You are on page 1of 13

TPQ

ALBAROKAH
LINK.GARUM RT.03 RW.01 KEL.GARUM KEC.GARUM
KABUPATEN BLITAR
Senin, 22 September 2014

TPQ GO!
Membangun TPQ dan Madrasah Diniyah Masa
Depan
Tantangan TPQ dan Madin Hari Ini

Keberadaan media saat ini tidak bisa ditinggalkan dalam tata kehidupanm, sehingga dampak negatif dan
positif banyak dirasakan. fungsi media dalam kehidupan beragama cukup menggembirakan; berbagai
materi pembelajaran baik berupa file, video dapat diketemukan dengan mudah, berbagai film da’wah
dapat dilihat, berbagai informasi di belahan bumi bisa didapat. Pendek kata mau belajar islam dari
berbagai segi dapat diketemukan melalui media, namun dampak negatif media tidak bisa dilihat dengan
sebelah mata. Berbagai contoh perilaku jelek (madzmumah) banyak ditiru oleh anak-didik kita, televisi
yang maksimal ditonton 2 jam tayangan yang mendidik ternyata ditonton berjam-jam oleh anak-anak
kita, bahkan tontonan orang dewasa banyak ditonton oleh anak dan remaja.

Media tidak mungkin dilarang dan dilawan, namun perlu kita tata sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan sebagai seorang hamba. Guru dan orangtua tua perlu memahami teknologi dan media
dalam rangka pemanfaatan media untuk misi da’wah dan juga untuk advokasi anak dan remaja, karena
media hakikinya netral tergantung pemaknaan, tata kelola dan kepentingan yang menggunakan

Kurikulum TPQ dalam nuansa BCM (Belajar Bercerita dan Bermain) perlu dikelola dengan andal, sehingga
bermanfaat dalam pengisian waktu-waktu berharga bagi anak dan remaja seusia santri TPQ dan Madin.
Konten dan sentuhan teknologi informasi perlu dilakukan secara terukur dan berkesinambungan
sehingga santri TPQ dan Madin tidak ketinggalan zaman, bukankah kita mendidik untuk masa depan
mereka’

Tantangan Kedua, adalah keberadaan Sekolah dan Madrasah Full Day School, yang belum
mengakomodasi TPQ dan Madin sehingga trend sekolah dan madrasah unggul apabila tidak disikapi akan
mengurangi keberadaan TPQ dan Madin di tengah masyarakat, padahal kita tahu pendidikan terbaik
dibidang agama adalah dengan pendekatan informal bukan pendekatan formal maupun non formal. Perlu
ada dialog masyarakat al-qur-an dengan pengelola pendidikan sehingga pendekatan pembelajaran alqur-
an dikembalikan pada pendekatan pembelajaran informal di rumah, masjid dan musholla walau harus
dilakukan di sekolah dan madrasah

Tantangan Ketiga, adalah Pola Hidup Pragmatisme dalam kehidupan masyarakat sehingga keberadaan
TPQ dan Madin dilihat dalam konreks untung dan rugi. Jika untung dan rugi dalam kalkulasi kehidupan
dunia dan akherat, maka TPQ dan Madin akan terjamin eksistensinya, namun jika dalam konteks
keduniaan maka strategi pengembangan TPQ dan madin perlu direposisi dengan mendialogkan
pengelolaan dengan pemangku kepentingan ( stake holders) sehingga keberadaan TPQ dan madin tetap
menjadi kebutuhan mereka.

Membangun TPQ dan Madin Masa Depan

Kurikulum menjadi ruh dalam setiap proses Pembelajaran, sehingga desain kurikulum sangat
menentukan kualitas lulusan satuan pendidikan. Banyak sekolah menunai kesuksesan karena kepiwaian
dalam mendesain kurikulumm misalnya Sekolah Al Munthoharinya Dr Jalaluddin Rahmad dengan model
Multiple Intelegencia, Sekolah alam dipelbagai kota, Marasah Amanatul ummah, sekolah al Hikmah
Surabaya. Semua satuan pendiidkan tersebut telah istiqomah dengan pilihan kurikulum yang telah
dikawal dalam sistem yang andal.

Keberadaan TPQ dan Diniyah juga mengalami hal yang sama. TPQ dan diniyah yang mampu mengawal
kurikulum dengan istiqomah dan penajaman ciri khasl yang menjadi kekuatan TPQ dan Diniyah dapat
bertahan. Bagaimana dengan keberadaan TPQ dan Diniyah Masa Depan ?

