You are on page 1of 1

Terciptanya keluarga yang harmonis dan bahagia merupakan impian bagi semua umat

manusia dalam kehidupan. Sebuah manifestasi dari patung loro blonyo yang menampilkan
figur seorang laki – laki dan perempuan dalam bebusana adat Jawa. Konteks yang
menunjukkan perkawinan atau pernikahan dalam masyarakat Jawa. Peristiwa suci dan sakral
yang dialami manusia sebelum menjadi suami istri dalam berkeluarga. Sama halnya lesung
sebagai lingga dan yoni sebagai alu dalam pengertian kebudayaan ditafsirkan sebagai hal
terkait dalam unsur yang tidak dapat terpisahkan dan saling melengkapi satu sama lain.
Masyarakat agraris terutama Jawa Tengah lebih menghormati kebudayaan yang diwariskan
secara turun – temurun tersebut untuk dapat diyakini nilai, bentuk serta fungsi secara historis.
Faktanya, tradisi ini menjadi simbol ikon yang khas dari penduduk yang berkerja sebagai
petani, khususnya dalam penggunaan lesung dan alu. Apabila diruntut dalam sejarah
perkembangannya, lesung dan alu pada dasarnya digunakan sebagai alat tradisional dalam
memproses padi menjadi beras. Pentingnya beras sebagai bahan makanan pokok dan seni
musik lesung alu yang dihasilkan melalui perpaduan alat tersebut. Enam wanita masing –
masing membawakan lagu dan mengayunkan alu ke dalam lesung disebut nutu. Kothek atau
gejog lesung istilah yang diberikan oleh masyarakat Jawa. Pertunjukkan tari dan nyayian
lagu tradisional menyelaraskan bunyi suara thok thek thok gung seperti titi laras atau lirik
lagu berjudul Lesung Jumengglung pencipta Ki Narto Sabdo. Lesung berarti alat, sedangkan
jumengglung brarti berkumandang atau bergema merupakan wujud transformasi dalam
bentuk tembang (seni suara). Kandungan isi tembang lesung jumengglung ini kurang
lebihnya merupakan suatu simbol keberhasilan dan kesuburan petani menjelang usia untuk
dipanen. Untuk memaknai lesung dan alu secara mendalam dapat ditafsirkan melandaskan
pada aspek pandangan hidup Jawa.
Kearifan lokal seni lesung dan alu harus diwariskan ke generasi berikutnya, meskipun
terjadi perubahan zaman yang semakin canggih. Salah satu ciri zaman modern yaitu
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan masuk ke berbagai aspek kehidupan, tak
terkecuali yang membangun paradigma masyarakat yang akan melahirkan marginalisme.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pergeseran nilai berdampak pada perubahasan
kebudayaan pada era canggih ini telah menghilangkan seni lokal yang melekat pada
masyarakat tradisional sebelumnya.

You might also like