You are on page 1of 10

NASKAH PUBLIKASI

BAIQ APIN RIZKI ANJARSARI

STUDI PENGGUNAAN SEFTRIAKSON PADA


PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA
(BPH)
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
ABSTRACT

STUDY OF CEFTRIAXONE IN BENIGN PROSTATIC


HYPERPLASIA PATIENTS
(A study in Sidoarjo Public Hospital)

Baiq Apin Rizki Anjarsari(1) Hidajah Rachmawati(1) Didik Hasmono(2)


(1)
Pharmacy Department, Faculty of Health Sciences, University of Muhammadiyah
Malang
(2)
Faculty of Pharmacy, Airlangga University

Background: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a benign tumor that can


occur in elderly men. BPH is indicated by the increase of the number of epithelial
cells and stromal cells located in the prostate area. Treatments for BPH patients are
divided into three namely watchful waiting, pharmacological therapy, and surgical
therapy. TURP is a surgical therapy for BPH that is categorized into clean-
contaminated surgery it therefore needs antibiotic prophylaxis to prevent surgical
site infection. One of antibiotics recommended for BPH is ceftriaxone which is
third generation cephalosporins.
Objective: The aimed of the study was to know the usage patterns of ceftriaxone in
benign prostatic hyperplasia patients in Hospitalization Installation in Sidoarjo
Public Hospital.
Methods: This study employed observational retrospective method in BPH patients
in Hospitalization Installation in Sidoarjo Public Hospital on the period of 1 June
2016 -31 December 2016.
Result & Conclusion: The usage pattern of single ceftriaxone (1x1g) IV as
antibiotic prophylaxis was in 9 patients (23%) and as therapy antibiotic (2x1g) IV
was in 30 patients (77%). The usage pattern switch of cefazolin (1x1g) IV as
antibiotic prophylaxis to ceftriaxone (2x1g) IV as therapy antibiotic was in 21
patients (70%). The usage pattern of ceftriaxone in benign prostatic hyperplasia
patients in Inpatient Installation in Sidoarjo Public Hospital had been in line with
some studies of literature.
Keywords: Ceftriaxone, Therapy Antibiotic, Benign Prostatic Hyperplasia.

1
2

PENDAHULUAN terjadinya penurunan kekuatan dan


Benign prostatic hyperplasia gangguan aliran pada saat miksi
merupakan penyakit tumor jinak (Kapoor et al., 2012).
yang terjadi pada laki-laki usia Pilihan terapi yang diberikan
lanjut yang ditandai dengan tergantung pada tingkat keparahan
terjadinya peningkatan jumlah sel- dari tanda-tanda dan gejalanya,
sel epitel dan sel-sel stroma yang meliputi terapi pemantauan
berada di daerah prostat (Dipiro et perjalanan penyakit pasien (watchful
al., 2015; Reynard et al., 2013). Di waiting), terapi farmakologi (non
Indonesia, BPH merupakan penyakit invasif), serta tindakan pembedahan
kedua yang sering terjadi setelah (invasif). Terapi pembedahan yang
penyakit saluran kemih (Sampekalo biasanya dilakukan pada pasien BPH
et al., 2015). adalah transurethral resection of the
Etiologi dari BPH hingga saat prostate (TURP). Resiko yang terjadi
ini belum ada kejelasannya, tetapi pada prosedur TURP ini adalah
menurut penelitian yang dilakukan perdarahan, efek samping seksual,
oleh Tawale et al., (2016) infeksi saluran kemih (UTIs),
mengatakan bahwa kemungkinan inkontinensia urin dan infeksi luka
penyebab terjadinya BPH berkaitan operasi (Kapoor., 2012; Kaplan et al.,
erat dengan penuaan dan disertai 1984; Perry et al., 2001).
dengan perubahan hormon. Profilaksis antibiotik
Terjadinya penurunan kadar hormon sefalosporin juga diberikan pada
testosteron karena penuaan bisa pasien yang menjalani TURP dengan
menjadi faktor resiko terjadinya bakteriuria positif (Gardner et al.,
BPH (BPOM., 2012). Bila hormon 2015). Seftriakson merupakan
testosteron dalam tubuh tidak ada antibiotik golongan sefalosporin
atau berkurang, maka hal ini akan generasi ketiga dan sangat banyak
menyebabkan terjadinya perubahan digunakan pada pasien yang telah
hormon testosteron menjadi mengalami infeksi prostatitis
androgen yaitu Dihidrotestosteron bakterial akut (BPOM., 2012).
(DHT) oleh enzim 5-alfa reduktase.
DHT inilah yang kemudian secara METODE PENELITIAN
kronis merangsang kelenjar prostat Penelitian ini dilakukan di
sehingga membesar dan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo
faktor resiko terjadinya BPH periode bulan Juni hingga Desember
(BPOM., 2012; Parsons., 2013). 2016 dengan metode penelitian
Menifestasi klinik dari BPH observasional retrospektif, dengan
yaitu LUTS (Lower Urinary Tract penyajian data secara deskriptif.
Symptoms). LUTS adalah istilah Kriteria inklusi meliputi pasien rawat
umum untuk menjelaskan berbagai inap dengan kasus infeksi pada BPH
gejala berkemih yang dikaitkan yang diberikan antibiotik seftriakson
dengan BPH. LUTS juga bisa pra-operasi maupun pasca operasi.
menyebabkan menurunnya disfungsi Tujuan penelitian ini dimaksudkan
ereksi dan masalah ejakulasi pada untuk Untuk mengetahui pola
pria (Sampekalo et al., 2015). penggunaan seftriakson terkait
Gejala komplek dari LUTS yaitu dengan indikasi, dosis, frekuensi,
terjadinya nokturia, kesulitan pada lama pengobatan dan interval
saat memulai buang air kecil,
3

