You are on page 1of 15

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/235525921

Model Interoperabilitas Antar Aplikasi e-


Government

Article · February 2012

CITATIONS READS

3 1,936

2 authors:

Jazi Eko Istiyanto Edhy Sutanta


Gadjah Mada University Institut Sains and Teknologi Akprind Yogya…
39 PUBLICATIONS 65 CITATIONS 90 PUBLICATIONS 41 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

NaviBike: Aplikasi Pencari Rute Jalur Sepeda di Kota Yogyakarta Berbasis Mobile View project

Perancangan Layanan Streaming Interaktif pada M-Learning Berbasis Java Dengan CDMA View
project

All content following this page was uploaded by Edhy Sutanta on 01 June 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

MODEL INTEROPERABILITAS ANTAR APLIKASI E-GOVERNMENT


 
Jazi Eko Istiyanto1, Edhy Sutanta2
1
Dosen Program S3 Ilmu Komputer, FMIPA, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2
Mahasiswa Program S3 Ilmu Komputer, FMIPA, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Masuk: 9 Oktober 2011, revisi masuk : 18 Januari 2012, diterima: 27 Januari 2012

ABSTRACT
Interoperability between information systems is an urgent problem to be solved in
the development of e-Gov in Indonesia. This is caused by the need for increasing the
data multisectoral policy-making in order to solve problems involving data from the inter-
related sectors. While the state government application in the current environment, are
still largely sectoral, in isolation, can not communicate with each other, and
heterogeneous. Interoperability between e-Gov applications become important things to
be sought the solution to the problem of developing e-Gov in Indonesia are not
protracted. This paper is a review of the literature reveals the development of e-Gov in
Indonesia, the interoperability problems encountered, and how the model of
interoperability between e-Gov built to implement a web services models.

Keywords: e-Government, interoperabilitas, model, web services.

INTISARI
Interoperabilitas antar aplikasi sistem informasi menjadi tuntutan mendesak dalam
pengembangan e-Gov di Indonesia saat ini. Hal ini disebabkan oleh adanya kebutuhan
data multisektoral yang semakin meningkat dalam rangka pengambilan kebijakan untuk
mengatasi problem yang melibatkan data dari antar sektor terkait. Sementara kondisi
aplikasi di lingkungan pemerintah saat ini, umumnya masih bersifat sektoral, terpisah-
pisah, tidak dapat saling berkomunikasi, dan heterogen. Interoperabilitas antar aplikasi e-
Gov menjadi hal penting yang perlu segera dicari solusinya agar problem pengembangan
e-Gov di Indonesia tidak berlarut-larut. Makalah ini merupakan hasil review pustaka yang
mengungkap perkembangan e-Gov di Indonesia, problem interoperabilitas yang
dihadapi, dan bagaimana model interoperabilitas antar aplikasi e-Gov dapat dibangun
dengan mengimplementasikan model web services.

Kata-kata kunci : e-Government, interoperabilitas, model, web services.

PENDAHULUAN pengembangan e-Gov di Indonesia


Semakin besarnya peran teknologi masih dijumpai banyak problem yang
informasi dan komunikasi (TIK) dalam secara umum berpangkal dari kesalahan
proses bisnis membuat banyak lembaga pandangan atau paradigma tentang e-
berlomba mengimplementasikan TIK Gov. Faktor teknis dan non teknis
untuk proses terintegrasi. Salah satunya penghambat e-Gov juga telah
adalah melalui pengembangan e- diidentifikasi dalam beberapa kajian.
Government (e-Gov), di mana idealnya Interoperabilitas antar aplikasi juga
implementasi e-Gov diharapkan dapat menjadi tuntutan mendesak dalam
membantu meningkatkan interaksi antara pengembangan e-Gov di Indonesia. Hal
pemerintah, masyarakat, dan bisnis ini disebabkan oleh kebutuhan data
sehingga mendorong perkembangan multisektoral dalam rangka pengambilan
politik dan ekonomi. Inisiatif tentang kebijakan untuk mengatasi problem yang
pengembangan e-Gov di Indonesia telah melibatkan data dari antar sektor terkait.
dikenalkan melalui Inpres No. 6 Tahun Sementara kondisi aplikasi di lingkungan
2001, namun berdasarkan hasil evaluasi, pemerintah saat ini, umumnya masih
1
jazi@ugm.ac.id,
2
edhy_sst@yahoo.com 137
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

