You are on page 1of 7

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN

KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO


KABUPATEN TEGAL

Relationship Between Labor Premature Rupture of Membranes Asphyxia


Neonatorum In Incident With dr. Soeselo Hospitals Tegal

Natiqotul Fatkhiyah (STIKES Bhamada-Slawi)

Abstract
This was an analytic survey research is a study that tries to explore how and why health
phenomena that occur. While the approach used is a cross sectional approach is to
study the dynamics of correlation between risk factors with effects by way of approach,
observation or data collection as well as at some point. Bivariate analysis results
obtained with  2   2 count by 0.05 and db = 1, the obtained results  2 = 8.454 and
p = 0.004 for values count more  2> 3.481 and p value <0.05, then the working
hypothesis which states there is a relationship between premature rupture of
membranes with acceptable incidence of asphyxia. It can be concluded that premature
rupture of membranes variables significantly associated with incident asphyxia in
newborns. the study following respondents who experienced PROM 23 people (21.3%)
and did not experience there PROM 85 people (78.7%) respondents who experienced
asphyxia there are 38 people (35.2%) and the did not experience there are 70 people
asphyxia (64.8%); There was a significant correlation between premature rupture of
membranes with asphyxia neonatorum in newborns is x2 value of 8.454 and p value =
0.004.
Keywords: Premature Rupture Ketupan, Neonatorum Asphyxia, Birth Mother

PENDAHULUAN Ketuban Pecah Dini (KPD)


Penyebab kematian perinatal adalah ketuban pecah sebelum proses
kelompok 0-7 hari tertinggi adalah persalinan berlangsung (Saifuddin,
premature dan Berat Badan Bayi Lahir 2001: 218). Menurut Wahyudi, ada dua
Rendah (BBLR) 35 %, kemudian macam kemungkinan ketuban pecah
asfiksia lahir (33,6%). Penyakit dini, yaitu premature rupture of
penyebab kematian kelompok umur 8- membrane dan preterm rupture of
28 hari ter tinggi adalah Infeksi sebesar membrane. Gejalanya sama, yaitu
57,1%, termasuk tetanus, sepsis keluarnya cairan dan tidak ada keluhan
pneumonia, diare, kemudian feeding sakit. baru setelah itu akan terasa sakit
problem sebesar 14, 3 % (Djaya, 2003: karena adanya kemungkinan kontraksi.
108), Robeknya kantung ketuban biasanya
terjadi seusai trauma, misalnya ibu

41
hamil terjatuh atau terbentur di bagian dr. Soeselo Kabupaten Tegal tahun
perut. Ketuban pecah dini juga bisa 2008. Tujuan penelitian ini adalah
terjadi karena mulut rahim yang lemah untuk mengetahui hubungan antara
sehingga tidak bisa menahan persalinan ketuban pecah dini dengan
kehamilan. Atau bisa juga karena kejadian asfiksia neonatorum di RSUD
ketegangan rahim yang berlebihan, dr Soeselo Kabupaten Tegal tahun 2008
seperti kehamilan ganda atau METODE PENELITIAN
hidramnion, kelainan letak janin seperti Penelitian ini merupakan
sungsang atau melintang, atau kelainan penelitian survei analitik yang mencoba
bawaan dari selaput ketuban. Bisa pula menggali bagaimana dan mengapa
karena infeksi yang kemudian fenomena kesehatan itu terjadi
menimbulkan proses biomekanik pada (Arikunto, 2000: 98) Sedangkan
selaput ketuban sehingga memudahkan pendekatan yang digunakan adalah
ketuban pecah. (Wahyudi, 2008). pendekatan cross sectional yaitu untuk
Berdasarkan dari dari RSUD dr. mempelajari dinamika korelasi antara
Soeselo Kabupaten Tegal kasus faktor-faktor risiko dengan efek dengan
kejadian asfiksia selama tahun 2008 ada cara pendekatan, observasi atau
112 (10,43%) dari total persalinan pengumpulan data sekaligus pada suatu
tahun 2008 yang sebanyak 1074 saa (Notoatmodjo, 2002: 102). Pada
persalinan lebih besar dari jumlah kasus penelitian ini akan mempelajari ada
pada tahun 2007 yang hanya ada 89 tidaknya hubungan antara Ketuban
kasus (9,3%) dari jumlah persalinan Pecah Dini (variabel bebas) dengan
tahun 2007 sebanyak 1034, sedangkan Kejadian Asfiksia (variabel terikat).
kejadian kasus ketuban pecah dini pada HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun 2008 ada 206 kasus yang juga Karakteristik responden
mengalami peningkatan dari tahun meliputi umur ibu dan paritas. Jumlah
sebelumnya yang hanya ada 176 kasus. sample dalam penelitian ini 108
(RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal, responden yaitu ibu bersalin di RSUD
2008). Masalah dalam penelitian ini dr. Soeselo Kabupaten Tegal, tebagi
adalah Adakah hubungan antara dalam kelompok umur < 20 tahun
persalinan ketuban pecah dini dengan sebanyak 32 orang (29,6%), 20-35
kejadian asfiksia neonatorum di RSUD tahun sebanyak 59 orang (54,6%), > 35