pemberian yang diberikan pada faktor penyebab BPH berkaitan erat


pasien BPH. dengan proses penuaan dan disertai
dengan perubahan hormon (Tawale
HASIL DAN PEMBAHASAN et al., 2016). Sedangkan, untuk
1. Data Demografi Pasien status pasien saat MRS
Distribusi usia pasien yang menggunakan status JKN (Jaminan
terdiagnosa BPH paling banyak usia Kesehatan Nasional) sebanyak
61-70 tahun sebanyak 17 pasien 100% (30 orang).
(57%). Hal ini menunjukkan bahwa

2. Jenis Operasi pada Pasien Resection of the Prostate). Hal ini


BPH disebabkan karena TURP
Tabel 1 merupakan jenis merupakan operasi alternatif utama
operasi pada pasien BPH. yang tepat dan efektif untuk
Berdasarkan data tersebut mengatasi BPH dengan gejala
didapatkan hasil sebanyak 30 ringan hingga gejala berat yang
pasien (100%) yang menjalani dialami oleh pasien (Mc Vary et al.,
operasi TURP (Transurethral 2010).

Tabel 1 Jenis Operasi pada Pasien BPH

Jenis Operasi Jumlah Pasien Presentase (%)


TURP 30 100
Open Prostatectomy 0 0
HoLEP 0 0
HoLAP 0 0
Jumlah 30 100

3. Pola Penggunaan Seftriakson (100%). Data tersebut menunjukkan


pada Pasien BPH bahwa setiap pasien dapat menerima
Tabel 2 menunjukkan pola lebih dari satu pola terapi. Pasien
penggunaan seftriakson pada pasien BPH menggunakan seftriakson
BPH. Pada penelitian ini diperoleh secara tunggal tanpa dilakukan
pola penggunaan tunggal kombinasi dengan antibiotik
seftriakson, sebanyak 39 pasien lainnya.

Tabel 2 Pola Penggunaan Seftriakson Tunggal pada Pasien BPH

Komposisi Antibiotik Jumlah Presentase (%)


Pasien*
Seftriakson (1x1g) IV 9 23
(Profilaksis)
Seftriakson (2x1g) IV 30 77
(Post. Op)
Jumlah 39 100

Keterangan: *satu pasien dapat menerima lebih dari satu pola terapi
4

4. Pola Penggunaan Seftriakson memerlukan antibiotika profilaksis


Tunggal pada Pasien BPH untuk mencegah terjadinya infeksi
Tabel 3 menunjukkan pola luka operasi (Pratiwi, Retno Ayu.,
penggunaan tunggal seftriakson, 2011). Seftriakson memiliki
sebanyak 9 pasien (23%) spektrum luas dan ampuh terhadap
menggunakan antibiotik seftriakson bakteri gram negatif, serta memiliki
sebagai antibiotik profilaksis waktu paruh yang sangat panjang
sedangkan 30 pasien (77%) jika dibandingkan dengan antibiotik
menggunakannya sebagai antibiotik sefalosporin generasi ketiga lainnya
terapi. Data tersebut menunjukkan (Kaplan et al., 1984; Perry et al.,
bahwa setiap pasien dapat menerima 2001; David., 2003).
lebih dari satu pola terapi. Jenis
operasi pada pasien BPH tergolong
kategori operasi bersih
terkontaminasi sehingga

