Professional Documents
Culture Documents
B. Etiologi
Faktor Ibu
His tidak efisien (adekuat)
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila
his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan
mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang
sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot rahim, dimana
keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan
mengalami partus lama karena tidak adanya kemajuan dalam
persalinan.
Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Usia
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan
tahun terbaik wanita untuk hamil karena selain di usia ini
kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja dengan baik
juga belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti hipertensi,
diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu dengan
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan
mengalami partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan
usia yang masih muda organ reproduksinya masih belum begitu
sempurna dan fungsi hormon-hormon yang berhubungan dengan
persalinan juga belum sempurna pula.
Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan
pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya dan
mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak aktif, yang nantinya
akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu
dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ
reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai
berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang
pada akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena
mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin, 2009)
Paritas
Respons stress
C. Patofisiologi
Gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
a. Pada ibu :
Ibu merasakan gelisah , letih, suhu badan meningkat, berkringat,
nadi cepat, pernafasan cepat. Di daerah lokal sering di jumpai :
lingkaran bandl, edema vulva, edema servik, cairan ketuban berbau,
terdapat mekonium.
b. pada janin :
- Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan
negative.
Gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri
segmen bawah rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau,
cairan ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong
ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura
uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
Infeksi bahaya yang serius yang mengancam pada ibu dan janinnya
pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
korion sehingga terjadi bakterimiaa dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi,
adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus
dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan
lama.
Ruptura uteri
Pembentukan Fistula
Partus lama itu sendiri dapat dirugikan. Apabila panggul sempit dan juga
terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan
muncul. Infeksi intrapartum bukan saja merupkan penyulit yang serius pada ibu,
tetapi juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonates. Hal ini
disebakan bakteri didalam cairan amnion menembus selaput amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakteremia pada ibu
dan janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya.
Kaput Suksedeneum
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II
memanjang yaitu dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum,
ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-lain. Penatalaksanaannya yaitu
sebagai berikut :
a. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama
proses persalinan dan kelahiran bayinya.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya
dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama
proses persalinan (Enkin, et al, 2000).
Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan
Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan
dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2000).
Ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II
persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan
hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan
perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran
proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan tentang
cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan
melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu,
jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan (misalnya TD, DJJ, periksa dalam)
b. Melakukan kala II persalinan
- Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
- Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam
- Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
- Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap (10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai
prosedur PI
- Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu
mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan
disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua
temuan dalam partograf
- Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap,
beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan
ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu
ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan
untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong
memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
- Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran,
bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk
meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan
alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu
dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam
partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.
Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap kontraksi.
- Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk
meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila
masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri
dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan
untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua
temuan dalam partograf.
- Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk
berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit,
stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan
kualitas kontraksi.
- Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit
pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap
puncak kontraksi.
- Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau
jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera
karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh
disproporsi kepala-panggul (CPD).
- Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena
mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan
secara spontan (mengedan dan menahan nafas terlalu lama, tidak
dianjurkan)
c. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan
infus oksitosin
d. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam
Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian
tulang kepala di antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum
Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang
kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.
e. Berdasarkan penelitian Sulilowati D dengan judul “keteraturan senam
hamil terhadap lama persalinan kala 2 pada ibu bersalin”. Didapatkan
hasil terdapat hubungan antara senam hamil dengan lama persalinan
kala II. Hal ini sesuai dengan teori bahwa latihan senam hamil yang
dilakukan secara mempunyai manfaat untuk latihan pernafasan,
latihan penguatan, dan peregangan otot-otot panggul yang
mempercepat proses persalinan
F. Pathways
Ansietas
Tindakan vacum
ekstraksi
Robekan serviks
Perdarahan
uteri
Ketidakseimbangan
Resiko infeksi
cairan dan elektrolit
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses persalinan
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai cara
meneran
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi)
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan
H. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA