You are on page 1of 86

BLOK 23

KEBUTUHAN MEKANISME KOPING

MODUL
KEBUTUHAN MEKANISME KOPING

Koordinator Blok:
Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep.J

Penyusun:
Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Martina, M.Kep., Sp.Kep.J
Ns. Rudi Alfiandi
Ns. Syarifah Atika

Reviewer:
Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep., Sp.Kep.An
Ns. Sri Novitayani, MNS

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN 2015-2016

i
IDENTITAS PEMILIK

Foto ukuran
3x4 cm

Nama : ..........................................................................................................

NIM : ..........................................................................................................

T.T.L : ..........................................................................................................

Alamat : ..........................................................................................................

Nomor HP : ..........................................................................................................

Pemilik,

(....................................................)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan
salam kepangkuan Nabi Muhammad SAW, sehingga modul ”Kebutuhan Mekanisme
Koping” telah selesai disusun oleh tim. Modul ini berisikan kompetensi mahasiswa
supaya mampu memahami dan mempraktekkan pemenuhan kebutuhan mekanisme
koping dalam dunia keperawatan.

Modul ini diharapkan mampu memberikan acuan bagi tutor dan mahasiswa untuk
melaksanakan pembelajaran dengan sistem Student Centered Learning (SCL) pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sedang diterapkan pada Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Selain itu, modul ini diharapkan dapat
mendukung proses belajar mengajar dengan pendekatan metode pembelajaran yang
berorientasi pada mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi dalam mencapai kompetensi
yang diharapkan.

Penyusunan modul ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, pada kesempatan ini
tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2. Sataf Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul.

Kami berharap semoga modul ini dapat memberikan manfaat kepada tutor, dosen,
mahasiswa, dan para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan modul ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.

Banda Aceh, 04 Februari 2016

Tim Penyusun,

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i

Identitas Pemilik ....................................................................................................... ii

Kata Pengantar......................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................... iv

Bab I : Informasi Umum ......................................................................................... 1

Bab II : Rancangan Pembelajaran........................................................................... 3

Bab III : Konsep Kebutuhan Mekanisme Koping ...................................................... 6

Bab VI : Praktikum Kebutuhan Mekanisme Koping................................................... 14

Daftar Pustaka

Lampiran

iv
BAB I
INFORMASI UMUM

A. Nama Blok : Kebutuhan Mekanisme Koping


B. Nama Modul : Kebutuhan Mekanisme Koping
C. Beban SKS : 4 SKS (2,5 SKS Konsep dan 1,5 SKS Praktikum)
D. Tujuan Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep
mekanisme koping, konsep penatalaksanaan gangguan jiwa, konsep gawat darurat
psikiatri, intervensi krisis dan sindrom pasca trauma, konsep rehabilitasi keperawatan
jiwa, terapi modalitas serta psikofarmaka dalam keperawatan jiwa.

E. Metode Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL) dengan
menggunakan metode ISS, Discovery Learning, tugas individu, praktikum/simulasi di
laboratorium keperawatan dan observasi Rumah Sakit Jiwa.

F. Kegiatan Mahasiswa
Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah pengantar
(Introduction Lecturer) oleh koordinator blok yang bertujuan memberikan gambaran
secara komprehensif pada mahasiswa mengenai modul yang akan dipelajari,
kompetensi, tujuan pembelajaran serta metode pembelajaran yang akan digunakan.
Selanjutnya mahasiswa akan mengikuti pembelajaran sesuai dengan metode
pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan praktikum merupakan lanjutan dari
pembelajaran konsep kebutuhan mekanisme koping. Langkah prosedur intervensi
keperawatan telah diuraikan dan mahasiswa melatih kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotor dengan tidak mengabaikan kompetensi Soft Skill dalam melakukan
prosedur tindakan keperawatan (simulasi). Semua kegiatan tersebut didampingi oleh
tutor masing-masing dengan menggunakan probandus dari mahasiswa sendiri
sesuai dengan skenario yang telah dipersiapkan terlebih dahulu serta observasi
lapangan.

G. Kegiatan Tutor
1. Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2. Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif
dalam proses pembelajaran.

1
3. Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan baik pada
setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran.
4. Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari kasus pemicu
yang diberikan.
5. Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang belajar dan
laboratorium.
6. Mengisi seluruh format evaluasi yang sudah disiapkan untuk proses penilaian
pelaksanaan modul.
7. Apabila mengalami kesulitan memahami isi modul ini, silahkan menghubungi tim
penyusun modul.

2
BAB II
RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. Profesional Profil
Setelah mengikuti proses pembelajaran tahap pendidikan akademik, diharapkan
mahasiswa memahami serta mampu mengaplikasikan konsep dan keterampilan
dalam kebutuhan mekanisme koping pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
baik di rumah sakit jiwa maupun di komunitas.

B. Jadwal Kegiatan Tutorial


Hari/
No PT Jam Kom Metode
Tanggal

Kuliah Introduksi
Pembagian TIK ISS
Rabu/ 13.30 – 15.10 Pengantar Discovery Learning
1 1–8
03/02/2016 15.10 – 16.50
1
TCL
2
Konsep Dasar Gangguan Jiwa
(Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep.J)

Kamis/ 13.30 – 15.10


2 3 1–8 Konsultasi dan Transfer Knowledge
04/02/2016 15.10 – 16.50

4
Selasa/ 13.30 – 15.10
3 5 1–8 Presentasi TIK ISS
09/02/2016 15.10 – 16.50
6

Observasi Kasus di RSJ


Rabu/ 7 13.30 – 15.10
4 1–8 Discovery Learning
10/02/2016 8 15.10 – 16.50
(Step 1)
TCL Kelas Besar
9 Peran Perawat dalam Pemberian Terapi
13.30 – 15.10
10 Psikofarmaka
Kamis/ (Ns. Sri Novitayani, MNS)
5 1–8
11/02/2016
Konsultasi Discovery Learning
11 15.10 – 16.50
(Step 2)

12 Presentasi Discovery Learning


Senin/ 13.30 – 15.10
6 13 1–8 (Step 3)
15/02/2016 15.10 – 16.50
14 Kelas Besar

TCL Kelas Besar


Senin/ 15 13.30 – 15.10
7 1–8 Penanganan Gawat Darurat Psikiatrik
22/02/2016 16 15.10 – 16.50
(Ns. Roslaini, M.Si)

3
Hari/
No PT Jam Kom Metode
Tanggal
TCL Kelas Besar
Selasa/ 17 13.30 – 15.10
8 1–8 Skizofrenia dan Psikofarmaka
23/02/2016 18 15.10 – 16.50
(dr. Subhan Rio Pamungkas, Sp.KJ)

TCL Kelas Besar


Rabu/ 19 13.30 – 15.10
9 1–8 Konsep Rehabilitasi: Terapi Modalitas
24/02/2016 20 15.10 – 16.50
(Ns. Martina, M.Kep., Sp.Kep.J)

Kamis/ 13.30 – 15.10 Kuliah Pakar


10 – –
25/02/2016 15.10 – 16.50 (Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, MNS., Ph.D)

Kamis/ 13.30 – 15.10


11 – – Ujian Tulis/Responsi
03/03/2016 15.10 – 16.50

C. Jadwal Kegiatan Praktikum


No Hari/Tanggal Jam Kom Metode
13.30 – 16.00 1–2 Kel. 1 : Kasus 1 Kel. 5 : Kasus 1
Selasa/ 16.00 – 18.30 Kel. 2 : Kasus 2 Kel. 6 : Kasus 2
1
16/02/2016 Kel. 3 : Kasus 3 Kel. 7 : Kasus 3
(2 PT) Kel. 4 : Kasus 4 Kel. 8 : Kasus 4
Kel. 4 : Kasus 1 Kel. 8 : Kasus 1
13.30 – 16.00
Rabu/ Kel. 1 : Kasus 2 Kel. 5 : Kasus 2
2 16.00 – 18.30 3–4
17/02/2016 Kel. 2 : Kasus 3 Kel. 6 : Kasus 3
(2 PT)
Kel. 3 : Kasus 4 Kel. 7 : Kasus 4
Kel. 7 : Kasus 1
13.30 – 16.00 Kel. 1, 2, 3, dan 4
Kamis/ Kel. 8 : Kasus 2
3 16.00 – 18.30 5–6 (Praktikum RSJ
18/02/2016 Kel. 5 : Kasus 3
(2 PT) Kasus 1 dan 2)
Kel. 6 : Kasus 4
Kel. 3 : Kasus 1
13.30 – 16.00 Kel. 5, 6, 7, dan 8
Jumat/ Kel. 4 : Kasus 2
4 16.00 – 18.30 7–8 (Praktikum RSJ
19/02/2016 Kel. 1 : Kasus 3
(2 PT) Kasus 1 dan 2)
Kel. 2 : Kasus 4
Kel. 6 : Kasus 1
13.30 – 16.00
Sabtu/ Kel. 1, 2, 3, dan 4 Kel. 7 : Kasus 2
5 16.00 – 18.30 9 – 10
20/02/2016 (TAK di RSJ) Kel. 8 : Kasus 3
(2 PT)
Kel. 5 : Kasus 4
Kel. 2 : Kasus 1
13.30 – 16.00
Sabtu/ Kel. 3 : Kasus 2 Kel. 5, 6, 7, dan 8
6 16.00 – 18.30 11 – 12
20/03/2016 Kel. 4 : Kasus 3 (TAK di RSJ)
(2 PT)
Kel. 1 : Kasus 4

Rabu/ 13.30 – 16.00


7 – Laboratorium Mandiri
02/03/2016 16.00 – 18.30

Kamis/ 13.30 – 16.00


8 _ OSPE
03/03/2016 16.00 – 18.30

4
D. Metode Evaluasi
1. Diskusi/presentasi individu : 10%
2. Ujian responsi : 13%
3. Ujian tulis/final : 25%
4. Praktikum : 30%
5. Tugas individu/kelompok : 10%
6. Soft skill : 7%
7. Absensi : 5%

Tugas Individu : Tugas Kelompok : 60% : 40%


Presentase Penilaian Praktikum
1. Pre test : 10%
2. Proses Keperawatan : 10%
3. Tindakan : 20%
4. OSPE : 60%

E. Tutor Utama
1. Ns. Aiyub, M.Sc
2. Ns. Dahniar
3. Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep.J
4. Ns. Husna Hidayati, MNS
5. Ns. Martina, M.Kep., Sp.Kep.J
6. Ns. Rudi Alfiandi
7. Ns. Sinta Nelysa, MNg
8. Ns. Sri Novitayani, MNS

5
BAB III
KONSEP KEBUTUHAN MEKANISME KOPING

A. Konsep Mekanisme Koping


1. Definisi Koping
2. Jenis-Jenis Koping
3. Sumber Koping
4. Metode Koping

B. Gangguan Sensori Persepsi (Halusinasi)


1. Definisi Halusinasi
2. Proses Terjadinya Halusinasi
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Halusinasi
4. Rentang Respons Halusinasi

RENTANG SEHAT – SAKIT JIWA

RESPON RESPON
ADAPTIF MALADAPTIF

SEHAT JIWA PSIKOSOSIAL GANGGUAN JIWA


PIKIRAN KADANG KELAINAN PIKIRAN
PIKIRAN LOGIS
MENYIMPANG (WAHAM)
PERSEPSI AKURAT ILUSI HALUSINASI
KETIDAKMAMPUAN
EMOSI KONSISTEN REAKSI EMOSIONAL
MENGENDALI EMOSI
PERILAKU SESUAI PERILAKU TIDAK SESUAI KEKACAUAN PERILAKU
HUBUNGAN SOSIAL
MENARIK DIRI ISOLASI SOSIAL
HARMONIS

5. Tanda dan Gejala Halusinasi


6. Tingkatan Halusinasi
Klien merasa banyak masalah, ingin
menghindar dari lingkungan, takut diketahui
orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
Masalah makin terasa sulit karena berbagai
stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil,
Stage 1 : terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di
Sleep Disorder kampus, PHK di tempat kerja, penyakit, utang,
Fase awal seseorang sebelum muncul nilai di kampus, drop out, dsb. Masalah terasa
halusinasi menekan karena terakumulasi sedangkan
support system kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsung
terus-menerus sehingga terbiasa menghayal.
Klien menganggap lamunan-lamunan awal
tersebut sebagai pemecahan masalah.
Stage 2 : Klien mengalami emosi berlanjut seperti
Comforting Moderate Level of Anxiety adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
Halusinasi secara umum ia terima berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan

6
sebagai sesuatu yang alami pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan
sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya
diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan
klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
Pengalaman sensori klien menjadi sering
datang dan mengalami bias. Klien mulai terasa
Stage 3 :
tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai
Condemning Severe Level of Anxiety
berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan
Secara umum halusinasi sering
objek yang dipersepsikan klien mulai menarik
mendatangi klien
diri dari orang lain dengan intensitas waktu
yang lama.
Stage 4 : Klien mencoba melawan suara-suara sensory
Controlling Severe Level of Anxiety abnormal yang datang. Klien dapat merasakan
Fungsi sensori menjadi tidak relevan kesepian bila halusinasi berakhir. Dari sinilah
dengan kenyataan dimulai fase gangguan psychotic.
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai
merasa terancam dengan datangnya suara-
Stage 5 : suara terutama bila klien tidak dapat menuruti
Conquering Panic Level of Anxiety ancaman atau perintah yang ia dengar dari
Klien mengalami gangguan dalam halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung
menilai lingkungannya. selama minimal 4 jam atau seharian bila klien
tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.

7. Jenis-Jenis Halusinasi
8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

C. Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)


1. Konsep Marah
2. Definisi Risiko Perilaku Kekerasan
3. Proses Terjadinya Risiko Perilaku Kekerasan
4. Rentang Respons Risiko Perilaku Kekerasan
Rentang Respons Perilaku Kekerasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

5. Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan


6. Tindakan Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan

D. Gangguan Orientasi Realita (Waham)


1. Definisi Waham
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
3. Jenis-Jenis Waham

7
E. Risiko Bunuh Diri (RBD)
1. Pengertian Risiko Bunuh diri
Skala Penilaian Bunuh Diri SAD PERSONS

Sex (jenis kelamin): Pria memiliki angka angka bunuh diri tiga kali lebih tinggi
S
karena mereka menggunakan cara yang lebih mematikan untuk bunuh diri.

A Age (usia): Remaja, usia pertengahan (45), dan usia lebih dari 65.

Depression (depresi): 25% - 30% individu yang berusaha bunuh diri mengalami
D
gangguan mood.

Previous attemps (upaya sebelumnya): 50% - 80% individu yang berhasil bunuh
P
diri pernah berusaha melakukan bunuh diri minimal satu kali sebelumnya.

Etoh: 20% - 90% bunuh diri berhasil dilakukan dikaitkan dengan


E
penyalahgunaan obat atau alkohol berat.

Rational thought loss (kehilangan pikiran rasional): Psikosis meningkatkan risiko


R
bunuh diri.

Social support, lack (tidak ada dukungan sosial): Tidak adanya dukungan dari
S kerabat, teman, praktik keagamaan, dan kepuasan pekerjaan meningkatkan
risiko bunuh diri.

Organized plan (rencana terorganisasi): Metode, waktu, tanggal, tempat, fantasi


O
tentang pemahaman dan duka cita orang terdekat.

No significant other (tidak ada orang terdekat): Individu yang masih sendiri,
N
janda/duda, cerai, dan berpisah memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri.

Sickness (penyakit): Penyakit terminal, penyakit yang menimbulkan nyeri, dan


S
penyakit yang melemahkan meningkatkan risiko bunuh diri.

2. Rentang Respons Risiko Bunuh Diri (Stuart, 2009)

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Perilaku
Pertumbuhan
Peningkatan Destruktif Diri Pencederaan
Peningkatan Bunuh Diri
Diri Tidak Diri
Berisiko
Langsung

3. Penyebab Risiko Bunuh Diri


4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Risiko Bunuh Diri
5. Perilaku Risiko Bunuh Diri

F. Defisit Perawatan Diri (DPD)


1. Definisi Defisit Perawatan Diri

8
a) Defisit perawatan diri: mandi/ higeine
b) Defisit perawatan diri: berpakaian/ berhias
c) Defisit perawatan diri: makan
d) Defisit perawatan diri: toileting
2. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri
3. Faktor Presipitasi Defisit Perawatan Diri
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Defisit Perawatan Diri

G. Gangguan Respons Sosial (Isolasi Sosial)


1. Definisi Isolasi Sosial
2. Penyebab Isolasi Sosial
3. Rentang Respons Isolasi Sosial

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Menyendiri Otonomi Merasa sendiri Dependensi Menarik diri Ketergantungan


Bekerjasama Interdependen Curiga Manipulasi Curiga

4. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


5. Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial

H. Konsep Gawat Darurat Psikiatri


1. Definisi Gawat Darurat Psikiatri
2. Seklusi dan Restrein
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Restrain

I. Konsep Rehabilitasi Keperawatan Jiwa


1. Definisi Rehabilitasi Klien Gangguan Jiwa
2. Bentuk-Bentuk Rehabilitasi Klien Gangguan Jiwa
3. Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa
4. Jenis-Jenis Terapi Modalitas
1) Terapi Individual
2) Terapi Lingkungan
3) Terapi Biologis
4) Terapi Kognitif
5) Terapi Keluarga
6) Terapi Kelompok

9
7) Terapi Perilaku
8) Terapi Bermain

J. Konsep Pasung
1. Definisi Pasung
2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga dengan Klien Pasung
Paradigms Used in Working with Families
Komponen Pathology Paradigm Competence Paradigm
Disease-based medical Health-based
Dasar paradigma
model developmental model
Patologi, patogenik, Kemampuan
Pandangan keluarga
disfungsi dasar/potensial
Kelemahan, kekurangan, Kekuatan, sumber daya,
Penekanan
dan gangguan dan kesejahteraan
Peran perawat/ tenaga Pendukung keluarga
Pemberi psikoterapi
kesehatan untuk mencapai tujuan
Peran keluarga Klien atau klien Kolaborasi
Kemampuan dan defisit
Dasar pengkajian Tipologi klinik
kemampuan
Intervensi terhadap
Pemberdayaan keluarga
Tujuan intervensi patologi/ disfungsi
untuk mencapai tujuan
keluarga
Penguatan kemampuan
Modus operandi Penentu psikoterapi
yang relevan
Family systems Ecological systems
Perspektif sistemik
framework framework

3. Keluarga dengan Gangguan Jiwa Khususnya Pasung


4. Intervensi dan Terapi Keperawatan untuk Keluarga dengan Klien Pasung

K. Respons Seksual dan Gangguan Seksual


1. Rentang Respons Seksual

Rentang Respons Seksual

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Perilaku seksual Perilaku seksual Perilaku seksual Perilaku seksual


yang terganggu oleh yang yang
memuaskan, dan ansietas yang disfungsional membahayakan,
menghargai hak- diakibatkan dari penuh paksaan,
hak orang lain penilaian tidak menghargai
personal atau privasi, atau
sosial tidak diantara
orang dewasa
yang
menginginkan

10
2. Perilaku Seksual yang Menyimpang
3. Siklus Respons Seksual
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
2) Faktor perilaku
b) Faktor Presipitasi
1) Faktor penyakit dan perlukaan fisik
2) Gangguan jiwa
3) Pemberian obat
4) Penyakit menular (HIV/AIDS)
5) Proses menua
5. Respons Seksual dalam Hubungan Perawat-Klien
a) Respons Seksual Perawat Kepada Klien
b) Respons Seksual Klien Kepada Perawat
c) Respons Seksual Maladaptif
1) Akibat penyakit
2) Kesulitas dengan orientasi seksual

L. Retardasi Mental
1. Definisi Retardasi Mental
2. Penyebab Retardasi Mental
3. Tingkat-Tingkat Retardasi Mental
4. Ciri-Ciri Perkembangan Penderita Retardasi Mental
Usia Prasekolah Usia Sekolah Usia Dewasa
Tingkat (0 - 5 Tahun) (6 - 20 Tahun) (< 21 Tahun)
Retardasi Mental Pematangan dan Latihan dan Kecukupan Sosial
Perkembangan Pendidikan dan Pekerjaan
Perkembangan Perkembangan
Retardasi berat;
motorik sedikit; motorik dan bicara
kemampuan minimal
dapat bereaksi sedikit; dapat
untuk berfungsi dalam
terhadap latihan mencapai mengurus
Berat Sekali bidang sensori,
mengurus diri diri sendiri secara
motorik;
sendiri secara sangat terbatas;
membutuhkan
minimal atau membutuhkan
perawatan
terbatas perawatan
Perkembangan Dapat berbicara Dapat mencapai
motorik kurang; atau belajar sebagian dalam
bicara minimal; pada berkomunikasi; mengurus diri sendiri
umumnya tidak dapat dapat dilatih dalam di bawah
Berat
dilatih untuk kebiasaan pengawasan penuh;
mengurus diri sediri; kesehatan dasar; dapat
keterampilan dapat dilatih secara mengembangkan
komunikasi tidak ada sistematik dalam secara minimal

