Professional Documents
Culture Documents
3. Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh investasi satu atau lebih cacing filaria
yaitu Wuchereria brancofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Masa inkubasi penyakit ini
kurang lebih 1 tahun. Vektor utama penyakit ini adalah nyamuk Culex quinquefasciatus,
Aedes dan Anopheles yang biasanya menghisap darah pada malam hari.
2. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
mikroorganisma leptospira yang ditularkan melalui hewan pengerat terutama tikus
Penyakit leptospirosis ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di
negara tropis dan subtropis. Hal ini akibat curah hujan yang tinggi yang disertai dengan
kesehatan lingkungan yang kurang baik sehingga mempermudah penularan
leptospirosis.Penularan leptospirosis terjadi jika ada kontak antara kulit yang luka dengan air,
tanah dan lumpur yang telah tercemar oleh air kemih hewan yang terinfeksi bakteri
leptospira.Penanggulangan penyakit leptospirosis dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan lingkungan terutama saat banjir, meng gunakan pelindung berupa sarung tangan
dan sepatu bot untuk menghindari kontak dengan bahan-bahan yang tercemar bakteri
leptospira, pemberantasan tikus yang merupakan reservoir penyakit ini.
C. Penyakit Infeksi Baru
1. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
Perubahan iklim dan cuaca, ternyata mengakibatkan proses mutasi sejumlah jenis
virus menjadi lebih cepat. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terletak di garis
khatulistiwa, di antara dua benua dan dua samudera, merupakan yang paling rentan terkena
dampak dari perubahan iklim dan cuaca. Pemanasan global mengakibatkan perubahan
jalannya evolusi flora dan fauna, yaitu memudahkan kuman bertumbuh dan mutasi.
Walaupun sampai saat ini penyebab pasti dari SARS belum diketahui, namun data
laboratorium menunjukkan kemungkinan keterlibatan metapneumovirus (sejenis
Paramyxovirus) dan Coronavirus sebagai virus penyebab. Infeksi Coronavirus pada manusia
dapat menyebabkan penyakit saluran nafas bagian bawah yang berat baik pada orang dewasa
maupun anak-anak serta dapat menimbulkan necrotizing enterocolitis (sejenis infeksi pada
usus besar) pada bayi baru lahir. Penularan infeksi virus ini dapat terjadi melalui inhalasi
pernafasan dari pasien-pasien yang menderita SARS pada saat batuk atau bersin, atau melalui
kontaminasi tangan penderita. Gejala dan tanda-tanda klinis sindrom pernafasan akut berat
atau severe acute respiratory syndrome (SARS) meliputi panas tinggi (lebih dari 38°C),
disertai gejala-gejala gangguan pernafasan seperti batuk, sesak nafas dan gejala-gejala lain
berupa sakit kepala, nyeri/kaku otot, lemas, nafsu makan menurun bercakbercak kemerahan
dikulit, gelisah dan diare. Gejala klinis diatas biasanya timbul dalam 2 sampai 7 hari (pada
beberapa kasus sampai 10 hari). Pada 10-20% kasus, gejala klinis terjadi sangat berat
sehingga pasien memerlukan alat bantu nafas (ventilator).
2. Flu Burung
Pemanasan global mengakibatkan meningkatnya kasus flu burung (avian
influenza/AI). Ini karena meningkatnya suhu udara mendorong peningkatan penguapan
sehingga kondisi udara lebih lembab, sementara virus AI sangat menyukai kondisi lembab
dan dingin
Lalu, apa yang seharusnya dilakukan? Siapapun memiliki peran dalam mencegah
terjadinya efek negatif perubahan iklim akibat pemanasan global terhadap kesehatan.
Individu dan sektor bisnis dapat membantu mengambil langkah untuk mengurangi
pembakaran bahan bakar fosil melalui konservasi energi, penggunaan teknologi yang telah
tersedia dengan lebih baik, dan pengembangan teknologi baru yang ramah lingkungan. Hal
tersebut dapat menghemat energi sebesar 10-30%.
Pemerintah berperan penting dalam pembuatan dan implementasi kebijakan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca. Pengurangan yang signifikan dapat ditempuh dengan
menggunakan serangkaian teknologi dan alat-alat kebijakan untuk mengakselerasi
pengembangan teknologi. Meskipun demikian, perlu pula untuk menilai resiko terhadap
kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi tersebut.
Dokter dan praktisi kesehatan masyarakat dapat membantu mengurangi dampak
secara langsung dengan meningkatkan pelayanan kesehatan primer, terutama untuk populasi
yang rentan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengawasan kesehatan masyarakat,
surveilans penyakit dan kontrol program yang lebih baik, vaksinasi sebagai pencegahan, dan
edukasi kesehatan kepada masyarakat.