
akibatnya keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan yang akan
dikonsumsi.
Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena manusia
semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang ada di dalam makanannya.
aban manusia dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena danya kemajuan ilmu pengetahuan serta
kemajuan teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan. Dalam
proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga
banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan
suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang belum
memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuh bahan-bahan pangan dan yang non
pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan
untuk mengawetkan makanan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1168/MENKES/ PER/X/1999 yang
merupakan perubahan dari Peraturan Menteri Kesehatan No.722/MENKES/IX/1988 tentang
bahan tambahan makanan, telah mengatur jenis bahan tambahan makanan yang diijinkan dan yang
dilarang penggunaannya. Pada lampiran dua Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1168/MENKES/PER/X/1999 menyebutkan bahwa bahan tambahan yang dilarang digunakan
dalam makanan adalah: asam borat dan senyawaan-nya, asam salisilat dan garamnya,
dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi,
nitrofurazon, formalin, kalium bromat (Anonim, 1999).
Formalin dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan makanan, sehingga makanan akan
lebih lama bertahan dibanding desinfektan lain sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat.
Zat yang sebetulnya banyak memiliki nama lain berdasarkan senyawa campurannya ini memiliki
senyawa CH2OH yang reaktif dan mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur dengan air
barulah dia disebut formalin.
Tujuan penambahan formalin pada makanan adalah sebagai pengawet sekaligus sebagai
pengenyal pada mi basah dan bakso. Penyalahgunaan formalin pada makanan ini selain disebabkan
harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, juga disebabkan karena minimnya
pengetahuan produsen tentang bahaya penggunaan formalin pada makanan.
Salah satu makanan yang sering ditambahi formalin oleh produsen adalah tahu. Bahan
pangan ini cukup populer di masyarakat Indonesia. Kepopuleran tahu tidak hanya terbatas karena
rasanya enak, tetapi juga mudah untuk membuatnya dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk
masakan serta harganya murah. Selain itu tahu merupakan salah satu makanan yang menyehatkan
karena kandungan proteinnya yang tinggi serta mutunya setara dengan mutu protein hewani. Tahu
mengandung zat gizi seperti lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup tinggi. Tahu
juga mempunyai kelemahan yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak karena
mudah ditumbuhi mikroba. Untuk memperpanjang masa simpan, kebanyakan industri tahu yang
ada di Indonesia menambahkan bahan pengawet. Bahan pengawet yang ditambahkan tidak
terbatas pada pengawet yang diizinkan, tetapi banyak pengusaha yang dengan sengaja
menambahkan formalin (Depkes, 2009).
Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan
makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen
bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya
menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding
pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan. Formalin sebenarnya bukan merupakan
bahan tambahan makanan, bahkan merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan.
Memang orang yang mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan
dan bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan akibatnya. Tapi
efek dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa beberapa tahun kemudian.
Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran
pernafasan. Di dalamtubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel
darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia,
yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau
kegagalan peredaran darah (Farida, 2010).
Pemeriksaan formalin secara kualitatif dapat dilakukan dengan menambahkan asam
kromatropat dalam asam sulfat pekat dengan pemanasan beberapa menit akan terjadi warna violet.
Penentuan kadar formalin dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain titrasi volumetri
asam-basa (Ditjen POM, 1979) dan spektrofotometri sinar tampak menggunakan pereaksi Nash
(Herlich, 1990).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa formalin dalam makanan dengan metode
destilasi.
1.5 Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini di mulai pada tanggal 4 Juli sampai 15 Agustus
2011
1.6 Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan di bidang Laboratorium kimia kesehatan
lingkungan Laboratorium bagian Kimia Makanan dan Minuman Balai Laboratorium Kesehatan
(BLK) Provinsi Jawa Barat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Formalin
3.1.1 Formaldehida
Formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus
kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang
dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan
Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh
sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan
terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer
bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan
hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan
sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. (Anonim, 2011)
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering
digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan,
Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai,
kapal, gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam
bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil.
Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk
sementara mengawetkan bangkai.
Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa
bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin, formaldehida menghasilkan
resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk
kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busanya sebagai insulasi. Lebih dari 50%
produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-
bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol,
yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena
difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena
tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak).
(Anonim, 2011)
3.1.2 Pengertian Formalin
Formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi
serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau
yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air maupun alkohol.