42
tahun sebanyak 17 orang (15,7%). terdiri dari 24 orang (28,2%) responden
Karakteristik responden berdasarkan penelitian yang berstatus Tidak KPD
paritas diantaranya Primipara 37 orang tetapi mengalami asfiksia sewaktu lahir
(34%), Multipara 71 orang (65,7%). dan 61 orang (71,8%), responden tidak
Responden yang mengalami KPD dan juga tidak mengalami
Ketuban Pecah Dini sebanyak 23 orang asfiksia.
(21,3%) dan yang tidak mengalami Hasil analisis bivariat dengan 2
KPD ada 85 orang (78,7%). Sedangkan diperoleh 2 hitung dengan  0,05 dan
responden yang bayinya mengalami db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan
asfiksia sebanyak 38 orang (35,2%) dan nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung
yang tidak mengalami Asfiksia ada 70 lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka
orang (64,8%) Hipotesis kerja yang menyatakan ada
Tabel 1 berikut menggambarkan hubungan antara Ketuban Pecah Dini
hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan kejadian Asfiksia diterima.
dengan Kejadian Asfiksia Dengan demikian dapat disimpulkan
Tabel 1. Hubungan Persalinan KPD bahwa variabel Ketuban Pecah Dini
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
di RSUD Dr. Soeselo Slawi tahun 2008 berhubungan secara signifikan dengan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.
Tidak
Kejadian Asfiksia Total 2 p
Asfiksia Hasil penelitian menunjukkan
KPD
f % f % f %
KPD 14 60,9 9 39,1 23 100 8,45 0,004 bahwa sebagian besar responden
Tidak KPD 24 28,2 61 71,8 85 100
Total 38 35,2 70 64,8 108 100 berumur 20-35 tahun yaitu ada 59
Sumber : Data Sekunder yang diolah orang (54,6%), sedangkan umur >35

