You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Geologi merupakan ilmu mengkaji tentang masalah kebumian,terutama yang berkaitan


dengan gaya dan proses dari bumi yang berpengaruh terhadap kerak bumi.Geologi juga
dapat didefinisikan sebagai limu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai materi
penyusunnya,proses yang terjadi pdanya,hasil proses tersebut,sejarah planet itu dan
bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk.

Seperti halnya ilmu-ilmu lainya,geologi ini memiliki konsep dan metodologi yang
komprehensifsebagai sebuah disiplin ilmu.Oleh karena itu,pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang keilmuan mahasiswa sangat diperlukan untuk memperoleh relevansi diantara
ilmu-ilmu lain.

BAB II

DASAR TEORI

A. Pengenalan Alat

Dalam bidang pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul data penelitian
dan bahan yang ingin diamati. Perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah
mengalami perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah mengalami
perkembangan yang cepat dan hampir tidak ada seperti kristal batuan,sempel batuan,tiruan
fosil maka perlu jga alat yang berguna untuk meneliti.

Ala-alat geologi sebagai alat ukur fenomena geologi dan media pembelajaran dan
menjunjung kemampuan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang konsep geologi.

Alat-alat:

1. Peta geologi :

Bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/ kawasan dengan
tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan
informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan
potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan
warna, simbol dan corak atau gabungan Ketiganya.(Keputusan Menteri Energi Dan Sumber
Daya Mineral, Nomor 1452 K/10/MEM/2000. 2000)
2. Sampel batuan :

Sampel batuan digunakan untuk mengetahui jenis batuan di bumi

3. Soil Teskid :

Soil Teskid digunakan untuk mengetahui kandungan-kandungan organik, kapur pada tanah,
serta tingkat drainase tanah di suatu tempat.

4. Kompas Geologi

Gambar 1. Kompas Geologi

Alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat, serta mengukur
kemiringan lereng. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu
dalam bidang navigasi. Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe
Kompas Brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut sebagai
clinometer, fungsi kompas tersebut dilengkap antara lain dengan :

• Compass needle (Jarum Magnet)

• Graduate Circle (Lingkaran pembagian derajat)

• Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sighting windows)
dan axial line, Folding sight,
• Sighting arm, Peep sight,

• Clinometer

• Bull’s eyes dan clinometer level.

Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah
utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.

5. Hand level :

Alat ini digunakan untuk menentukan besar kemiringan suatu lereng dan ketinggian suatu
objek yang dinyatakan dalam skala derajat maupun persen.

6. Palu geologi :
Alat ini digunakan untuk menentukan kekerasan dan tingkat kelapukan batuan.Palu geologi
terbagi menjadi dua jenis yaitu palu “ pick point “ dan palu “ chisel point “ (batuan sedimen)
cocok digunakan untuk batuan yang sudah di tentukan sesuai dengan peruntukannya.

a. Palu “ pick point “

Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang runcing. Fungsinya
digunakan untuk tipe batuan yang keras atau padat (massif) misalnya pada batuan beku dan
batuan metamorf.

b. Palu “ chisel point “ (batuan sedimen)

Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih.

Fungsinya di gunakan untuk mengait perlapisan pada batuan untuk mengait perlapisan pada
batuan. Palu tipe ini biasanya di gunakan untuk tipe yang lunak misalnya pada batuan
sedimen.

7. Pnetrometer :

Alat ini digunakan untuk mengukur daya dukung tanah, biasanya digunakan dalam
menentukan lahan yang akan dibangun gedung-gedung besar. Alat ini terdiri dari dua jenis
yaitu dinamik penetrometer dan static penetrometer. Penetrometer (Dynamic Cone
Penetrometer) pertama kali ditemukan dan telah dikembangkan oleh almarhumProf.George
F.Penabur pada tahun 1959,alat ini menggunakan bahan bahan yang terbuat dari baja yang
kira kira beratnya sebesar 6,8 kg panjangnya sebesar 153 cm, Dan memiliki kemampuan
untuk melakukan penetrasi kedalam tanah kira kira sebesar 3,8 cm dan memiliki diameter
dari kerucutnya sebesar 450.Selain tu ada juga jenis Penetrometer (Static Cone
Penetrometer), Alat ini pertama kali ditemukan di Belanda, alat ini memiliki diameter
kerucutnya sebesar 600 dan untuk mengukur lahan dengan luas 1,5 cm2 dan dari masa ke
masa peralatan ini semakin berkembang dan semakin canggih. Alat ini dapat dibagi menjadi
tiga kelompok utama, Yaitu

- Penetrometer kerucut mekanis

- Penetrometer kerucut elektris

- Piezocone Penetrometer

Alat ini mempunyai kekuatan/gaya dorong dari 20 sampai 200 Kn. Suatu penetrometer
terdiri dari suatu kerucut baja tahan karat lingkar dengan besar sudut sebesar 30 derajat,
Suatu poros penggerak dan suatu alat pengukur tekanan. Penetrometer pada umumnya
terdiri dari dua jenis ukuran kerucut, satu dengan suatu garis tengah dasar 0.798 ( 3/4) inci
untuk lahan yang lembut dan satu lagi dengan suatu garis tengah dasar 0.505 ( 1/2) inci
untuk lahan yang sulit/keras. Ujung/Persenan ukurannya lebih luas dibanding poros
penggerak untuk membatasi friksi batang dengan lahan Poros penggerak pada umumnya
lulus tiap-tiap 3 inci untuk mengijinkan penentuan kedalaman compaction. Alat pengukur
tekanan menandakan adanya tekanan di dalam tanah yang memiliki satuan inci.

8. Timbangan analisis : Untuk mengukur berat tanah dan batuan dan untuk menimbang
bermacam-macam bahan dengan ketelitian sampai beberapa angka dibelakang koma
(minimal 0,1)

9. Tiruan fosil :

Fungsinya untuk mengenal berbaga macam fosil yang ada dibumi. Bagian-bagiannya adalah
fosil hewan, fosil tumbuhan, dan fosil manusia.

10. Kristal batuan :


Kristal Batuan di gunakan untuk untuk mengetahui batuan Kristal yang ada dibumi.