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida
berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan
Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida
bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada
kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida
dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada
di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan
organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam
air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang ('formalin' atau 'formol'
). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk
monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi
polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.
Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini
lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi
elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi
Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik,
1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas
formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan
formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss 2005).
Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling
sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium.
Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen
terjadi pada 250°C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur yang lebih tinggi, kira-
kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan
formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam
larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga
dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.
Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang
beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin
sangat mudah larut dalam air. Jika dicampurkan dengan ikan misalnya, formalin dengan mudah
terserap oleh daging ikan. Selanjutnya, formalin akan mengeluarkan (dehydrating) isi sel daging
ikan, dan menggantikannya dengan formaldehid yang lebih kaku. Akibatnya bentuk ikan mampu
bertahan dalam waktu yang lama. Selain itu, karena sifatnya yang mampu membunuh mikroba,
daging ikan tidak akan mengalami pembusukan. (Fahrudin, 2007)
BAB IV
METODE PEMERIKSAAN
4.1 Alat dan Bahan
Tabel 4.1 Alat dan Bahan yang digunakan
Alat Bahan
Labu kjeldahl 500 ml H3PO4 10%
Mat pipet Asam kromatropat 60 %
Corong kecil Batu didih
Neraca Aquades
Cawan timbang
Gelas ukur 100 ml
Gelas piala
Tabung reaksi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Pemeriksaan
5.1.1 Hasil Pemeriksaan Positif (+)
No Kode Sampel Ciri-ciri Formalin
1 Tb-10/437/mmkl Berminyak +
2 Tb-10/443/mmkl Kenyal +
3 Tb-10/463/mmkl Berminyak +
4 Tb-10/469/mmkl Kenyal +
5 Tb-10/470/mmkl Kenyal dan bau +
6 Tb-012/489/mmkl Warnanya Kuning mencolok +
7 Tb-02/516/mmkl Bau +
8 Tb-02/518/mmkl Warnanya kuning dan berminyak +
9 Tb-03/543/mmkl Warnanya kuning pudar dan berminyak +
10 Tb-03/545/mmkl Warnyanya putih dan teksturnya keras +
11 Tb-03/559/mmkl Teksturnya lebar dan berminyak +
12 Tb-04/570/mmkl Teksturnya lebar dan lengket +
13 Tb-04/571/mmkl Teksturnya kecil dan lengket +
14 Tb-04/572/mmkl Teksturnya keras +
15 Tb-06/601/mmkl Warnanya hitam, kenyal, keras, dan segar +
16 Tb-04/602/mmkl Teksturnya lebar dan lengket +
17 Tb-04/617/mmkl Teksturnya kecil dan lengket +
18 Tb-04/637/mmkl Teksturnya kenyal +
19 Tb-04/663/mmkl Teksturnya lengket dan berbau +
20 Tb-04/668/mmkl Teksturnya keras dan berwarna hitam +
12 Tb-04/450/mmkl nugget -
13 Tb-04/441/mmkl Tahu kuning -
14 Tb-04/442/mmkl Tahu putih -
15 Tb-486/mmkl Baso -
16 Tb-490/mmkl Bihun -
17 Tb-496/mmkl Tahu putih -
18 Tb-497/mmkl Tahu -
19 Tb-504/mmkl Tahu kuning -
20 Tb-540/mmkl Baso putih -
5.2 Pembahasan
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam
sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan
pada tubuh.
Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung,
alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan
perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur
darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran
darah. Formalin bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam
menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata.
Melalui pemeriksaan ini, ditemukan sejumlah produk pangan seperti Mie basah dan tahu
yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Jadi untuk masyarakat harus waspada terhadap
pedagang yang menjual tahu dan mie basah karena dilihat dari kegunaan formalin itu sendiri sudah
tidak cocok untuk bahan pangan dan juga formalin dapat juga mengakibatkan beberapa penyakit.
Berdasarkan sifat bahan makanan yang telah diperiksa, Semakin tinggi kandungan
formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat, sedangkan tahu atau mie yang tidak
berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas.
Tahu dan mie yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal),
sedangkan tahu dan mie tak berformalin jika ditekan akan hancur; Tahu dan mie berformalin akan
tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari. Tahu dan mie yang
memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu dan mie
memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap.
Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita
potong, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen/seragam. Bahkan, ada
sebagian masih berwarna putih.
