You are on page 1of 12

Jurnal HPT Volume 2 Nomor 3

Agustus 2014
ISSN: 2338-4336

PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERKECAMBAHAN SPORA JAMUR


Colletotrichum capsici PADA CABAI DAN Fusarium oxysporum f. sp. lycopersicii
PADA TOMAT

Kartika Try Rosanti, Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Abdul Latief Abadi

Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Brawijaya,
Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
Spore germination is the initial stage of the fungus to thrive and grow. Spore
germination in fungi is influenced by environmental factors, among other things as
temperature, light, acidity (pH), nutrients and moisture. For most types of mold spores, the
presence of water is important for germination. Some spores were able to germinate at high
relative humidity. Because most of the spores have a low water content, hydration is an
important first step in the process of germination. Water absorption is an active process and
requires a change in the permeability of the spore. Diseases that attack tomato plants and
peppers include fusarium wilt disease caused by Fusarium oxyxporum and anthracnose on
chilli caused by the fungus Colletotrichum capsici. These diseases quickly spread from land
to land, and according to Semangun (1994) anthracnose disease on fruit can continue to
grow after plucking. This study was conducted to determine the type of water affect the
germination of spores most. Treatment test the effect of water on spore germination by
using five different types of water is rain water, dew, gutasi water, tap water and water zam
zam against fungal spores of Colletotrichum capsici and Fusarium oxyxporum the
observation time interval 3, 6, 12 and 24 hours after the spores were included in each type
of water. Suspeensi of fungus Colletotrichum capsici on five types of water dropped on the
surface of the fruit also chili and observed germination occurs in the fruit section. The
results showed that the germination of Fusarium oxyxporum fungi and Colletotrichum
capsici lowest zam zam water occurs at. This is because the content required by the fungus
to germinate is not available on this water.

Keywords: germination, water types, Colletotrichum capsici, Fusarium oxysporum f. sp.


lycopersici

ABSTRAK
Perkecambahan spora merupakan tahapan awal jamur untuk berkembang dan
bertumbuh. Perkecambahan spora pada jamur dipengaruhi oleh faktor lingkungan anatara
lain suhu, cahaya, derajat keasaman (pH), nutrisi dan kelembaban. Bagi kebanyakan jenis
spora jamur, kehadiran air penting untuk perkecambahan. Beberapa spora mampu
berkecambah pada kelembaban relatif tinggi. Karena spora sebagian besar memiliki kadar
air rendah, hidrasi merupakan langkah awal yang penting dalam proses perkecambahan.
Penyerapan air adalah proses aktif dan memerlukan perubahan dalam permeabilitas dinding
spora. Penyakit yang menyerang tanaman tomat dan cabai antara lain adalah penyakit layu
fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici dan

109
Rosanti et al. Pengaruh Jenis Air Terhadap C. capsici dan F. oxysporum f. sp. lycopersici

antraknosa pada cabai yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Penyakit-
penyakit ini cepat sekali menyebar dari lahan ke lahan, dan menurut Semangun (1994)
penyakit antraknosa pada buah dapat terus berkembang setelah pemetikan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui jenis air yang paling mempengaruhi perkecambahan spora.
Perlakuan uji pengaruh jenis air terhadap perkecambahan spora dengan menggunakan lima
jenis air yang berbeda yaitu air hujan, air embun, air gutasi, air kran dan air zam zam
terhadap spora jamur Colletotrichum capsicidan jamur Fusarium oxysporum
f.sp.lycopersici dengan interval waktu pengamatan 3, 6, 12 dan 24 jam setelah spora di
masukkan dalam masing-masing jenis air. Suspeensi dari jamur Colletotrichum capsici
terhadap lima jenis air juga diteteskan pada permukaan buah cabai dan diamati
perkecambahan yang terjadi pada bagian buah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perkecambahan jamur Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici dan Colletotrichum
capsici yang terendah terjadi pada air zam zam. Hal ini karena kandungan yang dibutuhkan
oleh jamur untuk berkecambah tidak tersedia pada air ini.