11
Usia Prasekolah Usia Sekolah Usia Dewasa
Tingkat (0 - 5 Tahun) (6 - 20 Tahun) (< 21 Tahun)
Retardasi Mental Pematangan dan Latihan dan Kecukupan Sosial
Perkembangan Pendidikan dan Pekerjaan
atau hanya sedikit dalam kebiasaan berguna
sekali keterampilan
menjaga diri dalam
lingkungan yang
terkontrol
Dapat mencari
Dapat berbicara atau Dapat dilatih dalam nafkah dalam
belajar komunikasi; keterampilan sosial pekerjaan kasar atau
kesadaran sosial dan pekerjaan; setengah terlatih
kurang; sukar untuk maju dalam keadaan yang
perkembangan lewat kelas 2 SD terlindung;
Sedang
motorik cukup; dapat dalam mata memerlukan
belajar mengurus diri pelajaran akademik; pengawasan dan
sediri; dapat diatur dapat berpergian bimbingan bila
dengan pengawasan sendiri di tempat mengalami stres
sedang yang sudah dikenal sosial atau stres
ekonomi yang ringan
Biasanya dapat
Dapat mencapai
mengembangankan Dapat belajar keterampilan sosial
keterampilan sosial keterampilan dan pekerjaan yang
dan komunikasi; akademik sampai cukup untuk mencari
keterbelakangan kira-kira kelas 6 SD nafkah, tetapi
Ringan minimal dalam bidang pada usia belasan memerlukan
sensori motorik; tahun (dekat usia bimbingan dan
sering tidak dapat 20 tahun); dapat bantuan bila
dibedakan dari dibimbing ke arah mengalami stres
normal hingga usia konformitas sosial. sosial atau stres
lebih tua ekonomi yang luar
biasa

M. Psikofarmaka
1. Definisi Psikofarmaka
2. Jenis-Jenis dan Efek Samping Psikofarmaka
3. Prinsip Pemberian Psikofarmaka
4. Peran Perawat dalam Pemberian Psikofarmaka

12
KOMPETENSI TIK ISS

No TIK ISS

Jelaskan tentang konsep mekanisme koping


1
Ns. Sinta Nelysa, MNg

Jelaskan tentang konsep halusinasi


2
Ns. Martina, M.Kep., Sp.Kep.J

Jelaskan tentang konsep perilaku kekerasan


3
Ns. Hasmila Sari, M.Kep., Sp.Kep

Jelaskan tentang konsep waham


4
Ns. Rudi Alfiandi

Jelaskan tentang konsep risiko bunuh diri


5
Ns. Sri Novitayani, MNS

Jelaskan tentang konsep defisit perawatan diri


6
Ns. Dahniar

Jelaskan tentang konsep isolasi sosial


7
Ns. Aiyub, M.Sc

Jelaskan tentang konsep rehabilitasi keperawatan jiwa dan terapi modalitas


8
Ns. Husna Hidayati, MNS

Tugas Individu:
Buatlah makalah terkait topik di bawah ini, dan wajib dikonsultasikan ke tutor masing-
masing:
1. Topik 1 : Pasung (HS)
2. Topik 2 : Penyimpangan seksual (RA)
3. Topik 3 : Kekambuhan pada klien gangguan jiwa (DH)
4. Topik 4 : Dukungan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan
: jiwa di rumah (ST)
5. Topik 5 : Restrein pada klien gangguan jiwa (AI)
6. Topik 6 : Kepatuhan minum obat pada klien gangguan jiwa (SN)
7. Topik 7 : Retardasi Mental (MT)
8. Topik 8 : Terapi rehabilitasi pada klien gangguan jiwa (HH)

13
BAB IV
PRAKTIKUM MEKANISME KOPING

A. Proses Pengkajian Keperawatan Jiwa


Dalam rangka mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan jiwa, digunakan
pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Tahapan proses keperawatan kesehatan jiwa terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, evaluasi serta dokumentasi. Adapun proses pengkajian
kesehatan jiwa dilakukan dilakukan sebagai berikut:

1. RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)


Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
terapi psikofarmaka, sosial, spiritual.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
14
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Sosial/verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 dan fisik 2:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat.
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
9) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol perilaku Kekerasan

15
c. Stategi Pelaksanaan
Contoh SP pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
1) SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I dan fisik 2

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya AK, panggil saya A, saya perawat yang
dinas di ruangan Asoka. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00. Saya yang akan
merawat Bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama Bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?”
Bagaimana perasaan Bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah Bapak ”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, Pak? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”

KERJA:
“Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab
marah Bapak ”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak diganggu oleh teman dan makanan
bapak diambil dimakan oleh teman bapak (misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang
Bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)

“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? O..iya, jadi Bapak memukul teman Bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa
kerugian cara yang Bapak lakukan? Betul, teman bapak jadi sakit dan takut, piring-piring
pecah. Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Pak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan – lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya setelah melakukan latihan tarik nafas dalam?” “Baiklah,
selanjutnya kita akan melakukan latihan satu lagi yaitu cara fisik 2, pukul kasur bantal”.

“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Bapak ? Jadi kalau
nanti Bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba Bapak lakukan, pukul kasur dan

16
bantal. Ya, bagus sekali Bapak melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Bapak ?”


”Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah ........ (sebutkan) dan yang Bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang Bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak yang lalu, apa yang
Bapak lakukan kalau marah dan jangan lupa latihan napas dalam dan pukul kasur bantal
ya pak. ‘Sekarang kita buat jadwal latihannya ya pak, berapa kali sehari Bapak mau
latihan napas dalam dan pukul kasur bantal? Jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak. Assalamualaikum”

17
2) SP 2 Pasien: Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah
dengan latihan fisik 1 dan 2 yang sudah dilatih.
b) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar
nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat.
c) Susun jadwal minum obat secara teratur

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini


Orientasi
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Di mana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“ Berapa lama bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja (Perawat membawa obat pasien)


“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum?warnanya apa saja? Bagus!Jam berapa bapak
minum obat? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus Bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya
Bapak bisa mengisap-isap es batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, Bapak
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.“Nanti di rumah sebelum minum obat ini
Bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama Bapak tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar? Di sini minta obatnya pada perawat kemudian cek lagi apakah benar obatnya
!“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak?”
“ Sekarang kita masukkan waktu minm obat kedalam jadwal ya pak”

Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”“Coba Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara
minum obat yang benar?”
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana Bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

18
3) SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a) Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik dan minum obat
b) Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi
“ Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita ketemu lagi”
“ Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?apa
yang yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” Bagaimana dengan minum
obatnya? Bagus sekali sudah dilakukan dengan benar”.
“ Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya”.
“ Bagus. Nah kalau latihan tarik nafas dalamnya dan minum obat dilakukan sendiri tulis M,
artinya mandiri, kalau dilakukan diingatkan perawat baru dilakukan tulis B, artinya dibantu
atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan.
“ Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?’
“ Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang sama?
“ Berapa lama bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya karena
minta sesuatu sama temannya tidak diberi. Coba bapak minta dengan baik. “Bapak A
bolehkah saya pinjam sapunya sebentar?” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju,
obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak. “
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: “ Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuam orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakannya:” sayajadi ingin marah karena perkataanmu itu. Coba
praktekkan. Bagus sekali pak”

Terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“ Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajajari”.
“ Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan bapak. Berapa kali
sehari mau latihan bicara yang baik?
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi? “
Besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan
cara ibadah, bapak setuju? Mau dimana? Di sini lagi? Baik sampai jumpa besok ya”

19
4) SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a) Evaluasi hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 dan
2,minum obat dan sosial/verbal\
b) Latihan spiritual (sholat/berdoa) dan buat jadwal latihan sholat/berdoa
Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini:

Orientasi
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi”
Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana dengan perasaan
marahnya?”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Kerja

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana
mau dicoba?
“Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik napas dalam
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat apabila sudah tiba waktu shalat”.
“ Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).”

Terminasi

Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak . Mau berapa kali
Bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba Bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan bila Bapak merasa
marah”

Setelah ini coba Bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
“Bagimana kalau besok kita ketemu lagi ya pak, untuk mengulang kembali semua cara
yang sudah pernah kita latih untuk mengontrol rasa marah bapak
Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,tempatnya di sini saja.
Sampai ketemu besok bapak, permisi

20
Tindakan keperawatan untuk keluarga

a. Tujuan : Keluarga mampu


1) Mengenal masalah resiko perilaku kekerasan
2) Mengambil keputusan untuk merawat klien resiko perilaku kekerasan
3) Merawat klien resiko perilaku kekerasan
4) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien resiko perilaku kekerasan
5) Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien resiko
perilaku kekerasan dan mencegah kekambuhan

b. Tindakan

1) Menjelaskan masalah resiko perilaku kekerasan


a) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien resiko perilaku
kekerasan
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko
perilaku kekerasan

2) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien resiko
perilaku kekerasan
a) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
resiko perilaku kekerasan
b) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien resiko perilaku
kekerasan

3) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien resiko perilaku


kekerasan
a) Menjelaskan cara merawat klien resiko perilaku kekerasan
b) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan
tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal.
c) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk minum
obat dengan prinsip 6 benar.
d) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan cara
verbal/bicara baik-baik.
e) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan cara
spiritual

21
4) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik
bagi klien resiko perilaku kekerasan
a) Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan klien
b) Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan klien
c) Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya dalam
merawat klien

5) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow


up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah kekambuhan
a) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
b) Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps
c) Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
d) Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke
pelayanan kesehatan.

c. Strategi Pelaksanaan pada Keluarga

1) SP 1 Keluarga: Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien


perilaku kekerasan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik
a) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat
perilaku kekerasan
b) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
resiko perilaku kekerasan
c) Menjelaskan cara merawat klien resiko perilaku kekerasan: latihan tarik
nafas dalam dan pukul kasur/bantal
d) Latih keluarga latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal

2) SP 2 Keluarga: Melatih keluarga cara mengontrol perilaku kekerasan


dengan minum obat secara teratur menggunakan prinsip 5 benar
a) Menjelaskan kepada keluarga tentang obat yang diminum klien
b) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat
c) Melatih keluarga cara klien minum obat menggunakan prinsip 6 benar
d) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian
saat klien latihan minum obat sesuai dengan jadwal

3) SP 3 Keluarga: Melatih keluarga latihan secara verbal/bicara baik-baik


a) Menjelaskan kepada keluarga cara mengontrol perilaku kekerasan secara
verbal/ bicara baik-baik
b) Melatih keluarga latihan verbal/bicara baik-baik
c) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian
saat klien latihan verbal/bicara baik-baik.