Adanya kandungan formalin pada bahan makanan ditandai dengan timbulnya warna ungu
sampel ketika dipanaskan pada tabung reaksi setelah dilakukan detilasi terlebih dahulu. Selain
dengan metode destilasi, pemeriksaan formalin juga dapat dilakukan dengan metode lain salah
satunya adalah metode Kit. Test Kit Formalin merupakan alat uji cepat kandungan formalin yang
mudah untuk digunakan siapa saja dengan background pendidikan apa saja. Test Kit Formalin
berbasis pada analisis pembentukan warna antara formaldehid atau formalin dengan pereaksi
warna yang ada didalamnya. Warna ungu akan terbentuk jika produk positif mengandung
formalin.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka diperoleh 20 sampel yang
mengandung formalin yang terdiri dari Mie, Baso, Siomay, Tahu, Nugget dan Otak-otak. Tetapi
yang lebih banyak mengandung kadar formalin yaitu Tahu dan Mie.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan, rata-rata sampel yang banyak mengandung Formalin adalah Mie
basah dan Tahu.
6.2 Saran
1. Menghindari dan cermat dalam memilih makanan yang aman dan bebas dari bahaya zat–zat
tertentu terutama formalin adalah salah satu upaya dalam mengurangi resiko keracunan zat
tersebut.
2. Perlu dilakukan penelitian bahan tambahan makanan lain (misalnya boraks dan pewarna) yang
digunakan dalam mie, baso, tahu dan bahan pangan lain.
3. Masyarakat perlu segera diberikan informasi tentang keamanan makanan yang dikonsumsi.
4. Laboratorium kesehatan merupakan suatu instansi pemerintah untuk melayani masyarakat
sehingga diharapkan harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Bahaya Formalin. Available
at:http://mily.wordpress.com/2009/09/10/bahaya- formalin-2/. (Diakses tanggal 29 September
2011).
Buckle. 1987. Ilmu Pangan, diterjemahkan oleh Purnomo, H. Jakarta: Penerbit UI Press.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wells A. F. 1984. Structural Inorganic Chemistry, 5th ed. Sulfate acid. Available at:
http://en.wikipedia.org/wiki/sulfate.com. (Diakses tanggal 28 November 2011)
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat-alat yang digunakan
Desikator LabuDestilasi
Pipet Volume
Costumer
Pembayaran
Pembayaran
Pendaftaran
Pendaftaran
Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
Hasil
Hasil
Analisis
Analisis
Penyerahan Hasil
Penyerahan Hasil
Costumer
Costumer
Manajer Teknis
Customer
Lampiran 7: Denah Lokasi Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi Jawa Barat
U
BPOM
BLK
CARE FOUR
No Pendidikan Jumlah
1 Spesialisasi Patologi Klinik 2
2 Spesialisasi Radiologi 1
3 Dokter umum 3
4 Magister Biomolekuler (S2) 1
5 Magister Farmasi (S2) 1
6 Magister Kedokteran Dasar (S2) 1
7 Sarjana Pangan (S1) 1
8 Sarjana Kimia Murni (S1) 1
9 Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1) 1
10 Sarjana Ekonomi (S1) 1
11 Sarjana Biologi (S1) 1
12 Sarjana Administrasi (S1) 2
13 D4 Analis Kesehatan 3
14 D3 Analis Kesehatan 16
15 D3 Farmasi 1
16 D3 Akper 2
17 D3 Perawat Gigi 1
18 D3 Radiografer 1
19 SMAK (Analis Kesehatan) 1
20 SPA (Analis Kesehatan) 2
21 Perawat 1
22 SLTA 22
23 SMEA 4
24 SMK 4
25 SLTP 1
26 SD 9
27 Asisten Apoteker 1
Total 85
0 komentar:
Post a Comment
chat twitter
on twitter
Pengunjung
233293
Popular Posts
TITRASI ARGENTOMETRI (TITRASI PENGENDAPAN)
BAB V PEMBAHASAN Abu adalah zat anorganik sisa pembakaran dari senyawa
organic ( Sudarmadji, 1989). Dalam bahan pangan, selain abu terda...
Unsur golongan VA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkup ilmu kimia dan kedudukan
ilmu kimia sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam. A...