Saat ini ummat cenderung mendewakan pendidikan formal, sehingga orangtua akan ikhlas mengeluarkan
biaya mahal jika anaknya dapat memasuki sekolah unggulan atau sekolah idaman, maka jangan heran
jika sudah mendekati Ujian Nasional TPQ dan Madin banayk mengalami instabilitas karena santri banyak
yang absen karena mengikuti pelajaran tambahan.

Kami punya pemikiran Kurikulum TPQ dan Madin di LP Maarif perlu didesain dengan Kurikulum
Plus yaitu kurikulum TPQ dan Madin ditambah materi yang di UN-kan atau ditambah materi yang banyak
dibutuhkan di masyarakat misalnya Bahasa Inggris dan Komputer. Penafsiran terhadap ilmu agama harus
diperluas menjadi ilmu yang mampu mendekatan diri kepada Allah atau menambah derajat taqwa,
sehingga ilmu di luar dirosah islamiyah kita pandang sebagai ilmu kaunyah yang wajib kifayah, sehingga
ilmu agama ilmu lain tetap dipandang sama tanpa harus dilotomikan

Setiap TPQ dan Madin perlu menentukan bodi kurikulum dengan muatan pilihan sesuai dengan
ketersediaan ustadz ustadzah pilihan, sehingga orangtua santri tetap setia dengan TPQ dan madin karena
kebutuhan untuk menambah pelajaran telah tersedia.

Dalam sebuah tulisan kami terdahulu berjudul Kurikulum lokal berstandar Mutu Universal, kami
kemukakan bahwa kurikulum yang dibuat akan diperhatikan masyarakat jika standar isi dan proses
sesuai dengan aturan universal (nasional atau internasional), sehingga saat TPQ dan Madin menambah
materi kurikulum maka tambahan itu memenuhi prinsip-prinsip pendidikan yang universal

Jika kurikulum telah didesain sesuai dengan kebutuhan masa kini dan masa depan, maka langkah yang
perlu dilakukan adalah katersediaaan sumberdaya berupa guru yang mempunyai kualifikasi berdasar
peraturan perundang-undangan. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen diatur
dengan jelas, standar kualifikasi guru dalam sistem pendidikan nasional. Guru wajib memiliki. Kualifikasi
akademik yang dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma
empat. Sementara kompetensi guru yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, yang meliputi
pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Namun dalam pandangan penulis, pendidikan keahlian tambahan yang harus dimilikioleh Guru TPQ dan
Madin adalah ahli dalam bidang Sains dan Kebahsaan. Dua kajian ilmu inilah yang mampu menjadi nilai
jual TPQ dan Madrasah Diniyah. Sehingga pengelola TPQ dan madin perlu mengakomodir sumberdaya
yang mempunyai latar pendiidkan Sains dan kebahasaan. Keahlian ini akan lebih berarti jika mereka
lulusan Perguruan Tingi yang mempunyai asrorul ilmi, misalnya Sarjana sains lulusan ITS atau ITB,
Sarjana Bahasa Inggris luusan UNM atau UI
Dengan konsep di atas maka TPQ dan Madin dapat mengiintegrasikan ruh pendidikan formal dan
informat dalam bentuk sinergitas kurikulum TPQ dan Madin. Kurikulum TPQ- Madin disinergikan dengan
kurikulum Standar Sekolah Nasional, bahkan sinergitas itu perlu diperkaya dengan model pembelajaran
yang mengintegraskan pendidkan formal-informal dan non formal.

TPQ dan Madin Masa Depan juga perlu meningkatkan spiritualitas tenaga pendidik dan kependidkan
dengan membangun kultur akademik yang paripurna. Semangat berkinerja lebih dari tugas pokoknya
perlu dikampanyekan, misalnya guru TPQ datang lebih awal 5-15 menit sekedar tadarus untuk memberi
teladan kepada santri-santrinya, guru akhlaq sebelum belajar berwudlu sekedar memberi contoh betapa
pentingnya bersuci dan dawamul wudlu saat menerima pelajaran, Guru IPA datang lebih awal hanya
sekedar merawat 5 tanaman contoh untuk murid-muridnya, kalau tradisi ini belum mampu dijalankan
maka guru TPQ dan madin diruwat saja.

Dalam sebuah makalah pelatihan bersama MNC Life kami pernah menulis Meruwat Guru Madrasah Untuk
mencetak Generasi Khoiro ummah dalam artikel tersebut ada 4 alasan [2] mengapa melakukan ruwatan
bagi guru. Tentu dengan ruwatan atau pelatihan bernuasa spiritualitas, menjadikan guru TPQ dan Madin
akan lebih berdaya dalam mewujudkan generasi khoiro ummat. Kuntum Khoiro ummatin ukhrijat linnasi
takmuruna bilmakrufi watanhauna anil munkar (sebagian ummat yang berkuajiban untuk menjadi penyeru
kebaikan dan pencegah kemunkaran merupakan cita-cita luhur dalam membangu peradaban. Untuk
menjadi manusia yang mampu membimbing generasi khoiro ummat, guru TPQ dan Madin perlu
memposikkan sebagai khalifah fil ardli, menjadi pemimpin dan pembimbing da’wah.