22
4) SP 4 Keluarga : Melatih keluarga cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan latihan spiritual
a) Menjelaskan kepada keluarga cara mengontrol perilaku kekerasan secara
spiritual
b) Melatih keluarga cara latihan spiritual
c) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien cara spiritual
d) Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan klien
e) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
f) Menjelaskan kemungkinan klien kambuh dan pencegahan kekambuhan
g) Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
h) Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke pelayanan
kesehatan.

2. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi


Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:


1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi dapat melakukannya dengan
cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat
halusinasi muncul

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu


mengontrol halusinasi dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan
halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan
diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada

23
namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa
yang ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

(1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi


(2) Memperagakan cara menghardik
(3) Meminta pasien memperagakan ulang
(4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

b) Menggunakan obat secara teratur


Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan
jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga
akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka
untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
(1) Jelaskan guna obat
(2) Jelaskan akibat bila putus obat
(3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
(4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

c) Bercakap-cakap dengan orang lain


Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang
efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.

d) Melakukan aktivitas yang terjadwal


Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan
diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal,
pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali
mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa
dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut:

24
(1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
(2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
(3) Melatih pasien melakukan aktivitas
(4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
(5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.

c. Strategi Pelaksanaan
1) SP 1 Pasien: Mengidentifikasi halusinasi (pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, proses terjadi), menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi

Contoh SP pada pasien dengan halusinasi

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi

”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang
dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini. ”Baiklah, bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja
” Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D
dengar suara itu? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
” Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
akan hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara- suara itu
muncul?

” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara minum obat yang teratur. Ketiga,
bercakap-cakap dengan orang lain. Keempat, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

” Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya
tidak mau dengar, ...saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi!
Ya bagus D sudah bisa”

25
Terminasi
” Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya?
(Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”. ” Baiklah, sampai jumpa”. ” Baiklah,
sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

2) SP 2 Pasien : Melatih pasien minum obat secara teratur menggunakan


prinsip lima benar.
Peragakan kepada teman anda komunikasi dibawah ini

Orientasi
“ Assalamualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai satu cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan diskusi
selama20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya D?”

Kerja:
“D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur”. ”Apakah suara-suara
berkurang/hilang ”? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. ”Berapa macam obat yang D minum ?
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam7
pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini
yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, D akan
kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis D bisa
minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat menggunakan
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus memastikan bahwa itu obat
yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”.

Terminasi
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika
jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D.
Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di
rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara ketiga
mencegah suara suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00. sampai Jumpa. ”Wassalammu’alaikum.”

26
3) SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap -
cakap dengan orang lain
Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi
“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkah
suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara ketiga untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?”

Kerja
“Cara ketiga untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
D. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo
ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo
ngobrol D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya
tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”

Terminasi
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah ketiga cara ini kalau D
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian D. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara
teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi.
Bagaimana kalau kita latih cara yang keempat yaitu melakukan aktivitas terjadwal?
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai
besok ya. Assalamualaikum”

4) SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara keempat:


melaksanakan aktivitas terjadwal
Peragakan kepada teman anda komunikasi dibawah ini

Orientasi
“Assalamu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai ketiga cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang keempat
untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita
bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30
menit? Baiklah.”

Kerja:
“Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul.

27
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai jadwal ya! (Saudara dapat melatih aktivitas
yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi
sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas
sejauh mana D sudah melatih keempat cara untuk mencegah suara yang pernah kita
bicarakan? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di ruang makan ya!
Sampai jumpa. Wassalammualaikum.

Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


a. Tujuan:
1) Mengenal masalah merawat pasien di rumah.
2) Menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala halusinasi
dan proses terjadinya).
3) Merawat pasien dengan halusinasi.
4) Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien dengan halusinasi
5) Mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
6) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-up pasien dengan
halusinasi.
b. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi.
3) Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami
halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap-cakap, melakukan
aktivitas.
4) Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah
terjadinya halusinasi.
5) Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan.
6) Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk follow-up anggota keluarga dengan halusinasi

28
c. Strategi Pelaksanaan pada Keluarga
1) SP 1 Keluarga : Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam
merawat klien halusinasi dan melatih keluarga cara membimbing
pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik.
a) Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya
halusinasi
b) Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi
c) Melatih keluarga cara membimbing klien untuk mengontrol halusinasi
dan beri pujian
d) Menganjurkan keluarga memotivasi dan membimbing klien untuk
memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian
2) SP 2 Keluarga: Melatih keluarga cara membimbing pasien minum
obat secara teratur menggunakan prinsip 5 benar.
a) Menjelaskan kepada keluarga cara mengontrol halusinasi dengan
minum obat teratur menggunakan prinsip 6 benar obat
b) Melatih keluarga cara membimbing klien minum obat teratur
menggunakan prinsip 6 benar
c) Menganjurkan keluarga membantu klien latihan minum obat sesuai
jadual dan berikan pujian
3) SP 3 Keluarga : Melatih keluarga membimbing klien mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap
a) Menjelaskan kepada keluarga cara mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
b) Melatih dan menyediakan waktu bercakap-cakap dengan klien
terutama saat halusinasi
c) Menganjurkan keluarga membantu klien latihan mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap sesuai jadual dan berikan pujian
4) SP 4 Keluarga : Melatih keluarga membimbing klien mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
a) Menjelaskan kepada keluarga cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
b) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
harian
c) Menganjurkan keluarga membantu klien latihan mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap sesuai jadual dan berikan pujian

29
3. Tindakan Keperawatan Pasien Waham
Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan

1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap


2) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
3) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
4) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:

a) Mengucapkan salam terapeutik


b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

2) Bantu orientasi realita


a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.

3) Berdiskusi tentang obat yang diminum


4) Melatih minum obat yang benar
5) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
6) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
7) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
8) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki

30
c. Strategi Pelaksanaan
1) SP 1 Pasien : mengidentifikasi waham (pengertian, tanda dan gejala,
penyebab, proses terjadi) dan latihan orientasi realita

Contoh SP pada pasien dengan waham


Peragakan kepada teman anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI:
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
Melati. Saya dinas dari pukul 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama
abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?“Dimana
enaknya kita berbincang-bincang, bang?”

KERJA:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”


”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau besok saya datang kembali untuk berbincang-bincang lagi?”
”Kita berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau di sini lagi?”

31
2) Sp 2 pasien: Melatih cara minum obat dengan menggunakan prinsip 5 benar

Peragakan kepada teman anda cara komunikasi dibawah ini!

ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B.”
“Bagaimana kabarnya hari ini? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

KERJA
“Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?”
“ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter”.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang
B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat.”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!”
“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”

“Sampai besok.”

32
3) SP 3: Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan melatih pasien
memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi aki wabatham

Peragakan kepada teman anda cara komunikasi dibawah ini!

ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“ Bagaimana kalau kita bicarakan tentang kebutuhan B saat ini?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit ?”

KERJA
“Apa saja kegiatan Bang B saat ini?”
“Wah.., rupanya bang B banyak juga kegiatannya ya?”.
“Bisa bang B ceritakan kegiatan Bang B dari bangun tidur hingga malam?”
“Wah..bagus sekali apa yang sudah B lakukan.”
“Nah, Bang B sepertinya belum mandi ya? Rambutnya juga masih kusut. Bagaimana
kalau saya ajarkan B untuk mandi dan keramas rambut.”
“Ya seperti itu B.” Bagus sekali.
“ Bang B apabila nanti merasa badannya tidak nyaman lakukan yang saya ajarkan tadi
mandi 2 kali sehari dan setelah mandi ganti dengan pakaian yang bersih dan
merapikan diri bang B.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap dan berlatih mandi dan
merapikan diri.”
“Setelah ini coba bang B lakukan lagi ya dan bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal harian.”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Besok kita akan membahas tentang hobi B, baik B mau kita berbincang di sini saja
ya?
“Baik B kalau begitiu saya permisi dulu.”

33
4) SP 4 Pasien: Mengidentifikasi aspek/kemampuan positif dan melatih

aspek/kemampuan positif.

Peragakan kepada teman anda komunikasi dibawah ini

Orientasi
“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit
tentang hal tersebut?”

Kerja
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley
seperti itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggu
bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?”

Terminasi
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan abang?”
“ Baiklah, kapan kira-kira kita bisa latihan lagi tentang kemampuan bang B yang
selanjutnya?” . “ dua hari lagi”. “tempatnya di sini saja?”
“Sampai jumpa.”

34
Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan :

1) Mengenal masalah waham


2) Mengambil keputusan untuk merawat klien waham
3) Merawat klien waham
4) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien waham
5) Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien waham
dan mencegah kekambuhan

b. Tindakan :
1) Menjelaskan masalah waham
2) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien waham
3) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien waham
4) Menjelasakan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik
bagi klien waham
5) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow
up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah kekambuhan

c. Strategi Pelaksanaan pada keluarga


1) SP 1 Keluarga : Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien
waham dan Menjelaskan cara merawat klien waham: tidak menyangkal,
tidak mendukung dan hadirkan realitas
a) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat
waham
b) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
waham
c) Menjelaskan cara merawat klien waham: tidak menyangkal, tidak
mendukung dan hadirkan realitas
d) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian
klien latihan orientasi realita

2) SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara klien minum obat menggunakan


prinsip 5 benar
a) Menjelaskan kepada keluarga tentang obat yang diminum klien
b) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian jika tidak minum obat
c) Melatih keluarga cara klien minum obat menggunakan prinsip 6 benar

35
d) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan member pujian
saat klien minum obat sesuai dengan jadwal

3) SP 3 Keluarga : Melatih keluarga membantu memenuhi kebutuhan klien


yang tidak terpenuhi akibat waham dan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhannya
a) Menjelaskan kepada keluarga cara membantu memenuhi kebutuhan klien
yang belum terpenuhi akibat waham dan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhannya
b) Melatih keluarga membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi akibat waham dan kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhannya
c) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian
saat klien latihan memenuhi kebutuhannya.

