Professional Documents
Culture Documents
Penulis :
Preseptor :
1. TANATOLOGI.................................................................................................................. 3
1.1 Definisi Tanatologi ...................................................................................................... 3
1.2 Jenis-jenis Mati ........................................................................................................... 3
1.3 Tanda-tanda Kematian ................................................................................................ 4
1.3.1 Tanda Kematian Tidak Pasti ................................................................................ 4
1.3.2 Tanda Kematian Pasti .......................................................................................... 4
2. TATA CARA VER HIDUP DAN MACAMNYA ................................................................ 6
2.1 Definisi Visum ............................................................................................................ 6
2.2 Jenis dan Bentuk Visum .............................................................................................. 6
2.3 Bentuk dan Isi Visum .................................................................................................. 6
2.4 Derajat Perlukaan ........................................................................................................ 7
2.5 Visum et Repertum Korban Kejahatan Susila............................................................ 8
2.6 Visum et Repertum Psikiatrik .................................................................................... 9
3. TATA CARA PEMERIKSAAN DESKRIPSI LUKA .......................................................... 9
3.1 Definisi Luka .............................................................................................................. 9
3.2 Pendeskripsian Luka .................................................................................................. 9
3.3 Deskripsi Luka Secara Umum .................................................................................. 10
3.3 Derajat Perlukaan ...................................................................................................... 12
4. Tata Cara Penulisan Surat Kematian ................................................................................... 12
4.1 Definisi Surat kematian ............................................................................................. 12
4.2 Landasan Hukum Surat Kematian............................................................................. 13
4.3 Macam-macam Surat Kematian ................................................................................ 13
4.4 Isi Surat Kematian ..................................................................................................... 14
5. Standar Pembuatan Visum et Repertum Mati dan Hidup .................................................... 16
5.1 Definisi Visum .......................................................................................................... 16
5.2 Bentuk dan Isi Visum ................................................................................................ 16
5.3 Contoh Visum ........................................................................................................... 17
6. Prosedur Pemeriksaan Kejahatan Seksual ........................................................................... 18
6.1 Prosedur Pemeriksaan ............................................................................................... 18
7.Pemeriksaan Lab Forensik Sederhana .................................................................................. 21
Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Lab Forensik Sederhana ................................................... 21
8. PENGGUGURAN KANDUNGAN (ABORTUS) .......................................................... 22
2
1. TANATOLOGI
1.1 Definisi Tanatologi
Tanatologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai kematian dan perubahan
yang terjadi setelahnya, serta faktor apa saja yang memengaruhi dan merupakan salah satu
Mati sendiri dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan ilmu tanatologi, sebagai
berikut :
1. Mati somatik atau mati klinis, terjadi karena terhentinya sistem penunjang seperti
pernafasan, kardiovaskular dan sistem syaraf pusat yang bersifat irreversible atau tidak
2. Mati suri atau suspended animation atau apparent death, terjadi karena terhentinya
ketiga sistem hidup tersebut dengan alat kedokteran sederhana akan tetapi jika
menggunakan alat kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiganya masih
berfungsi.
3. Mati seluler atau mati molekuler, terjadi kematian organ atau jaringan yang munculnya
4. Mati serebral, terjadi karena kerusakan kedua hemisfer otak yang sifatnya tidak dapat
kembali lagi atau irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sementara sistem
5. Mati otak atau mati batang otak, terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intracranial yang
bersifat tidak dapat kembali lagi, termasuk batang otak dan juga serebelum. Mati otak
ini dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi.