B. Menganalisis Video Geologi

Dalam bumi terdiri atas perlapisan-perlapisan,yang setiap lapisan memiliki sifat


karakteristiktersendiri,khisusnya untuk perlapisan palingdalam memiliki sifat latin
magmatis(cair,gas,dan pijar) yang disebut magma.Magma didalam bumi selalu
dinamis(bergolak) sehingga dapat menyebabkan dinamika perlapisan bagian atas yang
bersifat”soil rigid” menjadi retak membentuk lempeng-lempeng, pergerakan lapisan bumi
ini dapat menyebabkan proses-proses Geologi seperti:lipatan,patahan,retakan ,dll. Yang
pada hakekatnya disebut Diastropisme,proses-proses geologi ini secara global dapat
digolongkan sebagai:proses volkanime ,tektonime ,dan seisme.

Di dalam kerak bumi secara terpisah dalam kantong-kantong tertentu terdapat magma.
Magama dalam arti luas adalah lelehan batuan yang pijar dalam wujub yang mengandung
gas, terdapat secara alamiah di dalam bumi.

Oleh proses alamiah (proses fisikokimia) magma sebagian ada yang menyususp antara
perlapisanbatuan di dalam kerak bumi (intrusi magma), dan sebagian lagi dapat menerobos
keprmukaan bumi melalui rekehan atau sesar perlapisan batuan (disebut : ekstrusi magma).

Erupsi volkan (gunung api) adalah suatu kegiatan penerobosan magma ke permukaan bumi.
Bila di sertai tekanan gas yang kuat, terjadilah suatu letusan atau ledakan yang dinamakan
dengan erupsi eksplosif

C. Diagram Blok
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam bukunya The
Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-
benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga
melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang
bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun,
tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi
tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-
gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur
Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut.
Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya

Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng


bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif
adalah contoh batas divergen

Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng


bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu
lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua
lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan
terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan
aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai
sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui
sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer
samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat
pergerakan lempengan.

D. Mengidentifikasi Batuan Beku

Batuan yang terbentuk akibat adanya pembekuan magma didalam bumi atau pembekuan
lava di atas permukaan bumi.
Magma adalah larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, Bersifat mobile, bersuhu
tinggi (900-1200ºC) dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bagian atas.

Penyebaran batuan beku di permukaan bumi mencapai 60 % dari total batuan penyusun
muka bumi.

Struktur batuan beku sebagian hanya dapat dilihat di lapangan saja seperti struktur pillow
lava dan columnar joint, dan hanya sedikit yang dapat diamati pada hand speciement
sample.

Struktur batuan beku:

a. Masif yaitu jika tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yangtertanam
dalam tubuhnya.

b. Vesicular yaitu suatu struktur batuan yang ditandai adanya lubang- lubang dengan
arah teratur. Lubang-lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas dari dalam batuan
akibat adanya proses pembekuan.

c. Scoria yaitu struktur seperti vesicular tapi arah lubangnya tidak teratur.

d. Pillow lava yaitu struktur yang dinyatakan pada batuan ekstruksi

Tertentu ukurannya antara 10 cm – 6 m dan jaraknya berdekatan.

e. Joint yaitu struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tegak lurus arah

aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar joint

f. Amigdaloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang tempat keluarnya

gas terisi oleh mineral-mineral sekunder (zeolit, karbonat, silika).

g. Xenolith yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan

yang masuk/tertanam didalam batuan beku akibat peleburan tidak sempurna

suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.

h. Autobreccia yaitu struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen

dari lava itu sendiri.

Tekstur Batuan Beku

Tekstur batuan beku : merupakan sebagai hubungan antara massa mineral dengan massa
gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.

A. Derajat Kristalisasi

Merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dengan massa gelas dalam batuan.
1. Holokristalin : batuan seluruhnya terdiri atas massa kristal.

2. Hipokristalin : batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas.

3. Holohyalin : batuan tersusun oleh massa gelas seluruhnya.

Contoh : Obsidian = volcanic glass

B. Granularitas

Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus dan tidak dapat
dikenal meskipun dengan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.

· Afanitic : ukuran butir halus (< 1 mm); menunjukkan pembekuan yang cepat

· Fanerik : ukuran butir kasar (1->30 mm); menunjukkan pembekuan yang lambat.

· Porphyritic : campuran ukuran butir yang bermacam-macam. Menunjukkan proses


pembekuan yang bercampur. Umumnya pembekuan berjalan lambat baru kemudian
pembekuan berjalan cepat.

C. Bentuk Kristal

1. Euhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal sempurna.

2. Subhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna.

3. Anhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal tidak sempurna.

D. Hubungan antar kristal

1. Equigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran samabesar.

2. Inequigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar

Komposisi Mineral

Dalam magma terdapat bahan-bahan yang larut yang bersifat volatile (gas) dan nonvolatile.

Bahan-bahan non volatile, terutama yang berupa oksida-oksida dalam kombinasi tertentu
merupakan bahan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat berlangsungnya penurunan suhu magma, terjadi proses pengabluran


(pembentukan mineral-mineral).

Berdasarkan warnanya, mineral penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi dua :

1. Mineral Felsik

Mineral-mineral berwarna terang, terutama dari mineral kuarsa, feldspar


(ex : orthoklas, plagioklas,albit) feldspatoid dan muskovit.

2. Mineral Mafik

Mineral-mineral berwarna gelap, terutama biotit, amphibol, piroksen dan

olivine.

3. Mineral Sekunder

Mineral yg terbentuk pd kristalisasi magma, umumnya jumlahnya sedikit. Dalam jumlah


banyak dapat bernilai ekonomis tetapi tidak mempengaruhi penamaan batuan
spt hematit, kromit, muscovit, zeolit.

Oleh Bowen disusun seri penghabluran mineral-mineral silikat yang dikenal denganBowen’s
Reaction Series.

Ø Deret sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik yang bersifat discontinuous series
(mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tidak akan terbentuk lagi pada deret
selanjutnya).

Ø Deret sebelah kanan adalah mineral felsik (kelompok plagioklas) yang bersifat continuous
series (mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tetap dapat terbentuk lagi pada deret
selanjutnya).

Ø Kedua deret bertemu pada kelompok mineral stabil yang tidak mudah terubah menjadi
mineral lain (Orthoklas – Quartz)

Klasifikasi Batuan

Pengklasifikasian batuan beku dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara yang
paling umum adalah berdasarkan lokasi pembentukkannya dan berdasarkan komposisi
mineralnya.