4) SP 4 Keluarga: Melatih keluarga tentang kemampuan positif yang


dimiliki klien dan Menjelaskan cara follow up ke RSJ/PKM,
mengevaluasi tanda kambuh dan cara melakukan rujukan ke RSJ/PKM
a) Menjelaskan kepada keluarga kemampuan positif yang dimiliki klien
b) Melatih keluarga tentang kemampuan positif yang dimiliki klien
c) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien melakukan
kemapuan positif yang dimiliki
d) Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan klien
e) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
f) Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps
g) Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
h) Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien ke pelayanan
kesehatan.

4. Tindakan Keperawatan Pasien Resiko Bunuh Diri


Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat


b. Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
perawat dapat melakukan tindakan berikut:

36
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat
yang aman
2) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
3) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa perawat akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

c. Strategi Pelaksanaan
1) SP 1 Pasien: Mengidentifikasi resiko bunuh diri (isyarat, ancaman atau
percobaan bunuh diri dan membantu mengamankan benda-benda
berbahaya di sekeliling pasien.

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi
”Assalamu’alaikum !, perkenalkan nama saya perawat MT, Nama kamu siapa?
Senang di panggil apa? Baiklah, namanya B ya? Bagus sekali. ”Bagaimana perasaan
B hari ini? O... jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada
perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang
bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana?”Disini
saja yah!

Kerja
“ Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri? Apakah
B merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah B
merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah B berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh
diri atau berharap bahwa B mati? Apakah B pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa
sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang B rasakan?” Jika pasien telah
menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan
untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya B
membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan B.”
”Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
”Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau
keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian
ya..”.

37
Terminasi

“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa


yang telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagimana Masih ada dorongan untuk bunuh
diri? Kalau masih ada perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya
atau perawat yang lain. ” Baiklah B bagaimana kalau dua jam lagi kita bertemu?
Tempatnya di sini saja? Saya permisi dulu.

2) SP 2 Pasien: membantu pasien meningkatkan harga diri dengan melatih


kemampuan/aspek positif yang dimiliki.

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini.

Orientasi
Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau
berapa lama? Dimana?”

Kerja
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan
yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih
ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat
B lakukan selama ini”.Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari
kita latih.”

Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi).Bagus B. Coba B
ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu disyukuri! Nanti jam 12 kita
bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah.
Tapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
Permisi

38
3) SP 3 Pasien: Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif dan melatih
pasien

menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan harian

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi
”Assalamu’alaikum, B. Bagaimana perasaannyai? Masihkah ada keinginan bunuh
diri? Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan
berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau
berapa lama? Di sini saja yah ?”

Kerja
Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi
kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan
keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara
mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara yang mana? Ya,
saya setuju. B bisa dicoba!

Terminasi

“Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah


yang B akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan
cara yang dipilih B tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman B menggunakan cara yang dipilih dan melatih cara yang ke
empat yaitu bagaimana cara mencapai masa depan B ”. “sampai jumpa”.

39
4) SP 4 Pasien: Melatih pasien cara mencapai harapan masa depan yang
realistis

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi

”Assalamu’alaikum, B. Bagaimana perasaannyai? Masihkah ada keinginan bunuh


diri? Apakah B sudah melatih cara yang saya ajarkan kemarin? Bagus! Sekarang
kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mencapai harapan di masa depan .
Mau berapa lama? Di sini saja yah ?”

Kerja
Coba ceritakan apakah B mempunyai keinginan untuk msa depan B. bagus sekali B.
Menurut B apa saja kegiatan yang dapat B lakukan untuk masa depan B. ”Bagus
sekali, cara yang mana? Ya, saya setuju. B bisa dicoba!”Mari kita buat rencana
kegiatan untuk masa depan B.”
Terminasi

“Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah


yang B akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan
cara yang dipilih B tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman B menggunakan cara yang dipilih”.

Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien risiko bunuh diri


a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya risiko bunuh
diri (gunakan booklet)
3) Menjelaskan cara merawat risiko bunuh diri
4) Melatih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberi dukungan
pencapaian masa depan
5) Melatih cara memberi penghargaan pada pasien dan menciptakan suasana
positif dalam keluarga: tidak membicarakan keburukan anggota keluarga
6) Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa depan
serta langkah-langkah mencapainya
7) Bersama keluarga berdiskusi tentang langkah dan kegiatan untuk mencapai
harapan masa depan
8) Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan

40
c. Strategi Pelaksanaan pada keluarga

1) SP 1 Keluarga: Mengidentifikasi masalah yang dirasakan keluarga


dalam merawat pasien resiko bunuh diri dan membantu mengamankan
barang-barang berbahaya yang ada di sekitar pasien
2) SP 2 Keluarga: membantu pasien meningkatkan harga diri dengan
melatih kemampuan/aspek positif yang dimiliki.
3) SP 3 Keluarga: Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif dan
melatih pasien menerapkan pola koping yang konstruktif dalam
kegiatan harian
4) SP 4 Keluarga: Menganjurkan keluarga mendiskusikan dengan klien
tentang harapan masa depan serta langkah-langkah mencapainya
sesuai jadwal dan berikan pujian pada keluarga

5. Tindakan keperawatan pasien defisit perawatan diri


Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

b. Tindakan keperawatan

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri


Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, maka perawat dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus
dibedakan dengan wanita.Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
41
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai
berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri


Perawat dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai
tahapan berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

c. Strategi Pelaksanaan
1) SP 1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara
merawat diri dan melatih pasien tentang cara perawatan kebersihan
diri; mandi

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi

“Selamat pagi, kenalkan saya perawat R”


”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya
yang akan merawat T?”
“Dari tadi saya lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya.

Kerja

“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa
kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T
apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang
yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa
lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T
42
yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb.
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir
rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan
berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya
cukuran? Apa alat-alatyang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu,
dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.

“Berapa kali T makan sehari?


”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah
makan.”

“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita


kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa
membersihkan pakai air dan sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu
kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi,
shampo dan sabun serta sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, saya akan membimbing T
melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil
shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus
sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu
siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat
mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai
belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh
tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali
melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
Terminasi

“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T


sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”.
”Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore,
Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri
tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (
bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani? Baik
besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.

2) SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan

a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur

43
Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi
Selamat pagi Pak T?
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini, bagaimana mandinya?sudah dilakukan?
Sudah ditandai jadwal hariannya?
“Hari ini kita akan latihan berdandan, bagaimana kalau di ruang tamu? Waktunya
sekitar 1 jam?”
Kerja
“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi? Apa T sudah ganti baju?”
“Untuk berpakaian, pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih
2x/hari. Sekarang coba Bapak ganti baju..Ya, bagus seperti itu.“
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat
ke cermin, bagus…sekali!”
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu.
Tampaknya T suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur?” Betul seklai 2 kali
perminggu. Tampaknya kumis dan Bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya,
Bagus !” (catatan: Janggut dirapikan bila pasien tidak memelihara janggut)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berdandan.”
“Coba Pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi.”
“Selanjutnya Bapak setiap setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya!
Mari kita masukkan jadwal kegiatan kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam
berapa?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Di ruang makan bersama dengan pasien
yang lain.”

SP 2 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita

a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias

Peragakan kepada teman anda komunikasi dibawah ini

Orientasi

“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah


ditandai di jadwal harian?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita
dekat cermin dan bawa alat-alatnya (sisir, bedak, lipstik)

Kerja

Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nah…sekarang disisir


rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin
mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis.
Nach…coba lihat di kaca.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan T belajar berdandan

44
T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadwalnya. Kegiatan harian,
sama jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang
makan bersama pasien yang lain.”

2) SP 3 Pasien : Melatih pasien makan secara mandiri

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan


b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini

Orientasi

“Selamat siang T,”

” Wow...masih rapi deh T”.

“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung
di ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“

Kerja

“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”

“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan!
“Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa
dulu. Silakan T yang pimpin! Bagus..

“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan
pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan
piring,dan gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!”
Itu perawat Ani sedang bagi obat, coba...T minta sendiri obatnya.”

Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik,
ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam
jadual?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaimana kalau
jam 10.00 disini saja ya...!”

4) SP 4 Pasien: mengajarkan/melatih pasien melakukan BAB/BAK secara


mandiri
45
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini:

Orientasi

Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan


jadwal kegiatannya..?”
Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?
“akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik..!”

Kerja
Untuk pasien pria:
Dimana biasanya T berak dan kencing?” “Benar T, berak atau kencing yang baik
itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat
ya.....”
Sekarang, coba T jelaskan kepada saya bagaimana cara T cebok
Sudah bagus ya T, yang perlu diingat saat T cebok adalah T membersihkan anus
atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing
yang masih tersisa di tubuh T” “Setelah T selesai cebok, jangan lupa tinja/air
kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing
tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/
WC. Jika T membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti T ikut mencegah
menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, T perlu merapihkan kembali
pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana
telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun

Untuk pasien wanita:


“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah
depan ke belakang. Jangan terbalik ya… Cara seperti ini berguna untuk
mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita.”
Setelah Tini selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tini membersihkan
tinja/air kencing seperti ini, berarti Tini ikut mencegah menyebarnya kuman yang
berbahaya yang ada

Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing
yang baik?”
” Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi.”
Nah...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan
jadwal kegiatannya.”