Kata kunci: perkecambahan, jenis air, Colletotrichum capsici, Fusarium oxysporum f.sp.
lycopersici

PENDAHULUAN patogenik tergantung pada adanya air bebas


pada inang atau kelembaban relatif yang
Perkecambahan spora merupakan tinggi di udara hanya selama
tahapan awal jamur untuk berkembang dan perkecambahan sporanya, dan sama sekali
bertumbuh. Perkecambahan spora pada tidak bergantung pada keadaan tersebut.
jamur dipengaruhi oleh faktor lingkungan Spora harus berkecambah, pada saat itu
anatara lain suhu, cahaya, derajat keasaman mereka membutuhkan suhu yang cocok dan
(pH), nutrisi dan kelembaban. Bagi juga membutuhkan air dalam bentuk hujan,
kebanyakan jenis spora jamur, kehadiran air embun atau lapisan air pada permukan
penting untuk perkecambahan. Beberapa tumbuhan atau sekurang-kurangnya
spora mampu berkecambah pada membutuhkan tingkat kelembaban relatif
kelembaban relatif tinggi. Karena spora yang cukup tinggi (Agrios, 1997).
sebagian besar memiliki kadar air rendah, Penyakit yang menyerang tanaman
hidrasi merupakan langkah awal yang tomat dan cabai antara lain adalah penyakit
penting dalam proses perkecambahan. layu fusarium yang disebabkan oleh jamur
Penyerapan air adalah proses aktif dan Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici dan
memerlukan perubahan dalam antraknosa pada cabai yang disebabkan
permeabilitas dinding spora (Anonim, oleh jamur Colletotrichum capsici.
2014).
Pada penyakit yang disebabkan oleh BAHAN DAN METODE
jamur, kelembaban berpengaruh terhadap
lama bertahan hidup spora jamur, dan Waktu dan tempat
khususnya terhadap perkecambahan spora Penelitian ini dilaksanakan di
yang membutuhkan lapisan air yang Laboratorium Mikologi, Jurusan Hama dan
menutupi jaringan tanaman untuk Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
berkecambah. Sebagian besar jamur Universitas Brawijaya, Malang.

110
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 Agustus 2014

Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan potong setengah bagian yang sakit dan
Oktober 2013 sampai dengan Februari setengah bagian yang sehat dengan ukuran
2014. 1cm, kemudian di cuci dalam air mengalir
dan direndam dalam alkohol dan air
Alat dan bahan aquades selama masing-masing 1 menit,
Alat yang digunakan dalam kemudian potongan buah cabai tersebut
pelaksanaan penelitian ini yaitu cawan diletakkan di permukaan media PDA dalam
petri, preparat cembung, bunsen, jarum ose, cawan petri dan diinkubasikan selama 2-3
pinset, gelas ukur, pelubang gabuns, pipet hari.
tetes, sprayer, handcounter, botol media,
autoclave, kompor listrik, kaca preparat, Identifikasi Jamur Patogen
tabung reaksi, kaca penutup preparat, Jamur yang telah murni pada media
mikroskop, gunting, wreeping, alumunium PDA dilihat berdasarkan ciri morfologi
foil, sentrifuge, Laminar Air Flow (LAF), jamur, yang selanjutnya disesuaikan
mikroskop dengan perbesaran 400x, menggunakan buku identifikasi jamur
kamera, haymocytometer, penggaris, yakni Illustrated Genera of Imperfect Fungi
mikropipet, Box plastik, kertas label, pH yang disusun oleh H.L. Barnett dan B.B.
Meter. Hunter (1972).
Bahan yang digunakan yaitu isolat
murni Colletotrichum capsici dari tanaman Pengukuran pH air
cabai dan Fusarium oxysporum f. sp. Pengukuran pH masing-masing jenis
lycopersici dari tanaman tomat. Air hujan, air yang digunakan dalam perkecambahan
air embun, air gutasi, air zam zam, dan air jamur, menggunakan pH meter dengan
Kran. Potato Dextrose Agar (PDA), buffer pH 4 dan pH 7 sebagai pembanding.
alkohol 70%, aquades, buah cabai, Larutan
Carnoy’s, dan asam Laktat 50%. Penyediaan media uji
Biakan murni yang telah berumur 8
Persiapan hari disuspensikan dalam 5 jenis air, yaitu
Mengumpulkan dan menyiapkan lima air hujan, air kran, air embun, air gutasi dan
jenis air yang dibutuhkan dalam penelitian; air zamzam disiapkan, dari masing-masing
air embun, air gutasi, air hujan, air zam zam air tersebut diambil sebanyak 5 ml dan
dan air kran. dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
5 potong inokulum patogen yang diambil
Isolasi dan perbanyakan inokulum dengan menggunakan pelubang gabus
patogen diameter 5 mm dimasukakn kedalam
Jamur Fusarium oxisporum diisolasi tabung reaksi yang sudah berisi air dan
dari batang tanaman tomat yang terserang digojok menggunakan sentrifuge selama 3
penyakit layu Fusarium. Bagian tanaman menit.
yang bergejala di potong 1cm dan di Dari suspensi yang telah dibuat
letakkan pada media PDA dalam cawan diambil menggunakan pipet mikro
petri dan di inkubasikan selama 2-3 hari. sebanyak 1µm dan diletakkan pada preparat
Perbanyakan inokulum jamur cembung dan diamati dengan interval
Colletotrichum capsici diisolasi dari buah waktu 3, 6, 12 dan 24 jam di bawah
cabai yang terserang penyakit antraknosa. mikroskop. Kemudian buah cabai ditetesi
Bagian buah yang terserang kemudian di dengan suspensi yang sudah dibuat. Bagian