3
1.3 Tanda-tanda Kematian
Pada kematian terdapat perubahan yang terjadi pada tubuh mayat atau bisa disebut
sebagai tanda kematian. Tanda kematian ini terbagi menjadi dua, yaitu tanda kematian pasti,
Pernafasan yang terhenti dilihat dari inspeksi palpasi dan auskultasi selama
Kuit pucat
Terjadi akibat eritrosit yang menempati tembap terbawah tubuh akibat daya
tarik gravitasi dan mengisi vena dan venul menimbulkan warna merah ungu
pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan. Livor mortis
ini timbul pada 20-30 menit setelah kematian masih akan hilang dengan
4
Terajadi karena cadangan glikogen pada otot habis sehingga tidak terbentuk
ATP yang dapat menyebabkan aktin dan myosin menggumoal dan otot menjadi
kaku. Kaku mayat dapat diperiksan melalui persendian, yang akan muncul pada
2 jam setelah mati klinis. Dimulai dari bagian terluar atau otot-otot kecil sampai
b. Suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu
lingkungan
a. Cadaveric spasme, terjadi pada saat kematian dan menetap, tanpa adanya
b. Heat stiffening, akibat koagulasi protein otot oleh panas, terjadi kekakuan
kekakuan pada vritan tubuh seperti sendi, pemadatan jaringan subkutan dan
lemak.
Penurunan Suhu (Algor Mortis), terjadi karena proses perpindahan panas dati
suatu benda yang lebih panas ke bend yang lebih dingin, dapat memlalui radiasi,
dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril, biasanya timbul
karena ada kerja difestif oleh enzim yang dilepaskan oleh sel pasca kematian
5
Pada mulanya pembusukan kan terjadi pada bagian perut kanan bawah pada 24
jam awal, karena terdapat sekum karena isinya lebih cair dan penuh bakteri.
Visum merupaka keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang terhadap manusia baik atau mati maupun bagian atau diduga bagian dari tubuh
1. Pro justisia
Pada bagian atas, khusus dibuat untuk tujuan peradilan.
2. Pendahuluan
Memuat identitas dokter pemeriksa pembuat visum et repertum,identitas
peminta visum et repertum, saat dan tempat dilakukannya pemeriksaan
dan identitas barang bukti (manusia), sesuai dengan identitas yang tertera di
dalam surat permintaan visum et repertum dari pihak penyidik dan lebel atau
segel
3. Pemberitaan
Memuat segala sesuatu yang di lihat dan ditemukan pada barang bukti yang
di periksa oleh dokter, dengan atau tanpa pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan
laboratorium), yakni bila dianggap perlu, sesuai dengan kasus dan ada
tidaknya indikasi untuk itu
4. Kesimpulan
6
Berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya mengenai jenis
perlukaan/cedera dan jenis kekerasan atau zatnya. Pada visum kejahatan
seksual disimpulkan ada atau tidaknya tanda-tanda persetubuhan.
5. Penutup
Memuat pernyataan bahwasanya visum et repertum tersebut dibuat atas
sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-
benarnya
1. Luka derajat I ( luka yang tidak menimbulkan penyakit, atau halangan untuk
Contoh: Pada laki-laki yang berumur tujuh belas tahun ini didapatkan luka-luka
lecet dan memar akibat benda tumpul. Luka-luka tersebut tidak berakibat
Contoh: Pada laki-laki berumur sekitar dua puluh satu tahun ini didapatkan
adanya luka memar dan luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul. Luka-luka
Contoh: Pada perempuan yang berumur sekitar dua puluh lima tahun ini
tersebut selain mendatangkan bahaya maut juga tidak dapat diharapkan akan
7
2.5 Visum et Repertum Korban Kejahatan Susila
Kasus yang dimintakan biasanya dugaan adanya persetubuhan dan diancam hukuman
oleh KHUP. Persetubuhan yang diancam pidana biasanya pemerkosaan, persetubuhan dengan
wanita tidak berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur.
hubungan seksual, kehamilan dan kelainan psikiatrik atau kejiwaan sebagai akibat dari
tindakan tersebut.
Untuk dapat memeriksa korban tersebut, harus ada surat permintaan visum, dan dokter
sebaiknya memersiapkan korban ataupun orang tuanya bila masih belum cukup umur untuk
himen, laserasi vulva ataupun vagina serta adanya cairan mani dan sel sperma didalam vagina
terutama fornix posterior dengan cara pemeriksaan secara mikroskopik sediaan apus vagina
Bukti persetubuhan tersebut memiliki nilai jika kejadian persetubuhan sesuai waktu
yang diperkarakan. Misalnya seperti ditemukan deflorasi himen lama atau ditemukan sl-sel
sperma yang hampir lisis. Usia korban dapat dilihat dari identitas dan asal usul yang jelas. Bila
tidak jelas cari tanda-tanda medik untuk memperkirakan usia seperti telah ada ada haid
menunjukan usia 12 tahun atau lebih, tanda seks sekunder berkembang menunjukan usia 15
8
2.6 Visum et Repertum Psikiatrik
Pasal 44 ayat 1 KHUP yang berbunyi : Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak
Jika ada penyakit jiwa ataupun maka harus dibuktikan apakah ketika melakukan
kejahatan sudah ada penyakitnya atau beulum. Visum psikiatrik diperuntukan bagi tersangka
atau terdakwa pidana, bukan korban seperti visum yang lainnya. Sebaiknya pembuatan visum
Luka adalah hilang atau rusaknya kontuinitas dari jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau benda tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
3.2 Pendeskripsian Luka
1. Jumlah luka
2. lokasi luka
a. lokasi berdasarkan regio anatominya.
b. Lokasi berdasarkan garis garis koordinat atau bagian-bagian
tubuh tertentu.
3. Bentuk luka
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka
a. Ukuran sebelum dirapatkan
b. Ukuran setelah dirapatkan
5. Sifat-sifat luka, yaitu :
a. Garis batas luka dilihat dari bentuk (teratur atau tidak teratur),
tepi (rata atau tidak), sudut luka (ada atau tidak, jumlahnya
berapa dan bentuknya runcing atau tidak)
9
b. Daerah di dalam garis batas luka meliputi, tepi luka (rata atau
tidak serta terdiri dari jaringan apa saja), antara kedua tebing ada
jembatan jaringan atau tidak, dasar luka (terdiri atas jaringan
apa, warnanya, perabaannya, ada apa saja di atasnya.
c. Daerah di sekitar garis batas luka meliputi, Memar (ada atau
tidak), tatoase (ada atau tidak), jelaga (ada atau tidak), bekuan
darah (ada atau tidak), lain-lain (ada atau tidak)
3.3 Deskripsi Luka Secara Umum
10
11
3.3 Derajat Perlukaan
1. Luka derajat I ( luka yang tidak menimbulkan penyakit, atau halangan untuk
Contoh: Pada laki-laki yang berumur tujuh belas tahun ini didapatkan luka-luka
lecet dan memar akibat benda tumpul. Luka-luka tersebut tidak berakibat
Contoh: Pada laki-laki berumur sekitar dua puluh satu tahun ini didapatkan
adanya luka memar dan luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul. Luka-luka
Contoh: Pada perempuan yang berumur sekitar dua puluh lima tahun ini
tersebut selain mendatangkan bahaya maut juga tidak dapat diharapkan akan
Surat yang berisi pernyataan mengenai kematian bahwa seseorang telah dinyatakan
meninggal dunia menurut pemeriksaan medis. Surat keterangan kematian merupakan suatu
keterangan tentang kematian yang dibuat oleh dokter. Hal ini penting sehingga dokter harus
kematian.
12
4.2 Landasan Hukum Surat Kematian
Bab II pasal 12 KODEKI, “setiap dokter wajib merahasiakan segala yang diketahuinya
Pasal 179 KUHAP, “wajib memberikan keterangan ahli demi pengadilan, keterangan
Surat ini mencatat kematian individu yang mati secara alamiah, yang tidak
dokter harus mengawasi selama waktu tertentu sebelum mati dantelah mengadakan
Jika dokter tidak dapat membuktian suatu kematian adalah kematian yang
alamiah atau tidak alamiah, maka sebelum mengeluarkan surat kematian dokter
melapor ke penyidik yang akan memberikan petunjukan yang terbaik untuk diikuti.
13
4.4 Isi Surat Kematian
Yang berhubungan dengan kematian dan adanya keterangan dokter secara terperinci,
o Sebab kematian tambahan : proses yang tidak ada hubungannya dengan sebab
kematian.