Tindakan keperawatan pada keluarga dengan Defisit Perawatan Diri


46
a. Tujuan: keluarga mampu
1) Mengenal masalah klien defisit perawatan diri
2) Mengambil keputusan untuk merawat klien defisit perawat diri
3) Merawat klien defisit perawatan diri
4) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien defisit perawatan diri
5) Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien defisit
perawatan diri dan mencegah kekambuhan
d. Tindakan keperawatan

Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang
baik maka perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga
dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien
dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Saudara lakukan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
2) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin yang terjadi pada klien
defisit perawatan diri
3) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien defisit perawatan diri
4) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang terapeutik
bagi klien defisit perawatan diri
5) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow
up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah kekambuhan

e. Strategi pelaksanaan pada keluarga


1) SP 1 Keluarga: Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien
defisit perawatan diri dan membimbing keluarga untuk melatih
perawatan diri klien: mandi
a) Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, proses terjadinya dan akibat
defisit perawatan diri.
b) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
defisit perawatan diri
c) Menjelaskan cara merawat klien defisit perawatan diri: mandi
d) Melatih cara merawat klien defisit perawatan diri: mandi
e) Memasukkan kegiatan perawatan diri: mandi kedalam jadwal kegiatan
harian pasien.

47
2) SP 2 Keluarga : Membimbing keluarga cara melatih anggota keluarga
perawatan diri: berdandan

a) Menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan diri klien: berdandan


b) Menganjurkan keluarga, membimbing, dan memberi pujian kepada klien
latihan perawatan diri: berdadan
3) SP 3 Keluarga : Membimbing keluarga cara melatih anggota keluarga
perawatan diri: makan/minum
a) Menjelaskan kepada keluarga cara perawatan diri: makan dan minum
b) Melatih keluarga latihan makan dan minum
c) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi pujian
saat latihan makan dan minum
4) SP 4 Keluarga: Membimbing keluarga cara melatih anggota keluarga
perawatan diri: BAB/BAK
a) Menjelaskan kepada keluarga cara perawatan diri: BAB/BAK
b) Melatih keluarga cara latihan BAB/BAK
c) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien cara
BAB/BAK
d) Menjelaskan setting lingkungan rumah yang mendukung perawatan klien
e) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
f) Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps

6. Tindakan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial


Tindakan Keperawatan Pasien

a. Tujuan:

Tujuan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial

1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya


2) Berkenalan dengan perawat atau klien lain
3) Berbicara dalam melakukan kegiatan harian
4) Berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dan sebagainya
b. Tindakan Keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien, Menjelaskan tanda dan gejala,
penyebab dan akibat isolasi sosial
a) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat isolasi sosial
b) Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak memiliki teman
2) Menjelaskan dan melatih klien berkenalan
48
a) Menjelaskan cara berkenalan
b) Mendemonstrasikan cara berkenalan
c) Melatih klien berkenalan dengan 2-3 orang atau lebih
3) Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan
sehari-hari
4) Menjelaskan dan melatih berbicara sosial : meminta Sesutu, berbelanja dan
sebagainya.

c. Strategi Pelaksanaan
1) SP 1 pasien: Mengidentifikasi isolasi sosial ( tanda dan gejala,
penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial) dan melatih cara
berkenalan dengan 1 orang
Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini:

Orientasi:

“Assalamualaikum. Nama Saya …. Saya senang dipanggil …. Nama Ibu siapa?


Senang dipanggil apa?
“Apa keluhan S hari ini?Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman S? Mau dimana kiat bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”

Kerja:

“Siapa saja yang tinggal serumah?Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap
dengannya?”
“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
lain?”
“Menurut Sapa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi?(Sampai pasien dapat menyebut beberapa)Nah
kalau kerugiannya tidak punya teman? Benar. Jadi, banyak juga ruginya kalau tidak
punya teman ya. Kalau begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang
lain?”Baiklah sekarang kita akan latihan untuk berkenalan dulu dengan satu orang,
“ S boleh berkenalan dengan teman atau dengan saya” caranya seperti ini Nama
bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asal darimana? Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba, bagus sekali..

Terminasi

“Bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap tentang hal ini? “S tadi sudah
menyebutkan tentang keuntungan dan kerugian jika kita tidak mempunyai teman.
Nah bagaimana kalau nanti siang kita belajar berkenalan dengan orang lain. Oh S
ingin ditempat yang sama ya? Baiklah. Sampai jumpa.”

49
2) SP 2 pasien: Menjelaskan dan melatih cara berkenalan dengan 2-3 orang
atau lebih

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini:

Orientasi

Assalamualaikum. Masih ingat dengan Saya S?


Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Tampaknya lebih cerah ya? Baik sesuai janji kita
tadi pagi sambil menunggu makan siang kita akan belajar tentang cara berkenalan
dengan orang lain.”
Mau berapa lama kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?Oh S ingin
di ruang ini saja kita berbincangnya?”

Kerja
Begini S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama saya S, senang
dipanggil Si. Asal dari Bireun, hobi memasak.”
Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya:
Nama bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asal darimana? Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba, S dapat mencoba berkenalan dengan 2 sampai 3 orang.
“Ya, bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali.”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S dapat melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan untuk S bicarakan, Misalnya, tentang cuaca,
tentang hobi, keluarga pekerjaan dan sebagainya.”
“Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak S berkenalan dengan perawat N, ayo
kite temui perawat N di sana.”
“Selamat pagi Ibu N, ini S ingin berkenalan dengan Ibu.”
“Baiklah S, S dapat berkenalan dengan Ibu N seperti yang telah kita prakltikkan
kemarin.”
(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan Perawat N: member salam,
menyebut nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya.)

Terminasi

Bagaimana perasaan S setelah kita belajar dan berlatih cara berkenalan? Nah
bagaimana kalau besok pagi kita belajar cara berbicara dengan teman sambil
melakukan pekerjaan.. Oh S ingin ditempat yang sama ya? Baiklah. Sampai
jumpa.”

50
3) SP 3 pasien: Percakapan menjelaskan dan melatih pasien berbicara saat
melakukan kegiatan sehari-hari

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini:

Orientasi

Assalamualaikum. Apa kabar S?


Bagaimana perasaan S hari ini? Tampaknya lebih cerah ya? Apakah sudah
mencoba berkenalan lagi dengan orang lain? Berapa kali Ibu melakukannya?Wah
bagus sekali..
“Nah sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan belajar dan melatih cara bercakap-
cakap saar sedang melakukan kegiatan sehari-hari. Mau berapa lama kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit? Mau di mana? Bagaimana kalau
di ?

Kerja
Selain 2 cara terdahulu yang telah S coba lakukan ada cara lain supaya S tidak
merasa sendiri,namanya adalah bercakap-cakap saat sedang melakukan aktivitas
sehari-hari.
“Nah, jika S sedang melakukan suatu pekerjaan bersama teman misalnya S sedang
menyapu halaman bersama teman, S dapat mengajak teman S berbicang-bincang.”
“Ayo, coba dengan saya S. Oh S ingin melipat kain? Baik ayo kita bercakap-cakap
sambil kita melipat kain.” (Biarkan pasien berbicara)

Terminasi
“Bagaimana perasaan S setelah latihan ini ?
“Ya, bisa S ulang ulangi apa yang telah kita pelajari? Ya bagus sekali..

“Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal S, oh baik. Baik bagaimana kalau
nanti siang kita ketemu lagi untu berlatih cara yang keempat. Oh S setuju. S ingin
disini saja? Baik sampai jumpa S.

51
4) SP 4 pasien: menjelaskan dan melatih berbicara sosial; meminta sesuatu,
berbelanja, dan sebagainya

Peragakan kepada teman anda komunikasi di bawah ini:

ORIENTASI
Assalamualaikum. Sekarang Saya datang lagi.
“Tampaknya S senang sekali siang ini? Oh benar, S sering berbincang-bincang
dengan teman ya? Wah senang sekali. Sambil menunggu makan siang
bagaimana kalau kita bercakap-cakap dam melatih cara yang keempat sesuai
janji saya tadi pagi. Oh S mau 30 menit saja? S mau kita berbincang di teras?

KERJA
“Ya, S senang punya teman bercerita ya. Nah S senang tidak jika teman S bisa
membantu S?
“Nah kalau S sudah punya teman, S dapat meminta tolong padanya atau pun
meminjam sesuatu seperti buku, sisir, alas kaki, dan lain-lain.”
“Misal seperti ini, S saya ingin pergi ke ruang Melati boleh saya pinjam
sendalnya?”
“Sekarang coba S lakukan pada saya?” (Tunggu pasien melakukan). “Wah,
bagus sekali S sudah bisa.”

TERMINASI
Bagaimana perasaan S setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan
ini?
“Bisa S sebutkan dan coba kembali? Wah bagus S masih ingat.
“Nah, bagaiman kalau besok kita berjumpa lagi untuk melihat sejauh mana S
sudah berlatih keempat cara ini? Oh ya S setuju? S ingin kita berbincang di sini.
Baik sampai jumpa.

52
Tindakan Tindakan Keperawatan pada Keluarga Pasien isolasi sosial

a. Tujuan:

1) Keluarga mengenal klien masalah isolasi social


2) Mengambil keputusan merawat klien dengan isolasi social
3) Merawat klien dengan isolasi social
4) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien Isolasi sosial
5) Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan klien
Isolasi sosial dan mencegah kekambuhan

d. Tindakan keperawatan:

1) Menjelaskan masalah klien Isolasi sosial pada keluarga


a) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien isolasi sosial
b) Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya Isolasi
sosial.
2) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
Isolasi sosial
a) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
Isolasi sosial
b) Menganjurkan keluarga keluarga memutuskan untuk merawat klien
Isolasi sosial
3) Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien Isolasi sosial
4) Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan yang
terapeutik bagi klien isolasi sosial.
5) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
follow up , cara rujukan kesehatan klien dan mencegah kekambuhan
6) Latih keluarga merawat pasien
7) Diskusikan dengan keluarga sumber bantuan yang bisa dimanfaatkan
oleh keluarga

e. Strategi pelaksanaan pada keluarga


1) SP 1 keluarga: Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat
klien isolasi sosial.
a) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat
isolasi sosial.
b) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
isolasi sosial.
53
c) Melatih keluarga cara klien berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian (misalnya: mandi, makan, berpakaian
dll)
d) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi
pujian kepada klien latihan berkenalan dan berbicara saat kegiatan
harian.
e) Menganjurkan pada keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya
dan menciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan klien.

2) SP 2 keluarga: Melatih keluarga membimbing klien berkenalan 2 -3


orang

a) Menjelaskan kepada keluarga cara berkenalan 2-3 orang


b) Melatih keluarga membimbing klien berkenalan dengan 2-3 orang.
c) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi
pujian pada klien saat latihan berkenalan

3) SP 3 keluarga: Melatih Keluarga membimbing klien berbicara


dalam melakukan kegiatan harian

a) Menjelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan klien


berbicara (misalnya makan, membersihkan rumah dll).
b) Melatih keluarga membimbing klien berbicara saat melakukan
kegiatan rumah tangga.
c) Menganjurkan keluarga memotivasi, membimbing dan memberi
pujian pada klien latihan saat berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian.