bersifat sektoral, terpisah, tidak dapat elektronik untuk publik dan internal,
saling berkomunikasi, dan heterogen. pengembangan e-leadership dan
Interoperabilitas antar aplikasi e-Gov awareness building, serta penyiapan
menjadi hal penting yang perlu segera peraturan. 2). Tingkat pematangan yaitu
dicari solusinya agar problem pembuatan situs informasi layanan publik
pengembangan e-Gov di Indonesia tidak interaktif; dan pembuatan hyperlink. 3).
berlarut-larut. Tingkat pemantapan: penyediaan
e-Government (e-Gov) adalah fasilitas transaksi elektronik; dan
penggunaan teknologi informasi yang penyatuan aplikasi dan data dengan
dapat meningkatkan hubungan antara lembaga lain (interoperabilitas). 4).
pemerintah dan pihak-pihak lain, Tingkat pemanfaatan: pembuatan
didalamnya melibatkan otomisasi dan program layanan G2G, G2B, dan G2C
komputerisasi pada prosedur paper- terintegrasi; pengembangan proses
based yang akan mendorong cara baru untuk layanan e-Gov yang efektif dan
dalam kepemimpinan, cara baru dalam efisien, dan penyempurnaan menuju
mendiskusikan dan menetapkan strategi, kualitas best practice.
cara baru dalam transaksi bisnis, cara Administrasi publik adalah salah
baru dalam mendengarkan warga dan satu area di mana internet dapat
komunitas, serta cara baru dalam digunakan untuk menyediakan akses
mengorganisasi dan menyampaikan layanan yang paling mendasar dan
informasi [Pascual, 2003]. Sementara menyederhanakan hubungan masyaraka
Ahmadjayadi [2006] mengartikan e-Gov dan pemerintah bagi masyarakat. e-Gov
sebagai kegiatan yang terkait dengan dengan memanfaatkan layanan internet
upaya seluruh lembaga pemerintah dapat dibagi dalam beberapa tingkat
dalam bekerja bersama-sama yaitu: penyediaan informasi, interaksi
memanfaatkan teknologi informasi dan satu arah, dan interaksi dua arah dan
komunikasi (TIK), sehingga dapat transaksi (layanan elektronik penuh).
menyediakan jasa layanan elektronik dan Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas
informasi yang akurat kepada individu download formulir yang dibutuhkan,
masyarakatdan dunia usaha. pengumpulan formulir secara online
Semakin besarnya peran TIK merupakan contoh interaksi dua arah,
dalam proses bisnis membuat lembaga sedangkan contoh layanan elektronik
pemerintah berlomba-lomba untuk penuh adalah pengambilan keputusan
mengimplementasikan TIK untuk proses dan proses pelayanan pembayaran
terintegrasi. Salah satunya adalah [http://dishubkominfo.belitungkab.go.id/,
melalui implementasi e-Gov, di mana 08-03-2012].
idealnya implementasi e-Gov diharapkan Hasil evaluasi pengembangan e-
dapat membantu meningkatkan interaksi Gov di Indonesia menunjukkan masih
antara pemerintah, masyarakat, dan dijumpai banyak problem, namun secara
bisnis sehingga mampu mendorong umum problem tersebut berpangkal dari
perkembangan politik dan ekonomi kesalahan pada pandangan atau
[Supangkat, 2006]. Mengacu pada Inpres paradigma tentang e-Gov [Supangkat,
No. 6 Tahun 2001 aparat pemerintah 2006]. Setidaknya, terdapat delapan
harus menggunakan teknologi telematika persepsi keliru tentang pengembangan
untuk mendukung good governance dan e-Gov selama ini, yaitu [Nugroho, 2008]:
mempercepat demokrasi. Penerapan e- 1). e-Gov adalah situs web lembaga
Gov di setiap lembaga pemerintah pemerintah. Persepsi ini akan mereduksi
mengacu pada tahapan pengembangan makna e-Gov. 2). e-Gov adalah adanya
e-Gov nasional sesuai dengan kondisi ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur
setiap lembaga pemerintah, meliputi tidaklah identik dengan e-Gov. Tujuan e-
[Inpres No. 3 Tahun 2003]: 1).Tingkat Gov adalah menumbuhkan kekuatan
persiapan: pembuatan situs web di setiap pemberdayaan, dan infrastruktur harus
lembaga pemerintah; pendidikan SDM, dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih
penyediaan sarana akses publik, besar. 3). e-Gov adalah pembangunan
sosialisasi keberadaan layanan informasi sistem-sistem informasi. Akar

138
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

permasalahnnya adalah tidak selarasnya [Raharjo, 2001]:1).Rendahnya komitmen


antara sistem-sistem yang terus akan pemerintah dalam integrasi dan juga
dikembangkan dengan proses-proses transparansi publik, 2). Minimnya budaya
birokrasi yang dilakukan sehari-hari, berbagi informasi. 3). Minimnya budaya
masing-masing berjalan sendiri-sendiri, tertib dokumentasi. 4). Resistensi
sehingga tujuan dasar sistem-sistem perubahan. 5). Kelangkaan SDM yang
informasi untuk mendukung proses handal. 6). Infrastruktur belum memadai
penyelenggaraan pemerintahan tidak dan mahal. 7). tempat akses yang
optimal. 4). e-Gov harus dikembangkan terbatas.
secara bertahap karena alasan Ketidakoptimalan pengembangan
keterbatasan biaya. Keterbatasan biaya e-Gov di Indonesia disebabkan oleh: 1)
adalah kekangan, bukan alasan dasar master plan tidak mempunyai kekuatan
untuk melakukan pentahapan proses formal, karena baru berupa kajian
pengembangan e-Gov. Sedangkan sehingga posisi strategis e-Gov sulit
alasan sebenarnya adalah perbedaan terealisasi secara optimal dan bukan
tingkat kesiapan masyarakat dalam merupakan kewajiban unit-unit, 2)
pemanfaatan adanya TIK dan kesiapan organisasi pengambil keputusan tidak
pengembangan e-Gov. Ketersediaan cukup kuat memastikan integrasi
rencana jangka panjang/induk, blueprint, arsitektur, pengelolaan portofolio, dan
dan variasinya sangat penting sebagai eksekusi proyek TIK tahunan, dan 3)
guideline bagi pentahapan proses lemahnya koordinasi antar unit dalam
pengembangan e-Gov. 5). e-Gov adalah rencana tahunan proyek TIK [Supangkat
pembangunan sistem informasi di et. al, 2007].
berbagai SKPD. Saat ini, integrasi Aspek non teknis, yaitu resistensi
informasi menjadi syarat penting bagi terhadap perubahan juga menghambat
terselenggaranya kegiatan program penerapan e-Gov. Problem ini terjadi
pemerintahan. Keberadaan sistem karena [Indrajit, 2006]: 1). Ego sektoral
informasi-sistem informasi di SKPD tidak lembaga masih tinggi sehingga menutup
banyak berarti jika tidak diikuti dengan kemungkinan diatur atau bekerjasama
integrasi antar sistem. Integrasi ini dengan lembaga lain, 2). Anggapan
mengidentifikasi jalur akses data dan bahwa sistem informasi di lembaga
informasi antar sistem untuk memenuhi sendiri adalah terbaik dibanding lainnya,
kebutuhan informasi multisektor. 6). e- 3). Konteks kepentingan yang berbeda di
Gov hanya memerlukan SDM TIK. Fakta setiap lembaga sehingga sulit dilakukan
menunjukkan bahwa implementasi e-Gov integrasi. 4).Keinginan menjadi pemimpin
tidak akan berhasil tanpa leadership dan dalam integrasi. 5). Ketidakinginan saling
kemampuan manajerial yang baik. 7). e- membagi data dan informasi karena
Gov adalah mahal. e-Gov adalah mahal mengurangi keunggulan kompetitif. 6).
jika investasi (infrastruktur, sistem Ketidaktahuan dari mana harus memulai
informasi, dan lainnya) tidak bisa integrasi sehingga kondusif untuk
memenuhi sasaran, sebaliknya investasi dilakukan sejumlah pihak terkait; dan
menjadi tidak berarti jika implementasi sebagainya
TIK mampu menumbuhkan multiplier Persaingan bisnis yang terus
effect dengan outcome yang jauh lebih meningkat di benua Eropa di tahun 1990-
bernilai dibandingkan investasi. 8). an mengakibatkan banyak perusahaan
Sasaran e-Gov adalah tuntasnya melakukan integrasi antar perusahaan
implementasi TIK. TIK hanyalah alat agar tetap bertahan dalam persaingan.
bantu untuk mencapai tujuan yang lebih Upaya integrasi ini menghadapi problem
besar, yaitu peningkatan pemberdayaan dan melahirkan konsep enterprise
masyarakat, kualitas layanan publik, interoperability. Konsep tersebut diyakini
transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi lebih sesuai diterapkan dalam lingkungan
penyelenggaraan pemerintahan. perusahaan yang tersebar dan lebih
Faktor penghambat implementasi fleksibel. Pendekatan enterprise
e-Gov di Indonesia juga berhasil interoperability memerlukan biaya relatif
diidentifikasi, antara lain disebabkan oleh yang jauh lebih murah dan dapat

