You are on page 1of 8

Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2

April 2014
ISSN : 2338 - 4336

PENERAPAN PHT BERBASIS REKAYASA EKOLOGI TERHADAP WERENG


BATANG COKLAT Nilaparvata lugens Stal (HOMOPTERA: DELPHACIDAE)
DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN PADI

Arif Hermanto, Gatot Mudjiono, Aminudin Afandhi

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya Malang


Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
The study was conducted to know the role of the IPM based on ecological
engineering practices on brown planthopper population and their natural enemies
population. The research was conducted in Pilang Subvillage, Tejoasri Village, Laren
District, Lamongan from June to September 2013. There were two treatments in this
research, IPM based on ecological engineering (EE-IPM) and Conventional IPM (C-
IPM). Some flowers such as wijen (Sesamum indicum), sun flower (Helianthus annus),
kenikir (Cosmos caudatus) were planted on the bounds and applied Azolla on EE-IPM
field. We found that EE-PM not significantly increased the population of Brown
Planthopper (BPH) natural enemies as indicated by the amount of natural enemy spesies
on EE-IPM and C-IPM treatment each 199 natural enemies per hill and 203 natural
enemies per hill respectively. In general, compared with C-IPM, EE-IPM not
significantly decreased BPH populatian each found 3,22 adults of BPH per tiller and
2,99 adults of BPH per tiller.

Keywords : Nilaparvata lugens, natural enemies, IPM, ecological engineering

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan Pengelolaan
Hama Terpadu (PHT) berbasis rekayasa ekologi terhadap populasi Wereng Batang
Coklat (WBC) dan musuh alami WBC. Penelitian dilaksanakan di Dusun Pilang, Desa
Tejoasri, Kecamatan Laren, Lamongan mulai bulan Juni sampai September 2013.
Dalam penelitian ini terdapat dua perlakuan yaitu PHT berbasis rekayasa ekologi (PHT-
RE) dan PHT konvensional (PHT-K). Pada PHT-RE pematang ditanami tanaman wijen
(Sesamum indicum), bunga matahari (Helianthus annuus), kenikir (Cosmos caudatus)
serta terdapat penambahan Azolla. Kami menemukan bahwa perlakuan PHT-RE tidak
secara nyata meningkatkan populasi musuh alami WBC yang ditunjukkan dengan
jumlah spesies musuh alami pada perlakuan PHT-RE dan PHT-K adalah 199 ekor/petak
dan 203 ekor/petak. Secara umum, dibandingkan dengan dengan PHT-K, PHT-RE tidak
secara nyata menurunkan populasi WBC. Rata-rata populasi WBC pada lahan PHT-RE
dan PHT-K adalah 3,22 ekor/rumpun dan 2,99 ekor/rumpun.

Kata kunci : Nilaparvata lugens, musuh alami, rekayasa ekologi, PHT

PENDAHULUAN 1979; Liu, 1983). Dalam upaya


pengendalian wereng batang coklat
Wereng batang coklat Nilaparvata (WBC), teknologi pengelolaan hama
lugens Stal (Homoptera: Delphacidae) terpadu (PHT) dianggap sebagai teknologi
menyebabkan kerusakan yang serius pada yang tepat dan potensial untuk
tanaman padi di wilayah Asia (Kuno, mengendalikan hama sekaligus