4) SP 4 keluarga: Melatih keluarga membimbing klien berbicara dalam


melakukan kegiatan sosial
a) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
b) Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps.
c) Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh.
d) Menjelaskan dan menganjurkan keluarga follow up dan merujuk
klien ke pelayanan kesehatan

54
7. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: SOSIALISASI (TAKS)

a. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK) : sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
b. Tujuan
Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:
1) Klien mampu memperkenalkan diri;
2) Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok;
3) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok;
4) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan;
5) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada
orang lain;
6) Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok;
7) Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS
yang telah dilakukan.
c. Aktivitas dan Indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi klien.
Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan gangguan hubungan
sosial berikut:
1) Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
2) Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan
stimulus

SESI 1: TAKS

Tujuan

Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama


panggilan, asal, dan hobi.

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Tape recorder
2. Kaset: "marilah kemari" (Titiek Puspa)

55
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi sosial: menarik diri.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan:

a. Memberi salam terapeutik: Salam dari terapis.


b. Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak:
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a) Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan
serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke
arah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang
memegang bola memperkenalkan dirinya.
b) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
c) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d) Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai

56
e) Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.

4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan
diri kepada orang lain di kehidupan sehari-hari.
2) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal
kegiatan harian klien.
c) Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok.
2) Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja
untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 1, dievaluasi
kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal dengan
menggunakan formulir evaluasi berikut.

Sesi 1 : TAKS

Kemampuan memperkenalkan diri

a. Kemampuan verbal
Nama klien
No. Aspek yang dinilai

1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan asal

4. Menyebutkan hobi

Jumlah

57
b. Kemampuan non verbal
Nama klien
No. Aspek yang dinilai

1. Kontak mata

2. Duduk tegak

3. Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk
1. Di bawah nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda (˅) jika ditemukan
pada klien atau tanda (X) jika tidak ditemukan.
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika
nilai 0,1, atau 2 klien belum mampu

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1 TAKS, klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal, dianjurkan klien memperkenalkan
diri pada klien lain di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 2 : TAKS

Tujuan

Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:

1. Memperkenalkan diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
2. Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal,
dan hobi

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

58
Alat

1. Tape recorder
2. Kaset : “marilah kemari” (Titiek Puspa)
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Memberi salam terapeutik : salam dari teurapis, peserta dan terapis memakai
papan nama.
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah
telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain
c. Kontrak : menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok. Menjelaskan aturan main sebagai berikut, jika ada peserta yang
akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis. Lama
kegiatan 45 menit. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada di
sebelah kanan dengan cara: memberi salam, menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi, menanyakan nama lengkap, nama panggilan,
asal, dan hobi lawan bicara, dan dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Hidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan bola. Pada saat
tape dimatikan, minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk
59
memperkenalkan anggota kelompok yang di sebelah kanannya kepada
kelompok, yaitu: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi. Dimulai oleh
terapis sebagai contoh.
e. Ulangi d sampai semua anggota mendapat giliran
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi: menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi
pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana tindak lanjut: menganjurkan tiap anggota kelompok latihan
berkenalan, memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian
klien.
c. Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan
bercakap cakap tentang kehidupan pribadi, menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi Dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAKS sesi 2, dievaluasi kemampuan klien dalam berkenalan secara verbal dan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.

5. Kemampuan verbal
Sesi 2 : TAKS
Kemampuan berkenalan
a. Kemampuan verbal
Nama klien
No. Aspek yang dinilai

1. Menyebutkan nama lengkap

2. Menyebutkan nama panggilan

3. Menyebutkan asal

4. Menyebutkan hobi

5. Menanyakan nama lengkap

6. Menanyakan nama panggilan

60
7. Menanyakan asal

8. Menanyakan hobi

Jumlah

b. Kemampuan non verbal


Nama klien
No. Aspek yang dinilai

1. Kontak mata

2. Duduk tegak

3. Menggunakan bahasa tubuh


yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah

Sesi 3 TAKS

Tujuan:

Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok :

1. Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok


2. Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi

Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Tape recorder
2. Kaset : “marilah kemari” (Titiek Puspa)
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien

Metode
61
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan : mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS.


Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam
b. Pada saat dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada
di sebelah kanan dengan cara : memberi salam, memanggil panggilan,
menanyakan kehidupan pribadi : orang terdekat/dipercayai/disegani,
pekerjaan, dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan

Tahap terminasi

a. Evaluasi
b. Rencana tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang

8. TAK STIMULASI PERSEPSI UMUM

Sesi 1 : Menonton Televisi

Tujuan

1. Klien mampu menyebutkan apa yang dilihat


2. Klien dapat memberikan pendapat terhadap acara TV yang ditonton
3. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain

Setting

62
1. Terapis dan klien duduk bersama setengah lingkaran menghadap TV
2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Televisi dan/atau video player


2. Kaset video
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan
2. Orientasi
3. Tahap kerja
a. Tentukan acara televisi yang menarik dan mudah dimengerti oleh klien
b. Beri kesempatan bagi klien untuk menonton acara TV selama 10 menit dan
setelah itu TV dimatikan
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai acara TV yang telah ditonton
d. Tanyakan pendapat klien terhadap pendapat klien sebelumnya
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat
f. Ulangi c, d dan e sampai semua klien mendapat kesempatan
g. Beri kesimpulan tentang acara TV yang ditonton

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang

Sesi 1 : TAK Stimulasi persepsi umum

63
Kemampuan persepsi : menonyon TV

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Memberi pendapat tentang


acara TV

2. Memberi tanggapan terhadap


pendapat klien lain

3. Mengikuti kegiatan sampai


selesai

Sesi 2 : membaca majalah/koran/artikel

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan kembali isi bacaan


2. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi bacaan
3. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Majalah/koran/artikel
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan
2. Orientasi
3. Tahap kerja
a. Tentukan bacaan yang akan dibaca

64
b. Bacalah isi majalah/koran/artikel selama 10 menit (jika mungkin berikan
fotocopy bacaan pada klien)
c. Tanyakan pendapat seorang klien terhadap isi bacaan
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat
f. Ulangi c, d dan e sampai semua klien mendapat kesempatan
g. Beri kesimpulan tentang acara TV yang ditonton

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang

Sesi 2 : TAK stimulasi persepsi umum

Kemampuan persepsi : bacaan

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Memberi pendapat tentang


bacaan

2. Memberi tanggapan terhadap


pendapat klien lain

3. Mengikuti kegiatan sampai


selesai

Sesi 3: Melihat gambar

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihatnya


2. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

65
Alat

1. Beberapa gambar
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanggung jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK
b. Menyiapkan alat dan tempat bersama

2. Orientasi
a. Salam teurapetik. Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan masalah yang dirasakan
3) Menanyakan penerapan TAK yang lalu
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melihat gambar
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Tentukan 1 atau 2 gambar yang umum dikenal orang
b. Tunjukkan gambar pada klien (jika besar dapat di depan saja, jika kecil
diedarkan)
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai gambar yang dilihat
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat
f. Ulangi c, d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan
g. Beri kesimpulan pada tiap gambar yang dipaparkan

66
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien melatih melihat gambar (di TV, koran, majalah,
album) dan mendiskusikannya pada orang lain
2) Membuat jadwal melihat gambar

c. Kontrak yang akan datang


1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2) Menyepakati waktu dan tempat

Sesi 3 TAK

Stimulasi persepsi umum : kemampuan persepsi melihat gambar

No Aspek yang dinilai Nama klien

1. Memberi pendapat tentang


gambar

2. Memberi tanggapan
terhadap pendapat klien
lain

3. Mengikuti kegiatan sampai


selesai

4. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan


proses keperawatan tiap klien. Contoh catatan : klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi (melihat gambar), klien tidak mampu mempersepsikan dan memberi
tanggapan, namun mengikuti kegiatan sampai selesai. Anjurkan klien
mengikuti TAK stimulasi sensoris.

67
9. TAK ORIENTASI REALITAS

Sesi 1 : Pengenalan orang

Tujuan

1. Klien mampu mengenal nama-nama perawat


2. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK


2. Spidol
3. Bola tenis
4. Tape recorder
5. Kaset “dangdut”

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan
2. Orientasi
3. Tahap kerja
a) Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien
b) Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, dan asal
c) Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan di papan
nama yang dibagikan
d) Terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara
berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis meliputi menyebutkan :
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
e) Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan,
saat musik terdengar bola tenis di[indahkan dari satu klien ke klien lain. Saat

68
musik dihentikan, klien yang sedang memegang bola tenis menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi dari klien yang lain (minimal
nama panggilan)
f) Terapis memutar tape recorder dan menghentikan. Saat musik berhenti
klien yang sedang memegang bola tenis menyebutkan nama panggilan,
asal, dan hobi dari klien yang lain
g) Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan semua giliran
h) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
mengajak klien lain untuk bertepuk tangan

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang

TAK ORIENTASI REALITA ORANG

Sesi 1 : kemampuan mengenal orang

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Menyebutkan nama klien lain

2. Menyebutkan nama panggilan


klien lain

3. Menyebutkan asal klien lain

4. Menyebutkan hobi klien lain

Sesi 2 : pengenalan tempat

Tujuan

1. Klien mampu mengenal nama rumah sakit


2. Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat
3. Klien mampu mengenal nama kamar tidur
4. Klien mampu mengenal tempat tidur

69
5. Klien mampu mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar
mandi, dan WC

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan tempat perawatan klien

Alat

1. Tape recorder
2. Kaset lagu “dangdut’
3. Bola tenis

Metode

1. Diskusi kelompok
2. Orientasi lapangan

Langkah kegiatan

1. Persiapan
2. Orientasi
3. Tahap kerja
a) Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan; klien diberi
kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu menjawab dengan
tepat
b) Terapis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu dangdut,
sedangkan bola tenis diedarkan dari satu peserta ke peserta yang lain searah
jarum jam. Pada saat lagu berhenti, klien yang sedang memegang bola tenis
akan diminta menyebutkan nama rumah sakit dan nama ruangan tempat klien
dirawat
c) Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan meminta klien yang
memegang bola tenis untuk menyebutkan nama ruangan dan rumah sakit.
Kegiatan ini diulang sampai semua peserta mendapat giliran.
d) Terapis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan benar.
e) Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan fungsi ruangan
yang ada; kantor perawat, kamar mandi, WC, ruang istirahat, ruang TAK dan
ruangan lainnya