139
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

diimplementasikan lebih cepat [Shorter, mempertimbangkan aspek kebutuhan


1997]. Pertimbangan yang mendukung teknologi dan semantik konsep yang
pernyataan tersebut adalah: 1) integrasi akan dipertukarkan dan dipahami secara
melalui pemodelan perusahaan terpadu, bulat oleh semua pihak Molina et.al
seperti CIMOSA [Shorter, 1997], atau 2) [2007]. Area riset terkait dengan solusi
integrasi sebagai pendekatan metodologi kebutuhan integrasi antar sistem, terdiri
untuk mencapai konsistensi pengambilan atas: 1). Kolaborasi jaringan organisasi,
keputusan pada perusahaan besar, 2). pemodelan perusahaan dan model
seperti usulan metodologi GRAI referensi, 3). interoperabilitas model
[Doumeingts et al.1998]. perusahaan dan proses, 4). validasi,
Michel [1997] menyatakan bahwa verifikasi, kualifikasi, dan akreditasi
integrasi dapat diperoleh dalam tiga hal, model perusahaan, serta 5). penggunaan
yakni: data (model data), organisasi kembali model dan repositori [Molina
(model sistem dan proses), dan juga et.al, 2007].
komunikasi (model pada jaringan Terkait dengan interoperabilitas
komputer, misal model OSI). Integrasi antar aplikasi, telah dikembangkan
total hanya akan terjadi pada perangkat sebuah model integrasi B2B berbasis
lunak atau sistem itu sendiri. Integrasi SOA menggunakan layanan web
dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu: services dengan studi kasus pada
1) penyatuan dengan standarisasi aplikasi e-shop yang mengintegrasikan
(standarisasi metode, arsitektur, situs Amazon, eBay, Yahoo!, dan Paypal.
konstruksi, dan bagian model yang dapat Model ini dikembangkan untuk mengatasi
digunakan kembali), atau 2) federasi problem ketidakselarasan antara sistem
(standarisasi interface, model referensi bisnis dan sistem informasi yang
atau ontologi). Sementara Chen dan berkembang dengan kecepatan yang
Vernadat [2004] menyatakan bahwa berbeda-beda. Model yang akan
integrasi dapat dilakukan dengan cara dikembangkan membuka peluang untuk
berbagai cara disesuaikan dengan membawa definisi service ke level
kepentingannya, namun pada dasarnya abstraksi yang lebih tinggi, berupa model
dapat diklasifikasikan dalam tiga level tinggi yang dapat ditransformasikan
tingkatan, yakni: 1) integrasi fisik ke implemntasi services yang bebas
(interkoneksi perangkat, mesin NC, PLC, platform. Dengan pendekatan ini dapat
melalui jaringan komputer), 2) integrasi dipisahkan antara platform terendah,
aplikasi (berkaitan dengan adanya infrastruktur, dan implementasinya,
interoperabilitas software aplikasi dan dengan harapan mampu meningkatkan
database dalam lingkungan komputasi integrasi. Penggunaan gabungan metode
yang heterogen ), dan 3) integrasi bisnis ini memungkinkan penggunaan ulang
(koordinasi fungsi untuk mengelola, dan peningkatan integrasi pada level
mengontrol, dan memonitor proses model yang berbeda. Metode baru
bisnis). berupa metode integrasi berbasis SOA
Terkait dengan perkembangan yang dikembangkan dari metode SOAD
tentang integrasi dan interoperabilitas, dan mBPDM berhasil ditemukan dan
pada tahun 2007 didominasi oleh telah diujikan untuk melakukan analisis
pemodelan berbasis model, sedangkan dan perancangan integrasi berbasis
tren masa depan lebih mengarah pada SOA, serta diimplementasikan menjadi
interoperabilitas sistem yang loosely- 16 proses bisnis, 18 web servive, serta 6
coupled dan meninggalkan solusi aplikasi komposit [Utomo, 2011].
seragam yang memerlukan biaya tinggi Penelitian lain telah berhasil
dan keberhasilan integrasi yang rendah. mengembangkan model interoperabilitas
Tantangan utama interoperabilitas sistem sistem informasi layanan publik pada
yang loosely-coupled adalah bagaimana aplikasi e-Gov di Indonesia dengan studi
mengembangkan model dan metodologi kasus pada proses Sistem Informasi
yang mengarah ke berbagai solusi Kependudukan dan Perpajakan. Pada
interoperabilitas antar sistem yang penelitian dilakukan untuk mengatasi
diintegrasikan dengan lebih banyak problem kurangnya perhatian setiap