A. Berdasarkan tempat pembekuan :

a. Batuan Beku Dalam (Abysis/Plutonis)

Tempat pemekuan jauh di dalam kulit bumi. Berstruktur holokristakin/granites, semua


bagian dari batuan terdiri dari
kristal-kristal (besar-besar dan kasar).

Contoh : Granit, Diorit, Gabro, Syenit dll.

b. Batuan Beku Gang

Tempat pembekuan pada sela-sela lapisan batuan / pada corong diatrema.

Berstruktur porfiris-fenokrist pengkristalan sempurna, ada sebagian yang Besar dan


kasar adapula yang halus.

Contoh : Porfir granit, porfirit, porfir syenit, porfir gabro.

c. Batuan Beku Luar

Tempat pembekuan di permukaan bumi (lava). Berstruktur amorf : kristal terberbentuk,


sangat halus.

Contoh : Rhyolit, Andesit, Trachit, Basalt, Obsidian, dll

E. Mengidentifikasi Batuan Sedimen

Batuan yang terbentuk akibat lithifikasi dari hancuran batuan induk. Lithifikasi batuan
meliputi proses kompaksi autigenik dan diagenesa (proses terubahnya material-material
lepas menjadi batuan yang kompak).

Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar luas dengan ketebalan dari beberapa
cm sampai beberapa km. Secara lateral penyebaran batuan sedimen mencapai 70 % dari
batuan yang ada dipermukaan akan tetapi batuan sedimen hanya merupakan 5 % dari
batuan yang ada di bumi.

Secara umum batuan sedimen terbagi atas dua kelompok besar yaitu :

1. Batuan Sedimen Silisiklastik

Ø Batuan sedimen silisiklastik merupakan batuan ekstrabasinal yang pembentukannya


melibatkan proses epigen dari batuan sumber atau pre-existing rock.

Ø Batuan silisiklastik berdasarkan besar butirnya dikelompokkan menjadi kelompok


mudrock, batupasir dan konglomerat atau breksi.

Ø Fragmen rombakan bisa jadi terdiri dari fragmen batuan tetapi pada umumnya tersusun
atas mineral kuarsa yang merupakan mineral paling stabil dan felspar sedangkan butiran
yang berukuran halus akan menjadi batulanau, batulempung maupun sebagai matrik dalam
batuapasir, breksi dan konglomerat.
Ø Butir-butiran klastik pada batuan ini terbentuk setelah mengalami proses-proses
pelapukan mekanik atau kimiawi maupun keduanya, proses transportasi serta
pengendapan.

Ø Transportasi sedimen dapat terjadi oleh adanya air, angin, es, arus pasang-surut dan arus
turbidit.

Ø Kenampakan umum yang sangat penting dalam batuan silisiklastik adalah struktur
sedimen dan tekstur terutama yang terbentuk selama proses pengendapan, post
depositional atau saat diagenesis.

2. Batuan karbonat

Ø Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (>50
%) terdiri dari garam-garam karbonat yang secara umum meliputi batugamping dan
dolomit.

Ø Batuan karbonat merupakan batuan intrabasinal yang pembentukannya tidak


mengalami erosi dan transportasi tetapi butiran-butiran karbonat mencerminkan
produktivitas organik.

Ø Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu yang berasal dari larutan yang
mengalami proses kimiawi maupun biokimia pada proses tersebut organisme turut
berperan, dapat pula terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi
secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain dan pembentukannya dapat
pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain seperti dalam proses
dolomitisasi dimana kalsit berubah menjadi dolomit.

Sedangkan berdasarkan proses pembentukkannya batuan sediment terbagi atas:

1. Sedimen Klastik

2. Sedimen non klastik : a. Sedimen kimiawi

b. Sedimen biologic

Sedimen klastik

Mengalami transportasi dengan media fluida (air, angin, gletser) sehingga pengendapannya
tidak pada tempat terdapatnya batuan induk.

Contoh : Batupasir, konglomerat


Sedimen non klastik

Umumnya insitu atau tidak mengalami transportasi sehingga pengendapannya relative


dekat dengan batuan induk.

a. Sedimen organik

Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktivitas organisme, terdapat sebagai sisa organisme
yang biasanya tetap tinggal di tempatnya.

Contoh : Batugamping terumbu, batubara

b. Sedimen kimia

Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses penguapan, terutama di daerah aride.

Batuan ini umumnya hanya tersusun atas satu komposisi mineral dengan kilap yang
umumnya non-metalik.

Contoh : Gipsum

KOMPOSISI

Komposisi batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Fragmen → Butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat
berupa butiran mineral, batuan atau fosil.

2. Matrik → Bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari
fragmen. Biasanya berkomposisi sama dengan fragmen.

3. Semen → Bahan pengikat antara fragmen dengan matrik.

Dalam sediment klastik dikenal 3 macam semen yaitu :

1. Karbonat : Kalsit, dolomite

2. Silikat : Kalsedon, Kuarsa

3. Oksida Besi : Hematit, limoni


Silisiklastik

Ø Komposisi batuan silisiklastik terdiri atas fragmen, matrik dan semen.

Ø Batuan sedimen klastik tersusun oleh butiran-butiran hasil rombakan atau detrital grains
sebagai pembentuk kerangka utama batuan sedimen.

Ø Matriks yang terdiri dari butiran halus menempati ruang antar butiran, sedangkan
mineral autogenic dan semen terbentuk pada saat diagenesa.

Ø Komposisi mineral yang dominan pada batuan silisiklastik adalah mineral-mineral stabil
yang tahan terhadap proses pelapukan dan transportasi.

Ø Mineral yang sering dijumpai pada batuan sedimen silisiklastik diantaranya


adalah kuarsa sebagai mineral paling stabil, feldspar yang berasal dari batuan induk yang
sama dengan kwarsa, mika dan mineral lempung.

Ø Butiran-butiran tersebut selanjutnya akan diikat oleh semen yang dapat berupa semen
silika, semen karbonat dan oksida besi.

Karbonat

Ø Pada dasarnya komposisi batuan karbonat sangat bervariasi tetapi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi non skeletal grains, skeletal components, micrite dan cement.

Ø Butiran tersebut merupakan butiran karbonat dan bagian dari sisa organisme yang dibagi
berdasarkan bentuk butir dan ukuran butirnya.