Sudah saatnya secara kualitatif guru perlu mengawal murid-murdnya selalu berfikir dan merenung” jika
mempunyai ilmu sejauhmana diamalkan, Jika mempunyai kekayaan sejauhman digunakan dan
diinfaqkan, dan jika mempunyai kedudukan sejauh mana bisa beramar makruf nahi munkar”

Orang besar terlahir dari komunitas orang besar, dalam dunia persilatan, pesilat tangguh lahir dari
padepokan yang dibimbing pendekar tangguh. Orang besar adalah orang berfikir dan berjiwa besar.
Kerangka berfikir inilah yang perlu dipikirkan guru TPQ dan Madrasah Diniyah. Guru TPQ dan Madin
harus berani berinfestasi untuk pengambangan diri melalui pelatihan atau pendidikan. Guru TPQ dan
Madin tidak cukup hanya berbekal ijazah Madrasah Aliyah namun perlu ikut PGPQ, PG Madin, bisa
menempuh pendidikan S1 Tafsir hadits, S1 PAI Konsentrasi Madin, S1 PGRA dan PGMI bahkan bisa
menempuh pendidikan yang lebih tinggi setingkat Magister atau Doktor.

Penulis adalah Guru Madrasah Diniyah Awaliyah Pesantren Darul Hikmah tahun 1986 namun dengan
kebesaran tekad dan niat saat ini bisa menempuh Pendidikan Doktor di bidang Pemikiran Pendidikan
islam dengan Disertasi Spiritulitas Guru Madrasah, akhirnya kami ucapkan selamat kepada Para
Wisudawan semoga al qur-an menjadi sinar yang terang dalam menuntun hati menuju ridlo-Nya, semoga
al qur-an menjadi hiasan rumah melalui tadarus yang berkumandang sepanjang masa, semoga yang
hadir mendapat berkah dan syafaat al qur-an saat menghadap dihari pembalasan

Diposting oleh ryads sholichin di 18.32 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Minggu, 21 September 2014

BERSAMA KITA BISA


Teruskan perjuangan kita
TPQ
ALBAROKAH
LINK.GARUM RT.03 RW.01 KEL.GARUM KEC.GARUM
KABUPATEN BLITAR
Senin, 27 Oktober 2014

dari tahun ke tahun


Diposting oleh ryads sholichin di 20.35 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Senin, 13 Oktober 2014