14
15
5. Standar Pembuatan Visum et Repertum Mati dan Hidup
5.1 Definisi Visum
Visum merupaka keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang terhadap manusia baik atau mati maupun bagian atau diduga bagian dari tubuh
16
5.3 Contoh Visum
17
6. Prosedur Pemeriksaan Kejahatan Seksual
6.1 Prosedur Pemeriksaan
- Buku ekspedisi milik penyidik ditanda tangan oleh petugas RS atau dokter
- Petugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta tanda tangan
- Bila korban anak-anak pernyataan dibuat oleh orang tua atau wali
- Bila korban tidak sadar, ijin keluarga atau pembuatan V e R dapat ditunda
sampai perawatan selesai
Pemeriksaan Korban
Anamnesa Umum
Anamnesa Khusus
18
- Saat kejadian : tanggal dan jam
- Tempat kejadian
- Jumlah pelaku
- Diperiksa apakah ada bercak : Darah, Air mani, Lumpur, kancing putus,
robekan, dll (Bila ada digunting dan dikirim ke Labkrim)
Pemeriksaan Umum ( Badan )
- Tanda-tanda bekas kekerasan dari daerah kepala sampai kaki (Macam luka :
lecet, memar, robek, atau patah tulang)
- Ada tidaknya Trace Evidence yang menempel pada tubuh : tanah, rumput,
darah
- Adakah rambut kemaluan yang melekat, bila ada digunting dan kirim ke
Labkrim
- Adakah rambut asing ( dengan cara menyisir rambut pubis ) , bila ada tempel
19
pada selotipe dikirim ke Labkrim
- Adakah bercak air mani di sekitar alat kelamin, bila ada dikerok dengan
skalpel/ dihapus dengan kapas basah kirim ke Labkrim
- Pemeriksaan himen: Bentuk himen, ukuran lubang himen, ada robekan baru
atau lama, lokasi robekan
Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan spermatozoa
- Bahan diambil dari cairan vagina atau canalis cervicalis dengan pipet atau ose:
- Pemeriksaan bercak sperma pada pakaian: Bercak berbatas jelas, Lebih gelap
dari sekitarnya, Sinar Ultra Violet menunjukkan fluoresensi putih, Taktil
(Kaku, Permukaan bercak teraba kasar)
Pemeriksaan kehamilan
20
7.Pemeriksaan Lab Forensik Sederhana
Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Lab Forensik Sederhana
1. Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah
Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering
dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir
semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna
untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. Pemeriksaan darah pada forensik
sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum
dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat
memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pemeriksaan guna menentukan :
3. Pemeriksaan Toksikologi
o Alkohol arah/urine
o Naroba urine
o Karbonmonoksida
Pasal 133 (1) KUHAP : “dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan dalam
menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
21
peristiwa yang merupakan indak pidanaa berwenang mengajukan permintaan eterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dana atau ahlinya”
Racun sendiri merupakan suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan
secara faal, yang dalam dosis toksis selalu dapat menyebabkan ngguan fungsi tubuh,
hal mana dapat berakhir dengan penyakit tau kematian.
22
3. Pemeriksaan Forensik Kasus Abortus
Pembuktian secara medis
Jika ibu hidup :
• Tanda kehamilan : striae gravidarum, hiperpigmentasi mammae, bentuk payudara
• Tanda kekerasan pada bagian bawah perut dan sekitar genital
• Usaha penghentian kehamilan : sisa produk kehamilan
• Pemeriksaan toksikologi : dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang
digunakan yang adapat menghentikan abortus
• Alat yang tertinggal
Jika ibu meninggal
• Dilakukan Otopsi
• Temukan tanda kehamilan
• Tanda kekerasan bawah perut dan sekitar genital
• Periksa uterus dan bagian dalam genital, temukan adanya tanda kongesti
• Cari kemungkinan perforasi fundus uteri
• Toksikologis darah dan urin
• PA cari trofoblas, desidua, sel radang
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Rae NG. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology. 2nd Edition.; 2010.
Nomor 162/MENKES/PB/I/2010
24