140
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

instansi pemerintah untuk berbagi akses Call (RPC) yang mampu memproses
data dan informasi, serta belum adanya fungsi-fungsi program yang didefinisikan
model interoperabilitas antar sistem pada sebuah aplikasi web dan
informasi yang secara eksplisit dijelaskan mengekspos sebuah API atau User
dalam Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Interface (UI) melalui web. Kelebihan
Kebijakan dan Strategi Nasional penggunaan web services adalah: 1)
Pengembangan e-Gov, maupun pada lintas platform, 2). language independent,
blueprint aplikasi e-Gov. Model 3). jembatan penghubung dengan
interoperabilitas yang dikembangkan database tanpa perlu driver database
berdasarkan model web services dengan dan tidak perlu tahu jenis DBMS, 4).
metode REST. Kebutuhan akan adanya mempermudah proses pertukaran data,
interoperabilitas antar sistem informasi dan 5). penggunaan kembali komponen
dipetakan berdasarkan keterkaitan antar aplikasi [Lucky, 2008]. Layanan
skema database dengan menggunakan fungsional web services dilakukan dalam
model web services, sehingga diperoleh empat langkah kegiatan, 3 diantaranya
model interoperabilitas antara dua dilakukan oleh web services, yaitu: 1).
sistem. Perancangan metode REST entitas pengguna (requester entity), 2).
dilakukan menggunakan ROA yaitu entitas penyedia (provider entity), dan 3).
model arsitektur yang berorientasi entitas perantara (discovery entity)
sumber daya informasi. Implementasi [Sukyadi, 2009].
model interoperabilitas antar dua sistem Berdasarkan konsep hubungan
informasi dilakukan menggunakan dan penyampaian informasi, web
bahasa PHP dan database MySQL. services dikembangkan melalui 4 model
Pengujian dilakukan melalui pengambilan arsitektur, masing-masing memiliki
data antar kedua sistem yang memiliki orientasi pada message, action,
perbedaan platform database dan resource, dan policy. Pengembangan
terletak pada lokasi fisik yang berbeda model yang diturunkan berdasarkan
[Sukyadi, 2009]. orientasi pada action (Service Oriented
Web services adalah sebuah Model/SOM)) menghasilkan Services
software sistem yang dirancang untuk Oriented Architecture (SOA), yaitu model
mendukung interoperabilitas interaksi arsitektur berbasis layanan. Sementara
mesin-ke-mesin melalui sebuah jaringan pengembangan model yang diturunkan
[WWW Consorsium, 2004]. Web services berdasarkan orientasi pada resource
secara teknis memiliki mekanisme (Resource Oriented Model/ROM) yang
penunjang interoperabilitas antar aplikasi menghasilkan adanya Resource Oriented
dengan melakukan interaksi antar Architecture (ROA), yaitu model
aplikasi, baik yang berupa agregasi arsitektur berbasis sumberdaya informasi
(pengumpulan) maupun adanya sindikasi [Sukyadi, 2009]. Dalam proses
(penyatuan). Web services juga memiliki perkembangannya, model web services
layanan terbuka untuk kepentingan memiliki dua metode yang berorientasi
integrasi data dan kolaborasi informasi pada layanan dan sumberdaya informasi,
yang bisa diakses melalui internet oleh yaitu: SOAP (Simple Object Access
berbagai pihak melalui teknologi yang Protocol) dan REST (REpresentational
dimiliki masing-masing pengguna. State Transfer). Impementasi web
Sekalipun mirip dengan proses services model SOA telah banyak
Application Programming Interface (API) dilakukan dan dikembangkan oleh
berbasis web, web services memiliki banyak vendor, seperti Microsoft, Sun
keunggulan karena dapat dipanggil dari dan IBM, melalui dukungan platform
jarak jauh melalui internet, pemanggilan infrastruktur dotNet dan Java. Arsitektur
web services bisa menggunakan bahasa SOAP memiliki tiga komponen utama
pemrograman apa saja, dan dalam dalam melakukan proses layanan yaitu:
platform apa saja, sementara API hanya 1) service provider, 2) service requester,
bisa digunakan untuk platform tertentu dan 3) service broker, serta komponen
[Lucky, 2008]. Web services dapat pendukung yaitu: 1). XML, 2) SOAP-XML
dipahami sebagai Remote Procedure (terdiri atas header dan body), 3). WSDL,

141
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

serta 4). UDDI [DSIPLK, 2008]. Metode deskripsi web services di dalam WSDL,
REST diusulkan oleh Fielding [2000] sehingga WSDL harus dirubah untuk
dengan didasari oleh empat prinsip menyamakan struktur dan tipe datanya.
utama teknologi, yaitu: 1). Resource Akibatnya metode SOAP lebih kompleks
identifier through Uniform Resource dalam pengembangannya, sedangkan
Identifier (URI), 2). uniform interface REST dapat dilakukan lebih cepat dan
(sumberdaya CRUD menggunakan sederhana.
operasi-operasi PUT, GET, POST, dan Implementasi SOA dalam e-Gov
DELETE), 3). self-descriptive messages memungkinkan sharing informasi dapat
(sumberdaya tidak terikat sehingga dapat dilakukan tanpa memberi hak akses
mengakses konten HTML, XML, PDF, secara langsung ke database bagi pihak
JPEG, plain text, meta data, dll), serta 4). yang mengaksesnya. Pengakses
stateful interactions through hyperlinks informasi pada aplikasi e-Gov di instansi
(bersifat stateless) [Pautasso, 2008]. pemerintah lain dapat menggunakan
Metode REST lebih sederhana karena service yang disediakan oleh aplikasi e-
menggunakan format standar (HTTP, Gov yang mendukung konsep-konsep
HTML, XML, URI, MIME), namun jika interoperabilitas. Secara teknis SOA
diperlukan proses pengambilan data, memisahkan antara pesan/query/call
maka konten berupa teks dari hasil dengan bagian pengolahan database,
eksekusi web services dapat diolah sehingga wilayah privat dan publik dapat
dalam format teks seperti XML atau terpisah secara tegas. Bagian privat
HTML dengan menggunakan utilitas hanya dapat diakses oleh bagian
komunikasi data melalui koneksi socket penanggungjawabnya, sementara bagian
protokol HTTP. Utilitas ini umumnya publik dapat diakses oleh siapa pun
tersedia dalam pustaka komunikasi pada melalui service yang disediakan. Agar
bahasa pemrograman seperti Java, pesan/query/call dapat digunakan oleh
Visual Basic, Delphi, PHP, ASP, maupun pengguna lain, maka harus disusun
JSP [Sukyadi, 2009]. berdasarkan standar tertentu tanpa
Perbedaan mekanisme pada bergantung pada produk TIK tertentu
metode proses SOAP dan REST adalah [http://arvantc40s.blogspot.com/2012/02/i
[Sukyadi, 2009]: 1). Protocol layering nteroperabilitas-data-dalam-e.html, 08-
dimana metode REST menganggap 03-2012].
penggunaan protokol HTTP sebagai Sebagai contoh implementasi
application-level protocol, sedangkan SOA, database kependudukan di
pada SOAP menganggap penggunaan Indonesia merupakan tanggungjawab
protokol, khususnya HTTP sebagai Dinas Dukcapil dan dapat menyediakan
transport-level protocol. 2). Dealing with service ke publik berupa informasi data
heterogeneity metode SOAP dan REST series jumlah penduduk berdasarkan
memiliki kesamaan dalam penanganan pendidikan, pekerjaan, dan lainnya.
keragaman komponen pada protokol Sedangkan untuk pengguna lembaga
HTTP, namun berbeda dalam dukungan pemerintah, service dapat diperluas
antar vendor aplikasi browser dan dengan pemberian informasi yang lebih
enterprise computing. 3). Loose coupling lengkap seperti nama, alamat, tanggal
dalam aspek time/availability dan location lahir, status dan lainnya, sehingga Dinas
transparency, metode REST dan SOAP Kesehatan misalnya, dapat dengan
memiliki kecenderungan menjadi loose memanfaatkannya untuk membangun
coupling (bebas ketergantungan akses), informasi kesehatan bagi berbagai
namun dalam aspek service evolution, kepentingan. Melalui sharing informasi
metode REST memiliki loose coupling tersebut, data pokok (misal biodata
yang lebih tinggi daripada SOAP. Metode penduduk) dapat dilengkapi dengan
REST menggunakan format URI yang berbagai atribut yang dibutuhkan dalam
bebas dari bentuk format deskripsi, sistem lain. Misal, seseorang dengan
sedangkan dalam metode SOAP, Nomor Induk Kependudukan (NIK)
perubahan yang terjadi dalam struktur tertentu, dapat dilengkapi dengan atribut
fungsi web services akan mempengaruhi data kesehatan di Dinas Kesehatan,