TPQ ALBAROKAH GARUM BLITAR


Pendidikan Karakter Berbasis Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ)
Bangsa Indonesia masih dihadapkan panda kondisi sulit dalam krisis
multidimensional. Tidak hanya kondisi ekonomi yang belum beranjak pulih dari
krisis, tetapi juga karakter dan kepribadian bangsa ini semakin mengalami
kemunduran. Hal ini terbukti dari banyaknya kasus Korupsi Kolusi dan Nepotisme
(KKN) yang masih marak dan belum ada trend mengalami penurunan bahkan
cenderung bertambah variasinya, misalnya terbongkarnya kasus Mafia Hukum dan
Mafia Anggaran. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa sangat buruknya
karakter kader-kader bangsa ini yang perlu segera diperbaiki.
Generasi muda penerus bangsa semakin tidak mengenal bangsanya sendiri. Nilai
kepedulian dan rasa cinta tanah air mulai memudar dari sanubari masyarakat. Salah
satu penyebabnya adalah karena sistem pendidikan yang selama ini berjalan masih
kurang tepat dan masih kurang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pendidikan lebih difokuskan pada bidang akademiknya saja, sedangkan yang
menyangkut pendidikan moral spiritual belum menjadi fokus perhatian. Hal tersebut
sangat kontras dengan kepribadian bangsa Indonesia yang sejatinya merupakan
bangsa yang memegang teguh adat ketimuran yang adi luhung yang berarti bahwa
bangsa Indonesia mempunyai nilai spiritualisme yang tinggi.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, telah menegaskan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang religius. Religiusitas merupakan unsur pokok dan
dominan dalam membentuk suatu kepribadian manusia, yaitu manusia yang
berkarakter yang mengarahkan dirinya pada suatu keadaan untuk lebih mengenal
penciptanya. Dengan mengenal Tuhan, maka manusia akan memiliki orientasi hidup
yang hakiki, yaitu melaksanakan ketaatan atas ajaran Tuhan dan menjauhi segala
larangan-Nya, atau yang kerap kali didefinisikan sebagai ketaqwaan.
Melihat banyaknya krisis moral yang ada saat ini tentu adanya suatu pendidikan
religi menjadi salah satu solusi terbaik untuk menyelamatkan karakter generasi
penerus bangsa ini. Sebagai bangsa dengan mayoritas penduduk beragama Islam,
maka pendidikan keagamaan dan akhlak dapat dimulai sejak usia dini. Pendidikan
religi yang anak usia dini dapat dilakukan secara informal melalui keluarga maupun
lingkungan sosial masyarakat, salah satu bentuknya adalah melalui Taman
Pendidikan Al-Quran (TPA/TPQ).
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA/TPQ) adalah unit pendidikan non-formal jenis
keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi
utamanya, dan diselenggararakan dalam suasana yang Indah, Bersih, Rapi, Nyaman,
dan Menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata TAMAN
yang dipergunakan. TPA/TPQ bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi
Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber
perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan
kecintaan yang mendalam terhadap al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya,
terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat
untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari. (Depag)
Melihat pengertian tersebut, maka peran dan keberadaan TPA/TPQ berkesesuaian
dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3,
yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan
tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun;
kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam,
percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan,
baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
(Prof. Dr. Suyanto, Ph. D, 2010)
Kesembilan pilar karakter tersebut dalam terimplementasikan dalam proses
kegiatan belajar mengajar (PKBM) di Taman Pendidikan Al’Qur’an (TPA/TPQ).
Pendidikan yang dilakukan di TPA/TPQ merupakan pendidikan informal dan lebih
dominan berorientasi kepada aspek afektif-implementatif dibandingkan aspek
kognitif. Penagajar TPA/TPQ (ustadz/ustadzah) dalam menyampaikan materi
(akhlaq, BTAQ, syariah, dan sebagainya) sebisa mungkin dengan penuh
pemahaman dan kekeluargaan, jauh berbeda dengan pendidikan formal di sekolah
yang hanya menekankan ketuntasan standar nilai tertentu (KKM).
Pendidikan di TPA/TPQ lebih menekankan pada dimensi akhlak meskipun tidak pula
menafikan dimensi intelektual. Peserta didik (santri/santriwati) TPA/TPQ akan
mendapatkan pendampingan yang lebih intensif dibandingkan pendidikan formal di
sekolah. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa nyaman dalam belajar
sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami, lebih jauh lagi agar lebih
mudah diimplementasikan dalam kehidupan keseharian. Sistem pembelajaran ini
pun telah diadopsi di sekolah-sekolah Islam terpadu yang mulai banyak berdiri dan
berkembang di tahun 2002an.
Melihat potensi kuantitas TPA/TPQ yang jumlahnya hampir 100.000an si seluruh
wilayah Indonesia, cukuplah memegang peran sentral apabila mampu dioptimalkan
sebagai basis pendidikan karakter bangsa, terutama untuk pendidikan anak usia dini
(PAUD). Dengan revitalisasi, rekonstruksi dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM), TPA/TPQ akan mampu memberikan sumbangsihnya demi
perbaikan karakter generasi masa depan bangsa menuju yang lebih baik. Tidak ada
yang tidak mungkin untuk sebuah ikhtiar suci.
Indonesia BISA!
Diposting oleh ryads sholichin di 18.13 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rabu, 08 Oktober 2014


KEUTAMAAN BULAN MUHARAM

Dalam kalender Hijriah terdapat empat bulan haram, yakni Dzulqaidah,


Dzulhijah, Muharam, dan Rajab. Disebut haram karena keempat bulan itu sangat
dihormati, dan umat Islam dilarang berperang di dalamnya.

Muharam yang berarti diharamkan atau yang sangat dihormati, memang


merupakan bulan gencatan senjata atau bulan perdamaian. Hal ini menunjukkan
bahwa umat Islam di manapun harus selalu bersikap damai, tidak boleh
mengobarkan api peperangan jika tidak diperangi terlebih dahulu.

Seyogianya, umat Islam menghormati dan memaknai Muharam dengan spirit


penuh perdamaian dan kerukunan. Sebab, Nabi Muhammad SAW pada khutbah
haji wada-yang juga di bulan haram, mewanti-wanti umatnya agar tidak saling
bermusuhan, bertindak kekerasan, atau berperang satu sama lain.

Esensi dari spirit Muharam adalah pengendalian diri demi terciptanya kedamaian
dan ketenteraman hidup, baik secara fisik, sosial, maupun spiritual. Karena itu, di
bulan Muharam Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa
sunah: Asyura (puasa pada hari kesepuluh di bulan ini).
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah
Ramadhan adalah puasa di bulan Muharam. Dan, shalat yang paling utama
setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim).

Ibnu Abbas berkata, “Aku tak melihat Rasulullah SAW mengintensifkan puasanya
selain Ramadhan, kecuali puasa Asyura.” (HR Bukhari). Dalam hadis lain yang
diriwayatkan dari Abi Qatadah, Nabi SAW bersabda, “Puasa Asyura itu dapat
menghapus dosa tahun sebelumnya.” (HR Muslim).

Melalui puasa sunah itulah, umat Islam dilatih dan dibiasakan untuk dapat
menahan diri agar tidak mudah dijajah oleh hawa nafsu, termasuk nafsu dendam
dan amarah, sehingga perdamaian dan ketenteraman hidup dapat diwujudkan
dalam pluralitas berbangsa dan bernegara.

Puasa sunah di bulan Muharam agaknya juga harus menjadi momentum islah
bagi semua pihak. Agar perdamaian dan ketentramaan terwujud, Muharam juga
harus dimaknai sebagai bulan antimaksiat, yakni dengan menjauhi larangan-
larangan Allah SWT, seperti fitnah, pornoaksi, pornografi, judi, korupsi, teror, dan
narkoba.

Muharram juga penting dijadikan sebagai bulan keselamatan bersama dengan


menghindarkan diri dari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat
menyengsarakan manusia, baik di darat, laut, maupun di udara.
Diposting oleh ryads sholichin di 18.12 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Postingan Lebih BaruPostingan LamaBeranda

Langganan: Postingan (Atom)


Mengenai Saya

ryads sholichin
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 September (2)
 Oktober (3)
 November (1)
 Desember (4)
 Februari (1)
 Maret (2)
 April (2)
 April (1)
 Mei (1)
 Februari (1)

Total Tayangan Halaman

1094
MENURUT ANDA Ada kesalahan di dalam
PENTINGKAH gadget ini
PENDIDIKAN
NONFORMAL

Wikipedia

Submit

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

TPQ
ALBAROKAH
LINK.GARUM RT.03 RW.01 KEL.GARUM KEC.GARUM
KABUPATEN BLITAR
Rabu, 07 Februari 2018

Dilema Antara Pendidikan dan Bekerja Pada Anak-


anak Usia Sekolah Dasar di Kecamatan Garum
Sudah bukan menjadi rahasia lagi, saat Gunung Kelud meletus membawa material-
material vulkanis . Semburan material-material tersebut tersebar melalui udara dan
sungai-sungai yang dilalui larva.
Larva yang mengalir di sungai-sungai membeku mejadi pasir, batu koral, batu apung
dan batu hitam.
Hasilnya ribuan kubik material bangunan tadi menjadi barang tambang dan berkah
kepada warga sekitar.
Setiap hari lalulalang kendaraan pengangkut pasir memasuki sungai-sungai aliran
lahar. banyak lapangan pekerjaan tercipta. mulai dari penunggu retribusi portal,
pengambil pasir dari sungai, pengangkat pasir ke truk hingga pedagang makanan.
Di Desa Karangrejo Kecamatan Garum yang terletak tepat di kaki Gunung Kelud,
mengalir Sungai Putih yang membawa berbagai macam material vulkanis. Banyak
warga setempat menjadi penambang pasir. Dan pendapatan sebagai penambang
pasir tidaklah sedikit. Perhari sedikitnya mereka mendapakan uang 100,000 rupiah.
Pendapatan yang lumayan besar untuk sekelas Kabupaten Blitar yang notabene
memiliki UMR kurang lebih 1,500,000 perbulan.
Besarnya pendapatan sebagai penambang pasir membuat anak-anak disekitar
menjadi lebih tertarik untuk ikut menambang pasir dari pada sekolah. Dengan ikut
menambang pasir anak-anak bisa memiliki handphone terbaru, motor atau barang-
barang tersier lainya yang mereka inginkan.
Kadang pemandangan miris tercipta , anak-anak yang usia bangku Sekolah Dasar
ikut menambang pasir di bawah teriknya matahari. Mengangkat beban yang
seharusnya dilakukan oleh orang-orang dewasa.
Memang uang lebih menggiurkan daripada bangku sekolah. sungguh ironi tercipta,
saat seorang anak lebih memilih membanting tulang untuk barang-barang tersier.

You might also like