Ø Karena lingkungan pembentukan batuan karbonat yang sangat khas maka detritus asal
darat sangat sedikit bahkan tidak ada dalam batuan karbonat.

TEKSTUR

Menurut Pettijohn (1975) tekstur adalah “suatu kenampakan yang berhubungan dengan
ukuran dan bentuk butir serta susunannya”. Secara umum tekstur batuan sedimen
mencerminkan proses-proses yang terjadi pada saat pengendapan.

Tekstur batuan sedimen Klastik

1. Ukuran butir

Ukuran butir pada batuan sediment klastik menggunakan skala wenthworth sebagai
parameternya.
Tabel 1. Skala wenthworth

Wentworth Size Scale

Boulder >256 mm Conglomerate

Cobble 64-256 mm

Pebble 2-64 mm

Sand 1/16-2 mm Sandstone

Silt 1/256-1/16 mm Siltstone

Clay <1/256 mm Shale

1. Derajat pemilahan (sortasi)

Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimentt.

a. Pemilahan baik (well sorted)

b. Pemilahan sedang (moderately sorted)

c. Pemilahan buruk (poorly sorted)

2. Derajat Pembundaran (Roundness)

a. Menyudut (angular)

b. Menyudut tanggung (sub-angular)

c. Membulat tanggung (sub rounded)

d. Membulat (rounded)

e. Membulat baik (well rounded)

3. Kemas
Menunjukkan hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam batuan sediment.

a. Kemas terbuka : kerapatan antar butiran kecil/renggang

b. Kemas tertutup : kerapatan antar butiran besar/rapat

Ø Pada batuan silisiklastik butirannya akan dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu mulai
dari ukuran yang paling halus hingga paling kasar.

Ø Pada umumnya pembagian ukuran butir pada sedimen klastik menggunakan skala
Wentworth yang selanjutnya akan menjadi dasar penamaan batuan sedimen silisiklastik
seperti : batupasir, batulempung, batulanau dan sebagainya.

Ø Ukuran butir pada batuan silisiklastik akan berhubungan langsung dengan porositas dan
permebilitas batuan karena butiran-butiran tersebut yang membentuk rongga-rongga pori.

Ø klasifikasinya menggunakan parameter tekstur seperti ukuran butir, bentuk butir, sortasi
dan kemas.

Ø Tekstur terutama ukuran butir dalam batuan sedimen silisiklastik akan menunjukkan
tingkat kedewasaan dari sedimen tersebut dan menggambarkan dinamika transportasi
sedimen.

Nonklastik

A. Sedimen Organik

Ø Pada batuan karbonat klasifikasi yang digunakan berhubungan dengan matrik dan
partikel yang menyusun batuan yang dikenal dengan istilah Allochem, mikrit dan sparit.

Ø Bentuk butir dalam batuan karbonat akan sangat khas jika merupakan unsur dari
organisme seperti cangkang dan fragmen kerangka.

Ø Bentuk butir dalam batuan karbonat akan menunjukkan energi dalam lingkungan
pengendapannya.

Ø Pada batuan karbonat partikel-partikel karbonat dibagi menjadi dua yaitu butiran (>0,02
mm) dan lime mud (<0,02 mm).

Ø Karena sifatnya yang mudah larut ukuran butir pada batuan karbonat tidak berhubungan
langsung dengan besarnya porositas dan permeabilitas batuan.

Ø Pada batuan karbonat tekstur akan menunjukkan unsur-unsur organik sebagai


komponen karbonat yang terdeposisi.
Ø Unsur-unsur organik yang menyusun batuan karbonat dapat terdiri dari komponen
organisme dengan ukuran kecil hingga besar yang dapat pula menjadi indikasi kedewasaan
suatu batuan karbonat.

B. Sedimen Kimiawi

Pemerian sediment kimiawi meliputi :

a. Warna batuan

b. Komposisi

c. Kilap

d. Ukuran butir

e. Mineral

Teksturnya :

a. Kristalin

b. Amorf

c. Gelas

d. Fibrous

STRUKTUR

Struktur batuan sedimen (struktur primer) umumnya tidak banyak yang dapat diamati di
laboratorium karena umumnya mempunyai skala yang cukup besar.

Struktur batuan sediment diantaranya :

1. Struktur perlapisan

Merupakan struktur utama batuan sedimen klastik yang menunjukkan adanya bidang-
bidang perlapisan sebagai hasil proses pengendapan.

Faktor-faktor yang menyebabkan adanya struktur perlapisan :

a. Perbedaan warna
b. Perbedaan ukuran butir

c. Perubahan struktur sediment

d. Perbedaan komposisi mineral

e. Perbedaan kekompakan

f. Perubahan macam batuan

Dalam klasifikasinya batuan sedimen mengacu pada proses pembentukannya, apakah


termasuk dalam sediment klastik ataupun sedimen non klastik.

Klasifikasi batuan sediment klastik umumnya lebih sederhana karena penamaannya dapat
didasarkan pada ukuran butirnya.

Sedangkan untuk batuan non klastik masih harus dilihat komposisinya secara menyeluruh.

F. Mengidentifikasikan Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ( beku maupun sedimen) yang telah mengalami perubahan
sifat dan kondisi aslnya. Sifat utama batuan ini adalah karena proses rekristalisasi
dikedalaman kerak bumi 3-20 km yang keseluruhan atau sebagian besar

terjadi dalam keadaan padat (tanpa melalui fase cair),sehingga terbentuk struktur
minerologi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru ( tekanan dan tenperatur).

Proses metamorfisme Batuan mengalami penambahan tekanan (P) atau


temperature (T) atau kenaikan P dan T secara bersamaaan sehingga mengalami perubahan
susunan mineraloginya (susunan kimianya tetap) yang berlangsung dari fase padat ke fase
padat tanpa mengalami fase cair.

Tipe-tipe metamorfisme :

1. Thermal/kontak => T mengalami kenaikan

2. Dinamo/dislokasi/kataklastik => P mengalami kenaikan

3. Regional => P & T naik secara bersamaan


Klasifikasi dan Penamaan jenis batuan metamorf

Secara umum batuan metamorf dibagi dalam dua kelompok yang didasarkan atas
strukturnya, yaitu:

1. Foliasi/Banded Mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya


penjajaran mineral

2. Non-Foliasi Tidak mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya


penjajaran mineral

Tabel 1. Kondisi foliasi dan non foliasi pada batuan metamorf

FOLIASI NON FOLIASI

Komposisi mineralnya bermacam- Komposisi mineralnya sederhana, hanya terdiri dari


macam,/kompleks beberapa mineral seperti calcite atau kuarsa.

