Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelatihan
keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu
mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan
perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses
pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan
pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau
pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan terlebih dahulu
suatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri
atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari
kumpulan pengalaman di mana saja dan kapan saja, sepanjang pelatihan dapat
dengan masyarakat.
Pelatihan bagi kader dapat berupa ceramah, tanya jawab, curah pendapat, simulasi
adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode belajar dapat
menjadi tiga yakni metode pendidikan individu, kelompok, dan masa. Pemilihan
(Notoatmodjo, 1993).
yang digunakan dalam pelatihan antara lain : ceramah, tanya jawab, diskusi
kelompok, kelompok studi kecil, bermain peran, studi kasus, curah pendapat,
digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan meliputi metode ceramah dan tanya-
komponen perilaku perlu dipilih metode yang tepat. Metode untuk mengubah
pengetahuan dapat digunakan metode ceramah, tugas, baca, panel dan konseling.
Sedangkan untuk mengubah sikap dapat digunakan metode curah pendapat, diskusi
2.2 Keterampilan
Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan
yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi
sebagai hasil dari aktivitas tertentu (Whiterington, 1991). Keterampilan dari kata
dasar terampil yang artinya cakap menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan
tugas atau pekerjaan dengan menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang
tersedia.
kemampuan untuk dapat bekerja, mengerti dan mengadakan motivasi kepada orang
lain. Keterampilan konsep adalah kemampuan untuk melakukan kerja sama di dalam
posyandu.
Dalam proses pendidikan atau pelatihan, suatu sikap belum tentu terwujud
dalam praktek atau tindakan (Notoatmodjo, 1993). Masih diperlukan kondisi tertentu
Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM UI, 1998 bahwa
kader juga dapat ditingkatkan melalui pelatihan kader baru, pelatihan ulang kader,
keterampilannya meningkat dan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden
tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003). Menurut Abror (1993), cara mengukur tingkat
pengetahuan pada tahap mengetahui dan memahami dapat dilakukan dengan tes
objektif tipe benar salah atau pilihan berganda. Tahap penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi diukur dengan bentuk tes uraian. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang
yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui media
cetak atau elektonik. Pendapat Siagian (1999), bahwa pelatihan dipakai sebagai salah
kader. Handoko (2001), mengatakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil suatu
produk sistem pendidikan akan memberikan pengalaman yang nantinya akan dapat
Kader adalah tenaga pilihan yang sangat tepat untuk usaha-usaha masyarakat
dipilih masyarakat sehingga dapat diterima oleh masyarakat, disegani dan dipercaya
masyarakat sehingga saran dan petunjuknya akan didengar dan diikuti oleh
laki-laki atau perempuan yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk menangani
bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan
dasar. Kader merupakan perwujudan dari usaha-usaha secara sadar dan terencana
hidup. Dalam usaha ini kader diberikan keterampilan tertentu untuk menjadi “agent
of change” yang akan membawa norma-norma baru yang sesuai dengan norma yang
sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimiliki (Depkes, 1988). Menurut
Hanna (1990), peranan kader adalah menjadi tulang punggung penggerak partisipasi
masyarakat di desa dalam bidang kesehatan. Kader juga merupakan penghubung yang
kegiatan pelayanan kesehatan dalam upaya pelayanan kesehatan dasar yang saat ini
sebagian besar masih dilakukan oleh tenaga kesehatan yang jumlahnya terbatas,
terbatas.
Peranan kader gizi yang lain, memberitahu hari dan jadwal Posyandu kepada
Posyandu sebelum dimulai, melakukan pendaftaran bayi dan balita, ibu hamil, ibu
usia subur yang hadir di Posyandu, melakukan penimbangan bayi dan balita,
untuk bayi dan balita (bila ada), melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu
hamil, ibu bayi dan balita serta pasangan usia subur untuk menyuluh dan
memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuain kemampuan alat cerna dalam
mencerna makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian
makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar
mengunyah dan menelan makanan padat dan membiasakan selera-selera baru agar
ditemukan pada tahun 1973 oleh May White Head. Modisco dicobakan pertama kali
untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda Afrika dengan hasil
yang memuaskan. Anak yang mengalami gangguan gizi berat yaitu anak yang
memiliki kalori yang tinggi yaitu 100 kalori/ 100 cc. Modisco terdiri dari tiga formula
dasar, dengan bahan baku utama gula pasir, minyak dan susu. Dan ketiganya
diberikan untuk gejala atau keluhan yang berbeda. Modisco I diberikan untuk balita
dengan KEP berat dengan edema, Modisco II untuk balita tanpa edema, Modisco III
Bahan-bahan untuk membuat formula modisco, seperti susu skim atau susu
full cream, minyak atau margarin, dan gula putih (pasir) merupakan bahan makanan
yang mudah diperoleh baik diperkotaan atau pedesaan. Cara pembuatan formula
modisco relatif sederhana dan mudah. Peralatan yang digunakan pun sangat
sederhana (peralatan dapur sehari-hari) sehingga dapat dilakukan oleh para ibu atau
pengasuh anak. Cara pembuatan modisco dengan tiga formula dasar yang berbeda
1. Modisco I
a. Campur susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/
panas.
diaduk hingga cairan homogen. Saring dan minum dalam keadaan hangat-
hangat.
2. Modisco II.
3. Modisco III
a. Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, lalu aduk sampai rata.
c. Aduk sampai rata, Saring larutan bubur modisco tersebut . Agar modisco
tahan lebih lama, dapat di tim dahulu selama 15 menit (Adi, A.C, 2001)..
Modisco bukan hanya cocok untuk anak balita, tetapi juga dapat digunakan
oleh kelompok usia lain (anak pra sekolah, anak sekolah dan pekerja) yang
memerlukan tambahan sumber energi. Berikut ini kelompok usia yang dapat diberi
modisco baik balita maupun kelompok usia lain (Adi, A.C, 2001).