About Drizzle
Thynne Drizzle
Chat Room
Follow Me
My Archive
Powered by Blogger.
online
Like'rrsss
Connect With Us
Recomended
Instructions
my age
Copyright © 2012 Chemistry Of Drizzle | IF.C 4rrul'z 09
Design by Catatan Informatika
e
l
z
z
i
r
D
f
o
y
r
t
s
i
e
h
C
SHARE
http://chemistryofdrizzle.blogspot.co.id/2013/04/laboratorium-kimia-makanan.html
Diposkan oleh Kevin Rudhyansyah | Minggu, 13 Januari 2013 | | Label: kimia analisa
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bagi kebanyakan orang, formalin adalah bahan yang lazim digunakan untuk pengawet
mayat . Formalin mempunyai sifat khas dibanding desinfektan lain sehingga lebih dipilih untuk
mengawetkan mayat.
Formaldehide yang lebih dikenal dengan nama formalin sebenarnya bukan merupakan bahan
makanan, bahkan merupakan zat yang tidak boleh di tambahkan pada makanan. Formalin bagi tubuh
manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen, korosif, dan iritatif.
Akhir – akhir ini semakin marak dibicarakan tentang formalin yang terdapat dibeberapa bahan
makanan. Formalin dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan makanan, sehingga makanan akan
lebih lama bertahan.
Pengawet formalin mempunyai unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein,
karenanya jika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari
bagian permukaan tahu hingga terus meresap ke bagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah
terikat unsur kimia dari formalin maka bila di tekan tahu terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang
telah mati tidak akan di serang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah sebabnya
tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet.
Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat di
dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih bila formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki
dosis tinggi.
Formalin juga dapat merusak persyarafan tubuh manusia dan di kenal dengan zat yang
bersifat neurotoksik. Gangguan pada persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit
berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilas. Penggunaan
formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan.
Hidung : Mimisan
Saluran Pernapasan : Sesak napas, suara serak, batuk kronis, sakit tenggorokan
ISI
FORMALIN/FORMALDEHIDE (CH₂O)
Nama lain :Formaldehide solution, Formalin, Formol, Formic AldehIde, Methaldehyde, Methylene oxide,
Oximethylene, karsan.
SENYAWA KIMIA
1. Struktur Kimia :
Densitas : 1 g/m³
Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit yang ada dalam bentuk monomer
H₂CO. Formaldehide dalam larutan bersifat sebagai pereduksi yang kuat, terutama dengan adanya
alkali. Formaldehide bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan
formaldehyde harus di tutup serta di isolasi supaya tidak kemasukkan udara.
Prinsip : Formadehide dapat diketahui dengan penambahan reagen asam kromatropat dalam asam
sulfat pekat disertai pemanasan beberapa menit akan terjadi pewarnaan violet.
Pereaksi : Pereaksi yang digunakan adalah asam kromatropat dibuat dengan melarutkan asam
1,8-dihidroksinaftalen-3,6-diosulfat dalam H₂SO₄ 72% (kira-kira 500mg/100ml).
Prosedur : Sebanyak 5 ml pereaksi asam kromatropat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambah 1 ml larutan hasil destilasi sambil diaduk. Larutan dimasukkan ke dalam penangas air
mendidih selama 15 menit dan diamati perubahan warna yang terjadi. Adanya formaldehyde
ditunjukkan dengan timbulnya warna ungu terang sampai ungu tua.
(Sumber: Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si, 2009)
Reaksi Kimia
Formalin dengan adanya asam kromatropat dalam asam sulfat disertai pemanasan beberapa menit
akan terjadi paewarnaan violet.
Reaksi asam kromatropat mengikuti prinsip kondensasi senyawa fenol dengan formaldehida
membentuk senyawa berwarna (3,4,5,6-dibenzoxanthylium).
(sumber: http://www.scribd.com/doc/39999429/Chapterll-artikel)
B. LARUTAN SCHIFF
Prosedur :Sejumlah sample digerus dalam mortir, tambahkan air secukupnya, saring. Ambil filtrat, kemudian
diasamkan dengan HCl sampai pH kurang dari 3, lalu tambahkan pereaksi Schiff yang tak berwarna
dengan volume sama banyak. Setelah beberapa saat akan terbentuk warna merah sampai ungu jika
positif ada formalin.
C. PEREAKSI NASH’S
Prosedur :Larutan Uji yang mengandung formalin ditambah dengan pereaksi nash’s lalu diinkubasikan dalam
penangas air pada suhu 37°C±1°C selama 30 menit. Timbulnya warna kuning yang intens menunjukkan
adanya formalin.
