Professional Documents
Culture Documents
BAB II
LATAR BELAKANG SEJARAH PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Nama Pancasila sebagai Dasar Negara meskipun tidak tertulis secaar resmi di
dalam Pembukaan dan Batang Tubuh maupun Penjelasan UUD 1945, namun sudah
cukup jelas bahwa yang dimaksudkan ialah lima Dasar Negara sebaagimana
perumusannya trdapat dalam alinea keempat UUD 1945.
Sebelum Pancasila berlaku sah sebagai Dasar Negara RI, maka untuk mewujudkannya
didahului / diawali dengan adanya suatu proses perumusan yang mengandung latar
belakang tertentu.
Oleh karena itu pada dasarnya dapat diadakan pembabakan ke dalam 2 abgian yang
meliputi: Hal yang menyangkut latar belakang sejarah dan proses perumusan serta
pengesahannya.
A. Latar Belakang Sejarah
Pendudukan Indonesia oleh colonial Belanda semenjak berdirinya perkumpulan
dagang VOC (Verenigde Oost Indische Companie) diawal abad XVII dengan
pemerintahannya di Indonesia yang terkenal dengan sebutan Hindia Belanda
(Nederlands Indie), mulai ambruk dengan mendaratnya tentara Jepang di
Indonesia yang dimulai pertama kali di Pulau Tarakan, Kalimantan pada tanggal
10-11 Januari 1942, yang kemudian diikuti dengan adanya pendaratan dipulau-
pulau lainnya seperti Sulawesi, Maluku, Sumatra, Bali dan akhirnya memasuki
pulau Jawa.
Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh, dan perlawanan Belanda terhadap Jepang
berakhir di Bandung pada tanggal 8 Maret 1942, sedangkan tanggal 9 Maret 1942
Jenderal Ter POorter sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Darat Sekutu di Jawa
menyerah dengan tanpa syarat, yang diikuti dengan ditawan dan dibawanya ke
luar Jawa Gubernur Tjarda van Starkenborg Stachouwer dengan para pembesar
Belanda lainnya, sehingga terhitung sejak itu secara formal dimulai masa
pendudukan Jepang di Indonesia.
Sesuai Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1942 yang dikeluarkan oleh Jepang pada
tanggal 7 Maret 1942, yaitu sebelum pemerintahan Hindia Belanda menyerah,
dinyatakan bahwa kedatangan Balatentara Nippon untuk memperbaiki nasib
rakyat Indonesia yang dianggap sebangsa dan seketurunan dengan bangsa Jepang.
Disamping itu guna mewujudkan ketentraman umum dan kehidupan yang
makmur bersama-sama rakyat Indonesia atas dasar mempertahankan Asia Raya.
Daerah pemerintahan di Indonesia di bagi-bagi tidak lagi sebagai satu
pemerintahan, melainkan kedalam beberapa wilayah, untuk Jawa dan Madura
pusatnya di Batavia, untuk Sumatra di Bukit Tinggi. Keduanya di bawah
Pemerintahan Angkatan Darat (Rkugun). Sisanya, seperti Borneo, Bali terus ke
bagian timur samapai dengan Irian di bawah. Pemerintahan Angkatan Laut
(Kaigun) yang berpusat di Makasar. Adapun semua pemerintahan daerah ini
dibawahi oleh seorang PAnglima Besar untuk seluruh daerah Asia Tenggara
(Nanpoo Gun) yang berkedudukan di Saigon.
Masuknya Jepang di Indonesia berjalan mulus dan mendapat sambutan gembira
dari bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan perlakuan Jepang yang ramah, dan
dikira akan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda,
disamping kepada rakyat Indonesia mula-mula diperbolehkan untuk mengibarkan
bendera sang dwi warna merah putih, dan menggunakan lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
Kemudian terjadilah penyerahan kekuasaan dan pergantian pemerintahan dari
Gubernur Jenderal Belanda kepada gusireikan (panglima Besar) Jepang. Setelah
iu diikuti penurunan bendera triwarna (Merah Putih Biru) dan menaikkan bendera
Matahari terbit, serta mengubah lagu Wilhelmus menjadi Kimigayo.
Dirumuskan Pancasila sebagai Dsar Negara tidak terlepas dari adanya janji
pemerintah Jepang di Tokyo yang diucapkan oleh Perdana Menteri Koiso
dihadapan Parlemen Jepang pada tanggal 7 September 1944 untuk memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia sebagai hadiah dari pemerintahan Jepang.
Pemberian janji tersebut tidak terlepas dari perhitungan strategi Jepang yang
melihat Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia,
yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan dukungan pada ANgkatan Perang
Jepang dalam memenangkan Perang Dunia II melawan Sekutu. Akan tetapi janji
itu baru dilakukan stelah Balatentara Jepang mengalami kekalahan-kekalahan di
semua medan pertempuran, dan adanya desakan dari para pemimpin pergerakan
bangsa Indonesia, yang kemudian memaksa Pemerintah Jepang untuk membentuk
Dokutitzu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.
Realisasi BPUPKI dilakukan oelh Gunseikan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1945
dengan dr. KRT Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua, RP Soeroso sebagai
Wakil Ketua merangkap Kepala Kantor/Sekretariat, an seorang bangsa Jepang
bernama Yoshio Ichibangsae, juga menjabat sebagai wakil Ketua, serta anggota
sebanyak 64 orang.
Sesuai dengan namanya, badan ini dibentuk dengan ruang lingkup tugas yang
terbatas, yakni melakukan penyelidikan bagi usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia. Keterbatasan ruang lingkup tugas badan ini dapat dilihat dari
pernyataan Yoshio Ichibangsae yang mengemukakan bahwa setelah pekerjaan
badan ini selesai, maka akan dibentuk suatu panitia lain yang bertugas
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, akan tetapi panitia yang akan dibentuk
kemudian itu tidak terikat dengan hasil kerja BPUPKI.
Dari apa yang dikemukakan oleh Wakil Jepang itu dapat disimpulkan bahwa
kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang tersebut tidak dilandasi kesungguhan
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, melainkan hanya tipu
muslihat belaka.