111
Rosanti et al. Pengaruh Jenis Air Terhadap C. capsici dan F. oxysporum f. sp. lycopersici

yang sudah ditetesi diambil pada waktu 3, Berdasarkan perhitungan tersebut


6, 12, dan 24 jam. Jaringan buah yang telah ukuran biakan murni sebanyak 5 plong
ditetesi tersebut diambil dengan cawan petri dalam 5ml air kran digunakan
menggunakan pelubang gabus, jaringan untuk memperoleh konsentrasi suspensi
buah tersebut di rendam dalam larutan inokulum sebesar 8 x 103 konidia / cm3 atau
carnoy’s selama tiga jam, kemudian 8.000 konidia / cm3.
jaringan buah tersebut dicelupkan kedalam
larutan asam laktat 50% selama selama 1 Uji Pengaruh Jenis Air Terhadap
menit, setelah itu dibuat preparat dan Perkecambahan Spora
ditetesi dengan larutan laktofenol cotten Uji dilakukan dengan
blue. Masa inkubasi penyakit pada buah caramenginokulasikan suspensi inokulum
cabai, suspensi dari masing-masing jenis air patogen dengan jumlah spora yang telah
dengan beberapa air tersebut disuntikkan dihitung, diinkubasi di tabung reaksidan di
(1ml) ke dalam buah cabai kemudian bekas amati selama, 3, 6, 12 dan 24 jam di bawah
suntikan tersebut di tandai dengan mikroskop dan dihitung jumlah spora yang
menggunakan alat tulis. berkecambah.

Penyiapan Suspensi Inokulum Patogen Pengamatan


Konsentrasi inokulum yang Pengamatan perkecambahan spora
digunakan 8 x 10 konidia / cm3.
3
pada masing-masing air dilakukan dengan
Konsentrasi suspensi inokulum dihitung menggunakan mikroskop pada setiap
dengan cara sebagai berikut: Biakan murni interwal waktu (3, 6, 12, dan 24).Spora
sebanyak 5 plong disuspensikan dalam dikatakan berkecambah apabila telah
10ml dalam masing-masing air. Kemudian terbentuk tabung kecambah yang
dihitung kerapatan spora yang terdapat panjangnya setengah diameter spora.
dalam suspensi menggunakan Persentase perkecambahan dihitung dengan
haemocytometer. rumus:
Volume 1 kotak pada haemocytometer :
0,00025 mm3
Jumlah kotak yang diamati : 5 Dimana PK adalah persentase
Jadi volume 5 kotak : 5 x 0,00025 mm3 perkecambahan, a adalah jumlah spora
: 1,25 x 10-3 mm3 yang berkecambah, dan b adalah spora
Jumlah konidia dalam :
yang diamati.
Kotak I :1
Kotak II :1
Kotak III :1 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kotak IV :3
Kotak V :4 Morfologi jamur penyebab penyakit
Total : 10 Dari pengamatan yang dilakukan
Konsentrasi suspensi = 10 konidia secara makroskopis pada hari ke 7,
1,25 x 10-3 mm3 diketahui bahwa biakan murni dari jamur
= 10.000 konidia Colletotrichum capsici, mula-mula jamur
1,25 mm3 berwarna putih sampai keabu-abuan,
= 8 x 103 konidia / cm3 kemudian lambat laun menjadi hitam.
Menurut Rusly (2000), pertumbuhan awal