Banyak mineral baru yang terbentuk akibat mineral baru yang terbentuk akibat perubahan T
perubahan T dan/atau P. dan/atau P.

Teksturnya berlapis, foliasi, liniasi, banded. Teksturnya granular dan equi- dimensional.

Mineral mempunyai orientasi yang relatif Mineral tidak mempunyai orientasi.


sama.

Banyak batuan dengan komposisi yang Batuan dalam jumlah terbatas dengan mineral
beragam sederhana.

Contohnya:
kuarsa-Quartzite
batugamping-Marble
lanau - Hornfels

Tekstur pada batuan metamorf diantaranya :

a. Kristaloblastik

Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan
asalnya tidak tampak lagi).

1. Lepidoblastik
Tekstur yang didominasi mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar
(biotit, muskovit).

2. Nematoblastik

Mineral-mineral berbentuk jarum yang memperlihatkan orientasi sejajar


(amphibol,piroksen)

3. Granoblastik

Mineral berbentuk butiran dengan sisi kristal yang bergerigi (kuarsa, kalsit)

4. Porfiroblastik

Suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.

5. Idioblastik

Bentuk mineral-mineral penyusunnya euhedral.

6. Xenoblastik

Bentuk mineral-mineral penyusunnya anhedral.

b. Palimpsest (tekstur sisa)

1. Blastoporfiritik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik

2. Blastoopitik

Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur opitik.

Struktur

a. Foliasi : mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat


adanya penjajaran mineral

1. Slatycleavage

Struktur batuan sabak (slate), seperti schistose tetapi tidak ada perlapisan akibat
pemisahan dari macam-macam mineral (segregation bending).

Contoh: Slate ---> batulempung yang mengalami metamorfosa derajat rendah.

2. Philithic
Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah adasegregation
bending tapi tidak sebagusbatuan berstruktur schistose (foliasi diperlihatkan oleh kepingan
halus mika). Contoh : Philit

3. Schistose

Foliasi nampak secara jelas pada kepingan-kepingan mika, membentuk belahan yang tidak
putus-putus. Contoh : Schist

4. Gneissic

Foliasi oleh mineral-mineral granular dan memperlihatkan belahan-belahan yang tidak rata.
Contoh : gneiss

b. Non Foliasi : tidak nampak adanya penjajaran mineral

1. Hornfelsik

Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butirannnya tidak
menunjukkan adanya pengarahan.

2. Kataklastik

Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.

3. Milonitik

Sama dengan kataklastik tetapi butirannnya lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti
schistose.

G. Mengukur Kekerasan Batuan dan Massa Jenis Batuan

Identifikasi Mineral

Identifikasi mineral dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik mineral, diantaranya :

I. Kekerasan (hardness)

Merupakan sifat ketahanan mineral terhadap goresan. Parameter yang biasa digunakan
adalah Skala Mohs. Untuk standar kekerasan biasa digunakan 10 pembagian skala dimana
skala 1 adalah mineral paling lunak dan skala 10 adalah mineral paling keras.

a.Batuan beku umumnya memiliki sifat dan kekerasan dan massa jenis yang berbeda.

b.Batuan sedimen umumnya memiliki kekerasan batuan yang rendah/kecil dan massa jenis
yang bervariasi.
c.Batuan metamorf umumnya memiliki sifat kekerasan dan massa jenis yang lebih tinggi
dari sifat batuan asalnya.

Untuk menentukan tingkat kekerasn batuan dengan memakai acuan


”MohsScale”(skalamosh) yang dibagiatas10 tingkat:

Tabel 2. Skala Mohs

Nama Mineral Rumus Kimia Kekerasan Keterangan

Talk Mg3Si4O10(OH)2 1 Ditekan jari

Gypsum CaSO42H2O 2 Digores kuku

Kalsit CaCO3 3 Menggores kuku

Flourit CaF2 4 Perunggu

Apatit Ca5(FCl)(PO4)3 5 Pisau baja

Ortoklas/Felspar KAlSi3O8 6 Kikir

Kuarsa SiO2 7 Baja

Topaz (Al2F)2SiO4 8 Baja dapat digores

Corundum Al2O3 9 Baja dapat igores

Diamond C 10 Semua benda dapat digores

Catatan : 1 – 2 dapat digores dengan kuku

3 – 5 dapat digores dengan paku

6 – 9 dapat digores dengan kaca

10 dapat menggores semua benda

II. Berat jenis

Cara pengukuran berat jenis mineral ada bermacam-macam, diantaranya dengan


menimbang mineral tersebut dan memperbandingkannya dengan volume.

ρ = m/v

ρ = massa jenis
m = berat (gr)

v = volume (cm3)

Tabel 3. berat jenis mineral

Massa Jenis Klasifikasi Contoh

< 2,7 Ringan Kuarsa

2,7 – 3,0 Sedang Mika

3,1 – 3,3 Berat Tourmalin

3,4 – 4,0 Amat berat Olivin

> 4,0 Teramat berat Zircon

H. Mineral dan Kristal

Mineral

Definisi mineral didasarkan pada 5 ketentuan umum yaitu :

1. merupakan mineral alami.

2. umumnya anorganik.

3. mempunyai sifat fisis dan kimia tetap

4. berupa unsure tunggal atau persenyawaan yang tetap

5. homogen (tidak dapat diurai dengan proses fisis)

6. Dapat berupa padat, cair (HgS, H2O) dan gas (H2S, CO2, CH4)

mineral adalah elemen atau komponen kimiawi yang umumnya kristalin dan terbentuk
sebagai hasil dari proses geologi (Nickel, E. H., 1995).

Mineral adalah bahan alam yang umumnya anorganik dengan komposisi kimia dan kondisi
fisik yang tertentu (O' Donoghue, 1990).