Tabel Tabel 3 Pola Penggunaan Seftriakson Tunggal pada Pasien BPH

Komposisi Antibiotik Jumlah Presentase (%)


Pasien*
Seftriakson (1x1g) IV 9 23
(Profilaksis)
Seftriakson (2x1g) IV 30 77
(Post. Op)
Jumlah 39 100

Keterangan: *satu pasien dapat menerima lebih dari satu pola terapi

infeksi nosokomial, infeksi luka


5. Pola Penggunaan Switch pada operasi maupun infeksi daerah
Pasien BPH operasi yang disebabkan oleh
Tabel 4 menunjukkan bakteri gram negatif (Kurniawan,
switch antibiotik seftriakson pada Aan., 2012). Diberikan antibiotik
pasien BPH. Data menunjukkan terapi bertujuan untuk mencegah
bahwa Cefazolin (1x1g) IV sebagai terjadinya infeksi saluran kemih
profilaksis di switch ke Seftriakson yang disebabkan oleh pemasangan
(2x1g) IV sebagai antibiotik terapi kateter. Seftriakson memiliki
sebanyak 21 pasien (70%) dan spektrum antibiotik yang luas dan
Seftriakson (1x1g) IV sebagai ampuh terhadap bakteri gram
profilaksis di switch ke Sefriakson negatif yang disebabkan oleh
(2x1g) IV sebagai antibiotik terapi prosedur TURP dan memiliki
sebanyak 9 pasien (30%). Operasi waktu paruh yang sangat panjang
pada pasien BPH masuk kategori yaitu mencapai 8 jam. Pemberian
operasi bersih terkontaminasi seftriakson juga bertujuan untuk
sehingga diberikan antibiotik mencegah infeksi sebelum dan
profilaksis untuk mencegah sesudah dilakukannya operasi
terjadinya infeksi saluran kemih, (Siswandono et al., 2008;
Istiantoro et al., 2012).
5

Tabel 4 Pola Penggunaan Switch pada Pasien BPH

Pola 1 Pola 2 Jumlah Persentase (%)


(Profilaksis) (Post. Op) Pasien
Cefazolin (1X1g) IV Seftriakson 21 70
(2x1g) IV

Seftriakson (1X1g) IV Seftriakson 1g 9 30


(2x1g) IV

Jumlah 30 100

Keterangan: *satu pasien dapat menerima lebih dari satu pola terapi

6. Lama Penggunaan Seftriakson 2016. Lama penggunaan


pada Pasien BPH seftriakson pada pasien BPH
Tabel 5 menunjukkan Lama dengan rentang waktu yang paling
Penggunaan Seftriakson pada banyak 1-4 hari sebanyak 30
Pasien BPH di Instalasi Rawat pasien (100%). Lama penggunaan
Inap RSUD Sidoarjo Periode Juni dari seftriakson yaitu 2-14 hari
2016 sampai dengan Desember (FDA.,2016).

Tabel 5 Lama Penggunaan Seftriakson pada Pasien BPH

Lama Penggunaan Jumlah pasien Presentase (%)


1-4 hari 30 100
5-8 hari 0 0
Jumlah 30 100

7. Terapi Selain Seftriakson pada perdarahan pada pasien BPH


Pasien BPH akibat dilakukan prosedur TURP
Tabel 6 merupakan terapi serta untuk mencegah pasien
selain seftriakson yang diterima ketika miksi mengeluarkan darah.
pasien BPH. Pemberian terapi pasien mendapatkan terapi
analgesik bertujuan untuk antiemetik yaitu metoklopramid
mengurangi rasa nyeri akibat untuk mengatasi rasa mual
dilakukan prosedur TURP serta muntah yang terjadi pada pasien.
untuk mengurangi rasa nyeri Pada pasien BPH terjadi kesulitan
ketika pasien miksi karena pada saat buang air kecil sehingga
dilakukan pemasangan kateter. untuk melancarkan laju aliran
Sedangkan terapi antifibrinolitik urinnya maka pasien diberikan
yang diberikan yaitu Asam terapi α-Bloker yaitu Tamsulosin
traneksamat. Antifibrinolitik ini HCI.
bertujuan untuk mencegah
6