79
Hermanto et al., Penerapan PHT berbasis rekayasa ekologi terhadap wereng batang coklat

mengurangi risiko penggunaan pestisida kepadatan populasi musuh alami terhadap


yang berbahaya bagi lingkungan (Gurr, populasi WBC.
2009). Dalam PHT dikenal istilah
pengendalian hayati. Pengendalian hayati BAHAN DAN METODE
merupakan upaya mengendalikan hama
dengan memanfaatkan peran musuh alami Penelitian dilakasanakan di lahan
hama (predator, parasit, dan patogen) pertanaman padi yang berlokasi di Desa
(De bach, 1964 dalam Gurr; 2009). Tejoasri, Kecamatan Laren, Kabupaten
Rekayasa ekologi merupakan suatu Lamongan. Penelitian dilaksanakan dari
pendekatan melalui manipulasi bulan Juni sampai September 2013.
agroekosistem untuk mengoptimalkan Padi Cibogo ditanam dengan
pengendalian hayati terhadap hama (Gurr penerapan sistem PHT. Pada penelitian ini
et al., 2004). Pada penerapan rekayasa budidaya PHT dibedakan menjadi dua,
ekologi di Jinhua dan Lingui, China, yaitu PHT Rekayasa Ekologi (PHT-RE)
musuh alami yang ditemukan pada petak dan PHT Konvensional (PHT-K). Praktik
rekayasa ekologi lebih tinggi yang membedakan antara kedua perlakuan
dibandingkan pada petak petani, tersebut adalah penanaman beberapa jenis
sedangkan jumlah WBC pada petak tanaman berbunga (Wijen, Bunga
rekayasa ekologi lebih rendah Matahari, dan Kenikir) pada pematang
dibandingkan petak kontrol (Gurr, 2010). petak PHT-RE. Tahapan budidaya pada
Pada penerapan rekayasa ekologi di penelitian ini akan dibagi menjadi tiga,
Provinsi Xiaoshan, China, jumlah WBC yaitu pra-tanam, penanaman dan
yang ditemukan pada petak rekayasa pemeliharaan tanaman.
ekologi lebih tinggi dibandingkan dengan
petak petani yang menggunakan pestisida Penentuan tanaman contoh
walaupun populasi musuh alami yang Dari 2 petak perlakuan PHT
ditemukan pada petak rekayasa ekologi Konvensional dan PHT Berbasis
lebih tinggi dibandingkan petak petani Rekayasa Ekologi ditetapkan masing-
(Jiaan et al., 2013). masing 20 tanaman contoh yang diambil
Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, secara diagonal dua sisi.
semenjak tahun 2010 telah menjadi area
dengan tingkat serangan WBC yang Studi Pertumbuhan Tanaman Padi
sangat tinggi. Berbagai upaya seperti Pengamatan pertumbuhan tanaman
penggunaan varietas tahan dan aplikasi padi dilakukan dengan menghitung
pestisida telah diterapkan, namun jumlah anakan, dan tinggi tanaman pada
serangan WBC masih sangat sulit untuk tanaman contoh lahan PHT Konvensional
dikendalikan (Winarto, 2011). Penerapan dan PHT Berbasis Rekayasa Ekologi.
rekayasa ekologi perlu dilakukan di Pengamatan dilakukan seminggu sekali.
wilayah tersebut, untuk membuktikan Pengamatan dimulai saat tanaman
apakah penerapan rekayasa ekologi berumur 14 HST sampai berumur 80
mampu meningkatkan populasi serta HST.
peran musuh alami untuk menurunkan
serangan WBC. Studi Populasi WBC
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Populasi WBC yang diamati adalah
membuktikan bahwa penerapan PHT jumlah imago. Populasi WBC diamati
berbasis rekayasa ekologi dapat dengan metode mutlak, yaitu menghitung
meningkatkan populasi musuh alami jumlah imago WBC pada tanaman contoh
WBC dan (2) untuk mengukur pengaruh di seluruh bagian tanaman. Pemantauan

80
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014

populasi WBC dilakukan setiap satu HASIL DAN PEMBAHASAN


minggu sekali. Pemantauan dimulai pada
saat umur tanaman 14 HST, sampai Populasi Wereng Batang Coklat dan
tanaman berumur 80 HST. Musuh Alami
Hasil uji T menunjukkan bahwa
Pengamatan Musuh Alami penerapan PHT berbasis rekayasa ekologi
Pengamatan terhadap populasi tidak memberikan pengaruh nyata
musuh alami WBC dilakukan bersamaan terhadap populasi WBC. Penanaman
dengan pengamatan populasi WBC yaitu tanaman berbunga secara umum dikatakan
1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan belum member pengaruh terhadap
dengan dua metode yaitu jaring ayun kehadiran musuh alami sehingga tidak
(Sweapnet) dan perangkap panci kuning berpengaruh pula terhadap populasi WBC.
(Pan trap). Rerata populasi WBC pada petak PHT-RE
dan PHT-K masing-masing adalah 3,22
Analisis Usaha Tani dan 2,99. Pada pengamatan ke 7-9 petak
Analisis usaha tani padi berfungsi perlakuan PHT-RE menunjukkan terjadi
untuk mengetahui biaya yang harus penurunan populasi WBC, hal ini
dikeluarkan dan tingkat keuntungan yang berkaitan erat dengan populasi musuh
diperoleh pada budidaya tanaman alami yang ditemukan pada pengamatan
padidengan penerapan PHT berbasis 7-9 pada petak PHT-RE lebih tinggi
rekayasa ekologi dan PHT Konvensional. dibandingkan pada petak PHT-K. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh penanaman
Analisis Data tanaman berbunga mulai tampak pada
Data hasil pengamatan yang pengamatan 7-9 minggu setelah tanam,
diperoleh dari lahan PHT Konvensional yaitu mampu meningkatkan jumlah musuh
dan PHT Berbasis Rekayasa Ekologi alami pada petak PHT-RE sehingga secara
dianalisis dengan menggunakan Uji T tidak langsung berpengaruh terhadap
dengan tingkat ketelitian 5%. populasi WBC.

Tabel 1. Rerata populasi WBC pada lahan PHT Rekayasa Ekologi dan lahan
PHT Konvensional
Perlakuan Wereng Batang Coklat
PHT-RE 3,22
PHT-K 2,99
Uji t 5% tn
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

Tabel 2. Jumlah spesies musuh alami yang ditemukan pada Lahan PHT-
REkayasa Ekologi dan lahan PHT Konvensional
No. Musuh Alami PHT-RE PHT-K
1. Cyrtorhinus
58 79
lividipennis
2. Paederus fuscipes. 23 16
3. Ophionea indica 5 8
4. Coccinella arcuata 2 1
5. Laba-laba 111 99
Jumlah 199 203

81
Hermanto et al., Penerapan PHT berbasis rekayasa ekologi terhadap wereng batang coklat

Tabel 3. Rerata populasi C. lividipennis pada lahan PHT Rekayasa Ekologi


dan lahan PHT Konvensional
Perlakuan C.lividipennis
PHT-RE 0,36
PHT-K 0,49
Uji t 5% tn
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

Tabel 4. Rerata populasi P. fuscipes pada lahan PHT Rekayasa Ekologi dan lahan
PHT Konvensional
Perlakuan P. fuscipes
PHT-RE 0,14
PHT-K 0,06
Uji t 5% tn
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