142
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

dilengkapi dengan atribut data fungsi yang disebut Kerangka Fungsional


pendidikan di bagian Dinas Pendidikan, Sistem Kepemerintahan [Direktorat e-
dilengkapi dengan atribut data Gov, 2004]. Kerangka Fungsi Sistem
kepemilikan barang di Dinas Pajak. Pada Kepemerintahan tersebut terdiri atas
akhirnya, pemerintah akan memiliki data empat kelompok dinas dan lembaga,
yang sangat lengkap tentang setiap yaitu: 1). kepemerintahan (meliputi
penduduk Indonesia. pengelolaan barang daerah, katalog
Interoperabilitas antar aplikasi e- barang daerah, pendapatan daerah,
Gov lahir akibat meningkatnya kebutuhan perusahaan daerah; 2). kewilayahan
informasi multisektor, sementara di sisi (meliputi tata ruang dan lingkungan
lain ada tuntutan independensi dan loose hidup; potensi daerah; kehutanan;
coupling antar aplikasi. Secara logika pertanian, peternakan, perkebunan;
dimungkinkan membangun satu aplikasi perikanan dan kelautan; pertambangan
e-Gov yang mampu menampung semua dan energi; pariwisata, IKM); 3).
data negara, namun secara fisik hal ini kemasyarakatan (meliputi kesehatan,
sulit diterapkan. Struktur pemerintahan pendidikan, industri dan perdagangan,
Indonesia (pusat dan daerah) disusun jaring pengaman sosial); serta 4) sarana
atas beberapa sektor untuk tujuan dan prasarana (meliputi transportasi,
profesionalisme. Untuk itu setiap instansi jalan, jembatan, terminal, pelabuhan,
diharapkan membangun aplikasi e-Gov sarana umum) [Direktorat e-Gov, 2004].
sesuai wilayah kerjanya, namun harus Dalam Kerangka Fungsional
dibarengi dengan semangat sharing Sistem Kepemerintahan, aplikasi e-Gov
informasi ke publik dan antar lembaga, disusun dan dikelompokan berdasarkan
sehingga pengembangan e-Gov dapat fungsi dan layanannya menjadi sebuah
dilaksanakan sesuai dengan konsep sistem kerangka arsitektur yang disebut
yang benar yaitu mampu memberikan Peta Solusi Aplikasi e-Gov. Aplikasi
layanan elektronik penuh pada tiga diklasifikasikan dengan pendekatan
ranah, yaitu G2G, G2B, dan G2C. matrik orientasi fungsi layanan dan sifat
fungsi aplikasi yang meliputi: 1) aplikasi
METODE layanan ke pengguna (front office), 2)
Tulisan ini merupakan hasil review aplikasi untuk pekerjaan administrasi
kritis atas pustaka yang relevan kepemerintahan dan fungsi-fungsi
mengungkap perkembangan e-Gov di kedinasan/kelembagaan (back office),
Indonesia, problem interoperabilitas, dan dan 3) kelompok aplikasi yang bersifat
bagaimana model interoperabilitas antar mendasar/umum (back office). Masing-
aplikasi e-Gov dapat dibangun dengan masing kelompok aplikasi tersebut,
mengimplementasikan pada model web dibagi ke dalam tiga sub kelompok
services. Model interoperabilitas antar berdasarkan orientasi pengguna yang
aplikasi e-Gov ditunjukkan dengan dilayaninya, yaitu: 1) aplikasi pada
memanfaatkan model web services yang Government to Citizen (G2C), 2)
meliputi: model pemetaan proses Government to Business (G2B), dan
pengambilan data antar aplikasi e-Gov; Government to Government (G2G).
proses akses data menggunakan fungsi Sedangkan standar kebutuhan untuk
remote untuk pengambilan data antar mengembangkan sebuah aplikasi e-Gov
aplikasi e-Gov; model infrastruktur adalah: 1) reliable, 2) interoperable, 3)
interoperabilitas antar aplikasi e-Gov, scalable, 4) user friendly, serta 5)
serta implementasi pada model integrateable [Direktorat e-Gov, 2004].
interoperabilitas antar aplikasi e-Gov. Interoperabilitas antar aplikasi e-
Gov merupakan tuntutan yang semakin
PEMBAHASAN mendesak sebagai akibat dari adanya: 1)
Kebijakan pemerintah Indonesia kebutuhan untuk melakukan pertukaran
tentang blueprint aplikasi e-Gov yang informasi secara cepat dan akurat, 2)
menggambarkan blok-blok fungsi-fungsi kebutuhan untuk upgrade dan migrasi
layanan, administrasi, dan kelembagaan software, dan 3) kebutuhan data pada
yang disusun menjadi sebuah bagan multisektoral [Nugroho, 2008]. Proses