Benda padat homogen terdapat di alam terbetun secara anorganik, mempunyai komposisi
kimia tertentu & mempunyai susunan atom yg teratur (L.G. Berry & B. Mason, 1959)
Bahan padat dgn struktur homogen mempunyai kompisisi kimia tertentu, dibentuk oleh
proses alam yg anorganik (Whitten & J.R.V. Brooks, 1972)

zat atau bahan yg homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat
tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan (A.W.R. Potter & H. Robinson,
1977)

Secara umum mineral adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun atas komposisi kimia tertentu. Mineral pada umumnya
anorganik.

klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana, yang mendasarkan
pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya, yaitu:

a. Unsur (native element), hanya memiliki satu unsur kimia, sifat dalam umumnya
mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth,
belerang, intan, dan grafit.

b. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam
dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3), dll

c. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air


dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit (FeOOH).

d. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,
seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan Fluorit (CaF2).

e. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan


anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter
(NaNO3), dan borak (Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).

f. Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan
anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4), wolframit
((Fe,Mn)Wo4)

g. Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit (Pb5Cl(PO4)3)

h. Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral
yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini
mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na
(Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).

Adalah kesan mineral jika terkena cahaya.


Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua:

1. Idiokromatik

bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus
cahaya (opak)

Sulfur ---------à kuning

Magnetit ------à hitam

Pirit -----------à kuning loyang

2. Alokromatik

bila warna mineral tidak tetap dapat berubah-ubah, tergantung dari material pengotornya.
Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.

Halite ---------à abu-abu, biru, kuning, coklat

Kuarsa ---------à violet (amethyst), merah muda, coklat-hitam

Faktor yang mempengaruhi warna :

a. Kompiosisi kimia

Chlorite -à hijau

Albite ---à Putih

b. Struktur kristal dan ikatan atom

Intan -à tak berwarna --à Isometric

Graphite --à hitam --à hexagonal

c. Pengotoran dari mineral

Silika --à tak berwarna --à Jasper -à merah

Chalsedon à kecoklatan
V. Belahan (Cleavage)

Adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-


bidang belahan yang rata dan licin.

Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.

Kecenderungan mineral untuk memebelah diri pada satu arah tertentu atau lebih dan
membentuk bidang belahan.

Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu :

a. Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui bidang
belahan agak sukar (kalsit, galena, halite)

b. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih dapat
pecah pada arah lain (felspar, diopsit)

c. Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada arah
lain dengan mudah (hornblende, staurolite)

d. Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan pecahan


akibat adanya tekanan adalah sama besar (Platina, emas)

e. Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk membentuk pecahan
(apatit, casiterit).

Contoh :

· Muscovit dan biotit, mempunyai kecenderungan untuk membelah diri satu arah,
dimana dapat terbelah menjadi lempeng-lempeng tipis.

· Augite, mempunyai belahan dua arah tegak lurus

· Hornblende, mempunyai belahan dua arah membentuk sudut 124.

· Kalsit, mempunyai belahan tiga arah yang saling tidak tegak lurus.

VI. Pecahan (Fracture)

Adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur.

Pecahan dapat dibedakan menjadi:


a. pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan
atau seperti botol atau kulit bawang. (kuarsa, obsidian)

b. pecahan berserat/fibrus(splintery), bila menunjukkan kenampakan seperti serat,


contohnya asbes, augit;

c. pecahan tidak rata (uneven), bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan
kasar, misalnya pada garnet;

d. pecahan rata (Even), bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral
lempung;

e. pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-
runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;

f. tanah(earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

VII. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)

Daya Tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran dan pemecahan.


Macamnya :

a. Brittle, mineral mudah hancur menjadi tepung halus (kalsit, kuarsa, hematit)

b. Sectile, mineral mudah terpotong pisau tapi tidak berkurang menjadi tepung (gypsum)

c. Malleable, mineral jika ditempa palu menjadi pipih (Au, Ag)

d. Ductile, mineral jika ditarik tambah panjang dan jika dilepaskan tidak kembali seperti
semula (copper, olivine)

e. Flexible, mineral dapat dilengkungkan dengan mudah (Talk, mika)

f. Elastic, mineral merenggang jika ditarik dan jika dilepaskan kembali seperti semula
(muscovite, hematite tipis)

IIX. Gores (streak)

Merupakan warna asli dari mineral apabila mineral ditumbuk sampai halus.
Merupakan warna mineral dalam bentuk serbuk yaitu dengan menggoreskan mineral pada
keping porselen kasar.

Contoh :

· Warna kuning pada Pirit bila diasah memberi gores warna hitam

· Warna kehitaman pada Hematit bila diasah memberi gores warna merah hati
· Gores tidak berwarna pada Biotit

· Gores berwarna putih pada orthoklas

IX. Sifat Kemagnetan

Semua mineral menunjukkan sifat magnetis meskipun untuk mengukurnya membutuhkan


alat yang khusus.

Terbagi atas :

a. Paramagnetit (magnetit), mineral mempunyai gaya tarik terhadap magnet


(magnetit, pyrotit)

b. Diamagnetit (nonmagnetit), mineral mempunyai gaya tolak terhadap magnet

X. Derajat Ketransparanan

Sifat ini tergantung pada kemempuan mineral mentransmisikan cahaya. Dibedakan atas :

a. Opaque mineral, mineral tdk tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang
tipis (logam mulia, belerang)

b. Transparent mineral, mineral tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu kirstal)

c. Translucent mineral, tembus cahaya taoi tidak tembus pandang


(kalsdon,gypsum, opal)

d. Mineral-mineral tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan tetapi tembus cahaya
pada lapisan tipis (feldspar, karbonat, silica)

KRISTALOGRAFI

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sIstem-sistem kristal.
Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola
difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002).

Kristal adalah Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti
hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hokum geometri,
jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen :

a. Tidak termasuk didalamnya cair dan gas

b. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dengan proses
fisika

A. Geometri kristalografi

· Sumbu Kristalografi : Suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.