Musuh alami yang ditemukan Dari beberapa jenis musuh alami


selama penelitian berlangsung antara lain WBC yang ditemukan, semuanya
adalah C. lividipennis, P. fuscipes, O. merupakan predator dari WBC. Populasi
indica, C. arcuata, dan laba-laba. Jumlah musuh alami yang ditemukan pada lahan
seluruh musuh alami yang ditemukan PHT-RE dan PHT-K tidak berbeda nyata.
pada petak PHT-RE dan PHT-K masing- Hal ini kemungkinan disebabkan karena
masing adalah 199 dan 203. Dari data waktu penanaman tanaman berbunga yang
tersebut tampak bahwa jumlah musuh kurang sesuai dengan masa kehadiran
alami pada lahan PHT-RE secara umum musuh alami. Pada lahan PHT-RE,
hampir sama pada lahan PHT-K. Namun tanaman wijen ditanam dengan jarak
apabila dilihat berdasarkan pengamatan tanam 20x20 cm, sedangkan kenikir, dan
mingguan menunjukkan bahwa secara bunga matahari ditanam dengan jarak 1 x
umum jenis musuh alami yang ditemukan 1 m. Penanaman dilakukan pada saat 10
mengalami signinifikansi pada minggu hari sebelum persemaian dengan perkiraan
akhir pengamatan (minggu 7-9). Dari masa pembungaan akan tepat bersamaan
beberapa jenis musuh alami yang dengan awal tanam padi, sehingga
ditemukan pada minggu akhir pengamatan populasi musuh alami akan meningkat
menunjukkan jenis musuh alami pada seiring dengan keberadaan tanaman
petak PHT-RE lebih tinggi dibandingkan berbunga tersebut.
pada petak PHT-K. Dengan penanaman tanaman
Menurut Drechsler dan Settele, 2001 berbunga diduga populasi hama akan
(dalam Gurr; 2009) proporsi tanaman lebih rendah dibanding populasi musuh
bunga yang tinggi didalam agroekosistem alami pada petak PHT-RE, akan tetapi
dapat menurunkan kelimpahan hama. berdasarkan hasil analisis uji T
Kondisi yang demikian penting dalam menunjukkan bahwa populasi WBC pada
agroekosistem padi karena dapat lahan PHT-RE dan PHT-K tidak berbeda
meningkatkan keberadaan musuh alami nyata. Hal ini bertolak belakang dengan
seperti C. lividipennis dan juga jenis lain hasil penerapan rekayasa ekologi di
terutama laba-laba pada tanaman yang Jinhua dan Lingui, China. Gurr (2010)
berdekatan dengan tanaman padi. mengemukakan bahwa dengan penerapan

82
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014

rekayasa ekologi dapat meningkatkan Berdasarkan kondisi di atas, dapat


populasi musuh alami. Populasi musuh disimpulkan bahwa penanaman tanaman
alami pada petak rekayasa ekologi lebih berbunga sebaiknya dilakukan pada waktu
tinggi dibandingkan dengan petak petani, satu minggu setelah panen musim awal
selain itu populasi WBC yang ditemukan dan disesuaikan dengan masa
pada petak rekayasa ekologi lebih rendah pembungaan tanaman berbunga yang akan
dibandingkan petak petani. Penerapan ditanam. Jumlah tanaman berbunga yang
rekayasa ekologi di China dilakukan pada ditanam juga perlu diperbanyak jenisnya
lahan seluas 37 ha, sedangkan petak agar biodiversitasnya lebih tinggi.
pembandingnya adalah petak petani seluas Menurut Bianchi et al., 2006 dalam Gurr
30 ha. Pada penerapan rekayasa ekologi di et al.,2009 apabila manipulasi
China tidak dipaparkan secara jelas agroekosistem dalam suatu tanaman
mengenai waktu penanaman tanaman dilakukan lebih awal, maka ini akan
berbunga. Tanaman berbunga yang menunjang proses-proses ekosistem
ditanam pada penerapan rekayasa ekologi seperti pengendalian hayati hama yang
di China antara lain Wijen (Sesamum lebih efektif dengan kehadiran lebih
indicum), Coriander (Coriandrum banyak spesies. Hingga akhirnya banyak
sativum), Soba (Fagopyron esculentum), spesies (musuh alami) yang tinggal dan
Alyssum (Lobularia maritima), Zizania berkelompok pada awal musim dan dapat
(unknown species), dan Sudan grass menekan ledakan hama pada musim awal.
(Sorghum vulgare var. sudanense).