112
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 Agustus 2014

jamur Colletotrichum capsici membentuk Perkecambahan jamur Colletotrichum


koloni miselium yang berwarna putih capsici dan Fusarium oxysporum f.sp
dengan miselium yang timbul di lycopersicidipengaruhi oleh jenis air
permukaan. Kemudian secara perlahan- Hasil analisis ragam menunjukkan
lahan berubah menjadi hitam (gambar 4.1) jenis air berpengaruh nyata terhadap
Dari pengamatan morfologi jamur perkecambahan spora jamur C. capsici pada
secara mikroskopis di ketahui bahwa waktu pengamatan 6, 12 dan 24 jam.
pertumbuhan jamur Colletotrichum Pengamatan perkecambahan jamur C.
capsicilambat, dan hifa tidak bersekat. capsici pada waktu pengamatan 3 jam tidak
Konidia berbentuk jorong, dengan panjang menunjuukan perbedaan yang nyata
1,94 µm dan lebar 0,61 µm. Menurut diantara seluruh perlakuan.
Barnet dan Hunter (1972), jamur Hasil pengamatan perkecambahan
Colletotrichum capsici memiliki spora Colletotrichum capsici terhadap lima
makrokonidia berbentuk seperti bulan sabit (5) jenis air diperoleh data seperti tertera
dan tidak mempunyai sekat. pada Gambar 4.3.
Dari pengamatan yang dilakukan Berdasarkan hasil pengamatan
secara makroskopis pada hari ke 7, perkecambahan spora jamur Colletotrichum
diketahui bahwa biakan murni dari jamur capsici yang dilakukan selama 24 jam
Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici, didapatkan bahwa perkecambahan tertinggi
mula-mula berwarna putih kemudian terjadi pada air gutasi dengan persentasi
menjadi putih kekuningan (Gambar 4.2) spora yang berkecambah sebanyak 22,67%,
Dari pengamatan morfologi jamur sedangkan perkecambahan yang terendah
secara mikroskopis di ketahui bahwa jamur terjadi pada air zam zam dengan persentase
Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici spora yang berkecambah sebanyak 17,64%.
memiliki struktur hifa yang halus, berwarna Perkecambahan spora Colletotrichum
agak cokelat atau agak gelap dan capsici yang tinggi terjadi pada air gutasi
bersekat.Konidia berbentuk bulan sabit dan disebabkan karena kandungan yang ada di
memiliki sekat. dalam air gutasi.

Gambar 4.3.Perkecambahan spora jamur Colletotrichum capsici pada jenis air.

113
Rosanti et al. Pengaruh Jenis Air Terhadap C. capsici dan F. oxysporum f. sp. lycopersici

Menurut Utami (2012) air yang keluar merupakan ion-ion logam yang dibutuhan
melalui peristiwa gutasi ini tidak hanya oleh jamur. Ion logam tersebut tersedia
berupa air saja, melainkan air beserta zat- pada air pada air gutasi hal ini sesuai
zat yang terlarut didalamnya yang berupa dengan penelitian yang dilakukan Mizuno
garam mineral, gula, asam amino dan juga et, al. (2011) bahwa pada air gutasi
vitamin. Hal ini sesuai dengan penelitian mengandung Ni, Mn, K, Mg, Ca.
yang dilakukan oleh Boyyete dan sedangkan pada air zam zam unsur yang
Hoagland, (2012) bahwa kandungan gula terkandung adalah Ca, (CO3), (HCO3), Cl,
mampu menstimulasi perkecambahan flouride, sulfat dan nitrat (El-Zaiat 2007).
jamur Colletotrichum capsici. Hasil analisi ragam menunjukkan
Perkecambahanspora Colletotrichum jenis air berpengaruh nyata terhadap
capsiciyang terendah yang terjadi pada air perkecambahan spora jamur F. oxysporum
zam zam karena air tersebut mempunyai pada 3, 6 dan 24 jam. Perkecambahan
kondisi yang tidak sesuai untuk jamur F. oxysporum pada waktu
perkecambahan spora Colletotrichum pengamatan 3 jam, perkecambahan pada air
capsici. Berdasarkan hasil pengamatan air zam zam berbeda nyata dengan
zam zam memiliki pH 7,09 dimana perkecambahan pada jenis air yang lainnya.
menurut El-Zaiat (2007) pH 7 tidak sesuai Hasil pengamatan perkecambahan
dengan pH optimum yang dibutuhkan oleh spora Fusarium oxysporum f. sp.
jamur Colletotrichum capsici untuk lycopersici terhadap lima (5) jenis air
berkecambah. Menurut penelitian Yulianty diperoleh data pada Gambar 4.4.
(2006) bahwa derajat keasaman (pH) Peningkatan perkecambahan jamur
optimal untuk pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici terus
Colletotrichum capsici yang baik adalah pH terjadi dan pada interval waktu pengamatan
5. ke 24 jam. Perkecambahan tertinggi terjadi
Menurut Landecker (1970), ion pada air kran dengan persentase total spora
magnesium, kalsium, besi dan fosfat yang berkecambah sebanyak 28,25%.