Pereaksi Nash’s dibuat dengan melarutkan 150 gram ammonium asetat, 3ml asam asetat, 2ml asetil
aseton dengan aquades sampai 1000ml.
Cara ini juga digunakan untuk melakukan uji kuantitatif untuk mengetahui kandungan formalin yang
ditambahkan dalam makanan.
D. UJI HEHNER-FULTON
Prosedur :Sebanyak 5ml larutan hasil destilasi ditambah 6ml H₂SO₄ dan didinginkan.
Sebanyak 5ml campuran ini masukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambah 1ml susu bebas aldehid
secara perlahan sambil didinginkan.
Campuran selanjutnya ditambah 0,5ml pereaksi (dibuat dengan mencampur 1 bagian air brom jenuh
ke dalam 1bagian asam sulfat pekat dan dibiarkan dingin). Adanya formaldehid ditunjukkan dengan
timbulnya warna merah muda ungu.
Prosedur :Sebanyak 5gram sample ditimbang lau ditambah 50ml aquades dan dimasukkan ke dalam corong
pisah.
Campuran ditambah 1-2 ml asam asetat 4N lalu dikocok dengan 2x20ml eter.
Residu ditambah 10-20ml aquades lalu diaduk dan dituang ke dalam 3ml asam sulfat yang telah
ditetesi dengan 2 tetes FeCl₃ 10% secara perlahan-lahan. Timbulnya warna merah lembayung
menunjukkan adanya formaldehid.
UJI KUANTITATIF FORMALIN
SPEKTROFOTOMETRI
Hasil analisis formalin secara kualitatif positif (berwarna ungu), maka intensitas warna di ukur
dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 560 nm. Semakin tinggi kandungan formaldehida
dalam sampel nilai absorbannya makin besar. Nilai absorban kemudian dibandingkan dengan kurva
standar.
Prosedur:
1. Dibuat larutan standar formalin konsentrasi 1000 ppm dengan cara mencampurkan larutan formalin
sebanyak 0,25 ml (larutan formalin 40%).
2. Kemudian di encerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda batas.
3. Larutan tersebut kemudian di buat larutan standar dengan konsentrasi
1,3,6,10,15,20,25,30,35,40,50,60,70,80,90,100,dan 120 ppm dan diencerkan dengan aquadest dalam
labu takar 100 ml sampai tanda batas.
4. Larutan pereaksi sebanyak 1 ml larutan standar formalin (dibuat untuk semua konsentrasi diatas)
sambil diaduk.
5. Tabung reaksi dimasukkan kedalam penangas air yang mendidih selam 15 menit, angkat dan dinginkan
kemudian masukkan kedalam kuvet dan ukur absorbansinya dengan spektrofotometri pada panjang
gelombang 546 nm.
6. Plot hubungan antara konsentrasi dengan absorban larutan standar formalin, lalu buat persamaan
regresi linier (digunakan untuk menghitung konsentrasi /kadar formalin dalam sampel).
7. Penentuan kadar formalin dalm sampel. Mencampurkan 10 gram sampel dengan cara menggerusnya
dalam lumpang.
8. Campuran dipindahkan kedalam labu kjedahl dan diasamkan dengan H₃PO₄. Labu kjedahl
dihubungkan dengan pendingin dan disuling. Hasil sulingan ditampung dan ditambahkan
pereaksi(larutan jenuh asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat dalam H₂SO₄ 72%), diencerkan
dalam labu takar 50 ml sampai tanda batas, kemudian sampel tersebut diukur absorban dengan
spektrofotometri dan hitung kadar formalinnya.
Perhitungan kadar formalin berdasarkan persamaan garis lurus dari kurva baku:
Y =bX + a, maka :
X= x fp
Keterangan :
Y :Absorbansi
a :Konstanta
b :Koefisien
fp :Faktor Pengenceran
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Formaldehid merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan
pada bahan pangan (makanan), tetapi ada kemungkinan, formaldehid digunakan dalam pengawetan
susu, tahu, mie, ikan asin, ikan basah, dan produk pangan lainnya.
Formaldehid merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel,
sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada
tubuh.
Uji kualitatif formalin pada bahan makanan dapat dilakukan dengan reagen asam kromatopat.
Untuk sampel susu dapat dilakukan dengan uji Hehner-Fulton dan uji dengan Ferri Klorida.
http://kevinrudhy.blogspot.co.id/2013/01/formalin.html