Tabel 5. Rerata populasi O. indica pada lahan PHT Rekayasa Ekologi dan
lahan PHT Konvensional
Perlakuan O. indica
PHT-RE 0,03
PHT-K 0,05
Uji t 5% tn
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

Tabel 6. Rerata populasi C. arcuata pada lahan PHT Rekayasa Ekologi dan
lahan PHT Konvensional
Perlakuan Coccinella arcuata
PHT-RE 0,012
PHT-K 0,006
Uji t 5% tn
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

Tabel 7. Rerata populasi laba-laba pada lahan PHT Rekayasa Ekologi dan
lahan PHT Konvensional
Perlakuan Laba-laba
PHT-RE 0,69
PHT-K 0,61
Uji t 5% tn
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

83
Hermanto et al., Penerapan PHT berbasis rekayasa ekologi terhadap wereng batang coklat

Pertumbuhan tanaman padi penambahan kadar pupuk yang sama,


Pengamatan pertumbuhan tanaman pemberian Azolla memberikan pengaruh
padi dilakukan dengan pengukuran tinggi yang baik terhadap pertumbuhan tanaman
tanaman dan jumlah anakan tanaman padi. padi. Lumkin (1984) menyebutkan bahwa
Hasil uji T terhadap tinggi tanaman dan saat usia 25 sampai 35 hari Azolla dapat
jumlah anakan masing masing menghasilkan nitrogen sebanyak 4 sampai
menunjukkan bahwa aplikasi Azolla 6 ton/ha selama musim penghujan dan 5
cukup memberikan pengaruh pada sampai 8 ton/ha selama musim kemarau.
pertumbuhan tanaman padi. Tanaman membutuhkan nitrogen untuk
Hasil pengamatan menunjukkan menghasilkan protein yang dapat
bahwa rata-rata tinggi tanaman padi pada digunakan menyerap cahaya matahari dan
lahan PHT-RE lebih tinggi dibandingkan menjalankan proses alamiahnya.
dengan tinggi tanaman pada lahan PHT-K. Aplikasi Azolla dilakukan dengan
Pada kedua lahan percobaan diaplikasikan cara ditanam setelah tanaman padi
pupuk yang sama sehingga yang ditanam dan disebar diantara sela-sela
membedakan adalah pemberian tanaman tanaman padi dibiarkan mengapung di
Azolla pada lahan PHT-RE. Hasil uji T atas permukaan tanah. Menurut Yanni,
pada rata-rata tinggi tanaman 1994 (dalam Carrapico; 2000) ada dua
menunjukkan bahwa pemberian Azolla cara aplikasi Azolla yaitu dengan disebar
berpengaruh secara nyata terhadap tinggi pada waktu 2 minggu sebelum padi
tanaman padi. ditanam, sehingga Azolla akan ikut
Hasil pengamatan terhadap jumlah terbajak dan bisa menjadi pupuk
anakan menunjukkan bahwa rata-rata sedangkan cara yang kedua dengan cara
jumlah anakan padi pada lahan PHT-RE Azolla disebar disela-sela tanaman padi
lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah setelah padi ditanam, dengan cara tersebut
anakan pada lahan PHT-K. dapat menyelamatkan atau menyerap
Berdasarkan analisa pertumbuhan hampir setengah jumlah pupuk nitrogen
tanaman, menunjukkan bahwa kimia (urea) dan meminimalkan bahaya
pertumbuhan padi pada lahan PHT-RE pengaruh ion-ion nitrat dan nitrit pada
lebih baik dibandingkan PHT-K. Dengan sumber air.

Tabel 8. Rerata tinggi tanaman padipada Lahan PHT Rekayasa Ekologi dan
lahan PHT Konvensional
Perlakuan Tinggi tanaman padi
PHT-RE 72,26 b
PHT-K 65,91 a
Uji t 5% *
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

Tabel 9. Rerata jumlah anakan padi pada lahan PHT Rekayasa Ekologi dan
lahan PHT Konvensional
Perlakuan Jumlah anakan padi
PHT-RE 18,00 b
PHT-K 15,58 a
Uji t 5% *
Keterangan : Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan Uji T 5%; tn : tidak nyata ; *: beda nyata

84
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014

Produksi Tanaman Padi tidak mendapat keuntungan ataupun rugi.