Gambar 4.4.Perkecambaha spora jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada jenis air.

114
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 Agustus 2014

Hal ini terjadi karena air Kran memiliki pH permukaan tumbuhan; jika lebih banyak
7, derajat keasaman pH yang sesuai untuk bahan makanan (gula dan asam-asm amino)
perkecambahan jamur Fusarium oxysporum yang dikeluarkan oleh tumbuhan, maka
f. sp. lycopersici menurut Walker (1957), lebih banyak spora yang berkecambah dan
cendawan F. oxysporum penyebab layu lebih cepat perkecambahannya.
pada tanaman tomat tumbuh baik pada Patogen menyerang tanaman inang
medium dengan kisaran pH 3,6-8,4. Booth bertujuan untuk mengambil makanan dari
(1971) menjelaskan bahwa pH yang inang tersebut. Untuk itu patogen harus
digunakan dalam pembiakkan F. dapat masuk kedalam tanaman. Penetrasi
oxysporum adalah 6,5-7,0. Perkecambahan dan invasi pada patogen dapat dilakukan
terendah terjadi pada air zam zam pada oleh kekuatan mekanis. Kekuatan mekanis
waktu pengamatan 24 jam, persentase spora ini seringkali dibantu oleh enzim yang
yang berkecambah sebanyak 18,41%. dikeluarkan oleh patogen untuk
melunakkan dinding sel (Abadi, 2000).
Perkecambahan Jamur Colletotrichum Menurut Abadi (2000) selain cara
capsici diatas permukaan buah cabai mekanik ada pula cara kimia yang
Hasil analisis ragam menunjukkan dilakukan patogen untuk masuk kedalam
jenis air berpengaruh nyata terhadap tanaman, pengaruh patogen terhadap
perkecambahan spora jamur C. capsici tanaman hampir seluruhnya karena proses
yang terjadi diatas permukaan buah cabai biokimia akibat dari senyawa kimia yang
pada waktu pengamatan 24 jam. dikeluarkan patogen atau karena adanya
Perkecambahan jamur C. capsici pada senyawa kimia yang diproduksi oleh
waktu pengamata 3, 6 dan 12 jam tidak tanaman. Menurut Gafur (2003) senyawa
menunjukkan perbedaan yang nyata yang terkandung dalam tumbuhan yang
diantara seluruh perlakuan jenis air. mudah menguap (misalnya etilen) dapat
Hasil pengamatan perkecambahan memicu perkecambahan spora.
spora diatas buah cabai dapat dilihat pada
Gambar 4.5. Berdasarkan Gambar 4.5. Munculnya gejala penyakit (masa
perkecambahan spora Colletotrichum inkubasi) dan kejadian penyakit
capsici tertinggi dengan waktu pengamatan Colletotrichum capsici pada buah cabai
24 jam terjadi pada air gutasi yaitu Masa inkubasi jamurColletotrichum
sebanyak 41,15% dan pada air zam zam capsiciyang di inokulasi pada buah cabai
sebanyak 24,76%. dengan menggunakan suspensi masing-
Persentase perkecambahan jamur masing jenis air, gejala paling cepat muncul
Colletotrichum capsici yang terjadi pada adalah pada suspensi dengan jenis air
permukaan buah cabai berdasarkan masing- hujan, menurut pendapat Landecker (1970)
masing jenis air pada dasarnya sama seperti adalah jamur pada umumnya membutuhkan
perkecambahan jamur Colletotrichum kondisi asam atau pH di bawah 7 untuk
capsici yang dipengaruhi oleh jenis air. perkecambahannya. Berdasarkan
Sigh (1998) menjelaskan konidia dapat pengamatan pH pada air hujan adalah 6,3.
berkecambah lebih cepat pada permukaan Keasaaman pH air hujan mampu
buah yang hijau atau yang sudah tua mempercepat perkecambahan jamur
dibandingkan didalam air. Menurut Agrios sehingga menimbulkan gejala pada buah
(1997) perkecambahan spora sering dibantu cabai yang telah diinokulasikan oleh jamur
oleh zat makanan yang terdifusi dari Colletotrichum capsici dengan air hujan.