Berdasarkan Tabel 1. dapat tahun ada 17 responden (15,7%) dan

diketahui bahwa jumlah responden yang berumur < 20 tahun ada 32 orang

yang mengalami KPD ada 23 orang (39,6%). Umur ibu pada saat

(21,3%) terdiri dari responden dengan melahirkan adalah faktor risiko dalam

status KPD yang mengalami asfiksia kehamilan dan persalinan. Umur < 20

ada 14 orang ( 60,9%) dan responden tahun dan >35 tahun merupakan umur

dengan status KPD yang tidak diluar reproduksi sehat. Kehamilan dan

mengalami asfiksia ada 9 orang ( persalinan pada usia ini mempunyai

39,1%). Responden yang Tidak risiko dua kali lipat dibandingkan

mengalami KPD ada 85 orang (78,7%) dengan kelompok usia reproduksi sehat

43
(20-35 tahun) yang merupakan umur karena multipara kemungkinan
optimal untuk mendapatkan anak. Oleh terjadinya kelainan letak janin dalam
karena immaturitas biologis dan belum rahim seperti letak sungsang, karena
terdapat persiapan yang baik dari tubuh multipara merupakan etiologi dari letak
untuk mempertahankan kehamilan serta sungsang.
mempersiapkan persalinan yang cukup Ketuban pecah dini atau
aman bagi janin maka umur < 20 tahun spontaneous / early / Premature
merupakan faktor risiko. Begitu juga Repture of The Membrance (PROM)
pada umur > 35 tahun dimana alat-alat adalah pecahnya ketuban sebelum in
reproduksi serta kondisi fisik ibu sudah partu, yaitu bila pembukaan pada primi
mengalami kemunduran dalam kurang dari 3 cm dan pada multipara
menjalankan fungsinya sehingga dapat kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998:
meningkatkan kemungkinan komplikasi 255). KPD sering kali menimbulkan
obstetri dan sosial yang menunjang konsekuensi seperti morbilitas dan
terjadinya peningkatan angka kematian mortalitas pada ibu dan bayi terutama
dan kesakitan perinatal maupun kematian perinatal yang cukup tinggi.
maternal yang tinggi. Sebelum kematian janin yang
Pada penelitian ini, diketahui dilahirkan akan mengalami asfiksia dan
bahwa sebagian besar responden jika berlanjut akan mengalami
berstatus primipara yaitu ada 37 orang kematian. Kematian perinatal yang
(34,3%) dan multipara ada 71 orang cukup tinggi ini antara lain disebabkan
(65,7%), primipara yaitu responden karena kematian akibat kurang bulan
yang baru pertama kali melahirkan dan kejadian infeksi yang meningkat
seorang anak yang cukup besar untuk karena partus tak maju, partus lama dan
hidup di dunia luar (mature atau partus buatan yang sering dijumpai
premature) dan multipara adalah wanita pada pengelolaan kasus KPD terutama
yang telah melahirkan lebih dari pada pengelolaan konservatif (Mochtar,
seorang anak. Dalam penelitian ini 1998: 256). Hasil penenelitian
multipara menduduki persentase menunjukan ibu bersalin yang
terbanyak. Hal ini sesuai dengan teori mengalami kejadian KPD sebanyak 23
yang menyatakan bahwa multipara orang (21,3%).
merupakan salah satu etiologi KPD

44
Asfiksia neonatorum adalah bahwa variabel Ketuban Pecah Dini
suatu keadaan bagi bayi baru lahir yang berhubungan secara signifikan dengan
gagal bernafas secara spontan dan Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir.
teratur segera setelah lahir sehingga Hasil ini sesuai dengan teori
dapat menurunkan O2 dan mungkin bahwa Pecahnya selaput ketuban
meningkatkan CO2 yang menimbulkan sebelum aterm merupakan penyebab
akibat buruk dalam kehidupan lebih asfiksia pada janin. Asfiksia pada bayi
lanjut. Adanya perubahan pertukaran preterm adalah 30 % (Oxorn, 2003).
gas dan transport O2 selama kehamilan Teori yang sama juga dikemukakan
dan persalinan mempengaruhi oleh Mochtar (1998: 257) yang
oksigenasi sel-sel tubuh mengakibatkan menyebutkan bahwa pecahnya selaput
terjadinya gangguan fungsi sel. ketuban menyebabkan terbukanya
Penyebab asfiksia berasal dari faktor hubungan intra uterin dengan ekstra
ibu, janin dan plasenta. Adanya uterin, dengan demikian
hipoksia dan iskemia jaringan mikroorganisme dengan mudah masuk
menyebabkan perubahan fungsional dan menimbulkan infeksi intra partum
dan biokimia pada janin, faktor ini yang apabila ibu sering diperiksa dalam,
berperan pada kejadian asfiksia infeksi puerpuralis, peritonitis, sepsis,
(Saefuddin, 2002: 348). Bayi yang dan menyebabkan terjadinya asfiksia
mengalami asfiksia pada penelitian ini pada bayi baru lahir. Asfiksia
sebanyak 38 orang (35,2%) dan yang merupakan salah satu komplikasi KPD
tidak mengalami Asfiksia ada 70 orang (Mochtar, 1998: 258)
(64,8 %). Ketuban pecah pada kondisi
Hasil analisis bivariat dengan 2 kepala janin belum masuk panggul
diperoleh 2 hitung dengan  0,05 dan mengikuti aliran air ketuban, akan

db = 1, diperoleh hasil 2 = 8,454 dan menjepit antara kepala dan dinding

nilai p = 0,004 karena nilai 2 hitung panggul, keadaan sangat berbahaya

lebih > 3,481 dan nilai p < 0,05, maka bagi janin. Dalam waktu singkat janin

Hipotesis kerja yang menyatakan ada akan mengalami hipoksia,asfiksia

hubungan antara Ketuban Pecah Dini hingga kematian janin dalam

dengan kejadian Asfiksia diterima. kandungan (IUFD), pada kondisi ini

Dengan demikian dapat disimpulkan biasanya kehamilan segera di terminasi

45
bayi yang dilahirkan jauh sebelum dan yang tidak mengalami KPD ada 85
aterm merupakan calon untuk orang (78,7%)
terjadinya Respiratory Distress 1. Responden penelitian yang
Sindroma (RDS). Hipoksia,asfiksia dan mengalami asfiksia ada 38 orang
Asidosis berat yang terjadi sebagai (35,2%) dan yang tidak
akibat pertukaran oksigen dan karbon mengalami asfiksia ada 70 orang
dioksida alveoli–kapiler tidak adekuat, (64,8%)
terbukti berdampak sangat fatal pada 2. Ada hubungan yang bermakna
bayi, selain itu beberapa bayi yang antara Ketuban Pecah Dini
mampu hidup setelah distress nafas dengan Kejadian Asfiksia pada
yang berat dapat menderita gangguan bayi baru lahir dengan nilai X2
pertumbuhan dan perkembangan. sebesar 8,454 dan p = 0,004
Menurut Hacker(2001: 304) Saran
pengurangan cairan ketuban pada Selalu meningkatkan kualitas
persalinan ketuban pecah dini dapat sumber Daya Manusia (SDM) tentang
menyebabkan kompresi tali pusat yang pengetahuan dan ketrampilan yang
menimbulkan perlambatan denyut berkaitan dengan pertolongan terhadap
jantung janin sehingga janin mengalami Ketuban Pecah Dini .
hipoksia dan berlanjut menjadi asfiksia Selalu meningkatkan sarana dan
saat dilahirkan. prasarana yang berhubungan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN kegawatdaruratan neonatal yang
Kesimpulan disebabkan asfiksia mengingat asfiksia
Kesimpulan hasil penelitian merupakan salah satu faktor yang bisa
tentang hubungan Ketuban Pecah Dini mengakibatkan kematian perinatal.
dengan kejadian Asfiksia di RSUD dr. Meningkatkan pengetahuan
Soeselo Kabupaten Tegal tahun 2008 tentang faktor–faktor (ibu, janin dan
ini dibuat berdasarkan hasil plasenta) yang berpengaruh terhadap
pembahasan dan disesuaikan dengan kejadian Asfiksia. Dianjurkan agar
tujuan penelitian yaitu sebagai berikut : setiap bidan dibekali pengetahuan dan
Responden penelitian yang pelatihan yang berkaitan tentang
mengalami KPD ada 23 orang (21,3%) penanganan Ketuban Pecah Dini dan
penanganan Asfiksia secara tepat, serta

46
pengetahuan tentang Penanganan Oxorn, H. 1996. Ilmu Kebidanan
Patologi dan Fisiologi
Neonatal Emergency Dasar (PONED).
Persalinan. Jakarta:
Disarankan bagi peneliti lain Yayasan Esensial Medika
yang akan melakukan penelitian Rayburn, W. 2001. Obstetri Dan
sejenis, untuk mengembangkan Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika
penelitian ini lebih lanjut dengan
Sri Mawar Djaya, S.M. 2003. Penyakit
meneliti faktor-faktor (ibu, janin dan Penyebab Bayi Baru Lahir, Dan
plasenta) yang mempengaruhi kejadian Sistem Pelayanan Kesehatan
Yang Berkaitan Di Indonesia.
Asfiksia.
Soenarto, 2006. Audit Klinis di
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Sleman, www.Dinkes
Sleman.co.id
Arikunto, S.2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Saifuddin, A. 2000. Buku Acuan
Jakarta: Nasional Kesehatan Maternal
Rineka Cipta. Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Amore, http://myother- Bina Pustaka.
word.blogspot.com/2008/11/asfik Wiknjosastro, J. 2002. Ilmu
sia-neonatorum.html. 30 Mei Jam Kandungan. Jakarta: EGC
20.30 WIB.
Wahyudi,
Depkes, 2000. Profil Kesehatan http://istikuma.wordpress.com/20
Keluarga. Jakarta: Depkes 08/03/17/yang-terjadi-ketika-
Dinkes, 2007. Profil Kesehatan ketuban -pecah-dini/. 30 Mei
Kabupaten Tegal Tahun 2007 2009. Jam 20.00 WIB.

Hacker, N.F, Morce J.D. 2001, Esensial Scoott, James R. 2002. Obstetri dan
Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Ginekologi. Jakarta : Widya
Hipokrates Medika.

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan,


Penyakit Kandungan dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
EGC
Manuaba, 2001. Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi. Jakarta: EGC
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid
I. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

47

You might also like