Tabel 6 Terapi Selain Seftriakson pada Pasien BPH


Golongan Terapi Jenis Obat Jumlah Pasien* Presentase (%)
Analgesik Metamizol Na (3x1g) IV 30 42
Asam Traneksamat (3x500mg)
Antifibrinolitik 30 42
IV
Anti Emetik Metoklopramid (3x1g) IV 1 2
Terapi BPH Tamsulosin (1x0,4mg) PO 9 14
Total 70 100

Keterangan: *satu pasien dapat menerima lebih dari satu terapi selain seftriakson

8. Diagnosis Penyerta pada Pasien BPH

Tabel 7 menunjukkan diagnosis keadaan normal air kemih tidak


penyerta pada pasien BPH. mengandung bakteri, virus maupun
Diagnosis penyerta dengan persentase mikroorganisme lain. ISK pada BPH
tertinggi yaitu ISK sebanyak 10 umumnya berasal dari infeksi
pasien (67%), (infeksi saluran kemih). nosokomial akibat pasien mengalami
Infeksi saluran kemih merupakan rawat inap di rumah sakit. ISK dapat
penyakit yang sangat erat kaitannya terjadi akibat pemasangan kateter
dengan penyakit BPH. Infeksi ini yang tidak aseptik dan kualitas kateter
terjadi akibat adanya mikroorganisme yang kurang baik pada pasien
di dalam saluran kemih, yang dalam (Kasmad et al., 2007).

Tabel 7 Diagnosis Penyerta pada Pasien BPH

Jenis Penyakit Jumlah pasien* Presentase (%)


ISK 10 67
Batu Buli-Buli 3 20
Retensi Urin 2 13
Jumlah 15 100
*Terdapat pasien yang tidak memiliki diagnosa penyerta

9. Lama MRS pada Pasien BPH


Distribusi lama perawatan pada tahun 2016 Tabel 8 . Terlihat
pasien BPH di instalasi Rawat Inap bahwa presentasi lama perawatan saat
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo MRS terbanyak pada rentang 5-8 hari
periode bulan Juni hingga Desember 90%.

Tabel 8 Lama MRS pada Pasien BPH


Lama MRS Jumlah Presentase (%)
1-4 Hari 2 7
5-8 Hari 27 90
9-12 Hari 1 3
Jumlah 30 100
7

10. Kondisi KRS pada Pasien BPH DAFTAR PUSTAKA


Tabel 9 Kondisi pasien pada
saat KRS dengan status mulai sembuh
dan diijinkan pulang sebanyak 30 BPOM, 2012. Alternatif Herbal
pasien (100%). Untuk Kesehatan Prostat.
InfoPOM, Vol. 13
Tabel 9 Kondisi KRS pada Pasien BPH No.5.September-
Kondisi Jumlah Persentase(%) Oktober2012.http://perpustaka
KRS an.pom.go.id/Koleksi
Sembuh 0 0 Lainnya/Buletin%20Info
Mulai 30 100
sembuh
%20POM/0512.pdf. Diakses
Belum 0 0 tanggal 5 Desember 2016.
sembuh
Meninggal 0 0
Total 30 100 David, S.T., 2003. Ceftriaxone
Sodium. In: A to Z Drug
KESIMPULAN Facts.
Berdasarkan hasil penelitian yang
berjudul Studi Penggunaan DiPiro, T.J., Talber, R.L., Yee, G.C.,
Seftriakson Pada Pasien Benign Matzke, G.R., Wells, B.G.,
Prostatic Hyperplasia (BPH) yang Posey, L.M., 2015. Benign
dilakukan di Instalasi Rawat Inap Prostatic Hyperplasia.
RSUD Sidoarjo Periode 1 Juni 2016 Pharmacotherapy: A
sampai dengan 31 Desember 2016 Pathophysiologic Approach
diperoleh beberapa kesimpulan Ed. 9th, New York: McGraw-
sebagai berikut : Hill Co.
a. Pola penggunaan Seftriakson
tunggal sebagai profilaksis FDA., 2016. FDA prescribing
sebanyak 9 pasien (23%) information, side effect and
dengan dosis (1x1g) IV dan uses ceftriaxone.
sebagai antibiotik terapi
sebanyak 30 pasien (77%) Gardner, P., Brusch, J.L., Hage, J.E.,
dengan dosis (2x1g) IV. Nichols, R.L., Fischer, S.A.,
b. Pola penggunaan switch pada Gran, A., Raza, M., Cunha,
21 pasien BPH (70%) yaitu B.A., Mileno, M.D., 2015.
Cefazolin (1x1g) IV sebagai Prophylaxis and
profilaksis ke Seftriakson Immunizations. In: B.A.
(2x1g) IV sebagai antibiotik Cunha, (Eds.). Antibiotic
terapi. Essentials Ed. 14th, New
c. Pola penggunaan antibiotik Delhi: Jaypee Brothers
seftriakson terkait indikasi, Medical Publishers, pp. 353-
dosis, rute, dan frekuensi 85.
pemberian yang diberikan
pada pasien BPH di Instalasi Istiantoro, Y.H., dan Gan, V.H.S.,
rawat inap RSUD Sidoarjo 2012. Penisilin, sefalosorin
sudah sesuai menurut dan antibiotik betalaktam
beberapa studi literatur. lainnya. Dalam: Gunawan,
S.G., setiabudy, R., Nafrialdi.,
dan Elysabeth. Farmakologi
8