2. Usia lain pada saat-saat membutuhkan ekstra energi dengan kriteria sebagai
berikut.
kondisi, diantaranya adalah minuman atau campuran makanan bergizi, tambahan diet
cair sonde dan makanan kecil yang mengandung modisco. Formula dasar modisco
mengandung gizi yang padat terutama energi (100 – 130 kal), protein (3 - 3,5 g), dan
lemak (5 – 7,5 g) per porsi. Pengembangan dalam bentuk makanan atau minuman
yang mengandung modisco, mengandung kalori dan protein yang lebih tinggi
anak 2 kali sehari, akan menaikkan berat badannya sekitar 30 - 100 g/hari. Selama
berat badan anak balita atau usia lainnya masih dalam batas sehat (normal),
pemberian modisco masih dapat diteruskan. Namun, apabila berat badan sudah sehat
pemberian modisco harus dihentikan secara bertahap. Modisco tidak dapat diberikan
secara bebas kepada anak yang kelebihan berat badan (obesitas), penderita penyakit
ginjal, hati (kuning) dan jantung tanpa konsultasi dokter (Adi, A.C, 2001)..
a. Porsi makanan/ minuman relatif kecil, tetapi mengandung kalori dan protein
yang tinggi .
b. Mudah dicerna, karena terdiri dari lemak nabati dan lemak berantai sedang.
murni .
Perawatan dan pengobatn anak gizi buruk terdiri dari 4 fase (Depkes RI,
2007) yaitu :
a. Fase Stabilisasi
Fase stabilisasi adalah fase awal dimana ditemui anak gawat darurat dan harus
umumnya fase ini berlangsung dalam dua hari pertama, tetapi dapat berlanjut sampai
satu minggu atau lebih sesuai kondisi klinis anak (Modisco I,II frekuensi pemberian
b. Fase Transisi
Fase transisi adalah masa peralihan dari fase stabilisasi ke fase rehabilitasi.
Pada fase ini pemberian energy dinaikkan secara bertahap dari 100kkal/kg/BB
Fase Rehabilitasi
minggu (Modisco III Frekuensi 3x setiap 4 jam) ditambah makanan bayi yang lumat.
Pemulihan Gizi. Fase ini merupakan fase pemberian makanan tumbuh kejar dengan
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat
dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, dkk, 2002).
tinggi badan dan berat badan secara teratur. Ada beberapa cara menilai status gizi
yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut
dengan penilaian status gizi secara lansung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan
antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena
mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Secara
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan
lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, dkk, 2002).
Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan
yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG), kegiatan bulan penimbangan dan
dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah
serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada
anak balita.
parameter antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Kombinasi
umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut tinggi
indeks BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena
mudah berubah namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh
umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indeks TB/U menggambarkan status gizi
masa lalu karena dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan atau panjang badan relatif – sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu yang singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap
pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan
indeks BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat
(Soekirman, 2000).
1) Indeks BB/U
2) Indeks TB/U
3) Indeks BB/TB
Perhitungan dengan nilai Z-Score berlaku untuk semua indeks dengan batas
baku pengukuran dalam negri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB) digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia (100% baku
Indonesia = 50 persentil harvard) dan untuk Lingkar Lengan Atas (LLA) digunakan
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current
Kelebihan indeks BB/U adalah lebih mudah dan cepat dimengerti oleh
masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis, berat badan
terdapat edema atau esites, umur sering sulit ditaksir dengan tepat, sering terjadi
sosial budaya.
untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin (Supariasa dkk, 2002).
pertumbuhan, keadaan normal tinggi badan tumbuh sama dengar pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pengaruh
defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama
Keuntungan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi pada masa
lalu, ukuran panjang dapat di buat sendiri, murah dan mudah dibawa. Sedangkan
kelemahan indeks TB/U tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun,
pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua
Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang
sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (micritoise).
Namun untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan tertentu.
ini/sekarang.
proporsi badan (gemuk, normal, kurus). Kelemahan indeks BB/TB adalah tidak dapat
memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi
membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lama, membutuhkan dua
tidak cukup makanan dan konsumsi energi kurang selama jangka waktu tertentu. Di
cukup energy biasanya juga kurang dalam satu atau lebih zat gizi esensial lainnya
Gejala gizi kurang hanya terlihat dari berat badan anak lebih rendah
dibandingkan anak seusianya. Adapun ciri-ciri klinis dari gizi kurang antara lain :
(Retno, 2009)
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan adalah tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat yang dikenal sebagai marasmus (kekurangan kalori
adalah marasmus-kwashiorkor.
masalah gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena asupan makanan
yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang cukup mendapatkan makanan tetapi
sering menderita sakit, dapat menderita gizi kurang, demikian juga pada anak yang
tidak memperoleh cukup makanan, daya tahan tubuhnya akan melemah dan mudah
Kurang energi dan protein adalah suatu bentuk masalah gizi yang disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidk langsung. Faktor langsung
yaitu terutama faktor makanan yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan energi dan
protein serta faktor penyakit infeksi yang berdampak terhadap turun naik berat badan
dan status gizi baik menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Faktor tidak langsung
yang mungkin diderita anak. Kedua penyebab langsung ini sangat terkait dengan pola
asuh anak diberikan oleh ibu/pengasuh. Dan penyebab tidak langsungnya adalah
ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan
Program perbaikan gizi makro yang diarahkan untuk menurunkan maslah gizi
makro terutama mengatasi maslah kurang energy protein seperti didaerah miskin baik
posyandu.
dalam pembuatan PMT Modisco dapat dilihat dari kerangka konsep dibawah ini :
PMT Modisco.
2.8. Hipotesis
Batubara.