· Kristal mempunyai bentuk 3D (panjang, lebar dan tinggi)

Sudut Kristalografi :

 Sudut ά > yang dibentuk antara sb b dan sb c Gambar. Prinsip


letak bidang
 Sudut β > yang dibentuk sb a dan sb c
kristal terhadap
 Sudut γ > yang dibentuk antara sb b dan sb a sumbu

B. Sistem
kristalografi

Sistem
kristalografi dibagi menjadi 7 sistem didasarkan pada :

1. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi

2. Letak atau posisi sumbu-sumbu kristalografi

3. Jumlah sumbu kristalografi

4. Nilai sumbu C atau Sb Vertika

7 Sistem Kristal :

1. Sistem Regulair/isometric/ kubus/kubik/tesseral


* Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

* Masing-masing sumbu sama panjangnya.(sb a = b = c) -à Disebut jg sb a


* sudut α = β = γ

2. Sistem tetragonal/Quadratic

 Sb a = b ≠ c

Sb a = b --à sb a

Sb c lebih panjang --àcolumnar/panjang

Sb c lebih pendek --à stout/gemuk

 sudut α = β = γ = 90º

3 Sistem rombic/ orthorombis/ prismatic /trimetric


 Sb a ≠ b ≠ c

Sb a = b --à sb a

Sb c adalah sumbu terpanjang (sb basal/vertical)

Sb b adalah sb macro

Sb a adalah sumbu terpendek (sb brachy)

 sudut α = β = γ = 90º

4. Sistem heksagonal

Sb a = b = d ≠ c

· Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal

· sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu yang lain.

· Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut 120º satu terhadap yang
lain

· Sumbu a, b, dan d mempunyai panjang yang sama.

· Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang).

5. Sistem trigonal/rhombohedral

Ø Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal

Ø Demikian pula cara penggambarannya juga sama.

Ø Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk
segienam kemudian dibuat segitiga degan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya.
6. Sistem monoklin/oblique/clinorombic

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya.

Ø Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b;

Ø b tegak lurus terhadap c,

Ø tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.

Ø Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,

Ø umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.

· Sb a ≠ b ≠ c

Sb a = b --à sb a

Sb a = sb clino

Sb cb = sb ortho

· sudut α = γ = 90º

· β ≠ 90º

7. Sistem triklin

Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.

 Sb a ≠ b ≠ c

 sudut α ≠ β ≠ γ ≠ 90º

Demikian juga panjang masing-masing sumbu


tidak sama.
H. Mengidentifikasikan Fosil *PALEONTOLOGI

Paleo : masa lampau/kuno

Onthos : Kehidupan

Logos : Ilmu
Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau → fosil

secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sisa-sisa organisme.

2. Terawetkan secara alamiah.

3. Pada umumnya padat/kompak/keras.

4. Berumur lebih dari 11.000 tahun

CARA HIDUP MAKHLUK HIDUP

Tempat Hidup / Lingkungan :

1. Benthos (di dasar laut)

-Secyl : menempel pada benda mati & tidak berpindah-pindah

-Vagyl : di dasar laut & berpindah-pindah

2. Pelagos (melayang-layang)

-Planktonik : bergerak pasif mengikuti arus

-Nektonik : bergerak aktif di permukaan

@ PLANKTON

1. Formanifera plankton

Ø Susunan kamar pada foraminifera plankton daoat dibagi:

a.Planispera sifat terputar pada satu bidang,semua kamar terlipat,pandanngan serta jumlah
kamar vertal dan dorsal sama.Contoh:Hastigenera.

b.Trochospiral,sifat terputar tidak oada satu bidanng,tidak semua kamar terlipat,pandangan


serta jumlah kamar vertal dan dorsal tidak sama.Contoh:Glbigerina.

c.Streptospiral,sifat mula-mula trochospiral,kemudian planispiral sehingga menutupi


sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:Pulleniatina

Ø Apartur

Apartur adalah lubang utama dari test forminiferayang terletak pada kamar terakhir.Khusus
foraminifera plankton bentuk apaerture maupun variasinya lebih
sederhana.Umumnyamempunyai bentuk Aperture utama interiomarginal yanng terletak
pada dasar( tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk kedalam,terlihat pada bagian
ventral (perut).

2. Pengenalan Genus dan Spesies Foraminifera plankton

a.Famili Globigeriniidae,Famili ini pada umumnya mempunyai bentuk test spherical atau
hemispherical,bentuk kamar globural dan susunan kamar trochhospiral rendah atau tinggi.

b.Famili Globorotaliidae,bentuk kamar subglobular atau agular conical, susunan kamar


trochospiral.

c.Famili Hantkeniidae,yang merupakan kamar hannya yang punya spine jika tidak ya tidak.

@ BENTHOS

1. Formanifera Benthos

Ø Susunan Kamar formanifera Benthos

a. Monothalamus,adalah susunan dan bentuk-bentuk kamar akhir foraminifera yang


hannya terjadi dari satu kamar

b. Aperture Foraminifera Benthos,golongan benthos memiliki bentuk aparture yang


bervariasi.Dan aperture itu sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera,karena
merupakan lubang tempat proto plasma organisme tersebut bergerak keluar dn masuk.

c. Pengenalan genus dan spesies foraminifera Benthos

J. Membaca dan Menafsirkan Peta Geologi

Peta Geologi merupakan Peta Tematik yang berisi informasi tentang berbagai kondisi
geologis, seperti : formasi batuan, proses-proses geologis (misalnya : patahan/sesar, lipatan,
depresi, dan lainya),penampang melintang suatu formasi (formasi batuan tertentu),
informasi-informasi mengenai material batuan, umur formasi, ketebalan lapisan dan lain-
lainya).

Peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik:

· Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar
topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.

· Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi
sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.
Pemetaan geologi adalah pekerjaan atau kegiatan pengumpulan data geologi, baik darat
maupun laut, dengan berbagai metoda. Sumber daya geologi adalah sumber daya alam
yang meliputi sumber daya mineral, energi, air tanah, bentang alam dan kerawanan
bencana alam geologi.

Persyaratan teknis penyusunan peta geologi meliputi simbol peta, istilah, keterangan peta,
penyajian peta, penerbitan, spesifikasi dan ukuran lembar peta, yang sesuai dengan hasil
pembakuan SNI No. 13-4691-1998 dan SNI 13-5015-1998.

1. Simbol Peta

Simbol peta dipakai untuk menggambarkan suatu informasi pada peta berupa

singkatan huruf, tata warna, corak dan simbol geologi atau gabungannya.

a. Singkatan huruf digunakan untuk menunjukkan satuan litostratigrafi dan kronostratigrafi


pada peta.

b. Tata warna digunakan untuk membedakan satuan peta geologi berdasarkan jenis dan
umur satuan batuan serta satuan geokronologi. Corak geologi dipakai untuk membedakan
jenis litologi pada peta. Simbol geologi digunakan untuk membedakan fenomena geologi
pada peta.