dan Terapi. Edisi kelima, Bladder Dysfunct Rep.


Jakarta: badan penerbit FKUI, 2010;5:212–18.
halaman 678-687.
Perry TR, Jerome JS. Clinical use of
Kapoor, A., 2012. Benign Prostatic ceftriaxone a
Hyperplasia (BPH) pharmacokinetic-
Management In The Primary pharmacodynamic perspective
Care Setting. The Canadian on the impact of minimum
Journal of Urology., Vol. 19 inhibitory concentration and
No. 1, pp.2027-2040. serum protein binding.
Clinical Pharmacokinetics
2001;40(9):685-94
Kasmad. 2007. Hubungan Antara
Kualitas Perawatan Kateter Pratiwi, Retno Ayu. 2011. Pengaruh
Dengan Kejadian Infeksi pemberian antibiotik
Nosokomial Saluran Kemih. profilaksis terhadap
Semarang. Program Studi kejadian infeksi luka operasi
Ilmu Keperawatan Universitas bersih pasien bedah di RSU
Diponegoro. 1(1): 2 PKU Muhammadiyah
Bantul. Yogyakarta
Kaplan SA, Patel IH.
Pharmacokinetic profile of Reynard J., Brewster S., and Biers S.,
ceftriaxone in man. The 2013. Infections and
American Journal of Medicine inflammatory conditions. In:
1984;77(4C):17-25. Oxford Handbook of
th
Urology, 3 edision. England:
Kurniawan, Aan. 2012. Penggunaan Oxford University: 2013. p.
antibiotik profilaksis pada 176.
pembedahan. Jakarta Barat:
Praktik Kerja Profesi Sampekalo G., Monoarfa R.A., Salem
Apoteker. B., 2015. Angka kejadian
LUTS yang disebabkan oleh
McVary KT, Roehrborn CG, Avins BPH di RSUP
AL, Barry MJ, Bruskewitz PROF.DR.R.D.KANDOU
RC, Donnell RF, et al., 2011. MANADO periode 2009-
Update on AUA Guideline on 2013. Jurnal e-clinic.
The Management Of Benign 2015;568.
Prostatic Hyperplasia. J Urol. Siswandono., dan sokardjo, B., 2008.
2011 May; 185(5) : 1793-803. Kimia Medisinal. Edisi
doi: 10. 1016/j. juro. 2011. kedua, Surabaya: Universitas
01.074. Epub 2011 Mar 21. Airlangga Press.

Parsons, J.K, 2010. Benign Prostatic Tawale , Michael B. ., Lydia


Hyperplasia and Male Tendean., Lusiana Setiawati,
Lower Urinary Tract 2016. Gambaran disfungsi
Symptoms: Epidemiology ereksi pada pasien dengan
and Risk Factors. Curr Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH) di Klinik Advent
9

Tikala Manado. Jurnal e-


Biomedik (eBm), Volume 4,
Nomor 2.

You might also like