143
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

pemenuhan kebutuhan data-data pada memungkinkan interoperabilitas. 3).


multisektoral, setidaknya menghadapi Lebih diutamakan memakai OSS. 4).
tiga masalah, yaitu: 1). Masalah utama Setiap wali data menyediakan data yang
pada format data, 2). Masalah dibutuhkan lembaga lain. 5). Perlu ada
mekanisme pertukaran, dan 3). Masalah kebijakan agar aplikasi yang dibangun
karena tidak semua instansi bersedia oleh satu lembaga yang siap
membuka detil internal aplikasinya ke berinteroperabilitas dengan aplikasi di
pihak lain, dengan alasan keamanan lembaga lain (dengan menyediakan
data [Nugroho, 2008]. Aspek yang terkait service).
dengan problem interoperabilitas adalah Interoperabilitas antar aplikasi e-
Miller [2000]: 1).Teknik, meliputi standar Gov tidak sekedar untuk dipahami
komunikasi, pemindahan, penyimpanan, sebagai persiapan oleh suatu lembaga
dan penyajian data; 2). Semantik, yakni sentral yang bekerja memfasilitasi,
standar penggunaan istilah untuk indeks mendiktekan spesifikasi, dan proses
dan temu kembali; 3). Politis/manusia, baku. Namun, interoperabilitas harus
yakni keputusan untuk berbagi dan merupakan konsensus implementasi
bekerjasama; 4). Interkomunitas, yakni bersama kerangka kerja (framework)
kesepakatan berhimpun antar lembaga yang telah ditetapkan, dan setiap
dan disiplin ilmu; 5).Legal, terkait dengan lembaga tetap berwenang membuat
peraturan akses koleksi digital dan keputusan terkait pemilihan hardware
peraturan HAKI; 6).Standar internasional, dan software yang digunakan. Tujuan
yaitu standar yang memungkinkan akhir yang ingin dicapai dari solusi
kerjasama internasional. interoperabilitas antar aplikasi e-Gov
Kesulitan interoperabilitas antar adalah terbentuknya Sistem Informasi
aplikasi e-Gov juga diakibatkan oleh: 1). yang terintegrasi dan dapat saling
tidak dimilikinya dokumentasi sistem, 2). berkomunikasi.
belum tersedianya kamus data (data Mengacu pada konsep-konsep
dictionary) yang jelas, 3). Adanya interoperabilitas menggunakan web
perbedaan persepsi tentang konsep services, maka aplikasi-aplikasi yang
interoperabilitas, 4). Belum dikenalnya akan dikomunikasikan dapat dipetakan
interoperabilitas sistem informasi, 5). berdasarkan fungsi dan perannya dalam
Belum merasa membutuhkan adanya proses pertukaran data. Pertukaran data
interoperabilitas sistem informasi, serta ini akan melibatkan tiga entitas, yaitu: 1).
6). belum menyadari perlunya sharing Provider entity sebagai penyedia sumber
data [http://arvantc40s.blogspot.com/20 daya data dan informasi, 2). requester
12/02/interoperabilitas-data-dalam- entity sebagai pengakses sumber daya
e.html, 08-03-2012]. informasi. 3). Agent/broker yang akan
Setyantana [2009] menyatakan bertugas mengelola dan menyediakan
bahwa adanya problem interoperabilitas fasilitas untuk registerasi, publikasi, dan
antar aplikasi e-Gov di Indonesia adalah penemuan sumber daya informasi.
terdapat banyak aplikasi yang Agent/broker dapat disediakan oleh
dikembangkan secara terpisah dan tidak provider atau pihak lain yang memiliki
terintegrasi, bahkan banyak yang akan fasilitas layanan publik yang sudah
dikembangkan tidak menggunakan tersosialisasi dan diketahui oleh publik.
metode sistem database (RDBMS), Dengan mengacu pada model yang
sehingga sulit diintegrasikan dengan dikembangkan oleh Sukyadi [2009],
sistem lain. Sistem juga dikembangkan pemetaan web services yang akan
dengan teknologi tertutup yang berbeda, menggambarkan model interoperabilitas
seperti FoxPro, dBase, Visual Basic, pada proses pengambilan data dari dua
Delphi, PowerBuilder Terhadap problem aplikasi e-Gov, yaitu e-Gov1 ke e-Gov2
tersebut, Setyantana [2009] ditunjukkan pada Gambar 1. Dalam
menyampaikan usulan solusi sebagai Gambar 1, mekanisme akses data dari e-
berikut: 1). Perlu solusi untuk pertukaran Gov1 ke e-Gov2 dilakukan melalui fungsi
data dan informasi antar sistem. 2). web services yang dipublikasikan, jadi
Solusi berarsitektur terbuka dan tidak langsung mengakses ke database

144
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

dalam aplikasi yang diakses, sehingga mengharuskan pengguna mengetahui


proses pertukaran data aman dilakukan. platform (engine driver) pada database
Mekanisme tersebut juga tidak yang diakses.

Resources registry/Discovery 
(AGENT/BROKER)

Download deskripsi:  Registrasi 
http://egov2/?atribut1 =xx  sumberdaya informasi  

Aplikasi e‐Gov1 GET / POST Aplikasi e‐Gov2 


(REQUESTER) http://egov2/ (PROVIDER) 

Gambar 1: Pemetaan web services proses pengambilan data dari e-Gov1 ke e-Gov2

Keunggulan REST yang telah data secara kolektif. Dengan


menggunakan format URI sehingga menggunakan model pada Gambar 1,
bebas dari bentuk format deskripsi, dapat kedua proses akses data dapat dilakukan
mempercepat proses pengembangan melalui web services pada aplikasi e-
dan lebih sederhana dibandingkan Gov1 dengan menyediakan fungsi
dengan metode SOAP. Karena itu, remote untuk mengambil satu data pada
metode REST akan digunakan sebagai atribut1 disebut getMASTEReGov2 dan
metode proses dalam web servive untuk fungsi remote untuk mengambil
interoperabilitas antar aplikasi e-Gov. sekelompok data pada atribut1 dan
Kasus kebutuhan akses data dibedakan atribut2 disebut getMASTERSGov2.
menjadi 2, yaitu proses mengambil satu Mekanisme untuk masing-masing proses
data dan proses mengambil sekelompok diilustrasikan pada Gambar 2.

Aplikasi e‐Gov1  Aplikasi e‐Gov2 
  GET / POST (URL)   
getMASTEReGov2(atribut1) getMASTEReGov2(atribut1)
   
CONECTOR  RPC 
   
getMASTEReGov2(atribut1,atribut2) getMASTEReGov2(atribut1,atribut2)
   
  Informasi XML   

Gambar 2: Mekanisme pengambilan data dari e-Gov1 ke e-Gov2 dengan metode REST

Hubungan secara fisik mekanisme dalam aplikasi atau diletakkan dalam


proses pertukaran antara aplikasi e-Gov1 modul lain sehingga dapat dipakai secara
dan e-Gov2 melalui web services dapat bersama. Pendekatan yang dilakukan
diperjelas menggunakan model bisa melalui proses eksekusi fungsi
infrastruktur web services. Model ini secara langsung yang dilewatkan melalui
menjelaskan bahwa setiap aplikasi parameter URI (dengan mencantumkan
memiliki sumberdaya informasi yang nama fungsi yang akan diproses).
bersifat publik dan dapat diakses oleh Alternatif lain adalah proses eksekusi
aplikasi lain yang membutuhkan. Setiap fungsi secara tidak langsung melalui
ada request data dari aplikasi lain melalui proses interpretasi fungsi ke dalam nama
web services, maka web services dalam umum, sehingga pada saat nama umum
aplikasi provider akan melakukan fungsi dilewatkan melalui parameter URI
pengolahan ke database internal. Fungsi- akan diterjemahkan dahulu ke dalam
fungsi layanan tersebut dapat berada daftar nama fungsi yang bersifat internal.

145
JURNAL TEKNOLOG
T GI TECHN
NOSCIENTIA
A ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No.. 2 Februari 2012

Cara kedu ua ini biasa digunakan untuk Pada Gam mbar 3 mennampilkan model
menjaga keamanan data dari akses infrastrukturr interopeerabilitas antara
a
pihak luar yang ingin mengakses
m ssecara aplikasi e-G
Gov1 dan e-GGov2.
langsung ke
k dalam funngsi-fungsi in
nternal.

Gamba
ar 3: Model in
nfrastruktur in
nteroperabilitas antara ap
plikasi e-Govv1 dan e-Gov2

Ranccangan model interopera abilitas Menggabun ngkan moddul fungsi yang


antar aplikaasi e-Gov ya ang menggu unakan terkait ke dalam
d prograam. c). Mengecek
model arsitektur web se
ervices kelengkapa an struktur parameter URI.
menggunakan metode REST, terd iri dari d).Jika pa arameter leengkap, pe etakan
tiga ranccangan yaaitu Ranccangan nama reosurce ke dallam nama fungsi, f
provider, Rancangan
R agent/broke er dan konversi fo ormat data input ke dalam d
Rancangan n requester. variabel un ntuk param mater fungsi, jika
Ranccangan prrovider, m eliputi: fungsi ditemmukan jalankkan fungsi de engan
1).Menentu ukan fung
gsi sumbe erdaya input parammeter, kembaalikan hasil fungsi
informasi publik
p yang meliputi:
m Mem mbuka ke dalam va ariabel hasil,, konversikan nilai
koneksi daatabase. Jika a koneksi be erhasil, variabel ha asil jika berrupa format XML
lakukan akkses data sesuai
s kriteriia dan atau HTML e.) Jika parameter tidak
kembalikan n nilai fungsii dalam arrayy. Jika lengkap, yaaitu nama ressource tidak dapat
koneksi ga agal, kemba alikan nilai fungsi dipetakan kek dalam fuungsi, fungsi tidak
dengan nila ai false. 2). Menentukan
M nama ditemukan, atau tidak ada hasil proses p
sumberdayya informasi publik pada a web fungsi, maka isi variaabel hasil de engan
services, yaitu
y strukturr format para ameter pesan kes salahan. f). Tampilkan nilai
URI acua an sebagaii deskripsi web variabel haasil sebagai script yang akan
application description language (W WADL), diolah oleh web server
dengan parameter: a) resource,
r b) format Ranc cangan ageent/broker; yaitu
input (XML L atau TXT), c) format output menyediaka web services untuk
an aplikasi w
(XML, TXT T, atau HTM ML), dan d ) data proses registrasi
r (registry) dan
input. 3). Membuat script prrogram penemuan kembali ((discovery) untuk
aplikasi web
w servicess (sebagai RPC) memudahka an pengelolaaan dan penc carian
untuk men ngolah reque est paramete er URI layanan dengan ccara mela
alukan
(WADL) ya ang dikirim oleh requeste er agar pencatatan dalam databbase, langka ahnya:
dapat m
melakukan validasi dan 1). Membu uat struktur database untuk
memberika an hasil ses suai kriteria yang registry/disc
covery layaanan publik k. 2).
diminta melalui
m pem
metaan para ameter Membuat aplikasi weeb server untuk
resource teerhadap nam ma fungsi in nternal. registrasi provider ddan service e. 3).
Langkahnyya sebagaai berikut: a). Membuat aplikasi weeb server yang
Menentuka an absolute path berkass web bersifat pubblik dan moddul registrasi untuk
services sebagai basis b path h. b).

146
JURNAL TEKNOLOG
T GI TECHN
NOSCIENTIA
A ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No.. 2 Februari 2012

mendapatkkan kunci akses


a publikk bagi tersebut perlu dimasuukkan ke dalam d
requester. kode progrram requestter melalui fungsi
Ranccangan req quester; reqquester komunikasi dalam bahaasa pemrogrraman
dapat me enggunakan fungsi la ayanan (socket) ata au pengolahhan file jarak
k jauh
setelah me emperoleh perintah
p URL L pada (PHP, ASP, JSP).
a hasil dari fungsi
browser dii client. Jika Ilustrasi implemeentasi pada model
layanan akkan digunaka an sebagai ssumber interoperabilitas antar aplikasi e-Gov
data hasil pengolahan, maka pe erintah tampak di Gambar
G 4.