115
Rosanti et al. Pengaruh Jenis Air Terhadap C. capsici dan F. oxysporum f. sp. lycopersici

Menurut Mehrotra (1980) dalam Shovitri kejaringan tumbuhan dapat terjadi.


(1993) penyakit antraknosa relatif Kutinase memecah molekul kutin dan
dipengaruhi oleh hujan, patogen biasanya melepas baik monomer (molukel tunggal)
muncul setelah hujan berhenti. Dengan maupun oligomer (kelompok kecil
adanya air bebas pada permukaan suatu molekul) komponen asam lemak yang
bagian tanaman akan membantu diturunkan dari polimer kutin (Abadi,
perkecambahan spora yang ada pada bagian 2000). Hal ini dapat di lihat pada gambar
tersebut, sehingga dapat menimbulkan 4.6. Pada hari ke 3 buah cabai yang telah di
infeksi (Subroto, 1981; dalam Shovitri, inokulasikan degan suspensi air hujan
1993). sudah menimbulkan gejala. Selain
Menurut Mendgen dan Deising keasaman atau pH pada air, yang
(1993) dalam Gafur (2003) tabung mempengaruhi perkecambahan jamur
kecambah juga menghasilkan berbagai hingga menimbulkan gejala menurut Morin
macam enzim penghancur kutikula dan et al. (1992) adalah adanya rangsangan dari
dinding sel. Kutinase dianggap salah satu kondisi lingkungan yang sangat lembab.
enzim yang paling bagi perkembangan Data untuk masa inkubasi ditunjukkan pada
jamur pada tahap ini, terutama untuk gambar 4.6.
menembus kutikula agar penetrasi langsung

Gambar 4.5. Perkecambahan jamur Colletotrichum capsici pada buah cabai

Gambar 4.6. Masa inkubasi gejala jamur Colletotrichum capsici pada buah cabai

116
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 Agustus 2014

Gejala yang paling lama muncul setelah masa inkubasi, dari gambar diatas
terjadi pada jenis air zam zam. Gejala pada diketahui bahwa kejadian penyakit paling
air zam zam muncul setelah hari ke 6 tinggi terjadi pada buah cabai yang
setelah buah cabai di inokulasi dengan diinokulasi oleh air hujan dalam gambar
suspensi air zam zam. Pada suspensi jamur diatas ditunjukkan air hujan paling tinggi
Colletotrichum capsici dengan air zam zam dibandingkan dengan jenis air yang lainnya.
mengalami perkecambahan yang lama, hal Menurut Tenaya (2001) serangan
ini disebabkan karena air zam zam penyakit antraknosa pada buah masak lebih
memiliki pH berkisar antara 7. Derajat parah dibandingkan dengan buah yang
keasaman atau pH pada air zam zam sangat belum masak (masih hijau).Buah cabai
mempengaruhi perkecambahan yang terjadi yang masak selain mengandung glukosa
pada buah cabai tersebut. dan sukrosa juga mengandung fruktosa,
Kandungan yang ada pada air zam sedangkan pada buah yang muda hanya
zam diduga mampu menghambat spora dari mengandung glukosa dan sukrosa. Dengan
jamur Colletotrichum capsici untuk demikian, diduga fruktosa merupakan jenis
berkecambah diatas permukaan buah gula yang mempunyai korelasi dengan
cabai.Hal ini sesuai dengan hasil penyakit antraknosa.
pengamatan perkecambahan jamur Perkembangan penyakit yang terjadi
Colletotrichum capsiciyang dipengaruhi pada air zam zam paling tinggi (Gambar
oleh jenis air, pada pengamatan tersebut 4.8) dibandingkan dengan jenis air yang
hasil perkecambahan yang terjadi pada air lainnya, meskipun masa inkubasinya paling
zam zam terbukti paling sedikit lama. Hal ini terjadi dikarenakan
dibandingkan pada jenis air yang lainnya. kemampuan jamur untuk mengadakan
Menurut El-Zaiat (2007) unsur yang penetrasi membutuhkan waktu yang lama,
terkandung pada air zam zam adalah Ca, dan ketika jamur mampu masuk kedalam
(CO3), (HCO3), Cl, flouride, sulfat dan jaringan buah. Perkembangan penyakit
nitrat dimana menurut Landecker (1970) untuk menginfeksi buah tinggi, disebabkan
unsur ion yang di butuhkan oleh jamur karena masih banyaknya jaringan sel yang
untuk berkecambah adalah Magnesium, sehat pada buah tersebut sehingga gejala
Kalsium, Besi dan Fosfat. yang muncul lebih tinggi dibandingkan
Gambar 4.7 menunjukkan kejadian dengan jenis air yang lainnya.
penyakit yang tejadi pada buah cabai