2. Istilah

Peristilahan yang digunakan pada peta geologi mengacu pada Glossary of Geology
(American Geological Institute, 1972), Peristilahan Geologi dan Ilmu Berhubungan (M.M.
Purbohadiwidjojo, 1975) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Keterangan Peta

Keterangan peta ditulis dalam Bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam Bahasa Inggris
yang dicetak dengan huruf miring.

4. Penyajian Peta

Penyajian peta meliputi tata letak, korelasi satuan peta dan uraian singkat setiap satuan
peta.

5. Lampiran Peta

Peta geologi dapat disertai lampiran yang berisi uraian data dan informasi daerah yang
bersangkutan yang tidak dapat diuraikan di dalam peta karena keterbatasan tempat.

6. Penerbitan Peta

Peta geologi diterbitkan dengan menggunakan bahan baku dan ukuran kertas yang sudah
ditentukan.

7. Spesifikasi Peta
Spesifikasi peta meliputi penggunaan peta dasar topografi atau batimetri, sistem proyeksi
yang digunakan dan ketentuan pencantuman penampang geologi.

8. Ukuran Lembar Peta

Ukuran dan batas koordinat lembar peta geologi sistematik mengacu pada Surat Keputusan
Ketua Bakosurtanal Nomor 019.2.2/1/1975 atau Surat Keputusan penggantinya, sedangkan
peta geologi tematik disesuaikan dengan tujuan dan kepentingannya.

UNSUR TAMBAHAN UTAMA

Unsur tambahan utama meliputi penyusunan peta, mutu, pengemasan dan


pendokumentasian peta, yang sesuai dengan hasil pembakuan yang tercantum pada SNI
Nomor 13- 4691-1998.

1. Tahapan Penyusunan Peta

Tahapan penyusunan peta meliputi kegiatan persiapan, penyelidikan lapangan, kegiatan


laboratorium dan studio (penyiapan dan penelaahan peta) dan pelaporan.

2. Mutu

Mutu peta ditentukan oleh akurasi data, kelengkapan informasi yang disajikan serta proses
kartografi.

3. Pengemasan

Peta geologi dilipat sedemikian rupa sehingga memudahkan pemakai melihat judul dan
nomor lembar peta

4. Pendokumentasian

Laporan terbuka yang menyertai peta geologi disimpan di perpustakaan instansi yang
menerbitkan dan terbuka untuk umum.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Geologi adalah ilmu pengetahuan tentang bumi,mengenai asl,struktur,komposisi, dan


sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang teleh
menyebabkan keadaan bumi sekarang ini.Dengan belajar ilmu Geologi kita bisa mengetahui
segala hal tentang bumi dan isinya.

Dalam bidang pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul data penelitian
dan bahan yang ingin diamati.

Dalam bumi terdiri atas perlapisan-perlapisan,yang setiap lapisan memiliki sifat


karakteristiktersendiri,khisusnya untuk perlapisan palingdalam memiliki sifat latin
magmatis(cair,gas,dan pijar) yang disebut magma.

Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng


bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif
adalah contoh batas divergen

Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng


bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu
lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua
lempeng mengandung kerak benua.

Batuan Beku adalah Batuan yang terbentuk akibat adanya pembekuan magma
didalam bumi atau pembekuan lava di atas permukaan bumi.

Batuan yang terbentuk akibat lithifikasi dari hancuran batuan induk. Lithifikasi batuan
meliputi proses kompaksi autigenik dan diagenesa (proses terubahnya material-material
lepas menjadi batuan yang kompak).

Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar luas dengan ketebalan dari beberapa
cm sampai beberapa km. Secara lateral penyebaran batuan sedimen mencapai 70 % dari
batuan yang ada dipermukaan akan tetapi batuan sedimen hanya merupakan 5 % dari
batuan yang ada di bumi.

Batuan metamorf adalah batuan ( beku maupun sedimen) yang telah mengalami perubahan
sifat dan kondisi aslnya. Sifat utama batuan ini adalah karena proses rekristalisasi
dikedalaman kerak bumi 3-20 km yang keseluruhan atau sebagian besar terjadi dalam
keadaan padat (tanpa melalui fase cair),sehingga terbentuk struktur minerologi baru yang
sesuai dengan lingkungan fisik baru ( tekanan dan tenperatur).

Kekerasan (hardness) Merupakan sifat ketahanan mineral terhadap goresan. Parameter


yang biasa digunakan adalah Skala Mohs. Untuk standar kekerasan biasa digunakan 10
pembagian skala dimana skala 1 adalah mineral paling lunak dan skala 10 adalah mineral
paling keras.

Definisi mineral didasarkan pada 5 ketentuan umum yaitu :

1. merupakan mineral alami.


2. umumnya anorganik.

3. mempunyai sifat fisis dan kimia tetap

4. berupa unsure tunggal atau persenyawaan yang tetap

5. homogen (tidak dapat diurai dengan proses fisis)

6. Dapat berupa padat, cair (HgS, H2O) dan gas (H2S, CO2, CH4)

Kristal adalah Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti
hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hokum geometri,
jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.

PALEONTOLOGI

Paleo : masa lampau/kuno

Onthos : Kehidupan

Logos : Ilmu

Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau → fosil

secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sisa-sisa organisme.

2. Terawetkan secara alamiah.

3. Pada umumnya padat/kompak/keras.

4. Berumur lebih dari 11.000 tahun

Peta Geologi merupakan Peta Tematik yang berisi informasi tentang berbagai Kondisi
geologis, seperti : formasi batuan, proses-proses geologis (misalnya : patahan/sesar, lipatan,
depresi, dan lainya),penampang melintang suatu formasi (formasi batuan tertentu),
informasi-informasi mengenai material batuan, umur formasi, ketebalan lapisan dan lain-
lainya).

Peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik:

· Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar
topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.

· Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi
sumber daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.
B. Kritik dan Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk setiap pembaca dan dapat dijadikan
pedoman ketika ingin memelajari tentang struktur bumi , dan fenomema-fenomema
geologi.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.Sriyanto .2004. Geologi umum.Semarang :UNNES.

Graha,Doody Stia. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung:ITB Press.

Katili, JA dan P.Marks. 1960. Geologi. Jakarta:Dep. Urusan Research Nasional.

Sukandarrumidi.1994. Geologi Sejarah. Yogyakarta: Gajah Mada University

Sutoto. 1999.Diklat Kuliah Geologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

You might also like