Gambar 4:
4 Implementtasi rancanga
an model interoperabilita
as antara e-G
Gov1 dan e-G
Gov2

KESIMPUL LAN Direktorat e-Governmeent, Depkominfo,


Pemmodelan interoperabilitass antar 2004, Blueprint S Sistem Aplikkasi e-
aplikasi e-Gov
e yang berbeda dapat Goveernment, Jakkarta.
dikembang gkan melalui cara peman nfaatan Doumeingts s, G., Valles pir, B., and Chen,
teknologi web servic ces. Peman nfaatan D., 1998, GRA AI GridDeciisional
teknologi web
w services s dalam pertu ukaran Mode elling, in Handbook k on
data antarr dua aplikaasi e-Gov m mampu Archiitectures of Inform
mation
menunjukkkan prinsip interoperabilita
as. Systeems, Seconnd Edition, Peter
Bernus, Kai Meertins and Günter G
DAFTAR PUSTAKA
P Schmmidt (Editorss), pp. 321 1-346,
Ahmadjayaadi, C., 20 006, Stand darisasi Sprin
nger Berlin H Heidelberg,.
Menuju Interroperabilitas e- DSIPLK (D Direktorat S Sistem Informasi,
Gove ernment, makalah
m keeynote Perangkat Lunaak & Ko onten),
speeech padda Worrkshop Depkkominfo, 22008, Kerrangka
Stanndarisasi M
Menuju Acuaan & Peddoman
Interroperabilitas e-Govern nment, Intero
operabilitas Sistem Info ormasi
Jakaarta. Instansi Pemerinttahan, Jakarrta.
Chen, D.,, dan Vern nadat, F., 2004, Fielding R.TT., 2000, Arcchitectureal Style
S
Stanndards on
o Ente erprise & Design of Netw work-Based
Integgration and Enginee ering-A Softw
ware Architeccrues, Ph.D.
Statee of the Art, Interna ational Thesis, Departmeent of Information
Jourrnal of Com mputer Inte egrated & Computer Scie nce, Univers sity of
Manufacturing, 17(3), pp.235 5-253. Califo
ornia, Irvine.

147
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 4 No. 2 Februari 2012

Indrajit, R.E., 2006, Evolusi Strategi Shorter, D.N., 1997, Requirements for
Integrasi Sistem Informasi Ragam Enterprise Model Execution and
Institusi, Kiat Memecahkan Integration Services, in: Kosanke,
Permasalahan Politis dalam K. & Nell, J.G. (Eds.) Enterprise
Kerangka Manajemen Perubahan, Engineering & Integration: Building
Prosiding KNTIK untuk Indonesia International Consensus, pp. 235-
dipresentasikan tanggal 3-4 Mei 243, Springer-Verlag, Berlin.
2006, ITB, Bandung. Sukyadi, D., 2009, Model
Inpres No. 3 Tahun 2003, Kebijakan & Interoperabilitas Sistem Informasi
Strategi Nasional Pengembangan Layanan Publik Studi Kasus: e-
E-Government, Jakarta. Government, Karya Akhir, Prodi
Inpres No. 6 Tahun 2001, Telematika Magister Teknologi Informasi,
(Telekomunikasi, Media dan Fasilkom, UI, Jakarta.
Informatika) , Jakarta. Supangkat, S.H., 2006, Framework
Lucky, 2008, XML Web services: Aplikasi Strategi Implementasi E-
Desktop, Internet & Handphone, Government, Prosiding Konferensi
Jasakom. Nasional Teknologi Informasi &
Michel, J.J., 1997, Manufacturing, Komunikasi untuk Indonesia, ITB,
Modelling and Integration, 3-4 Mei 2006.
Presentation at a meeting of the Supangkat, S.H., Sembiring, J., dan
Computer Department at CETIM Rahmad, B., 2007, IT Governance
(slides). Nasional: Urgensi dan Kerangka
Miller, P., 2000, Interoperability: What is Konstruksi, makalah Pertemuan
it and Why should I want it?, Dewan TIK Nasional, 8-01-2007.
http://www.ariadne. Utomo, W.H., 2011, Integrasi B2B
ac.uk/issue24/interoperability/, Berbasis SOA Menggunakan Web
diakses: 05-03-2012. services, Disertasi Program Doktor
Molina, A., Panetto, H., Chen, D., Ilmu Komputer, UGM, Yogyakarta.
Whitman, L., Chapurlat, V., WWW Consorsium, 2004, Web services
Vernadat, F.B., 2007, Enterprise Architectures,
Integration and Networking: http://www.w3.org/TR/ws-
Challenges and Trends, Studies in arch/#whatis, diakses: 08-03-2012.
Informatics and Control, 16/4, ......, 2012, Interoperabilitas Data Dalam
Informatics and Control e-Goverment
Publications, December 2007. http://arvantc40s.blogspot.com
Nugroho, L.E., 2008, Interoperabilitas, /2012/02/interoperabilitas-data-
Modul Kuliah MTI-UGM, dalam-e.html, diakses: 08-03-
Yogyakarta. 2012.
Pascual, P.J., 2003, e-Government, e- ......,http://dishubkominfo.belitungkab.go.i
Asean Task Force UNDP- APDIP, d/, diakses: 08-03-2012.
May 2003.
Pautasso, 2008, C., 2008, REST vs
SOAP Making the Right
Architectural Decision, SOA
Symposium, Amsterdam
Raharjo, B., 2001, Membangun e-
Government, ITB, Bandung.
Setyantana, P., 2009, Interoperabilitas
Sistem Informasi, Makalah
dipresentasikan dalam Pelatihan
oleh Direktorat Sistem Informasi
Perangkat Lunak & Konten,
Direktorat Jenderal Aplikasi
Telematika, Depkominfo RI,
tanggal: 27/28-05-2009, Sragen.

148
View publication stats

You might also like