70
4. Tahap terminasi

Sesi 2 : TAK Orientasi realitas tempat


Kemampuan mengenal tempat di rumah sakit

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Menyebutkan nama rumah


sakit

2. Menyebutkan nama
ruangan

3. Menyebutkan letak kantor


perawat

4. Menyebutkan letak kamar


mandi dan WC

5. Menyebutkan letak kamar


tidur

Sesi 3 : pengenalan waktu

Tujuan

1. Klien dapat mengenal waktu dan tempat


2. Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal hari dengan tepat
4. Klien dapat mengenal tahun dengan tepat
Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Klien berada di ruangan yang ada kalender dan jam dinding

Alat

1. Kalender
2. Jam dinding
3. Tape recorder
4. Kaset lagu dangdut
5. Bola tenis

Metode
71
1. Diskusi
2. Tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a Mengingatkan kontrak dengan klien peserta Sesi 2 TAK orientasi realitas.
b Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi
a. Salam terapeutik, salam dari terapis kepada klien, terapis dan klien
memakai nama
b. Evaluasi/Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama ruangan
yang sudah dipelajari
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal waktu.
2) Menjelaskan aturan main yaitu :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin
pada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Terapis menjelaskan akan menghidupkan tape recorder, sedangkan bola
tenis diedarkan dari satu klien ke klien lain. Pada saat musik berhenti,
klien yang memegang bola menjawab pertanyaan dari terapis
c. Terapis menghidupkan musik,dan mematikan musik. Klien mengedarkan
bola tenis secara bergantian searah jarum jam. Saat musik berhenti,
klien yang memegang bola siap menjawab pertanyaan terapis tentang
tanggal, bulan, tahun, hari, dan jam saat itu. Kegiatan ini diulang sampai
semua klien mendapat giliran.
d. Terapis memberikan pujian kepada klien setelah memberi jawaban tepat

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
72
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapis meminta klien memberi tanda/mengganti kalender setiap hari
2) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi klien.
b) Menyepakati waktu dan tempat.

Sesi 3 TAK Orientasi realitas waktu


kemampuan mengenal waktu

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Menyebutkan jam

2. Menyebutkan hari

3. Menyebutkan tanggal

4. Menyebutkan bulan

5. Menyebutkan tahun

10. TAK STIMULASI SENSORI SUARA

Sesi 1 : mendengar musik

Tujuan

1. Klien mampu mengenali musik yang didengar


2. Klien mampu memberi respon terhadap musik
3. Klien mempu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Tape recorder
2. Kaset lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna atau lagu-lagu
yang bermakna religius)
73
Metode

1. Diskusi
2. Sharing persepsi

Langkah kegiatan

1. Persiapan
2. Orientasi
3. Tahap kerja
a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan nama
panggilan) dimulai dari terapis secara berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien memperkenalkan diri, terapis mengajak semua klien
untuk bertepuk tangan
c. Terapis dan klien memakai papan nama
d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh tepuk tangan atau
berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai klien akan diminta
menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan klien setelah mendengar lagu
e. Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan (kira-
kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis
mengobservasi respons klien terhadap musik
f. Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya sampai
semua klien mendapat giliran
g. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan perasaannya, dan
mengajak klien lain bertepuk tangan

4. Terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang

Sesi 1 TAK Stimulasi sensori mendengar musik


Kemampuan memberi respons pada musik

No. Aspek yang dinilai Nama klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir

74
2. Memberi respons (ikut
bernyanyi, menari/berjoget,
menggerakkan tangan kaki
sesuai irama)

3. Memberi pendapat tentang


musik yang didengar

4. Menjelaskan perasaan setelah


mendengar lagu

Sesi 2 : menggambar

Tujuan

1. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar


2. Klien dapat memberi makna gambar

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Kertas HVA
2. Pensil 2B (bila tersedia juga dapat digunakan)

Metode

1. Diskusi
2. Dinamika kelompok

Langkah kegiatan

1. Persiapan
2. Orientasi
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menggambar dan
menceritakan hasil gambar kepada klien yang lain
b. Terapis membagikan kertas dan pensil untuk setiap klien
c. Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai yang diinginkan saat ini
d. Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling, dan memberi
penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan mencela klien

75
e. Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-masing
klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang dibuatnya kepada
klien lain. Yang harus diceritakan adalah gambar apa dan apa makna gambar
tersebut menurut klien
f. kegiatan point e dilakukan sampai semua klien mendapat giliran
g. setiap kali klien selesai menceritakan gambanya, terapis mengajak klien lain
bertepuk tangan
5. Terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang

Sesi 2 TAK Stimulasi sensori menggambar


Kemampuan memberi respons terhadap gambar

No Aspek yang dinilai Nama klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir

2. Menggambar sampai selesai

3. Menyebutkan gambar apa

4. Menceritakan makna gambar

Sesi 3 : menonton televisi/video

Tujuan

1. Klien dapat memberi respons terhadap tontonan TV/video (jika menonton TV,
acara tontonan hendaknya dipilih yang positif dan bermakna terapi untuk klien
2. Klien menceritakan makna yang ditonton.

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran di depan televisi


2. Ruangan nyaman dan tenang

76
Alat

1. Video/CD player dan video tape/CD


2. Televisi

Metode

2. Diskusi

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti TAK sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menonton TV/video
dan menceritakan makna yang telah ditonton
b. Terapis memutar TV/VCD yang telah dipersiapkan
c. Terapis mengobservasi klien selama menonton TV/video
d. Setelah selesai menonton, masing-masing klien diberi kesempatan meceritakan
isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan klien. Berurutan searah jarum jam,
dimulai dari sebelah kiri terapis sampai semua klien mendapat giliran
e. Setelah selesai klien selesai menceritakan persepsinya, terapis mengajak klien
lain bertepuk tangan dan memberikan pujian
4. Terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang
Sesi 3 TAK Stimulasi sensori menonton
Kemampuan memberi respons pada tontonan

Nama klien
No Aspek yang dinilai

Mengikuti kegiatan dari awal


1.
sampai akhir

Memberi respons pada saat


2. menonton (senyum, sedih dan
gembira)

77
Menceritakan cerita dalam
3.
TV/video

Menceritakan perasaan setelah


4.
menonton

78
DAFTAR PUSTAKA

AIPNI (2010). Kurikulum Pendidikan Ners. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas


Indonesia. Jakarta.

Azizah. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Graha Ilmu. Yogyakarta Boyd,
M. A. (2005). Psychiatric Nursing; Contemporary Practice. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Boyd, M. A. & Nihart, M. A. (2002). Psychiatric Nursing Contemporary Practice. USA.


Lippincott Raven Publisher.

Butler & Hope. (2007). Managing Your Mind; The Mental Fitness Guide. New York:
Oxford University Press.

Carson, V. B. (2000). Mental Health Nursing: The Nurse-Patient journey. (2th ed.).
Philadelphia: W.B. Sauders Company

Copel, L. C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawat. EGC.
Jakarta.

Dirjen Pelayanan Medik, DEPKES RI. 1994. Pedoman Perawatan Psikiatrik. Jakarta.

Fontaine, K. L. (2003). Mental Health Nursing. New Jersey. Pearson Education. Inc

Fortinash, K. M & Worret, P. A. H. (2004). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd ed )


St.Louis Missouri : Mosby.

Frisch, N. C. & Frisch, L. E. (2006). Psychiatric Mental Health Nursing. Third edition.
Canada. Thomson Delmar Learning.

Farida, K. & Yudi, H. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi
3. Jakarta: EGC.

Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis Psikiatri: ilmu pengetahuan psikiatri klinis. (Jilid 1).
Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Keliat, B. A. (2003). Pemberdayaan Klien dan Keluarga dalam Perawatan Klien


Skizofrenia dengan Perilaku Kekerasan di RSJP Bogor. Disertasi. Jakarta. FKM UI.
tidak dipublikasikan.

Keliat dan Akemat. (2011). Keperawatan Jiwa; Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.

Keliat, dkk. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

----------------. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

----------------. (2011). Basic Course Community Mental Health Nursing. Jakarta. EGC.
79
----------------. (2011). Intermediate Course Community Mental Health Nursing. Jakarta.
EGC.

----------------. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa; CMHN (Intermediate Course).


Jakarta. EGC.

----------------. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa;


CMHN (Intermediate Course). Jakarta. EGC.

Lazarus & Folkman. (1984). Stress, Coping and Appraisal. New York: Springer
Publishing Company.

Maslim, R. (1997). Panduan Praktis; Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta;


Bunapura.

Maramis, W. F. (2006). Catatan Ilmu Kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press.

Macklem, G. L. (2008). Practitioner’s Guide to Emotion Regulation in School - Aged


Children. Massachusetts: Springer Science.

NANDA. (2015). Nursing Diagnoses: Definitions and Clacification 2015-2017.


Philadelphia USA: NANDA International

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta. EGC.

---------------------. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan


Praktik. Jakarta: EGC.

Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi; Teori dan Pohon Masalah Keperawatan.
Jakarta: Sagung Seto.

Shah, M. & Thingujam, N. S. (2008). Perceived Emotional Intelligence and Ways of


Coping Among Students; Journal of the Indian Academy of Applied Psychology,
Januari 2008, Vol. 34, No.1, 83 - 91.

Stuart, G. W., & Sunden, S. J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing, St.
Louis; Mosby year book

--------------------------------------. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi


3, EGC, Jakarta.

Stuart, G. W & Laraia, M. T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (7th
edition). St Louis: Mosby.

Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (9th edition). St


Louis: Mosby.

Townsend, M. C. (2014). Psychiatric mental health nursing. (6th ed.). Philadelphia: F.A.
Davis Company.

Varcarolis, E. M. (2006). Psychiatric Nursing Clinical Guide; Assesment Tools and


Diagnosis. Philadelphia. W.B Saunders Co.
80
Varcarolis & Halter. (2010). Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing: A Clinical
Approach, 6th Edition. Missouri: Saunders Elsevier.

Videbeck, Sheila. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.

Wilkinson, Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta. EGC

Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung. Refika Aditama

81

You might also like