Berdasarkan penghitungan dengan Sedangkan pada budidaya padi di lahan
ukuran ubinan 2,5 x 2,5 m pada petak PHT-K nilai BEP produksi adalah sebesar
PHT-RE dan PHT-K menunjukkan bahwa 2.293 Kg/hektar. Nilai BEP harga pada
rerata bobot gabah basah pada lahan PHT- budidaya padi di lahan PHT-RE adalah
RE berbeda jika dibandingkan pada lahan sebesar Rp 2.201/kg, artinya bahwa
PHT-K. Hasil panen menunjukkan bahwa apabila gabah dijual dengan harga Rp
bobot gabah basah yang telah dipanen dari 2.201/kg maka petani tidak memperoleh
lahan PHT berbasis rekayasa ekologi lebih keuntungan dari usaha tani padinya
tinggi dibandingkan pada PHT namun juga tidak mengalami kerugian.
Konvensional. Jumlah bobot gabah basah Sedangkan nila BEP harga pada budidaya
yang lebih tinggi pada lahan PHT berbasis padi di lahan PHT-K adalah Rp 2.204/kg.
rekayasa ekologi tampaknya dipengaruhi Perhitungan kelayakan usaha tani
oleh penambahan Azolla. dapat dilakukan dengan menghitung nilai
Benefit Cost Ratio (BCR). BCR
Analisis Usaha Tani merupakan perbandingan antara total
Analisis usaha tani merupakan suatu pendapatn yang diperoleh dari usaha tani
kajian terhadap sejumlah biaya yang harus dengan total biaya produksi yang
dikeluarkan atau biasa disebut biaya diperlukan. Berdasarkan perhitungan BCR
produksi dan tingkat keuntungan atau didapatkan kesimpulan bahwa keuntungan
kerugian yang diperoleh dari budidaya yang diperoleh dari budidaya padi di lahan
padi. Nilai biaya produksi dan harga yang PHT-RE dan PHT-K adalah masing-
ditampilkan dalam analisis usaha tani padi masing 2,27 dan 2,26 kali lipat dari modal
merupakan nilai biaya dan harga yang usaha yang dikeluarkan. Nilai tersebut
berlaku secara regional, di wilayah membuktikan bahwa budidaya padi
penelitian. Nilai biaya dan harga untuk dengan teknologi PHT-RE maupun PHT-
budidaya padi disesuaikan dengan seluas K layak untuk diterapkan.
satu hektar selama satu musim tanam
padi. Biaya produksi untuk budidaya padi KESIMPULAN
pada perlakuan PHT-RE lebih tinggi
yaitu sebesar Rp 11.625.000 dibandingkan Populasi WBC pada petak perlakuan
pada perlakuan PHT-K sebesar Rp PHT berbasis rekayasa ekologi sama
11.465.000. Dari perhitungan hasil panen dengan pada petak perlakuan PHT
diperoleh total pendapatan sebesar Rp konvensional. Populasi musuh alami yang
26.500.000 pada lahan PHT-RE dan Rp ditemukan pada perlakuan PHT berbasis
26.000.000 pada lahan PHT-K. Dari rekayasa ekologi juga sama dengan
perhitungan pendapatan tersebut diperoleh populasi musuh alami pada perlakuan
keuntungan dari lahan PHT-RE lebih PHT konvensional. Musuh alami yang
tinggi yaitu sebesar Rp 14.775.000 ditemukan pada kedua lahan perlakuan
sedangkan dari lahan PHT-K sebesar Rp antara lain C. lividipennis, P. fuscipes, C.
14.535.000. arcuata, O. indica dan laba-laba.
Break event point (BEP) adalah nilai Jumlah spesies musuh alami yang
minimum produksi atau harga yang harus ditemukan pada pengamatan 7-9 di lahan
dicapai agar usaha tani yang dikelola tidak PHT berbasis rekayasa ekologi lebih
mengalami kerugian. Nilai BEP produksi tinggi dibandingkan di lahan PHT
budidaya padi pada lahan PHT-RE adalah konvensional, sehingga berpengaruh
2.325 kg/hektar, artinya pada kapasitas terhadap populasi WBC yang
produksi sebesar 2.325 kg/hektar petani menunjukkan bahwa pada pengamatan