Gambar 4.7 Kejadian penyakit antraknosa pada buah cabai

117
Rosanti et al. Pengaruh Jenis Air Terhadap C. capsici dan F. oxysporum f. sp. lycopersici

Gambar 4.8. Panjang dan lebar gejala jamur spora Colletotrichum capsici pada buah cabai

Air zam zam mampu menekan KESIMPULAN


perkecambahan dari jamur Colletotrichum
capsicidibandingkan dengan jenis air yang 1. Perkecambahan Colletotrichum capsici
lainnya, hal ini disebabkan oleh pH dan dan Fusarium oxysporum f.sp
kandungan yang di terdapat pada air zam lycopersicidipengaruhi oleh jenis air,
zam diduga tidak sesuai dengan untuk Colletotrichum capsici
pertumbuhan dari jamur patogen. Meskipun persentase perkecambahan tertinggi
demikian masa inkubasi penyakit C. secara berurutan adalah sebagai
capsiciyang terjadi pada buah juga lama berikut; air gutasi 22,67%; air embun
dibandingkan dengan jenis air yang lainnya, 19,43%; air hujan 18,80%; air kran
namun perkembangan penyakit saat jamur 18,72%; air zam zam 17,64%. Untuk
tersebut mampu menginfeksi sangat cepat. Fusarium oxysporum f.sp
Berdasarkan pengamatan air zam zam lycopersiciadalah sebagai berikut; air
memiliki pH 7,9 dimana menurut El-Zaiat kran 28,25%; air gutasi 26,69%; air
(2007) pH 7 tidak sesuai dengan pH hujan 25,43%; air embun 24,82%; air
optimum yang dibutuhkan oleh jamur zam zam 18,41%.
Colletotrichum capsiciuntuk 2. Perkecambahan jamur Colletotrichum
berkecambah.Menurut penelitian Yulianty capsici diatas permukaan buah cabai
(2006) bahwa derajat keasaman (pH) persentase perkecambahan tertinggi
optimal untuk pertumbuhan jamur terjadi pada air gutasi yaitu sebanyak
Colletotrichum capsici yang baik adalah pH 41,15%, kemudian disusul air hujan
5. Kandungan unsur pada air zam zam sebanyak 38,46%, air embun sebanyak
adalah Ca, (CO3), (HCO3), Cl, flouride, 37,18%, air kran sebanyak 30,96% dan
sulfat dan nitrat (El-Zaiat 2007). pada air zam zam sebanyak 24,76%.
3. Jenis air berpengaruh terhadap
kecepatan munculnya gejala, gejala
paling cepat muncul adalah pada buah
yang di tetesi dengan air hujan,

118
Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 Agustus 2014

kemudian disusul dengan air gutasi, DAFTAR PUSTAKA


selanjutnya air kran, lalu air embun dan
yang terakrhir air zam zam. Abadi, A. 2000.Ilmu penyakit tumbuhan
4. Perkembangan penyakit pada buah dasar-dasar dan penerapannya.
dipengaruhi oleh jenis air, secara Fakultas Pertanian. Universitas
berurutan perkembangan terndah Brawijaya. Malang
hingga tertinggi adalah suspensi air Agrios. 1997. Plant pathology 4th Ed.
embun (panjang 1,18mm; lebar Academic Press.
0,78mm); air hujan (panjang Barnett, H. L dan B. B. Hunter. 1972.
3,88mm;lebar 2,10mm); air gutasi Illustrated genera of imperfect fungi.
(panjang 2,35mm; lebar 4,25mm); air Burgess Pub. Co. Minnesota.
Kran (panjang 4,56mm; lebar 2,62mm) Booth C. 1971. The genus Fusarium.Key
dan air zam zam (panjang 2,51mm; Surrey;CommonwealthMycological
lebar 4,67mm). Institute.
5. Perkecambahan yang terjadi pada air Boyyete, C.D. dan R.E. Hoagland. 2012.
zam zam pada dua jenis jamur yang Interction of chemical additives, pH
berbeda yaitu C. capsici dan F. and temperature on conidia
oxyxporum adalah yang terendah. germination and virulence of
Colletotrichum truncu,a bioherbicide
UCAPAN TERIMAKASIH of Sesbania exaltata. Biological
Control of Pests Research Unit. USA
Puji dan syukur penulis panjatkan El-Zaiat. S. Y. 2007. Inherent optical
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas properties of zam zam water in the
rahmat dan karunia-Nyakarunia sehingga visible spectrum : Dispersion
penulis dapat menyelesaikan penelitian. analysis. Physics Departmen, Faculty
Penulis mengucapkan terimakasih kepada of Science. Ain Shams University.Vol
Pembimbing utama dalam penelitian Prof. 24.
Dr. Ir. Ika Rochdjatun Sastrahidayat Gafur, Abdul. 2003. Aspek fisiologi dan
danPembimbing pendamping Prof. Dr. Ir. biokimiawi jamur. J. Hama dan
Abdul Latief Abadi, MS. atas pengarahan, Penyakit Tumbuhan 3(1).
saran, bimbingan dan pembelajaran bagi Landecker, E .M. 1970.Fundamentals of the
penulis. Ucapan terimakasih penulis fungi.Second Edition.Prentice-Hall
sampaikan kepada Dr. Ir. Bambang Tri Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
Rahardjo, SU. selaku Ketua jurusan Hama 577 h.
dan Penyakit Tumbuhan atas motivasi yang Mizuno, N., A. Takahashi, T. Wagatsuma,
selalu diberikan kepada penulis. Tidak lupa T. Mizuno dan H. Obata. 2002.
ucapan terimakasih sebesar-besarnya Chemical composition of guttation
penulis sampaikan kepada orang tua dan fluid and leaves of petasites japonicus
keluarga penulis atas dukungan moriil dan v. giganteus and polygonum
materiil yang selalu diberikan kepada cuspidatum growing on ultramafic
penulis. soil. Rakullo Gakuen University.
Japan.
Rusli, I., A. Muchtar, E. Rusdi dan
Aryawaita. 2000. Reaksi tanaman
cabai merah lokasi Sumatra Barat

119
Rosanti et al. Pengaruh Jenis Air Terhadap C. capsici dan F. oxysporum f. sp. lycopersici

terhadap penyakit antraknosa. Yani, A. 2003.Pengendalian cendawan


Seminar Nasional Hasil-Hasil pascapanen Colletotrichum capsici
Penelitian dan Pengkajian Pertanian penyebab antraknosa pada buah cabai
di Padang, 21-22 Maret 2000 (Capsicium annum L). Balai
Semangun, H.1994. Penyakit-penyakit Pengkajian Teknologi Pertanian
tanaman hortikultura di Lampung. Prosiding Lokakarya
Indonesia.Gadjah Mada University Nasional Pengembangan Pertanian
Prees.Yogyakarta. Lahan
Singh, R.S. 1998. Plant disease. Oxford Ibh Kering.http://lampung.litbang.deptan.
Publishing Co. PVT. LTD, New go. id/pustaka/Alfi.pdf. Diakses
Delhi, India p. 14-16. tanggal 11 April 2014.
Utami, N. S. 2012. Yulianty, 2006.Pengaruh pH terhadap
Gutasi.www.biologinunik.wordpress. pertumbuhan jamur Colletotrichum
com. Diakses tanggal 2 April 2014. capsicipenyebab antraknosa pada
Walker, J.C. 1957. Plant cabai (Capsicium annuum) asal
pathology.Secound Edition. McGraw- Lampung.Skripsi. Fakultas Pertanian.
Hill Book Company, inc. New York- Universitas Sumatera Utara. Medan.
Toronto-London-Tokyo. 707 h.

120

You might also like