85
Hermanto et al., Penerapan PHT berbasis rekayasa ekologi terhadap wereng batang coklat

minggu 7-9 populasi WBC pada lahan 371 - 389. In Heong, K.L. and
PHT berbasis rekayasa ekologi lebih Hardy, B. (eds.) Planthoppers –
rendah dibandingkan pada lahan PHT New threats to the sustainability of
konvensional. intensive rice production systems in
Hasil produksi padi pada Asia. International Rice Research
perlakuan PHT rekayasa ekologi lebih Institute, Los Banos, Philippines.
tinggi dibandingkan dengan perlakuan
PHT konvensional. Analisis usaha tani Gurr GM. 2010. Final Report. Ecological
menunjukkan bahwa keuntungan yang Engineering to Reduce Rice Crop
diperoleh dari usaha tani padi dilihat Vulnerability to Planthopper
dari nilai Benefit Cost Ratio (BCR) pada Outbreaks. Charles Sturt University.
perlakuan PHT berbasis rekayasa Australia
ekologi adalah 2,27 kali lipat dari
modal usaha dan PHT konvensional Jiaan C, Hangzhou, Zhongxian L, Guihua
sebesar 2,26 kali lipat dari modal C. 2013. President of the Chinese
usaha. Hal ini membuktikan bahwa Academy of Agriculture Sciences
budidaya padi dengan perlakuan PHT (CAAS) visits ecological
berbasis rekayasa ekologi dan PHT engineering sites in Zhejiang
Konvensional layak untuk diusahakan. province. Diunduh dari
Sebaiknya penanaman tanaman http://iasvn.org/en/tin-tuc/ President
berbunga pada pematang dilakukan – of – the – Chinese – Academy – of
sebelum masa persemaian dan dipastikan – Agricultural - Sciences-
tanaman tumbuh dengan baik agar pola 28CAAS%29 – visits – ecological –
pola rekayasa ekologi dapat meningkatkan engineering – sites – in – Zhejiang –
biodiversitas musuh alami. province - 1820.html pada tanggal
16-01-2014
DAFTAR PUSTAKA
Kuno E. 1979. Ecology of brown
Carrapico F,Teixeira G, dan Diniz MA. planthoppers in temperate regions.
2000. Azolla as a biofertilizer in In: Brown planthopper: threat to rice
Africa. A Challange for the future. production in Asia. Manila
Revista de Ciências Agrárias, 23 (3- (Philippines): International Rice
4): 120-138 Research Institute. hlm 45-60

Gurr GM, Wratten SD dan Altieri MA. Liu CH. 1983. Study on the Long-
2004. Ecological Distance Migration of the Brown
Engineering:Advances in Habitat Planthopper in Taiwan. Division of
Manipulation for Arthropods. Crop Environment. Taitung District
CSIRO Publishing, Melbourne Agriculture Improvement Station.
(Australasian publisher)/ CABI Taitung, Taiwan.
International, Wallingford
(European Publisher)/ Cornell Lumkin TA dan Plueknett DL. Azolla, a
University Press, Ithaca (America‟s low cost aquatic green manure for
publisher). 244 hlm agricultural crops. Departement of
Agronomy and Soil Science.
Gurr GM. 2009. Prospects for ecological College of Tropical Agriculture.
engineering for planthoppers and University of Hawaii. Honolulu,
other arthropod pests in rice. Hlm Hawaii.

86

You might also like